Professional Documents
Culture Documents
Diajukan Oleh :
FIFI RAMADANI
N 101 14 038
Kepada
ABSTRACT
Background: Instant foods and drinks have several advantages, such as cheap
prices, convenient, and quick in serving, but it can be harmful due to the food
additives. Students who live in the boarding school need to be careful of their
consumption behaviour of instant foods on daily basis. This research aimed to
analyze the relationship of knowledge and attitude toward the act of consumption
of instant foods and drinks at the Modern students in boarding schools Al-
Istiqamah Ngatabaru Palu.
ABSTRAK
Latar Belakang: Makanan dan minuman instan pada dasarnya memiliki beberapa
keunggulan seperti: harga yang murah, mudah, dan cepat dalam penyajian namun
berisiko terhadap kesehatan karena mengandung bahan tambahan makanan. Santri
yang tinggal di pondok pesantren perlu memperhatikan perilaku konsumsi
makanan instan setiap harinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap tindakan konsumsi
makanan dan minuman instan pada santri di Pondok Pesantren Modern Al-
Istiqamah Ngatabaru Palu.
PENDAHULUAN
Pangan tidak hanya sesuatu untuk dimakan, tetapi merupakan bagian
integral dari budaya suatu masyarakat, daerah, atau suatu bangsa. Makanan adalah
sebuah konsep yang relatif. Pada tingkat global, manusia memakan segala sesuatu
asalkan tidak beracun.[1]
Kemajuan di bidang industri pangan telah menghasilkan beberapa
makanan dan minuman instan yang beredar banyak dipasaran sehingga dengan
mudah didapatkan dan dikonsumsi oleh kalangan masyarakat khususnya pelajar.
Makanan dan minuman instan pada dasarnya memiliki beberapa
keunggulan seperti: praktis, mudah, dan cepat dalam penyajian namun berisiko
terhadap kesehatan karena mengandung bahan tambahan makanan dan zat kimia
sintesis.[2]
Pondok pesantren merupakan tempat untuk mendidik agar santri-santri
menjadi orang berakhlak mulia dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Santri-santri
yang berada di pondok pesantren merupakan sumber daya yang menjadi generasi
penerus pembangunan yang perlu diperhatiakan pemenuhan kebutuhan gizinya. [3]
Aktivitas padat yang dialami oleh santri di pondok pesantren yang tinggal
di asrama dan jauh dari orang tua cenderung meningkatkan jumlah makan dan
minum untuk memenuhi jumlah energi yang keluar. Jadwal makan yang
ditentukan oleh pihak pondok dapat menyebabkan mereka berinisiatif untuk
menyediakan makanan dan minuman yang lebih praktis untuk dikonsumsi saat
lapar, seperti makanan dan minuman instan.
Bentuk perhatian khusus bagi santri yang tinggal di pondok salah satunya
adalah dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan energi melalui perilaku
konsumsi. Secara umum, perilaku dibagi menjadi 3 tingkat ranah, yaitu :
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengamatan yang dilakukan di Pondok
Pesantren Modern Al-Istiqamah Ngatabaru Palu diketahui rata-rata santri
4
c. Tingkat tindakan
Tabel 5. Distribusi Responden Variabel Tindakan
Tindakan Frekuensi Persentase (%)
Kurang 78 47,90
Baik 85 52,10
Jumlah 163 100
Tindakan Konsumsi
Pengetahuan N % p value
Kurang Baik
n % n %
Kurang 28 41,20 40 58,80 68 100
Baik 50 52,60 45 47,40 95 100 0,149
Jumlah 78 47,90 85 52,10 163 100
Sumber : Data Primer, 2017.
Tabel 7 menunjukkan 68 responden dengan tingkat pengetahuan
kurang, terdapat 40 responden (58,80%) tindakan yang baik. Sebanyak 95
responden dengan tingkat pengetahuan baik, terdapat 50 responden
(52,60%) tindakan yang kurang. Hasil uji Chi-square nilai p = 0,149
(p>0,05) peneliti menginterpretasikan keputusan H0 diterima dan HA
ditolak.
b. Hubungan tingkat sikap terhadap tindakan konsumsi
Tabel 8. Hubungan Tingkat Sikap Terhadap Tindakan Konsumsi
Tindakan Konsumsi
Sikap N % p value
Kurang Baik
n % n %
Kurang 42 61,80 26 38,20 68 100
Baik 36 37,90 59 62,10 95 100 0,003
Jumlah 78 47,90 85 52,10 163 100
minuman instan ternyata tidak menjadi landasan dari tindakan yang akan
dilakukannya.
Pengetahuan yang diperoleh dari iklan televisi dikemas dengan kreatif
sehingga dapat menarik perhatian. Iklan yang kreatif membuat seseorang
memperhatikan secara detail dan rinci, sehingga pesan yang disampaikan kepada
pemirsa dapat diterima dengan baik dan pengetahuan seseorang menjadi
bertambah.[2]
Apabila seseorang memiliki pengetahuan yang baik diharapkan akan
mempengaruhi tindakan yang baik pula.[4] Faktor yang dapat mempengaruhi pola
makan yang buruk antara lain tidak ada nafsu makan, selalu sibuk, merasa bosan
dengan makanan yang telah disediakan oleh Jasa Boga Pesantren, dan suka
memilih-milih makanan. [5]
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri
yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor
pengetahuan dengan perilaku makan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang
baik tentang perilaku makan biasanya memang sudah memiliki perilaku makan
yang sehat.[6]
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Febriyanto dan penelitian
Triasari yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden
dengan perilaku pemilihan jajanan. Hal tersebut dikarenakan responden memiliki
pengetahuan dan perilaku yang sebanding. [7,8]
Penelitian oleh Islamiyati sejalan dengan penelitian ini bahwa meskipun
tingkat pengetahuan seseorang tinggi tentang konsumsi makanan dan minuman
instan tetapi untuk tindakannya masih rendah. Tindakan yang rendah tersebut
disebabkan karena ada faktor lain yang mempengaruhinya seperti rasa
ketertarikan lebih terhadap iklan makanan dan minuman instan sehingga
seseorang tidak memperdulikan bahaya yang dapat ditimbulkan.[2]
Pengetahuan santri tentang makanan dan minuman instan yang berada
pada kategori baik bisa didapatkan dari berbagai hal seperti media elektronik,
media cetak, penyuluhan, serta pengalaman lain sebelum berada di dalam pondok.
10
sikap terhadap tindakan konsumsi makanan dan minuman instan pada santri di
Pondok Pesantren Modern Al- Istiqamah Ngatabaru Palu.
Nilai Odds Ratio 2,647 artinya sikap santri yang baik memiliki peluang
untuk mempunyai tindakan yang baik dalam melakukan konsumsi makanan dan
minuman instan sebesar 2,647 kali dibandingkan sikap santri yang kurang. Nilai
Odds ratio yang lebih dari 1 menunjukkan peluang untuk mempunyai tindakan
yang baik lebih besar daripada peluang tindakan yang kurang. Nilai 95%
confidence interval berkisar antara 1,394 – 5,026, artinya nilai Odds ratio
dinyatakan signifikan atau bermakna karena tidak memuat angka 0.
Tingkatan sikap berada pada tingkatan menerima sebanyak 102 orang
(62,60%) dan ini sejalan dengan tingkatan tindakan santri yang berada pada
tingkatan praktik secara mekanisme sebanyak 138 orang (84,70%). Hal tersebut
menunjukkan bahwa sikap dapat mendasari seseorang dalam melakukan tindakan
konsumsi makanan dan minuman instan. Ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
perilaku tertentu.[9]
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dikarenakan
sikap mempunyai daya pendorong atau pemberi motivasi untuk melakukan suatu
tindakan. Seseorang yang memiliki sikap positif atau negatif berarti telah
memiliki keyakinan tentang suatu hal yang memberikan kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan pendapat dan keyakinannya, atau bentuk dari respon suka
tidaknya dengan objek yang dirasakannya.[4]
Sikap dapat mempengaruhi pengalaman seorang individu dan bersumber
dari dorongan di dalam hati, kebiasaan-kebiasaan yang dikehendaki dan pengaruh
lingkungan disekitar individu. Sikap dihasilkan dari keinginan-keinginan pribadi
dan sejumlah stimulus.[2]
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian Febriyanto yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap responden dengan perilaku
pemilihan jajanan di MI Sulaimaniyyah Jombang. Hal ini menandakan bahwa
sikap merupakan faktor pendukung dalam memilih makanan jajanan.[7]
12
tingkatan sikap baik terbanyak berada pada tingkatan menerima sebanyak 102
orang (62,60%).
3. Tingkat tindakan santri di Pondok Pesantren Modern Al-Istiqamah Ngatabaru
Palu berada pada kategori baik sebanyak 85 orang (52,10%). Sedangkan
tingkatan tindakan baik terbanyak berada pada tingkatan praktik secara
mekanisme sebanyak 138 orang (84,70%).
4. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap tindakan
konsumsi makanan dan minuman instan pada santri di Pondok Pesantren
Modern Al-Istiqamah Ngatabaru Palu.
5. Terdapat hubungan antara tingkat sikap terhadap tindakan konsumsi makanan
dan minuman instan pada santri di Pondok Pesantren Modern Al-Istiqamah
Ngatabaru Palu.
SARAN
Saran dari penelitian ini adalah :
1. Para santri diharapkan tetap meningkatkan pengetahuan dan sikap yang baik
dalam konsumsi makanan dan minuman instan secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Tenaga pengajar diharapkan tetap memberikan edukasi melalui proses belajar
mengajar tentang pentingnya memperhatikan tindakan konsumsi makanan
dan minuman instan bagi kesehatan.
3. Bagi kantin yang menyediakan makanan dan minuman instan di sekitar
pondok diharapkan agar bisa menyediakan makanan dan minuman instan
yang lebih rendah risikonya bagi kesehatan.
4. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan data
dalam melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar dan
mencari perbandingan antara tingkat perilaku makan dan minum antara laki-
laki dan perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
14
1. Khomsan A, Hadi R, Sri AM. Ketahanan pangan dan gizi serta mekanisme
bertahan pada masyarakat tradisional suku ciptagelar di jawa barat. JIPI.
2013; 18(3): 1. [cited 2017 Sep 19]
2. Islamiyati AN. Pengetahuan, sikap, tindakan konsumsi makanan dan
minuman instan pada siswa kelas XI program keahlian jasa boga sekolah
menengah kejuruan negeri 6 yogyakarta. 2014; 15, 26, 82-3, 86-8. [cited 2017
Sep 19]
3. Amelia AR, Aminuddin S, St Fatimah. Hubungan asupan energi dan zat gizi
dengan status gizi santri putri yayasan pondok pesantren hidayatullah
makassar sulawesi selatan tahun 2013. 2013; 3. [cited 2017 Oct 16]
4. Notoatmodjo S. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2014.
5. Masnawati A, Pawiono, Iswanto. Hubungan pola makan dengan kejadian
tifoid pada santri di pondok pesantren tebuireng jombang. 2014; [1p.]. [cited
2018 Jan 26]
6. Putri DY. Faktor–faktor yang berhubungan dengan perilaku makan pada
remaja putri di SMA negeri 10 padang tahun 2013. 2014; [1p.]. [cited 2017
Sep 19]
7. Febriyanto MAB. Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku
konsumsi jajanan sehat di MI sulaimaniyyah mojoagung jombang. 2016; 37.
[cited 2017 Sep 19).
8. Triasari R. Hubungan pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman dengan
perilaku memilih jajanan pada siswa kelas V SD negeri cipayung 2 kota
depok. 2015; 60-2. [cited 2017 Sep 19]
9. Rahmawati RF. Pengetahuan gizi, sikap, perilaku makan dan asupan kalsium
pada siswi SMA. 2012; 13. [cited 2017 Sep 19]