You are on page 1of 2

Mengatasi Hiperfosfatemia

a. Pembatasan asupan fosfat. Pemberian diet rendah fosfat sejalan dengan diet pada
pasien penyakit ginjal kronik secara umum yaitu, tinggi kalori, rendah protein dan
rendah garam, karena fosfat sebagian besar terkandung dalam daging dan produk
hewan seperti susu dan telor. Asupan fosfat dibatasi 600-800 mg/hari. Pembatasan
asupan fosfat yang terlalu ketat tidak dianjurkan, untuk menghindari terjadinya
malnutrisi.
b. Pemberian pengikat fosfat. Pengikat fosfat yang banyak dipakai adalah, garam
kalsium, alumunium hidroksida, garam magnesium. Garam-garam ini diberikan
secara oral, untuk menghambat absorbs fosfat yang berasal dari makanan. Garam
kalsium yang banyak dipakai adalah kalsium karbonat (CaCO3) dan calcium acetate.
Tabel 9 memperlihatkan cara dan jenis pengikat fosfat, efikasi dan efek sampingnya.
c. Pemberian bahan kalsium memetik (calcium mimetic agent). Akhir-akhir ini
dikembangkan sejenis obat yang dapat menghambat reseptor Ca pada kelenjar
paratiroid, dengan nama sevelamer hidrokhlorida. Obat ini disebut juga calcium
mimetic agent, dan dilaporkan mempunyai efektivitas yang sangat baik serta efek
samping yang minimal.

Tabel 9. Pengikat Fosfat, Efikasi dan efek Sampingnya


Cara/bahan Efikasi Efek Samping
Diet rebdah fosfat Tidak selalu mudah Malnutrisi
Al(OH)3 Bagus Intoksikasi Al
Ca CO3 Sedang Hipercalcemia
Ca Acetat Sangat bagus Mual, muntah
Mg(OH)2 / MgCO3 Sedang Intoksikasi Mg

Pemberian Kalsitriol (1.25(OH2D3)


Pemberian kalsitriol untuk mengatasi osteodistrofi renal banyak dilaporkan. Tetapi
pemakaiannya tidak begitu luas, karena dapat meningkatkan absorbs fosfat dan kalsium di
saluran cerna sehingga dikhawatirkan mengakibatkan penumpukan garam calcium carbonate
di jaringan, yang disebut kalsifikasi metastatic. Disamping itu juga dapat mengakibatkan
penekanan yang berlebihan terhadap kelenjar paratiroid. Oleh karena itu, pemakaiannya
dibatasi pada pasien dengan kadar fosfat darah normal dan kadar hormone paratiroid (PTH)
>2,5 kali normal.
Pembatasan Cairan dan Elektrolit
Pembatasan asupan air pada pasien penyakit ginjal kronik, sangat perlu dilakukan. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya edem dan komplikasi kardiovaskular. Air yang masuk
kedalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun insensible
water loss antara 500-800 ml/hari (sesuai dengan luas permukaan tubuh), maka air yang
masuk dianjurkan 500-800 ml ditambah jumlah urin.
Elektrolit yang harus di awasi asupannya adalah kalium dan natrium. Pembatasan
kalium dilakukan, karena hyperkalemia dapat mengakibatkan aritmia jantung yang fatal. Oleh
karena itu, pemberian obat-obat yang mengandung kalium dan makanan yang tinggi kalium
(seperti buah dan sayuran)harus dibatasi. Kadar kalium darah dianjurkan 3,5 – 5,5 mEq/lt.
pembatasan natrium dimaksudkan untuk mengendalikan hipertensi dan edema. Jumlah garam
natrium yang diberikan, disesuaikan dengan tingginya tekanan darah dan derajat edema yang
terjadi.
Terapi Pengganti Ginjal (Renal Replacement Therapy)
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada Penyakit Ginjal Kronik stadium 5, yaitu pada LFG
kurang dari 15 ml/mnt. Terapi pengganti tersebut dapat berupa hemodialysis, peritoneal
dialysis atau transplantasi ginjal

You might also like