You are on page 1of 60

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) yang di alami lansia merupakan penyakit metabolik

karena adanya masalah pada pengeluaran insulin ,aksi insulin atau keduanya

(Ignatavicius,Workman, & Winkelman, 2016). Lewis,Dirksen ,Heitkemper,&

Bucher (2014) menyatakan bahwa penyakit ini merupakan masalah kesehatan

serius di seluruh dunia dan prevalensinya meningkat dengan pesat.

Jumlah penderita DM pada lansia di dunia dari tahun ke tahun menunjukkan

adanya peningkatan. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation

(IDF, 2014); Jumlah penderita DM sebanyak 366 juta jiwa di tahun 2011

meningkat menjadi 387 juta jiwa di tahun 2014 dan diperkirakan akan bertambah

menjadi 592 juta jiwa pada tahun 2035; Jumlah kematian yang terjadi pada tahun

2014 sebanyak 4,9 juta jiwa dimana setiap tujuh detik terdapat satu kematian dari

penderita DM di dunia. Menurut WHO (2013) sebanyak 80% penderita DM pada

lansia di dunia berasal dari negara berkembang salah satunya adalah

Indonesia.Peningkatan jumlah penderita DM yang terjadi secara konsisten

menunjukkan bahwa penyakit DM merupakan masalah kesehatan yang perlu

mendapat perhatian khusus dalam peiayanan kesehatan di masyarakat

Jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) di Indonesia sebesar 10 juta pada

tahun 2015 menurut data Internasional Diabetes federation.Prevalensi

1
2

meningkat dari 5,7% (2007) menjadi 6,9% (2013).Saat ini DM menjadi penyebab

kematian terbesar no 3 (6,7%) setelah stroke (21,1%) dan penyakit jantung

koroner (12,9%).(Menkes RI,2016).

Hasil proyeksi yang di dapatkan di UPT Panti Werdha Mojopahit-Mojokerto

adalah 37 orang jumlah lansia .Data lansia dengan Diabetes Melitus (DM)

sebanyak 4 orang.

Diabetes Melitus (DM) yang di derita lansia merupakan penyakit yang tidak

dapat disembuhkan dan membutuhkan pengelolaan seumur hidup dalam

mengontrol kadar gula darahnya agar dapat meningkatkan kualitas hidup

penderita (Arisman,2013). Penderita DM yang tidak dapat mengontrol gula

darahnya akan memiliki potensi mengalami komplikasi hiperglikemi dimana

kondisi ini akan selalu diikuti komplikasi penyempitan vaskuler, yang berakibat

pada kemunduran dan kegagalan fiingsi organ otak, mata, jantung dan ginjal

(Darmono, 2005). Peningkatan komplikasi dan angka kematian pada lansia

dengan DM tipe 2 terjadi jika penderita tidak melakukan terapi pengelolaan DM

sesuai dengan saran yang telah diberikan oleh petugas kesehatan (Cho, 2014).

Pengelolaan penyakit DM dikenal dengan empat pilar utama yaitu penyuluhan

atau edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani atau aktivitas fisik dan intervensi

farmakologis.Keempat pilar pengelolaan tersebut dapat diterapkan pada semua

jenis tipe DM termasuk DM tipe 2 untuk mencapai fokus pengelolaan DM yang

optimal maka perlu adanya keteraturan terhadap empat pilar utama

tersebut(PERKENI 2011).Salah satu kunci sukses pengelolaan DM adalah dengan

melaksanakan4 pilar regimen terapi.Keteraturan pasien dalam menjalani terapi


3

akan membantu mengurangi resiko komplikasi sehingga angka kematian akibat

DM dapat diturunkan (Sutedjo 2010). Keteraturan dalammelakukan aktivitas fisik

memiliki pengaruh yang paling besar dalam keberhasilan pengelolaan DM sebesar

40% (Yoga, 2011).

Pengelolaan pasien DM dalam melakukan aktivitas fisik perlu diteliti karena

sangat terkait dengan kualitas hidup pasien DM dalam menurunkan keluhan,

mempertahankan rasa nyaman dengan penyakitnya, mencegah komplikasi lebih

lanjut dan menurunkan angka morbiditas.Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan

primer di masyarakat, berperan dalam peningkatan taraf kesehatan masyarakat di

wilayahnya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai “Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Diabetes Melitus Di UPT Panti

werdha”

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan gerontik yang menjadi Diabetes Melitus (DM)

di Asrama 1 Unit Pelayanan teknis (UPT) Panti Werdha Majapahit Mojokerto?

1. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan lansia yang mengalami

Diabetes melitus (DM)

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat:
4

1) Melakukan pengkajian pada lansia yang mengalami Diabetes Melitus di Panti

Werdha

2) Menetapkan diagnosa keperawatan pada lansia yang mengalami Diabetes

Melitus di Panti Werdha

3) Menyusun rencana keperawatan pada lansia yang meng alami Diabetes

Melitus di panti werdha

4) Melakukan tindakan keperawatan pada lansia yang mengalami DM di panti

werdha

5) Melakukan Evaluasi tindakan keperawatan pada lansia yang mengalami DM di

panti werdha.

D. Manfaat Penelitian

a. Profesi keperawatan

Melakukan penilaian dalam memberikan Asuhan keperawatan pada lansia yang

mengalami Diabetes Melitus (DM).

b. institusi panti Werdha

Hasil Penelitian ini mampu menjadi landasan pelaksanaan program kegiatan

bimbingan,pembinaan dan konseling dalam upaya Asuhan Keperawatan lansia

pada pasien yang mengalami Diabetes Melitus (DM).


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Diabetes Melitus

A. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik atau kelainan

heterogen dengan karakteristik kenaikan kadar glukosa dalam darah atau

hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat,lemak dan protein yang di

sebabkan karena kelainan sekresi insulin,gangguan karya insulin atau

keduanya,yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,saraf

dan pembuluh darah (ADA, 2012;Perkeni ,2011) penilaian yang di lakukan oleh

(Steinthorsdotti,dkk 2012) menyimpulkan bahwa penderita diabetes melitus

mempunyai ketidak seimbangn insulin dalam perubahan glukosa.hal ini

menyebabkan penumpukan glukosa dalam darah.

Menurut kriteria diagnosa Perkeni (2011 ),seseorang di katakan menderita

diabetes melitus jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dl dan pada tes

gula darah sewaktu >200 mg/dl. Kadar gula darah sepanjang hari berfariasi

dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.

5
6

2. Klasifikasi

Klasifikasi diabetes melitus menurut ADA (2014) dan Muhlisin (2015) ada 4,

yaitu:

1) diabetes melitus tipe 1 yang disebabkan karena kerusakan sel p. tipe ini

biasanya menyebakan defisiensi insulin absolut.Diabetes melitus tipe 1 ini di

mulai dari adanya penyakit autoimun di mana sistem imun tubuh di serangyang

kemudian berdampak pada produksi sel pancreas.Akibat menurunya insulin

menyebabkan ikatan karbohidrat dalam darah terganggu.

2) Diabetes Melitus Tipe 2 di sebabkan karena sekretorik insulin cacat genetik

secara progresif dari latar belakang insulin yang resisten.menurut Hudak dan Gal

low (2010),Diabetes melitus tipe 2 merupakan dampak dari ketidak seimbangan

insulin dalam tubuh akibat obesitas,gaya hidup,dan pola makan.Konsumsi

karbohidrat yang berlebih menyebabkan ketidakseimbangan ikatan insulin dan

kerbohidrat dalam darah.Diabetes tipe lain di sebabkan karena penyebab dari

penyakit lain,misalnya cacat genetik pada fungsi sel B ,cacat genetik pada kerja

insulin penyakit eksokrin pankreas seperti fibrosis kistik serta dampak penyakit

dan obat obatan kimia seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah

transplantasi organ.Klasifikasi yang terakhir adalah Diabetes Melitus

kehamilan,tingginya gula darah hanya terjadi pada masa kehamilan dan akan

hilang sendiri setelah melahirkan (ADA,2014 dan muhlisin,dkk;2015).


7

3. Klasifikasi Klinis

Berbagai gejala dapat ditemukan pada penderita DM. Kecurigaan adanya

DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM atau yang disebut

dengan “TRIAS DM”(poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat

badan(BB) yang tidak dapat di jelaskan sebabnya), kadar glukosa darah pada

waktu puasa > 200 mg/dl, serta AIC > 6,5%.AIC dipakai untuk menilai

pengendalian glukosa jangka panjang sampai 2-3 bulan untuk memberikan

informasi yang jelas dan mengetahui sampai seberapa efektif terapi yang

diberikan. Penderita DM tipe 2 juga merasakan sejumlah keluhan lain seperti

kelemahan, infeksi berulang, penyembuhan luka yang sulit, gangguanpenglihatan,

kesemulan, gatal, kandidiasis vagina berulang dan disfungsi ereksi pada pria

(Lewis,dkk;2011, dan Perkeni, 2011).

4. Faktor risiko Diabetes Melitus ( DM )

Penegakan Diagnosa DM dapat dilakukan dengan uji Diagnostik dan

skrining.Uji Diagnostik Diabetes Melitus dilakukan pada mereka yang

menunjukan gejala atau tanda Diabetes Melitus, sedangkan skrining bertujuan

mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala yang mempunyai risiko Diabetes

Meiitus. Skrining dikerjakan pada kelompok dengan salah satu risiko diabetes

melitus Tipe 2 sebagai berikut:

1) Riwayat keturunan dengan diabates, misalnya pada diabetes melitus tipe 1

diturunkan sebagai sifat heterogen, multigenik, kembar identik mempunyai resiko

25%-50%, sementara saudara kandung beresiko 6% dan anak beresiko 25%,


8

semntara saudara kandung beresiko 6% dan anak beresiko 5% (Black, 2009 dalam

Tarwoto, 2012).

2) lingkungan seperti virus (cytomegalovirus, mumps, rubella) yang dapat

memicu terjadinya autoimun dan menghancurkan sel-sel beta pankreas, obat-

obatan dan zat kimia seperti alloxan, streptocin, pentamidine.

3) Usia diatas 45 Tahun .

4) Tidak mempunyai aktifitas fisik /kurang olah raga.

5) Keturunan dari ras yang mempunyai risiko tinggi seperti Arrika Amerika,

Latin, Asya Amerika,

6) Obesitas, berat badan lebih : BB > 20% BB ideal atau IMT >25 kg/m2,

7) Riwayat gestasional diabetes melitus (Tarwoto, 2012).

Diabetes melitus memiliki beberapa faktor risiko menurut Padila (2012) faktor

risiko tersebut adalah:

a. Usia

Usia adalah salah satu faktor resiko DM. Seseorang dengan usia diatas 45 Tahun

lebih berisiko DM dimana pada usia diatas 45 Tahun mengalami penurunan

fungsi tubuh (Padila, 2012).

b. Riwayat keluarga atau keturunan

Jika salah satu orang tua menderita DM maka kemungkinan seseorang akan

berisiko DM sebesar 15%, jika kedua orang tua menderita DM maka seseorang

akan berisiko terkena DM sebesar 75%, saudara kandung dengan adanya DM

10% berisiko DM (Padila, 2012).


9

c. Faktor imunologi

Faktor imunologi yaitu dengan adanya respon autoimun yang merupakan respon

abnormal (Padila, 2012).

d. Faktor lingkungan

Lingkungan dapat memicu virus atau toksin sehingga proses autoimun yang

menimbulkan distrusi sel beta (Padila, 2012).

e. Gaya hidup

Gaya hidup yang tidak sehat juga dapat berisiko DM, dimana seseorang

mempunyai kebiasaan hidup yang tidak sehat menjadi pemicu terjadinya risiko

DM.

f. Kelebihan berat badan dan obesitas

Seorang wanita dengan diabetes gestasional berisiko 40% untuk terkena DM tipe

2 (padila, 2012).

g. Stres

Stres juga menjadi faktor resiko dimana hormon stres meningkatkan tekanan

darah, kadar gula darah, mengerang otot dan menekan sistem imun sehingga

menyebabkan resistensi insulin (padila.2012).


10

5. Etiologi

1. Diabetes Melitus (DM) tipe 1

Diabetes yang tergantung insulin di tandai dengan penghancuran sel sel beta

pancreas yang di sebabkan oleh:

a. Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya

diabetes tipe 1.

b. Faktor imunologi (Autoimun)

c. Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun

yang menimbulkan enstruksi sel beta.

2. Diabetes Melitus (DM) tipe II

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.Faktor resiko

yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II: usia,obesitas,riwayat

dan keluarga.

Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan di bagi 3 yaitu:

a. <140 mg/dl (Normal)

b. 140-<200 mg/dl (Toieransi glukosa terganggu)

c. >200 mg/dl (diabetes).


11

6. Komplikasi DM

Komplikasi DM dapat di bedakan menjadi dua yaitu komplikasi akut dan kronik.

1. Komplikasi Akut

Keadaan hiperglikemia terdiri dari Keto Asidosis Diabetik,Hiperosmo!ar Non

Ketotik, dan Asidosis Laktat (Boedisantoso,2015)

2. Komplikasi Kronik

Komplikasi kronik bisa di bagi menjadi 2 bagian ,yaitu komplikasi vaskuler dan

non-vaskuler.Komplikasi vaskuler terbagi lagi menjadi mikrovaskuler

(Retinopati,neuropati dan nefropati) dan makrovaskuler (penyakit arteri

koroner,penyakit serebrovaskuler) sedangkan komplikasi non-vaskuler dari DM

yaitu gastroparesis,infeksi,dan perubahan kulit (Powers,2010 dalam Restu,2013).

7. Penatalaksanaan

Insulin pada DM tipe 2 di perkirakan pada keadaan:

1. Penurunan berat badan yang cepat

2. Hiperglikemia berat yang di sertai ketosisKetoasidosis diabetik (KAD) atau

hiperglikemia hiperosmolar non ketotik (HONK)

3. Hiperglikemia dengan asidosis laktat

4. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal

5. Stres berat (infeksi sistemik,operasi besar,IMA,stroke)

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup

penderita diabetes.Tujuan penatalaksanaan meliputi:


12

a. Tujuan jangka pendek : menghilangnya keluhan DM,memperbaiki kualitas

hidup,dan mengurangi risiko komplikasi akut.

b. Tujuan jangka panjang: mencenggah dan menghambat progesivilas penyulit

mikroangiopati dan makro angiopati.

c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunya morbilitas dan mortalilas DM. Unit

mencapai tujuan tersebut perlu di lakukan pengendalian glukosa darah,tekanan

darah, berat badan,dan profil lipid(mengukur kadar lemak dalam darah),melalui

pengelolaan pasien secara komprehensif.

Menurut Smeitzer dan Bare (2015), tujuan utama penatalaksanaan terapi

pada diabetes melitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa

darah ,sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinnya

komplikasi.

Tatalaksana diabetes terangkum dalam 4pilar pengendalian diabetes.Empat

pilar diabetes, yaitu:

a. Edukasi

Penderita diabetes perlu mengetahui seiuk beiuk penyakit diabtes-dengan

mengetahui faktor risiko diabetes, proses terjadinya diabetes,gejala diabetes,

komplikasi penyakit diabetes,serta pengobatan diabetes.Penderita perlu menyadari

bahwa mereka mampu menanggulangi diabetes,dan diabetes bukanlah suatu

penyakit yang di luar kendalinya. Terdiagnosis sebagai penderita diabetes bukan

berarti akhir dari segalanya.Edukasi (penyuluhan) secara individual dan

pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku

yang berhasil.
13

b. Pengaturan makan (diet)

Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk mengendalikan gula

darah,kadar lemak darah, serta berat badan ideal.Dengan demikian,kompiikasi

diabetes dapat di hindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan proses makan

itu sendiri.

c. Olahraga/Latihan Jasmani

Pengendalian kadar gula,lemak darah ,serta berat badan juga membutuhkan

aktivitas fisik teratur.Selain itu,aktifitas fisik juga memiliki efek sangat baik

meningkatkan sensitivitas insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian

diabetes lebih mudah di capai.Porsi olahraga perlu di seimbangkan dengan porsi

makanan dan obat sehingga tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu

rendah.Panduan umum yang di anjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas

ringan selama 30 menit dalam sehari yang di mulai secara bertahapJenis olahraga

yang di anjurkan adalah olahraga aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda,

berdansa, berkebun,dll.Penderita juga perlu meningkatkan aktivitas fisik dalam

kegiatan sehari hari , seperti lebih memilih naik tangga ketimbang lift,dlI.Sebelum

olahraga,sebaiknya penderita di periksa dokter sehingga penyulit seperti TD yang

tinggi dapat di atasi sebelum olahraga di mulai.

d. Obat /terapi farmakologi

Obat oral ataupun suntikan perlu di resepkan dokter apabila gula darah tetap tidak

terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat di

atas.Obat juga di gunakan ataspertimbangan dokter pada keadaan keadaan tertentu


14

seperti pada komiikasi akut diabetes,atau pada keadaan kadar gula darah yang

terlampau tinggi.

8. Pengendalian DM

Tujuan pengendalian DM secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup

penyandang Diabetes.Untuk jangka pendek tujuannya adalah menghilangkan

keluhan/gejala DM,memperthankan rasa nyaman dan mencapai target

pengendalian glukosa darah.untuk jangka panjang ,tujuannya yaitu mencegah dan

menghambat progresifitas penyulit mikroangipati,dan neuropati , dengan tujuan

akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas DM (Perkeni,2011).

Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik,diperlukan pengendalian

DM yang baik yang merupakan sasaran terapi.Diabetes terkendali baik,apabila

kadar glukosa darah mencapai kadar yang di harapkan serta kadar lipid dan Ale

juga mencapai kadar yang di harapkan demikian juga status gizi dan tekanan

darah.Penatalaksanaan dan pengelolaan DM tipe 2 di titik beratkan pada 4 pilar

utama yaitu (Perkeni,2011):

1. Edukasi

Tujuan pendidikan kesehatan bagi penyandang Diabetes Melitus (DM) adalah

peningkatan pengetahuan,perubahan sikap sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup.

2. Terapi gizi medis

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizimasing masing individu

.Komposisi makanan yang di anjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%,lemak


15

20%-25%,protein 10%-20%,natrium kurang dari 3g,dan diet cukup serat sekitar

25g/hari.

3. Latihan Jasmani

Latihan jasmani secara teratur (3-5 kali seminggu kurang lebih 30 menit),selain

untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki

sensitivitas insulin,sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.

4. Intervensi farmakologis

langkah pertama yang harus di lakukan adalah pengelolaan non farmakologi,

berupa perencenaan makan dan kegiatan jasmani.

B. Konsep Lansia

1. Pengertian

Beberapa pengertian menurut para ahli :

a. Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55

tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperiuan hidupnya sehari-hari

dan menerima natkah dari orang lain.

b. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

dan memperbaiki kerusakan yang diderita Proses menua merupakan proses yang

terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya

dialami pada semua makhluk hidup.

c. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuanjaringan untuk memperbaiki diri/mengganti danmempertahankan


16

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita. (Nugroho, 2013).

d. Faktor –factoryang mempengaruhi ketuaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan tersebut antara lain : Hereditas, nutrisi,

status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stress.

2. Batas Lansia

a) Menurut WHO, batasan lansia meliputi:

1) Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun

2) Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun

3) Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun

4) Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

b) Menurut Dra. Jos Masdani (psikolog UI):Mengatakan lanjut usia merupakan

kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian:

1) Fase iuventus antara 25dan 40 tahun

2) Verilitia antara 40 dan 50 tahun

3) Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun

4) Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia.

3. Tipe tipe lansia

Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada

tinggal bersama anaknya. (Nugroho ,2013) adalah:

a. Tipe ArifBijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan


perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
17

b. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai


kegiatan.

c. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe kontlik iahir batin, menentang proses penuaan
yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan

kekuasaan, jabatan, teman.

d. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.

e. Tipe Bingung:Yaitulansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,


minder, pasif, dan kaget.

4. Teori Teori Penuaan

a. Teori Biologis

1) Teori genetic dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesiesspesies

tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimiayang terprogram

oleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami

mutasi.

2) Teori radikal Bebas

Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan organik

yang menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

3) Teori Autoimun

Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada keseimbangan

regulasi system imun.Sel normal yang telah menua dianggap benda asing,

sehingga sistem bereaksi untuk membentuk antibody yang menghancurkan sel

tersebut.Selain itu atripu tymus juga turut sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh
18

tidak mampu melawan organisme pathogen yang masuk kedalam tubuh.Teori

meyakini menua terjadi berhubungan dengan peningkatan produk auto antibodi.

b. Teori Stres

Menua terjadi akibat hiiangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, dan stress

menyebabkan sel-sel tubuh leiah dipakai.

c. Teori Apoptosis

Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika lingkungannya

berubah, secarafisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada perkembangan

persarapan dan juga diperlukan untuk merusak sistem program prolifirasi sel

tumor. Pada teori ini lingkungan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna

stres dan hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis

diberbagai organ tubuh.

d. Teori kejiwaan Sosial

Aktifitas atau kegiatan {Activity theory), Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut

usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut bnyak kegiatan sosial.

e. Kepribadian lanjut (Continuity theory)

Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut

usia sangat dipengaruhi tipe personality yang dimilikinya.

f. Teori pembebasan (Disengagement theory)

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan

diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan
19

ini mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun

kuantitas.

g. Teori lingkungan

1) Exposure theory; Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat percepatan

proses penuaan.

2) Radiasi theory: Radiasi sinar y, sinar xdan ultrafiolet dari alat-alat medis

memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi DNA.

3) Polution theory: Udara, air dan tanah yang tercemar polusi mengandung

subtansi kimia, yang mempengaruhi kondisi epigenetik yang dpat mempercepat

proses penuaan.

h. Stress theory: Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol dalam

darah. Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat proses penuaan.

5. Perubahan yang terjadi pada lansia

Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung

rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya

umur. Menurut Nugroho (2013) perubahan yang terjadi pada lansia adalah

sebagai berikut:

a) Perubahan Fisik

1) Sel

2) Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan

intra seluler, menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel

otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.

3) Sistem persyarafan
20

Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak

menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan

berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf

penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap

dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.

4) Sistem penglihatan

Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan

pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna

menurun.

5) Sistem pendengaran

Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada

yang tinggi, suara tidak jelas, suiit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia

diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofl menyebabkan otosklerosis.

6) Sistem Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku.Kemampuan jantung menurun 1%

setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan eiastisitas

pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan

tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat

meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg,

diastole normal ± 95 mmHg.


21

7) Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat

yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang

mempengaruhinya yang sering ditemukan antara Iain: Temperatur tubuh menurun,

keterbatasan reflek menggigildan tidak dapat memproduksi panas yang banyak

sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

8) Sistem respirasi

Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih

berat,kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas

turun.Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), 02 arteri

menurun menjadi 75 mmHg, C02 arteri tidak berganti.

9) Sistem Gastrointestinal Banyak gigi yang tunggal, sensitifitas indra pengecap

menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,

waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi,

fungsi absorbsi menurun.

10) Sistem Genitourinaria

Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200

mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput

lendir mengering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi

seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.

11) Sistem Endokrin

Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan

sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.


22

12) Sistem Kulit

Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan

kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan

vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang

jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis

13) Sistem muskulos keletal

Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,

persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sklerosis,

atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan

tremor.

6. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

a. Perubahan fisik

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Hereditas

e. Lingkungan

f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan

sikap.

g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit

h. Kenangan lama tidak berubah


23

i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,

berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor terjadi

perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.

7. Perubahan Psikososial

Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan

rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik

dan depresif.

Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioal

ekonomi.Pensiunan,kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan

status, teman atau relasi Sadar akan datangnya kematian, Perubahan dalam cara

hidup, kemampuan gerak sempit, Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup

tinggi, Penyakit kronis, Kesepian, pengasingan dari lingkungan social, Gangguan

syaraf panca indra, Gizi, Kehilangan teman dan keluarga, Berkurangnya kekuatan

fisik.

Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu

perubahan biologis, psikologis, sosiologis.

a. Perubahan biologis meliputi:

1) Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah mengakibatkan

jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan

kering, wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap.

2) Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga

dihubungkan dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam tola!.


24

3) Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan

seperti perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu makan usia lanjut.

Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang

dapat menyebabkan wasir

4) Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan usia lanjut menjadi

lanbat kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan dapat mengganggu

aktivitas/ kegiatan sehari-hari.

5) Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan

penurunan daya ingat jangka pendek melambatkan proses informasi, kesulitan

berbahasa kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas.

6) Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar

juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran nutrisi sampai dapat terjadi

hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.

7) Inkontenensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan

yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut.


25

b. Kemunduran psikologis

Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan

penyesuaian-penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain sindroma

iepas jabatan sedih yang berkepanjangan.

c. Kemunduran sosiologi

Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman usia

lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang sangat penting bagi

kepribadiannya di dalam pekerjaan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus

Konsep asuhan keperawatan pada lansia menggunakan format pengkajian

gerontik yang terdiri dari : Pengkajian ( data biografi, riwayat kesehatan, status

fisiologis / pemeriksaan fisik, data penunjang, pengkajian pola prilaku kesehatan,

pengkajian lingkungan, sistem pendukung, psikososial, fungsional).

PENGKAJIAN

a. Identitas

DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia ≥ 6o tahun dan umumnya

adalah DM tipe II (non insulin dependen) atau tipe DMTTI

b. Keluhan Utama

DM pada usia lanjut mungkin cukup sukar karena sering tidak khas dan

asimtomatik (contohnya: kelemahan,,kelelahan,BB menurun,terjadi infeksi

minor,kebingungan akut atau depresi).

c. Riwayat penyakit dahulu

Terjadi pada penderita dengan DM yang lama.


26

d. Riwayat penyakit sekarang

Pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan gangguan gangguan

penglihatan karena katarak,rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot

(neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan

lazim.

e. Riwayat penyakit sekarang

Dalam anggota keluarga tersebut salah satu anggota keluarga ada yang menderita

DM.

a) Pada data biografi diisi : nama, umur,tanggal pengkajian jenis kelaminjam

pengkajian, tempat dan tanggal lahir, pendidikan terakhir,perguruan

tinggi,agama,suku,status perkawinan,alamat,orang yang mudah dihubungi,

hubungan dengan Px, alamat &telepon ,waktu kunjungan ,riwayat pekerjaan.

b) Riwayat kesehatan keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien?

c) Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM,bagaimana penanganannya,mendapat terapi

insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak,apa

saja yang di lakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya:

d. Aktivitas/istrahat:

Letih,lemah,sulit bergerak / berjalan ,kram otot,tonus otot menurun.

e. Sirkulasi
27

f. Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada

ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama,takikardi, perubahan

tekanan darah

c. Integritas ego

Stres, ansietas

d. Makanan/cairan

Anoreksia,muaI muntah,tidak mengikuti diet,penurunan berat badan ,haus

penggunaan diuretika.

b. Neuro sensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan

penglihatan.

c. Nyeri/kenyamanan

Abdomen tegang,nyeri (sedang/berat)

d. Pernafasan

Batuk dengan tanpa sputum purulen (terganggu adanya infeksi/tidak)

8. Keamanan

Kulit kering,gatal,ulkus kulit

2. Pemeriksaan Fisik

a. Sel (Perubahan sel)

Sel menjadi lebih sedikit,jumlah dan ukurannya menjadi lebih besar,berkurangnya

jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intrasel.

b. Sistem Integumen
28

Kulit keriput akibat kehilangan lemak,kulit kering dan pucat dan terdapat bintik –

bintik hitam akibat menurunnya sel sel yang memproduksi pigmen,kuku pada jari

tengah dan kaki menjadi tebal dan rapuh.Pada orang berusia 60 tahun rambut

wajah meningkat,rambut menipis/botak dan warna rambut kelabu,kelenjar

keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

c. Sistem Muskuler

Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang pengecilan otot karena

menurunnya serabut otot.Pada otot polos tidak begitu berpengaruh.

d. Sistem pendengaran

Presbiakusis (menurunnya pendengaran pada lansia) membran timpani menjadi

altrofi menyebabkan austoklerosis,penumpukkan serumen sehingga mengeras

karena meningkatnya keratin.

b. Sistem penglihatan

1) Karena berbentuk speris,sfingther pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon

terhadap sinar,lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang penglihatan (daya

adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat gelap).

2) Hilangnya akomodasi menurunnya lapang pandang karena berkurangnya luas

pandangan.

3) Menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru pada skala.

c. Sistem pernafasan

Otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya

aktivitas silia, paru kurang elastis , alveoli kurang melebar biasanya dan jumlah
29

berkurang.Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmhg.Karbon Oksida pada

arteri tidak berganti kemampuan batuk berkurang.

d. Sistem kardivaskuler

Katub jantung menebal dan menjadi kaku.Kemampuan jantung memompa darah

menurun 1% pertahun,Kehilangan obstisitas pembuluh darah,tekanan darah

meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

e. Sistem Gastrointestinal

Kehilangan gigi, indra pengecap menurun,esofagus melebar,rasa lapar

menurun,asam lambung menurun waktu pengosongan lambung, peristaltik lemah

sehingga sering terjadi konstipasi,hati makin mengecil.

f. Sistem perkemihan

Ginjal mengecil,nefron menjadi atrofi,aliran darah ke ginjal menurun sampai

50%, laju filtrasi glumerulus menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang

sehingga kurang mampu memekatkan urine,proteinuria bertambah, ambang ginjal

terhadap glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih menurun karena otot yang

lemah , frekuensi berkemih meningkat,kandung kemih sulit di kosongkan,pada

orang terjadi peningkatan retensi urin dan pembesaran prostat (75% usia di atas 60

tahun).

g. Sistem Reproduksi

Selaput lendir vagina menurun/kering,menciutnya ovarium dan uterus ,atrofi

payudara testis masih dapat memproduksi meskipun adanya pnurunan secara

berangsur angsur ,dorongan seks menetap sampai 70 tahun asal kondisi kesehatan

baik.
30

h. Sistem endokrin

Produksi semua hormon menurun,fungsi paratiroid dan sekresinya tidak

berubah,berkurangnya ACTH,TSH,FSH dan LH.Menurunnya aktivitas tiroid

sehingga laju metabolisme tubuh (BMR) menurun.

i. Sistem Sensori

Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap sentuhan (berat otak menurun

sekitar 10-20%).

3. Pemeriksaan Diagnostik Test

Glukosa darah sewaktu

Kadar glukosa darah puasa

c. Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan:

a) Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmo1/L)

b) Glukosa plasma puasa 140 mg/dl (7,8 mmo1/L)

c) Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp)>200 mg/dl)

4. Diagnosa keperawatan

1. Retensi Urin berhubungan dengan sumabatan,tekanan ureter tinggi,inhibisi

arkus reflek

2. Keletihan berhubungan dengan psikologis, asiatas,depresi, lingkungan


31

Intervensi (NIC)

Diagnosa 1: Retensi Urin berhubungan dengan sumabatan,tekanan ureter

tinggi,inhibisi

Intervensi:

Urinary Rentetion Care

a. Monitot intake dan output

b. Monitor penggunaan obat antikolionergik

c. Monitor derajat distensi bladder

d. Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urin

e. Sediakan privaci untuk eliminasi

f. Stimulasi refleks bladder dengan kompres dingin pada abdomen

g. Katerisasi jika perlu

h. Monitor tanda dan gejala ISK (panas,hematuria,perubahan bau dan konsitensi

urine)

Diagnosa 2: keletihan berhubungan dengan psikologi,asietas,depresi,lingkungan

Intervensi:

a. Observasi adanya pebatasan klien dalam melakukan aktivitas

b. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

c. Dukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan

d. Bantu aktivitas sehari hari dengan kebutuhan

e. Tingkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas (tingkatkan periode istrahat)

Implementasi (NOC )

Diagnosa 1:Retensi Urin


32

Urinary elimination

Urinary/ continence

Kriteria Hasil:

a. Kandung kemih kosong secara penuh

b. Tidak ada residu urin >100-200cc

c. Bebas dari ISK

d. Tidak ada spasme bladder

e. Balance cairan seimbang.

Diagnosa 2: Keletihan

Edurance

Concerantrasion

Energy conservation

Nutrional Status:energy

Kriteria Hasil:

a. Memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik

b. Menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi kelelahan

c. Kecemasan menurun

d. Glukosa darah adekuat

e. Kualitas hidup meningkat


BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara menyelesaikan atau memecahkan masalah

dengan menggunakan metode keilmuan. Pada bab ini akan disajikan dcsain

penelitian, batasan istilah, unit anaiisa, lokasi dan waktu, pengumpulan data, Uji

keabsahan, analisa data dan etika penelitian.

A. Desain Penelitian

Nursalam ( 2013 ) mengemukanan desain penelitian adalah sesuatu yang

sangat penting dalam penelitian,memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi akurasi dan hasil.

Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian

suatu unit penelitian secara intensif:

Misalnya: satupasien,keluarga,kelompok,komunitas dan institusi.meskipun jumlah

dari subjek cenderung sedikit jumlah variabel yang di teliti sangat luas.Oleh

karena sangat penting untuk mengetahui semua variabel yang berhubungan

dengan masalah peneiitian.Desain dari studi kasus tergantung dari keadaan kasus

tetapi tetap mempertimbangkan waktu .Riwayat dan perilaku sebelumnya

biasanya di kaji secara rinci.Keuntungan yang paling besar dari desain ini adalah

pengkajian secara rinci meskipun jumlah dari responden sedikit,sehingga di

dapatkan gambaran satu unit objek yang jelas (Nursalam,2014).

33
34

Studi kasus ini adalah studi kasus untuk mengekplorasi masalah Asuhan

Keperawatan Lansia yang mengalami Diabetes Melitus (DM) bertempat di UPT

Panti Werdha Majapahit-Mojokerto.

B. Batasan istilah (Definsisi Operasional)

Asuhan keperawatan gerontik dengan diabetes mellitus (DM) di Panti Werdha

adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, intervensi,

implementasi dan evaluasi keperawatan keluarga lansia dengan diabetes mellitus

di Panti Werdha yang mengalami peningkatan gula darah pada pasien diabetes

millitus.

C. Partisipan

Kriteria yang diambil pada partisipan penelitian adalah

1. Diabetes Melitus tipe 2

2. Yang mengalami diabetes melitus 3 tahun terakhir

D. Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian ini di lakukan Di UPT Panti Werdha Mojopahit –Mojokerto.

tanggai 18 Juli 2018 selama 1-2 minggu.


35

E. Pengumpulan Data

a. Perijinan

Proses kegiatan dimulai setelah proposal penelitian mendapat persetujuan

dari pembimbing. Setelah itu proses pengumpulan data didahului dengan prosedur

birokrasi atau surat perijinan dari pihak Stikes ditujukan kepada Panti Werdha,

Mojokerto. Setelah mendapat perijinan untuk mengambil data, peneliti melakukan

penelitian.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan dengan pasien dan proses

pengumpulan datayang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,2008)

.Proses pengumpulan data dimulai dengan :

a) Peneliti mencari partisipan yaitu pasien lansia dengan DM.

b) Peneliti meminta ijin (informed consent) kepada pasien.

c) Peneliti melakukan pengkajian keperawatan.

d) Selanjutnya merumuskan diagnosa keperawatan

e) Setelah itu peneliti menyusun intervensi keperawatan

f) Melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah

dibuat.

g) Melakukan pengumpulan data.


36

E. Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian ini uji keabsahan data menggunakan metode trangulasi.

Trangulasi dalam penelitian ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

a. Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. sumber tersebut

yaitu responden, keluarga dan perawat.

b. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Teknik tersebut dengan

meiakukan wawancara.

c. Triangulasi waktu dapat mempengaruhi kredibilitas data, karena waktu yang

baik untuk meiakukan wawancara atau pengumpulan data akan memberikan data

yang lebih valid.

F. Analisis Data

Teknik analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan

data. Analisis dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini

pembahasan. Teknik analisa data yang digunakan dengan cara menarasikan

jawaban - jawaban yang diperoleh dari hasil interprestasi wawancara mendalam

yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisa digunakan

dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan

data untuk selanjutnya di interprestasikan dan di bandingkan teori yang ada


37

sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut (Hidayat,

2010).

Adapun urutan dalam analisa data :

a. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil analisa mencakup:

a) Wawancara

b) Observasi

c) Dokumentasi

Selanjutnya hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disaiin dalam

bentuk transkip.

b. Mereduksi Data

Hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu

dalam bentuk transkip dan dikelompokan menjadi data subyektif dianalisa

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

c. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan teks naratip.Kerahasiaan dari klien dijamin

dengan jalan mengaburkan identitas klien.

d. Simpulan

Data yang disajikan kemudian dibahas dan dibandingkan hasil penelitian

terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.Penarikan kesimpulan

dilakukan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data

pengkajian, diagnosa, perencanaan tindakan dan evaluasi.


38

G. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan sesuai etika penelitian sebagai berikut:

1. Informed Consent

Sebelum pengambilan data dilakukan maka peneliti hams memperkenalkan diri,

memberi penjelasan tentang hak dan kewajiaban partisipasin. Tujuan adalah agar

partisipan mengetahui maksud, dan tujuan peneliti serta dampak yang diteliti

selama pengumpulan data.Jika subyek bersedia untuk diteliti maka partisipan

harus menandatangani lembar persetujuan, dan jika partisipan menolak untuk

diteliti maka peneliti tidak memaksa dan menghormati haknya.

2. Confidentiality ( Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan partisipan, dijamin oleh peneliti, hanya data

tertentu yang akan disajikan pada hasil penelitian dengan tetap menjaga privasi

dan niiai-nilai keyakinan partisipan.

3. Anonimity (tanpa nama)

Kerahasiaan partisipan, di lakukan dengan jelas tidak mencantumkan nama

tetapi hanya diberi nomor urut sebagai identitas pada saat pengumpulan data.
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan di uraikan mengenai hasil penelitian yang di lakukan di

UPT Panti Werdha Majapahit Kabupaten Mojokerto dengan menggunakan data

primer.Pada bab ini juga akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasan

mengenai hasil yang sudah di peroleh.

1. Gambaran Umum Panti Werdha

Panti Werdha Majapahit Mojokerto berdiri pada bulan mei tahun 1968

,merupakan perubahan dari Panti karya yang menampung para pengemis dan

gelandangan.Dalam perkembangan selanjutnya Panti Werdha Majapahit

Mojokerto adalah UPT dari Dinas sosial daerah tingkat 1 Jawa Timur sampai

tahun 2002.Selanjutnya sejak 1 january 2003 pengelolaan di serahkan kepada

39
40

pemerintah kabupaten Mojokerto di bawah kantor kesejahteraan dalam naungan

seksi bantu sosial.Mulai tanggal 17 january 2009 Panti werdha Majapahit

Mojokerto berubah menjadi UPT dari dinas sosial Kabupaten Mojokerto.Jumlah

lansia di panti sebanyak 46 lansia dan yang mengalami ketergantungan penuh

pada perawat panti sebanyak 1 lansia.

Bangunan panti merupakan bangunan permanen dengan dinding tembok

dan sebagian lantai berkeramik,atap genteng dengan pencahayaan yang

cukup.Panti ini terdiri dari 1 kantor , 1 mushola,1 ruang poliklinik,1 dapur

umum,1 ruang pertemuan,3 gudang,6 wisma ( wisma yang di gunakan sebagai

wisma mahasiswa ) dengan 2 kamar mandi yang berdsmpingan dengan jarak 8 m

dari kamar tidur,wisma 4,5 dan 6 terdapat perawat klien yang stanbay dari pagi

hingga sore untuk menjaga wisma juga untuk membantu perawatan

lansia,termasuk membersihkan wisma 5 yang sangat pesing,lansia pada wisma

sudah tidak bisa membersihkan sendiri karena mobilitas mereka yang terbatas

,wisma 6 terdapat 3 lansia dengan fungsi kognitif tidak baik,dan tiap wisma

terdiri dari 1 pos penjagaan.

Kegiatan yang di lakukan di Panti Werdha Majapahit Mojokerto ini antara

lain berjemur di pagi hari yang di lakukan setiap hari,senam pagi bersama yang di

lakukan setiap hari jumat untuk menjaga kebugaran,bimbingan agama yang di

lakukan dua kali dalam 1 minggu setiap hari senin dan kamis ,kunjungan medis

berkala yang di lakukan setiap hari pagi dan sore di asrama yang di lakukan oleh

tenaga perawat,posyandu lansia di lakukan 1 bulan dan berkebun serta berlomba.


41

Jumlah tenaga Panti sebanyak 10 orang dengan rincian sebagai berikut: 1 orang

kepala panti, 3 orang staff TU,4 orang perawat Panti ( 3 perawat medis dan 1

perawat klien ), 3 orang bagian gizi,2 orang bagian keamanan,2 orang bagian

kebersihan.Kegiatan rutinitas pada lansia di UPT Panti Werdha Majapahit

Mojokerto adalah pengajian atau siraman rohani pada hari senin dan kamis jam

10.00 WIB.

2. Pengkajian

1) Identitas klien
Tabel 4.1 Identitas Klien Asuhan Keperawatan Lansia yang mengalami
Gangguan Aktifitas Fisik dengan Diabetes Melitus Di Panti Werdha
Majapahit Mojokerto pada tanggal 02 juli 2018
Identitas Klien Klien 1 Klien 2
Nama Ny.S Tn.K
Umur 58 Tahun 73 Tahun
Jenis Kelamin P L
Agama Islam Islam
Pekerjaan Tkw Saudagar
Pendidikan SMP SD
Alamat Bandung Gedag Mojoranu
Mojokerto
Suku/Bangsa Jawa Jawa

2. Riwayat Kesehatan
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit Asuhan Keperawatan Lansia yang
Mengalami Diabetes Melitus di Panti Werdha Mojopahit
Mojokerto pada tanggal 02 juli 2018
Riwayat Kesehatan Klien 1 Klien 2

Keluhan yang di rasakan Klien mengatakan kaki Klien mengatakan


saat ini dan tangan kesemutan kurang mengkonsumsi
air putih.
Keluhan yang di rasakan Diabetes Melitus Diabetes Melitus
dalam 3 bulan terakhir
42

3. STATUS FISIOLOGIS/PEMERIKSAAN FISIK


Tabel 4.3 Status Fisiologis/Pemeriksaan Fisik Asuhan Keperawatan
Lansia yang mengalami Diabetes Melitus di Panti Werdha
Majapahit Mojokerto pada tanggal 02 juli 2018
Status Fisiologis/Pemeriksaan Klien 1 Klien 2
Fisik
Keadaan Umum Baik Lemah
Tingkat Kesadaran: Composmentis Composmentis
GCS: 456 456
Tanda-tanda Vital
 S 36◦C 36◦C
 N 80x/menit 80x/menit
 RR 20x/menit 20x/menit
 TD 150/100 mmhg 140/90 mmhg
 TB 160 cm 167 cm
 BB 75 kg 60 kg
a. Kepala:
Kebersihan: Bersih Bersih
Kerontokan Rambut: Tidak Tidak
Persebaran Rambut: Lurus/merata Lurus/merata
b. Mata Telinga,Hidung Tidak Tidak
1) Mata Merah Muda Merah muda
Perubahan penglihatan: Putih Putih
Konjungtiva:
Sklera: Simetris Simetris
2) Telinga Tidak ada Tidak ada
Bentuk telinga: Tidak ada Tidak ada
Keluaran:
Penggunaan alat: Tidak ada Tidak ada
3) Hidung Tidak ada Tidak ada
Gangguang Penciuman:
Riwayat alergi:
c. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid:
Distensi vena jugularis: Tidak ada Tidak
Tida ada Tidak
d. Dada dan
Punggung
1) Inspeksi Normal Normal
Bentuk dada: Normal Normal
Susunan Tulang Belakang:
Retraksi Otot bantu Normal Lordosis
pernafasan:
Retraksi intercosta: Tidak ada Tidak
Retraksi suprasternal: Tidak Tidak
Pernafasan cuping hidung:
43

Tidak Tidak
Pola nafas:
Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran
jantung Jantung
e. Pemeriksaan jantung Sama Sama
1) Palpasi: Pekak Pekak
Getaran antara kanan dan Lup – dup S1-S2 Lup – dup S1- S2
kiri: tunggal Tunggal
2) Perkusi :
3) Auskultasi: Tidak ada Tidak ada
4) Keluhan lain yang terkait Tidak ada Tidak ada
dengan jantung:
Tidak ada Tidak ada
f. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi: Cekung Cekung
Bentuk Abdomen: Terdengar bising Terdengar bising
Massa/benjolan usus normalnya 3 x usus normalnya
a) Auskultasi: per menit. 3x/menit.
Paristaltik usus Tidak Tidak
b) Palpasi Tidak Tidak
c) Perkusi - -

g. Ekstremitas atas dan Kanan dan kiri Kesemutan pada


bawah kedua kaki dan
Nyeri persendia: - tangan
Pembekakan sendi: Bengkak pada kaki -
Spasme: - -
Masalah cara: - -
Berjalan: - -
Menggunakan kursi
Prokteksi : - roda
Kekakuan: Tangan dan kaki -
kaku -
Deformitas: -
Kelemahan otot: - -
Nyeri pinggang: - -
Edema: - -
Reflek: - -
Penggunaan alat bantu: - -
Kursi roda
44

4) Intergumen
Tabel 4.4 Intergumen Asuhan Keperawatan Lansia yang mengalami DM
di Panti Werdha Majapahit Mojokerto pada tanggal 02 juli 2018
Intergumen Klien 1 Klien 2
Kebersihan Bersih Bersih
Perubahan Pikmentasi Sawo matang Putih
Lesi/Luka Tidak ada lesi/luka Tidak ada lesi/luka
Kelembaban Kulit kering, Kulit kering
Turgor

Tabel 4.5 Pola kesehatan Asuhan Keperawatan lansia yang mengalami DM


di Panti Werdha Majapahit Mojokerto pada tanggal 02 juli 2018
Pola Kesehatan Klien 1 Klien 2
a) Pola Nutrisi
Frekuensi Makan Klien mengatakan makan Klien mengatakan
3x sehari porsi habis nasi makan 3x/hari porsi
putih ,tahu, tempe dan habis.nasi putih
kerupuk.
Nafsu Makan Baik Baik
Frekuensi Minum Klien mengatakan Klien mengatakan
minum secukupnya air minum air putih 1 hari 2
putih,3 gelas/hari kali.
Jenis Minuman Air putih,kerupuk, Air putih
b) Pola Istrahat Tidur
Jumlah tidur 4-5 jam/hari 5-6 jam/hari
Gangguan Tidur Klien mengatakan Klien mengatakan
tidurnya terganggu saat tidurnya terganggu atau
ingin buang air kecil tidak bisa tidur,sering
terbangun.
c) Pola Klien 1 Klien 2
Eliminasi
BAB Klien mengatakan Klien mengatakan
kadang BAB 3 hari setiap hari BAB di
sekali. tempat tidur karena
kedua tulang pahanya
rasa sakit .
BAK Klien mengatakan BAK Klien mengatakan
siang 3x ,malam 2x setiap hari BAK di
tempat tidur
45

5) Indeks Barthel
Tabel 4.6 Pola Kesehatan Asuhan Keperawatan Lansia yang mengalami
DM di Panti Werdha Majapahit Mojokerto pada tanggal 02 juli
2018
Klien 1
No JENIS AKTIFITAS NILAI PENILAIAN

BANTUAN MANDIRI

1. Makan 10 10

2. Minum 10 10

3. Berpindah dari kursi 10 10


roda ke tempat tidur
dan sebaliknya.
4. Kebersihan diri:cuci 10 10
muka,menyisir,gosok
gigi.
5. Aktifitas di kamar 10 10
mandi (toileting)
6. Mandi 10 10

7. Berjalan di jalan yang 10 10


datar
8. Naik turun Tangga 10 10

9. Berpakaian termasuk 10 10
mengenakan sepatu
10. Mengontrol Defekasi 10 10

11. Mengontrol berkemih 10 10

12. Olahraga/Latihan 10 10

13. Rekreasi/pemanfaatan 10
waktu luang
JUMLAH TOTAL j 130
46

Klien 2
NO JENIS AKTIVITAS NILAI PENILAIAN

BANTUAN MANDIRI
1. Makan 10 10
2. Minum 10 10
3. Berpindah dari kursi 5 5
roda ke tempat tidur dan
sebaliknya.
4. Kebersihan diri:cuci 5 5
muka,menyisir,gosok
gigi
5. Aktifitas di kamar mandi 5 5
(Toileting)
6. Mandi 10 10
7. Berjalan di jalan yang 5 5
datar
8. Naik turun tangga 5 5
9. Berpakaian termasuk 5 5
mengenakan sepatu
10. Mengontrol defekasi 10 10
11. Mengontrol Berkemih 10 10
12. Olahraga/latihan 5 5
13. Rekreasi/Pemanfaatan 5 5
waktu luang
JUMLAH TOTAL 90

Pengkajian Lingkungan

b. Bentuk Bangunan: Bangunan Berbentuk Asrama


c. Lantai : Lantai Terbuat Dari Keramik
d. Kebersihan Lantai: Bersih
e. Pencahayaan: Cukup
f. Pengaturan Penataan Perabotan: Tertata dengan baik
47

6) Pengkajian Status Spikososial


Tabel 4.7 Pengkajian Status Spikososial Asuhan Keperawatan Lansia
yang Mengalami DM dip anti Werdha Majapahit Mojokerto
pada Tanggal 02 july 2018
Status Spikososial Klien 1 Klien 2
Hubungan interaksi Klien suka duduk Klien suka bercerita
dengan orang lain dalam dengan lansia yang lain dengan lansia yang lain
panti di asrama lain dan juga di asrama lain dengan
suka jalan jalan di depan baik.
panti.
Motivasi penghuni Mandiri Mandiri

7) Data Penunjang
Tabel 4.8 Data penunjang Asuhan Keperawatan Lansia yang mengalami
DM di Panti Werdha Majapahit Mojokerto pada tanggal 02 july 2018
Pemeriksaan Klien 1 Klien 2
Hasil Asam Urat 270 Mg/Dl 280 Mg/Dl
Terapi - -

Analisa Data

No
Data Etiologi Masalah
1. Ds: Hiperglikemi (DM) Ketidak
- Klien mengeluh kedua efektifan
kakinya dan tangan terasa perfusi
kesemutan namun tidak mati Komplikasi Vaskuler jaringan
rasa.
- Klien sudah lama mengalami
keluhan kesemutan seperti Mikro vaskuler
yang di rasakan saat ini sejak 3
bulan yang lalu.
Neuropati
DO:
- CRT 4 detik
- Turgor kulit kering,akral Ketidak efektifan jaringan
dingin
- RR : 20x/menit
- N : 80x/menit
- TD : 150/100 mmhg
- BB:75 cm
48

-TB: 160 cm

2. DS: Intake dan output tak seimbang Kekurangan


- Klien mengatakan kurang volume
mengkonsumsi air putih cairan.
DO: Turgor kulit buruk
1. Lemah
2. Turgor kulit buruk Kekurangan volume cairan
3. RR: 20x/menit
4. N :80x/menit
5. TD: 140/90 mmhg
6. GDA: 280 BB: 60 cm
7. Tb: 167 cm
8. Membran mukosa kering

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tabel 4.9 Diagnosa Keperawatan Asuhan Keperawatan Lansia yang


Mengalami DM di Panti werdha Majapahit Mojokerto pada
Tanggal 02 july 2018
No Diagnosa

1. Ketidak efektifan perfusi jaringan b/d diabetes mellitus

2. Kekurangan volume cairan b/d osmotik dieresis di tandai dengan turgor


kulit menurun dan mukosa mulut kering

INTERVENSI Klien 1

Tabel 4.10 Intervensi Asuhan Keperawatan Lansia yang mengalami DM


di Panti Werdha Majapahit Mojokerto pada tanggal 23 july
2018
Klien 1
Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Ketidak Setelah di berikan - Lakukan penilaian - Sirkulasi
efektifan tindakan keperawatan sirkulasi perifer (nadi perifer
perfusi jaringan selama 2x24 jam di periifer) secara dapat
berhubungan harapkan kesemutan komprehensif. menunjuka
dengan Diabes pada klien berkurang. - Ajarkan klien cara n tingkat
melitus KH: perawatan kaki dan keparahan
- Pengisian kapiler jari kuku tangan penyakit.
- Suhu kulit ujung kaki - Ajarkan senam kaki - Perawatan
dan tangan diabetik. kaki dan
49

- Parestesia - Anjurkan klien tangan


menggunakan lotion untuk
pada kaki dan tangan mengurangi
kesemutan
- Senam
diabetik
untuk
melancarka
n peredaran
darah pada
kaki dan
tangan.
- Mengguna
kan lotion
pada kaki
dan tangan
agar kulit
tidak
kering.

Klien 2
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Kekuranganvolu Setelah di berikan - Kaji riwayat klien - Membantu
me cairan b/d tindakan keperawatan sehubungan dengan memperkirakan
osmotik diuresis selama 2x24 jam di lamanya atau intensitas kekurangan volume
di tandai dengan harapkan kebutuhan dari gejala seperti total.
turgor kulit cairan atau hidrasi muntah dan - Hipovolemi di
menurun dan pasien terpenuhi. pengeluaran urin yang manifestasikan oleh
membran mukosa KH: berlebihan. hipotensi dan
kering - TTV stabil - Pantau tanda tanda takikardi.Perkirakan
- Nadi perifer dapat di vital berat ringannya
raba - Pantau suhu,warna hipovolemi saat
- Turgor kulit kulit atau kelembapan . tekanan darah
- Pengisian kapiler baik - Pantau masukan dan sistolik turun ≥ 10
- Kadar elekrolit dalam pengeluaran. mmhg dari posisi
batas normal. - Ukur Berat Badan berbaring ke duduk
(BB). atau berdiri.
- Observasi mual,nyeri - Demam,menggigil
abdomen,muntah,dan dan diaphoresis adalah
distensi lambung. hal umum terjadi
- Berikan terapi cairan pada proses infeksi ,
sesuai indikasi. demam dengan kulit
kemerahan,kering
merupakan tanda
50

dehidrasi.
- Memperkirakan
kebutuhan cairan
pengganti, fungsi
ginjal dan keefektifan
terapi yang di berikan.
- Memberikan hasil
pengkajian terbaik
dari status cairan yang
sedang berlangsung
dan selanjutnya dalam
memberikan cairan
pengganti.
- Kekurangan cairan
dan elektrolit
mengubah motiliti
lambung sehingga
sering menimbulkan
muntah dan secara
potensial
menimbulkan
kekurangan cairan dan
elektrolit.
Tipe dan jumlah
cairan tergantung
pada derajat respon
klien secara
individual.

Tabel 4.11 Implementasi Asuhan Keperawatan Lansia yang mengalami


DM di Panti Werdha Majapahit Mojokerto pada tanggal
23 juli 2018
Klien 1
Diagnosa 20 juli 2018 21 juli 2018 22 juli 2018
Keperawat
an
Klien 1
Implementasi Implementasi Implementasi
Ketidak 08.0 Melakukan 08.1 Sapa klien 08.3 Mengajarka
efektifan 0 pengkajian pada 5 dank lien 0 n klien
perfusi klien menjawab senam kaki
jaringan b/d sapa dengan dan tangan
diabetes baik. diabetik.
melitus
09.0 Menganjurkankl 09.3 Mengajarka 08.0 Merencanak
51

0 ien 0 n klien cara 0 an


menggunakan menggunak perawatan
pelembab pada an pada
kulit kaki dan pelembab periode
tangan yang pada kaki selanjutnya.
kering dengan dan tangan.
menggunakan
lotion.

Klien 2
Diagnosa 20 juli 2018 21 juli 2018 22 juli 2018
Keperawatan
Klien 2
Implementasi Implementasi Implementasi
Kekurangan 08. Kaji tanda 08.5 Catat adanya 08.3 Kaji pola
Cairanb/d 00 tanda vital 1 perubahan 1 nafas dan bau
osmotik dieresis pada klien tekanan darah nafas
di tandai dengan ortestatik
turgor kulit
menurun dan
dan membrane
mukosa kering08 Kaji Kaji nadi Ukur Berat
suhu,warna 08.3 perifer,pen 08.4 Badan
08. dan 0 gisian 5
45 kelembaban kapiler,tur
kulit. gor kulit
dan
membrane
mukosa.

Tabel 4.12 Evaluasi Asuhan Keperawatan Lansia yang mengalami DM


Di Panti Werdha Majaphit Mojokerto
Evaluasi Hari 1 Hari 2 Hari 3
Klien 1 S: S: S:
Klien mengatakan Klien Klien mengatakan
kesemutan pada kaki dan mengatakan kesemutan pada kedua
tangannya saat bergerak. esemutan pada kaki dan tangannya sudah
O: kaki dan berkurang.
Keadaan umum: Cukup tangan sedikit O:
Kesadaran:Compasmentis berkurang. Keadaan Umum:baik
S: O: Kesadaran:Composmentis
TTV: Keadaan S:
TD: 150/100mmhg Umum:Cukup TTV:
52

S: 36°C Kesadaran : TD: 140/100


N: 80 x/menit Composmentis S: 36°C
RR: 20 x/menit S: N: 80x/menit
GDA: 270 TTV: RR: 20 x/menit
A: TD: 150/9 GDA: 280
Masalah teratasi sebagian mmhg A:
P: S: 36°C Masalah terarasi sebagian
Intervensi di lanjutkan N: 80 x/menit P:
RR: 20x/menit Lanjutkan Intervensi
GDA: 280 selanjutnya.
A:
Masalah
teratasi
sebagian
P: intervensi di
lanjutkan
53

Evaluasi Hari 1 Hari 2 Hari 3


Klien 2 S: S: S:
Klien Klien Klien mengatakan
mengatakan mengatakan kebutuhan cairan sudah
jarang sudah lebih baik dalam
mengkonsumsi mengkonsumsi konsumsi air putih.
air putih air putih dalam O:
O: sehari 3x Keadaan Umum: Lemah
Keadaan Umum O: Kesadaran:
:Lemah Keadaan Compasmentis
Kesadaran:comp umum:baik TTV:
osmentis Kesadaran:Com TD: 140 /100 mmhg
TTV: posmentis S: 36◦C
TD:140/90 TTV: N:80 x/menit
mmhg TD: 140/100 RR: 20x/menit
S:36◦C mmhg A:
RR:20x/menit S: 36◦C masalah teratasi sebagian
N:80x /menit RR: 20 x/menit P:
A: N:80x/menit intervensi di lanjutkan
Masalah belum A:
teratasi Masalah teratasi
P: sebagian
Intervensi di P:
lanjutkan Intervensi di
lanjutkan

4.1 Pembahasan

4.1.1 Pengkajian

Tahap pengkajian kegiatan mengumpulkan data di lakukan melalui observasi

langsung terhadap pasien.Wawancara langsung dengan pasien maupun kelurga

serta melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi,palpasi,dari hasil

pengkajian yang di lakukan diagnosa keperawatan.

Pada umumnya warga lanjut usia mengalami kelemahan dan penurunan

kondisi fisik sehingga mengalami kualitas hidup lansia (Karninggrum,E.D,2017)

.Hasil observasi saat pengkajian menggunakan Indeks Barthel di dapatkan bahwa

pasien 2 mendapat penurunan suhu kulityang buruk dan pasien 1 tidak mendapat
54

penurunan suhu kulit yang buruk.Hasil pengkajian di dapatkan data bahwa pasien

1 mengalami ketidakefektifan jaringan dan pasien 2 mengalami kekurangan

volume cairan.

Dengan masalah yang di alami pasien 1 adalah ketidakefektifan perfusi

jaringan sedangkan pada pasien 2 di tandai masalah kekurangan volume cairan

DM dengan turgor kulit menurun.Diabetes Melitus adalah suatu kelompok

penyakit metabolik atau kelainan heterogen dengan karakteristik kenaikan kadar

glukosa dalam darah atau hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein yang di sebabkan karena kelainan sekresi insulin,gangguan

karya insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada

mata,ginjal,saraf dan pembuluh darah (ADA,2012; Perkeni,2011) penilaian yang

di lakukan oleh ( Steinthorsdotti,dkk 2012 ) menyimpulkan bahwa penderita

diabetes mellitus mempunyai ketidak seimbangan insulin dalam perubahan

glukosa.Hal ini menyebabkan penumpukan glukosa dalam darah.

Hiperglikemi pada pasien DM menyebabkan terjadinya pelan kemampuan

vaskuler sehingga menyebabkan neuropati yang berdampak pada tidaknya

ketidakefektifan perfusi perifer.

4.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien satu dank lien dua hanya satu

diagnose keperawatan.Diagnosa di rioritaskan pada subyek satu dan subyek dua

adalah ketidakefektifan perfusi jaringan.

Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang di hasilkan oleh otot rangka yang

memerlukan pengeluaran energi. Aktifitas fisik yang tidak ada (kurangnya


55

aktifitas fisik) merupakan faktor resiko independen untuk penyakit kronis, dan

secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian global (WHO,2010).

Jadi, kesimpulan dari pengertian aktifitas fisik ialah gerakan tubuh oleh otot tubuh

dan sistem penunjangnya yang memerlukan pengeluaran energi.

4.1.3 Perencanaan

Perencanaan pada klien 1 dan 2 pada diagnosa keperawatan yaitu:

Pantau tanda tanda vital klien,mengajarkan klien senam diabetik, anjurkan klien

menggunakan lotion pada kulit,lakukan penilaian sirkulasi perifer,mengukur BB

dan TB pada klien.

Perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan

yang di butuhkan untuk mencegah,menurunkan atau mengurangi masalah-

masalah klien.Perencanaan ini di laksanakan sesuai dengan penentuan prioritas

diagnosa,penentuan tujuan dan hasil yang di harapkan sesuai intervensi

keperawatan yang telah di tetapkan (Hidayat,2010).

Perencanaan pada kasus ini di tinjau dari teori ini jauh berbeda terutama pada

diagnose keperawatan yang muncul,hal ini di sebabkan karena pada perencanaan

sudah tercantum intervensi yang sesuai dengan teori dengan menambahkan

intervensi yang sesuai dengan kasus yang ada.Peneliti dalam melanjutkan

perencanaan terhadap tindakan pada intinya sama dengan teori yang telah ada

yang di sesuaikan dengan kondisi pasien di Panti Werdha Majapahit Mojokerto.

4.1.4 Tindakan

Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencanaan yang sudah

disusun pada tahap perencanaan sebelumnya (Nanda 2012). Berdasarkan hal


56

tersebut penulis dalam mengelola pasien dalam implementasi dengan masing

masing diagnosa.Implementasi yang di lakukan oleh penulis pada diagnosa

ketidak efektifan perfusi jaringan berhubungan dengan diabetes melitus (DM)

pertama yaitu:

a. Melakukan pengkajian pada klien

b. Sapa klien dan klien menjawab sapa dengan baik

c. Mengajarkan klien senam kaki dan jari tangan diabetik

d. Menganjurkan klien menggunakan pelembab pada kulit kaki dan tangan yang

kering dengan menggunakan lotion.

e. Pantau tanda tanda vital (TTV)

f. Catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik

g. Kaji pola nafas dan bau nafas

h. Kaji suhu,warna dan kelembapan kulit

i. Kaji nadi perifer,pengisian kepiler,turgor kulit dan membran mukosa

j. Ukur berat badan setiap hari

k. Berikan terapi sesuai indikasi

Berdasarkan hal – hal di atas penulis melakukan implementasi sesuai dengan

tinjauan teori yang ada menurut Nanda (2013).

4.2.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana,tercapai atau

tidak.Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif,yang di lakukan saat memberikan

intervensi dengan respon segera dan evaluasi sumatif dengan hasil observasi dan
57

analisis pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang di rencanakan

(Hidayat,2010).

Hasil evaluasi dari intervensi terhadap klien satu dan klien dua yang di

lakukan selama 3 hari di dapatkan bahwa masalah yang di alami kedua responden

telah teratasi oleh sebagai berikut itu pasien hendaknya melakukan aktivitas fisik

dan pemeriksaan serta konsultasi medis pada tenaga kesehatan.

Evaluasi keperawatan di laksanakan pada diagnosa yang sudah di lakukan

keperawatan yang muncul sehingga peneliti dapat mengevaluasi hasil dari

tindakan keperawatan yang telah di lakukan apakah ada perkembangan kondisi

klien atau tidak.


58

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil pengkajian pada pasien di analisa dan di tetapkan hasil pada pasien 1

adalah ketidak efektifan perfusi jaringan dan masalah pada pasien 2 adalah

kekurangan volume cairan

2. Diagnosa Keperawatan yang di tetapkan adalah ketidak efektifan perfusi

jaringan berhubungan dengan Diabetes Melitus pada paien 1 dan kekurangan

volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis di tandai dengan turgor kulit

menurun dan mukosa mulut kering pada pasien 2.

3. Kemudian dengan melaksanakan rencana keperawatan berdasarkan kondisi

pasien di laksanakan implementasi selama 3x 24 jam yang berupa pengkajian

secara berkelanjutan,senam kaki diabetik dan pemberian lotion.

4. Hasil implementasi di dapatkan bawa pada pasien 1 dan 2 telah teratasi masala

yang di alami.
59

5.2 Saran

5.2.1 Bagi ilmu keperawatan

Setelah melihat hasil penelitian maka di sarankan untuk dapat mengaplikasikan

dalam Asuhan Keperawatan khususnya ilmu keperawatan musculoskeletal untuk

memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien DM.

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan masukan bagi mahasiswa keperawatan tentang Diabetes Melitus

sehingga dapat memberikan pendidikan kesehatan tentan DM.

5.2.3 Bagi Klien

Di sarankan untuk lebih aktif bertanya kepada petugas kesehatan tentang

penatalaksanaan Diabetes Melitus sehingga dapat teratasi

5.2.4 Bagi Pihak Panti

Disarankan pihak panti agar dapat menggunakan pengobatan non farmakologi dan

senam senam diabetic dalam pengobatan penyakit Diabetes Melitus.


DAFTAR PUSTAKA

Amerikan Diabetes Association (ADA ) (2010).Standartof Medical Care In


Diabetes Care; 30: 65-73.[www.carediabetesjournals.org].diakses pada
tanggal 22 januari 2015.

P.B. PERKENI (2011) Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di


Indonesia 2011 Jakarta:PERKENI

Amin Huda Nurarif, Hardi Kusuma NIC-NOC (2015).Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (NORTH
AMERICAN NURSING DIAGNOSIS ASSOCIATION).

Yoga,(2011),Hubungan antara empat pilar pengelolaan diabetes melitus dengan


keberhasilan pengelolalaan Diabetes Melitustipe 2 Universitas
diponogoro.Semarang

Menkes RI (2016) Riset Kesehatan Dasar 2013.Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

WHO (2013).Risk Factor blood preasure.World Health Organization.

Black, ( 2009 dalam Tarwoto,2012),Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen


Klinis yang di harapkan .Jakarta: Salemba Medika

Internasional Diabetes Federation,2014. Diabetes and Impaired Glucose


Tolerance

Kartiningrum, E,D,2017 kualitas hidup lansia di dusun glonggongan desa sumber

tebu kecamatan Bangsal mojokerto.Hospital Majapahit Vol 5 N0 2 November

2017.Hal: 42-47

60

You might also like