You are on page 1of 23

MAKALAH

TRAUMA THORAKS

Di Susun Oleh

KELOMPOK V

1. Mahyuni Wulandari
2. Niswatun Asnawati
3. Parlan Bambang K
4. Ziana Zain

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2018

KATA PENGANTAR

1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syuku ratas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Trauma Thoraks.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca
.

Mataram, 28 September 2018

Penyusun
KELOMPOK V

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i

2
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1.............................................................................................Latar Belakang...................................
1.2.........................................................................................Perumusan Masalah
.............................................................................................................2
1.3...........................................................................................Tujuan Penulisan..................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Penyakit Trauma Thoraks..........................................3
1..................................................................................Definisi trauma thoraks
......................................................................................................3
2...............................................................................................Etiologi.........................................
3.............................................................................................Klasifikasi.......................................
4.......................................................................................Manifestasi Klinis.................................
5...........................................................................................Patofisiologi.....................................
6..............................................................................................Pathways........................................
7..................................................................................Pemeriksaan Penunjang
.....................................................................................................10
8............................................................................................Komplikasi......................................
9........................................................................................Penatalaksanaan..................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................21
3.1 Kesimpulan........................................................................................21
3.2 Saran..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Thorax dapat di definisikan sebagai area yang dibatasi di superior oleh thoracic
inlet dan inferior oleh thoracic outlet, dengan batas luara dalah dinding thorax yang
disusun oleh vertebra torakal ,iga-iga, sternum,otot, dan jaringan ikat.
Rongga thorax dibatasi dengan rongga abdomen oleh diafragma .Rongga thorax
dapat dibagi kedalam dua bagian utama, yaitu: paru-paru (kiri dan kanan) dan
mediastinum. Mediastinum dibagi kedalam 3 bagian yaitu: superior, anterior, dan
posterior. Mediastinum terletak di antara paru kiri dan kanan merupakan daerah
tempat organ-organ penting thorax selain paru-paru yaitu: jantung, aurta, arteri
pulmonalis, vena cavae, esophagus, trachea, dll.
Thoracic inlet merupakan “pintu masuk” rongga thoraks yang disusun oleh :
permukaan ventral vertebrata torakal I (posterior), bagian medial dari iga kiri dan
kanan (lateral), serta manubrium stemi (anterior). Thoracic inlet memiliki sudut
deklinasi sehingga bagian anterior terletak lebih anterior dibanding posterior,
manubrium stemi terletak kira-kira setinggi vertebra torakal II. Batas bawah
rongga thoraks adalah area yang dibatasi oleh sisi ventral vertebra torakal XII,
lateral oleh batas bawah iga dan anterior oleh processusxiphoideus.
Diafragma sebagai pembatas rongga thoraks dan rongga abdomen, memiliki bentuk
seperti kubah dengan puncak menonjol ke superior , sehingga sebagian rongga
abdomen sebenarnya terletak di dalam “area” thoraks
Trauma paru merupakan komponen yang penting dalam trauma thoraks. Cidera
thoraks memberikan dampak medis dan sosial yang besar, dengan kontribusi
terhadap yang menyebabkan kematian kira-kira 25% dan menyumbang secara
signifikan sebanyak 25% dari seluruh penyebab kematian.
Trauma thoraks merupakan penyebab utama kematian, cacat, rawat inap,
pertambahan golongan kurang upaya pada masyarakat di amerika dari umur 1
tahun.
Kebanyakan trauma thoraks disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Insiden dari
trauma dada diamerika adalah 12 orang bagi setiap 1000 orang penduduk tiap
harinya, dan 20-25% kematian yang disebabkan oleh trauma adalah trauma thoraks.
Trauma thoraks diperkirakan bertanggung jawab atas kematian 16.000 kematian
tiap tahunnya di amerika. Trauma thoraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar

1
yaitu : trauma tembus atau tumpul. Sebagai seorang calon tenaga medis khusunya
perawat memiliki peran yang sangat penting dalam memahami penyakit trauma
thoraks, sehingga dapat melakukan pencegahan ,penurunan, perawatan serta
pemulihan terhadap penyakit akibat trauma thorax dan mengurangi angka kematian
pada penderita.
1.2 Rumusan Masalah.
1. Apa definisi trauma thorax ?
2. Apa etiologi trauma thorax ?
3. Apa manifestasi trauma thorax ?
4. Apa patofisiologi trauma thorax ?
5. Bagaimana penatalaksanaan trauma thorax ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jauh mengenai
Penyakit Trauma Thoraks dan dapat mendemodtrasikan penatalaksanaan penderita
trauma thorax khususnya bagi mahasiswa keperawatan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit Trauma Thoraks

1. Definisi Trauma Thoraks


Trauma dada/trauma toraks adalah suatu trauma yang terjadi pada dada
yang dibagi menjadi dua (2) yaitu, trauma tumpul dan trauma tusuk yang
kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor (80%), terjatuh,
pukulan dada dan kecelakaan pada bidang industri.
2. Faktor Predisposing/ Etiologi
a. Trauma tembus :

2
1) Tertembak pada daerah dada.
2) Tertusuk pada daerah dada.
b. Trauma tumpul :
1) Kecelakaan kendaraan bermotor
2) Jatuh
3) Pukulan pada dada
c. Penyakit yang mendahului
1) Asma
2) Tuberculosis
3) Bronkhitis
4) Pneumonia
3. Klasifikasi
Trauma thoraks dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu trauma tembus
atau trauma tumpul.
a. Trauma tembus (tajam)
1) Terjadi diskontinuitas dinding thoraks (laserasi) langsung akibat
penyebab trauma
2) Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau
peluru.
b. Trauma tumpul
1) Tidak terjadi diskontinuitas dinding thoraks
2) Terutama akibat kecelakaan lalu lintas, terjatuh, olahraga,crush
atau bi ast injuri
3) Kelainan tersering akibat trauma tumpul thoraks adalah kontusio
paru
4) Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi.
Trauma Tumpul
Trauma tumpul lebih sering didapatkan berbanding trauma tembus,
kira-kira lebih dari 90% trauma thoraks. Dua mekanisme yang terjadi
pada trauma tumpul:
(1) Transfer energy secara direk pada dinding dada dan organ
thoraks
(2) Deselerasi deferensial, yang dialami oleh organ thoraks ketika
terjadinya impak. Benturan yang secara direk yang mengenai
dinding thoraks dapat menyebabkan luka robek dan kerusakan dari
jaringan lunak dan tulang seperti tulang iga. Cedera thoraks dengan
tekanan yang kuat dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intratorakal sehingga menyebabkan rupture dari organ-organ yang
berisi cairan atau gas.

Trauma Tembus

3
Trauma tembus biasanya isebabkan tekanan mekanikal yang
dikenakan secara direk yang berlaku tiba-tiba pada suatu area fokal.
Pisau atau projectile, misalnya, akan menyebabkan kerusakan jaringan
dengan stretching dan crushing dan cedera biasanya menyebabkan batas
luka yang sama dengan bahan yang tembus pada jaringan. Berat
ringannya cedera internal yang berlaku tergantung pada organ yang
telah terkena dan seberapa vital organ tersebut.

Derajat cedera tergantung pada mekanisme dari penetrasi dan


termasuk diantara faktor lain adalah efisiensi dari energy yang
dipindahkan dari obyek ke jaringan tubuh yang terpenetrasi. Faktor-
faktor lain yang berpengaruh adalah karakteristik dari senjata, seperti
kecepatan, size, dari permukaan impak, serta densitasi dari jaringan
tubuh yang terpenetrasi. Pisau biasanya menyebabkan cedera yang lebih
kecil karena ia termasuk proyektil dengan kecepatan rendah. Luka tusuk
yang disebabkan oleh pisau sebatas dengan daerah daerah yang terjadi
penetrasi. Luka yang disebabkan oleh tusukan pisau biasanya dapat di
toleransi, walupun tusukan tersebut pada daerah jantung, biasanya dapat
diselamatkan dengan penanganan medis yang maksimal.

Peluru termasuk proyektil dengan kecepatan tinggi, dengan


biasanya bisa mencapai kecepatan lebh dari 1800-2000 kali per detik.
Proyektil dengan kecepatan yang tinggi dapat menyebabkan berat cidera
yang sama dengan seperti penetrasi pisau, namun tidak seperti pisau,
cedera yang disebabkan oleh penetrasi peluru dapat dapat merusakkan
struktur yang berdekatan dengan laluan pluru. Ini karena disebabkan
terbentuknya kavitas jaringan dan dengan menghasilkan gelombang
syok jaringan yang bisa bertambah luas. Tempat keluar peluru
mempunyai diameter 20-30 kali dari diameter peluru.

Mekanisme Trauma

Akselerasi

4
 Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari
penyebab trauma. Gaya perusak berbanding lurus dengan massa
dan percepatan (akselerasi); sesuai dengan hokum Newton II
(kerusaka yang terjadi juga tergantung pada luas jaringan tubuh
yang menerima gaya perusak dari trauma tersebut.
 Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan
jarak tembak; penggunaan senjata dengan kecepatan tinggi
seperti senjata militer high velocity (>3000 ff/sec) pada jarak
dekat akan mengakibatkan kerusakan dan peronggaan yang jauh
lebih luas dibandingkan besar lubang masuk peluru.

Deselerasi

 Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari


jaringan. Biasanya terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-
tiba berhenti akibat trauma. Kewrusakan yang terjadi oleh
karena pada saat trauma, organ-organ dalam yang mobile
( seperti bronkus, sebagian aorta, organ visera, dsb) masih
bergerak dan daya yang merusak terjadi akibat tumbukan
pada dinding thoraks/rongga tubuh lain atau oleh karena
tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.

Tersio dan Rotasi

 Gaya tersio atau rotasio yang terjadi umumnya


diakibatkan oleh adanya deselerasi organ-organ dalam yang
sebagian strukturnya memiliki jaringan pengikat/fiksasi,
seperti isthmus aorta, bronkus utama, diafragma atau atrium.
Akibat adanya deselerasi yang tiba-tiba organ-organ tersebut
dapat terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi sebagai
titik tumpuk atau porosnya.

Blast Injury

5
 Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya
kontak langsung dengan penyebb trauma. Seperti pada
ledakan bom.
 Gaya merusak diterima oleh tubuh melalui penghantaran
gelombang energy.
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering muncul pada penyakit trauma thoraks adalah :
a. Ada jejas pada thoraks
b. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi.
c. Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi
d. Penurunan tekanan darah
e. Perfusi jaringan tidak adekuat
f. Sianosis
g. Sesak nafas
h. Pulsus paradoksus (tekanandarah sistolikturun dan berfluktuasi dengan
pernapasan) dapat terjadi dini pada temponade jantung
i. Bunyi muffle pada jantung
j. Peningkatan tekanan vena sentral yang di tunjukkan oleh distensi vena
leher
5. Patofisiologi
Trauma dada (baik tumpul/tusuk) sering terjadi karena kecelakaan /penyakit
yang sebelumnya ada seperti tertabrak mobil, motor, terjatuh, tertusuk/
tertembak dapat mengakibatkan salah satu/lebih mekanisme patologi berikut ini.
a. Hipoxia akibat gangguan jalan nafas, cedera/parenkim paru sangkur iga
dan otot pernapasan, kolaps paru serta pneumothoraks.
b. Hiporakmia akibat kehilangan cairan massif dari pembuluh besar, rupture
jantung dan atau hemothoraks
c. Gagal jantung akibat temponade jantung, kontusio jantung atau tekanan
intratoraks yang meningkat
Mekanisme di atas seringkali mengakibatkan kerusakan ventilasi dan
perfusi yang mengarah pada gagal nafas akut, syok hiporalemik dan
kematian.
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka
pada rongga thoraks dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk
memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen
darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa
pendarahan dalam dan tusukan terhadap organ Hipoksia, hiperkarbia dan
asidosis sering disebabkan oleh trauma thoraks. Hipokasia jaringan
merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan

6
oleh karena hipivolemia (kehilangan darah), pulmonary ventilation
/perfusion mismatch (contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus) dan
perubahan dalam tekanan intrathoraks (contoh : tension pneumothoraks,
pneumothoraks terbuka). Hiperkarbia lebih sering di sebabkan oleh tidak
adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathoraks atau penurunan
tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari
jaringan (syok).
Fraktur iga merupakan komponen dari dinding thoraks yang paling
sering mengalami trauma, perlukaan pada iga sring bermakna. Nyeri pada
pergerakan akibat terbidainya iga terhadap dinding thoraks secara
keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi. Batuk yang tidak efektif
untuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis dan
pneumonia meningkat secara bermakna dan disertai timbulnya penyakit
paru-paru. Pneumothoraks disebakan akibat masuknya udara pada ruang
potensial antara pleura visceral dan parietal. Dislokasi fraktur vertebra
torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumothoraks. Laserasi
paru merupakan penyebab tersering dari pneumothoraks akibat trauma
tumpul. Dalam keadaan normal rongga thoraks dipenuhioleh paru-paru yang
pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan
permukaan antara kedua permukaan pleura. Adanya udara didalam rongga
pleura akan menyebabkan kolapsnya jaringan paru. Gangguan ventilasi-
perfusi terjadi karena darah menuju paru yang kolaps tidak mengalami
ventilasi sehingga tidak ada oksigen. Ketika pneumothoraks terjadi, suara
nafas menurun pada sisi yang terkena dan pada perkusi hipersonor. Foto
thoraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosa. Terapi terbaik
pada pneumothoraks adalah dengaan pemasangan chest tube pada sela iga
ke 4 atau ke 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumothoraks hanya
dilakukan observasi atau aspirasi saja, maka akan mengandung resiko.
Sebuah selang dada dipasang dan dihubungkan dengan WSD dengan atau
tanpa penghisap dan foto thoraks dilakukan untuk mengkonfirmasi
pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan
tekanan positif tidak boleh diberikan kepada penderita dengan
pneumothoraks traumatic atau pada penderita yang mempunyai resiko

7
terjadinya resiko terjadinya pneumothoraks di intraoperatif yang tidak
terduga sebelumnya sampai dipasang chest tube.
Hemothoraks, penyebb utama dari hemothoraks adalah laserasi paruatau
laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang
disebabkan oleh trauma tajam/trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra
torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemothoraks.

6. Pathways
Trauma

Kecelakaan lalu lintas, Luka tusuk, luka robekan,


pukulan benda tumpul luka panah, luka tembak

Trauma tumpul Trauma Tajam

Perlukaan kulit jaringan Tertutupnya syaraf


paru perifer
Kompresi

Robekan pada paru Memicu implus


nyeri
Udara masuk ke MK : Nyeri
Sternum Fraktur sternum
Fraktur os costa pleura

Udara berakumulasi
Contosio Patahan tulang Pleura Bocor di pleura
merobek paru-paru Sirkulasi O2dan
Jantung
Darah mengisi CO2 terganggu
Temponade Hemothorak rongga pleura
MK : Gangguan
Kontraktilitas pertukaran gas
jantung menurun Perdaraha
n
7.Suplai O2
Pemeriksaan Ekspansi paru
menurun Penunjang
Cardiac output a. Pemeriksaan Fisik MK : Penurunan
menurun 1) MK : Ketidakefektifan
Inspeksi volume cairan
a) TTV pola nafas
MK : Penurunan MK : Penurunan 8
curah jantung perfusi jantung
b) Thoraks
c) Jalan nafas
d) Warna kulit untuk tanda syok
e) Gerakan dan posisi pada akhir inspirasi
f) Gerakan dan posisi dari akhir ekspirasi
2) Palpasi
a. Palpasi terhadap nyeri tekan, krepitus, dan posisi trakea.
b. Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan
3) Perkusi
a. Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor
b. Adanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti
garis lurus atau garis miring.
4) Auskultasi
a. Bising napas kanan dan kiri dan dibandingkan
b. Bising napas melemah atau tidak
c. Bising napas yang hilang atau tidak
d. Batasantara bising napas melemah atau menghilang dengan yang
normal
e. Bunyi jantung
b. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen dada
b. CT Scan
c. HSD
d. Pemeriksaan pembekuan
e. Gas darah arteri (GDA) untuk melihat adanya hipoksia akibat
kegagalan pernapasan
8. Penatalaksanaan
a. Prinsip
 Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien
trauma secara umum (primary-scondary survey)
 Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic, penegakakn diagnosis dan
terapi secara konsekutif (berturutan)
 Standar pemeriksaan diagnostic ( yang hanya bisa dilakukan jika
psien stabil), adalah : portable x-ray, portable blood examination,
portable bronchoscope. Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan
dengan memindahkan pasien dar ruang emergency.
 Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan
tetapi terutama untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa
dan melakukan tindakan penyelamatan nyawa.

9
 Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik
dilakukan bersamaan atau setelah melakukan prosedur penanganan
trauma.
 Penangananpasien trauma thoraks sebaiknya dilakukan oleh tim
yang sudah memiliki sertifikat pelatihan ATLS( Advance Trauma Life
Suppot).
 Oleh karena langkah-langkah awal dalam primary survey
(airway, breathing, circulation)Merupakan bidang keahlian spesialitik
ilmu bedah thoraks kardiovaskuler, sebaiknya setiap RS ynang memiliki
trauma unit/center memiliki konsultan bedah thoraks kardiovaskuler.
b. Primary Survey
1) Airway
Assesment :
 Pastikan potensi airway
 Dengar suara nafas
 Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan
dinding dada

Management:

 Inspeksi osofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan


chin-lift dan jaw trust, hilangkan benda yang menghalangi jalan
nafas.
 Re-posisi kepala, pasang collar-neak
 Lakukan cricothyoidotomy atau traheostomi atau intubasi
(oral/nasal)
2) Breathing
Assesment :
 Priksa frekuensi napas
 Perhatikan gerakan respirasi
 Palpasi thoraks
 Auskultasi dan dengarkan bunyi napas

Managemet :

 Lakukan bantuan ventilasi bila perlu


 Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension
pneumothoraks, open pneumothoraks, hemothoraks, flail
chest.

10
3) Circulation
Assesment :
 Priksa vrekuensi denyut jantung dan denyut nadi
 Periksa tekanan darah
 Pemeriksaan pulse oxymetri
 Periksa vena leher dan warna kulit ( adanya sianosis)
Management :
 Resusitasi cairan dengan memasangkan 2 iv lines
 Torakotomi emergency bila diperlukan
 Operasi eksplorasi vascular emergency

c. Trauma pada dinding dada.


a. Fraktur iga
Fraktur pada iga (costae) merupakan kelainan tersering yang diakibatkan
trauma tumpul pada dinding dada. Trauma tajam lebih sering
mengakibatkan fraktur iga, oleh karena lus permukaan trauma yang
sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga,
terutama pada iga IV-X ( mayoritas terkena). Perlu di periksa adanya
kerusakan pada organ-organ intra thoraks dan intra abdomen.
Kecurigaan adanya kerusakan organ intra abdomen ( hepar dan spleen )
bila terdapat fraktur pada iga Fraktur1VII-XII kecurigaan adanya trauma
trktus n neurovaskuler utama ekstremitas atas dan kepala (pleksus
brakhialis, a/v subklavia, dsb). Bila terdapat fraktur pada iga I-III atau
fraktur klavikula.
Penatalaksanaan
1) Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain :
konservasif(analgetika)
2) Fraktur>2 iga : waspada kelainan lain (edema paru,
hematothoraks, pneumothoraks, hematothoraks, atau kerusakan organ
intratoraks lain, adalah :
 Analgetik yang adekuat (oral/iv/intercostals block)
 Bronchial toilet
 Cek lab berkala : Hb, Ht, Leukosit, Trombosit dan analisa
gas darah
 Cekn foto Rongen berkala.
b. Fraktur Klavikula
1) Cukup sering di temukan ( isolated, atau disertai trauma thoraks,
atau disertai trauma pada sendi bahu)
2) Lokasi fraktur klavikula umumnya pada bagian tengah (1/3
tengah)
3) Deformitas, nyeri pada lokasi trauma

11
4) Foto rontgen tampak fraktur klavikula

Penatalaksanaan

1) Konservatif : “ Verband figure of eight” sekitar sendi bahu


,pemberian analgetika
2) Operatif fikasi internal
c. Fraktur Sternum
1) Insiden fraktur sternum pada truma thoraks cukup jarang.
Umumnya terjadi pada pengendara sepeda motor yang
mengalamikecelakaan
2) Biasanya diakibatkan trauma langsung dengan gaya trauma
yang cukup besar
3) Lokasi fraktur biasanya pada bagian tengah atas sternum
4) Sering disertai fraktur iga
5) SAdanya fraktur sternum dapat disertai beberapa kelainan yang
serius, seperti: kontusio/laserasi jantung, perlukaan bronkus atau
aorta.

Penatalaksanaan

1) Untuk fraktur tanpa dislokasi fragmen fraktur dilakukan


pemberian analgetika dan observasi adanya tanda-tanda laserasi atau
kontusio jantung
2) Untuk fraktur dengan dislokasi atau fraktur fragmented
dilakukan tindakan operatif untuk stabilisasi dengan menggunakan
sterna wire sekaligus eksplorasi adanya perlukaan pada organ atau
struktur di mediasternum.
d. Fail Chest
Definisi
Flail Chest adalah area thoraks yang melayang (fail) oleh sebab adanya
fraktur iga multiple berturutan ≥ 3 iga, dan memiliki garis fraktur ≥2
(segmented) pada tiap iganya dapat tanpa atau dengan fraktur sternum.
Akibatny adalah terbentuk areal “fail” segment yang mengembang
akan bergerak paradoksal (kebalikan) dan gerakaan mekanik
pernapasan dinding dada. Area tersebut akan bergerak masuk saat
inspirasi dan bergerak keluar saat ekspirasi, sehingga udara inspirasi
terbanya memasuki paru kontralateral dan banyak udara ini akan masuk

12
pada paru ipsilateral selama fase ekspirasi, keadaan ini disebut dengan
respirasi pendeluft. Fraktur pada daerah iga manapun dapat
menimbulkan flail chest.
Penatalaksanaan
1) Sebaiknya pasien dirawat intensif bila ada indikasi atau tanda-
tanda kegagalan pernapasan atau karena ancaman gagal napas yang
biasanya dibuktikan melalui pemeriksaan AGD berkala dan takipneu
2) Pain control
3) Stabilissi area fail chest ( memasukkan ke ventilator, viksasi
internal melalui operasi)
4) Bronchial toilet
5) Fisioterapi agresif
6) Tindakan bronkoskopi untuk brachial toilet.
Tindakan operasi adalah dengan fiksasi fraktur iga sehingga tidak
didapatkan lagi area fail.
e. Trauma pada pleura dan paru
1. Pneumothoraks.
Adalah kelainan pada rongga pleura ditandai dengan adanya udara
yang terperangkap dalam rongga pleura maka akan menyebabkan
peningkatan teknan negative intrapleura sehingga mengganggu
proses pengembangan paru. Merupakan salah satu dari trauma
tumpul yang sering terjadi akibat adanya penetrasi fraktur iga pada
parenkim paru dan laserasi paru. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
melemahnya suara pernapasan, pnaumothorasks terbagi atas tiga
yaitu : simple, open dan tension pneumothoraks.
Penatalaksanaan
1) Dekompresi segera : large-bore needle insertion ( sela
iga II,linea mid- klavikula)
2) WSD
9. Komplikasi
a. Iga : Fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada
b. Pleura, paru-paru, bronchi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema
pembedahan
c. Jantung : temponade jantung; rupture jantung; rupture otot papilar;
rupture klep jantung.
d. Pembulu darah besar : hematothoraks
e. Esofagus : mediastimitis
f. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limfa dan ginjal.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

13
a. Pengkajian
1. Biodata
 Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin,suku/bangsa, agama,
pendidikan,pekerjaan, tangal masuk, tangal pengkajian, nomor
registrasi, diagnostic medic, alamat.
 Identitas penangung jawab
Identitas penangung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan
jadi penangung jawab selama perawatan, data yang terkumpul
meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien
dan alamat.
2. Kapan terjadi trauma
Padatrauma dada lamanya saat mendapat trauma sampai masuk ke
pelayanan kesehatan sangat penting dalam penanganan juga
penyembuhan.
3. Mekanisme cedera
4. Dengan benda tajam atau tumpul
5. Apakah pasien responsive
6. Perkiraan kehilangan darah
7. Darah yang keluar banyak atau sedikit
8. Penggunaan obat atau alcohol
9. Point yang penting dalam riwayat keperawatan :
a) Umur : Sering terjadi usia 18-30 tahun
b) Alergi terhap obat, makanan tertentu.
c) Pengobatan terakhir
d) Pengalaman pembedahan
e) Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama atau
pernah terdapat riwayat sebelumnya.
f) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan pengambangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu pokus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana ( nyeri yang dirasakan
klien, regional (R) yaitu menyebab nyeri, safely (S) yaitu posisi yang
sesuai untuk mengurangi nyeri dan dapat membuat klien merasa
nyaman dan time (T) yaitu sejak kapan klien merasa nyeri.
g) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri
pada dada dan ganguan bernafas.
b. Pemeriksaan fisik

14
1. Sistem pernafasan
 Sesak nafas
 Nyeri, batuk-batuk
 Terdapat retraksi klavikula/dada
 Pengembangan paru-paru tidak simetris.
 Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
 Pada perkusi ditemukan adanya suara
sonor/hipersonor/timpani hematotraks
 Pada auskultasi suara nafas menurun, bising nafas yang
berkurang/menghilang.
 Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
 Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
 Gerakan dada tidak sama waktu bernafas.
2. Sistem kardovaskular :
 Nyeri dada meningkat karena pernafsan dan batuk
 Takhikardia,lemah
 Pucat,hb turun/normal
 Hipotensi
3. Sistem persyarafan :
 Tidak ada kelainan
4. Sistem perkemihan :
 Tidak ada kelainan
5. Sistem percernaan :
 Tidak ada kelainan
6. Sistem musculoskeletal- integument
 Kemampuan sendi terbatas
 Ada luka bekas tusukan benda tajam
 Terdapat kelemahan
 Kulit pucat, sianosis, berkeringatan, atau adanya kripitas
subkutan.
7. Sistem endokrin :
 Terjadi peningkatan metabolisme
 Kelemahan
c. Pemeriksaan diagnostic :
1. Sianar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area
pleural.
2. Pa Co2 kadang-kadang menurun
3. Pa O2 normal / menurun
4. Saturasi O2 menurun (biasanya).
5. Hb mungkin menurun (kehilangan darah).
6. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.
d. Diagnose keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi
paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan

15
2. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
sekresi secret dan penurunan batuk skunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma
jaringan dan reflex spasme otot sekunder.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubunga dengan ketidakcukupan
kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal
5. Resiko kolaboratif : akteletasis dan pergeseran mediatinum
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan grauma mekanik
terpasang bullowdrainage.
e. Intervensi Keperawatan
1. Ketidak efektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi
paru yang tidak maksimal karena traumatik
Tujuan : Pola pernapasan efektif.
Kriteria hasil :
- Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif
- Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru
- Adaptif mengatasi factor-faktor penyebab
Inervensi :
- Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian
kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk
duduk sebanyak mungkin.
- Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan,
dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
- Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan
untuk menjamin keamanan.
- Jelaskan kepada klien tentang etiologi atau factor
pencetus adanya sesak/kolaps paru-paru.
2. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
sekresi secret dan penurunan batuk skunder akibat nyeri dan
keletihan.
Tujuan : Jalan nafas lancer atau normal
Kriteria hasil :
- Menunjukkan batuk yang efektif Tidak ada lagi
penumpukan secret di sel pernapasan
- Klien nyaman
Intervensi :
- Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan
mengapa terdapat penumpukan secret di sel pernapasan
- Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan
batuk
- Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

16
- Lakukan pernapasan diafragma
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : dokter, radiologi
dan pisioterapi.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma
jaringan dan reflex spasme otot sekunder.
Tujuan : Nteri berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
- Neri berkurang atau dapat diadaptasi
- Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri.
- Pasien tidak gelisah
Intervensi:
- Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan noninvasive
- Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan
berikan posisi yang nyaman, misal waktu tidur belakangnya
dipasang bantal kecil.
- Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung
- Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik
- Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik lain, 30 menit
setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya.
Serta setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan 1-2 hari.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

17
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thoraks
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thoraks ataupun isi dari
cavum thoraks yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thoraks akut. Trauma dada/trauma toraks adalah
suatu trauma yang terjadi pada dada yang dibagi menjadi dua (2) yaitu, trauma
tumpul dan trauma tusuk yang kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor (80%), terjatuh, pukulan dada dan kecelakaan pada bidang
industri.

3.2 Saran

Sangat penting bagi kita calon perawat masa depan untuk mengingat
bagaimana konsep dalam pengelolaan pasien dengan trauma thoraks. Yang
terpenting adalah memegang prinsip kegawat daruratan yaitu primary survey
dengan menilai airway, breathing, dan circulation.

DAFTAR PUSTAKA

http://datenpdf.com/download/askep-gadar-trauma-dada_pdf. Di akses pada tanggal 30


September 2018

18
https://www.scribd.com/doc/190823621/ Makalah –Trauma-thorakx Di akses pada
tanggal 30 September 2018

https://www.scribd.com/doc/308612254/WOC-Trauma-Thorak . Di akses pada tanggal

30 September 2018

Wijayaningsih Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media

Rab Tabrani. 2013. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media

19
20

You might also like