1. What is the defenition of violence to children or child abuse?
Apa defenisi kekerasan terhadap anak?
Jawab : Based on WHO, violence to children is an action abuse or mistreatment in children like physical harm, emotional, sexual, neglecting care and exploitation for the sake of interest commercial which can or not endanger health, survival, dignity or development from the children. (suatu tindakan penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti fisik, emosional, seksual, melalaikan pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan komersial yang secara nyata atau pun tidak dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup, martabat atau perkembangannya.) Based on UU NO. 23 tahun 2002 pasal 13, violence to children is all forms of hurtful actions and detrimental to the physical, mental, and sexual including insults like : Neglect and ill-treatment, Exploitation includes sexual exploitation, and trafficking in children (segala bentuk tindakan yang melukai dan merugikan fisik, mental, dan seksual termasuk hinaan meliputi : Penelantaran dan perlakuan buruk, Eksploitasi termasuk eksploitasi seksual, serta trafficking jualbeli anak). Epidemiologi Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2011 saja telah terjadi 2.275 kasus kekerasan terhadap anak, 887 kasus diantaranya merupakan kekerasan seksual anak. Pada tahun 2012 kekerasan terhadap anak telah terjadi 3.871 kasus, 1.028 kasus diantaranya merupakan kekerasan seksual terhadap anak. Tahun 2013, dari 2.637 kekerasan terhadap anak, 48 persennya atau sekitar 1.266 merupakan kekerasan seksual pada anak. 2. What is the type of child abuse? Jawab : The type of chid abuse consist of : Physical abuse is every action that results in or may result in physical damage or pain such as slapping, hitting, rotating an arm, stabbing, strangling, burning, kicking, threats with objects or weapons, and murder. Physical abuse form can be wound, or it can be blisters or bruises due to contact or blunt force objects, such as bite marks, pinches, belts or rattan. Can also be a burn due to hot or patterned gasoline due to cigarette smoking or ironing. The location of the wound is usually found in the area of the thighs, arms, mouth, cheeks, chest, abdomen, back or buttocks. Physical occurrence of violence against children is generally triggered by the behavior of children who do not like their parents, such as bad or fussy children, crying constantly, asking for snacks, urinating, urinating or vomiting in places, breaking valuables. (setiap tindakan yang mengakibatkan atau mungkin mengakibatkan kerusakan atau sakit fisik seperti menampar, memukul, memutar lengan, menusuk, mencekik, membakar, menendang, ancaman dengan benda atau senjata, dan pembunuhan. Kekerasan fisik dapat berbentuk luka, atau dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat pinggang atau rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau berpola akibat sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada, perut, punggung atau daerah bokong. Terjadinya kekerasan terhadap anak secara fisik umumnya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai orangtuanya, seperti anak nakal atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air, kencing atau muntah disembarang tempat, memecahkan barang berharga.)
Psychology abuse is a situation of feeling insecure and comfortable experienced
child. Psychic violence can be in the form of reducing the dignity and dignity of the victim, using harsh words; misuse of trust, humiliating people in front of other people or in public, posing threats with words. Children who get psychology abuse generally show symptoms of maladafive behavior, such as withdrawal, shyness, crying when approached, fear of going out of the house and fear of meeting other people. The impact of psychological abuse will imprint and result in trauma and affect the development of the child's personality. Kekerasan psikis adalah situasi perasaan tidak aman dan nyaman yang dialami anak. Kekerasan psikis dapat berupa menurunkan harga diri serta martabat korban, penggunaan kata-kata kasar; penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan orang di depan orang lain atau di depan umum, melontarkan ancaman dengan kata-kata dan sebagainya. Anak yang mendapatkan kekerasan psikis umumnya menunjukkan gejala perilaku maladaftif, seperti menarik diri, pemalu, menangis jika didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu orang lain. Dampak kekerasan psikis akan membekas dan mengakibatkan trauma, sehingga mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Sexual abuse is when a child is sexually tortured / treated and also involved or takes part or sees activities that are sexual in nature with the purpose of pornography, body movements, films, or something that aims to exploit sex where someone satisfies his sexual desires to others. Kekerasan seksual adalah apabila anak disiksa/diperlakukan secara seksual dan juga terlibat atau ambil bagian atau melihat aktivitas yang bersifat seks dengan tujuan pornografi, gerakan badan, film, atau sesuatu yang bertujuan mengeksploitasi seks dimana seseorang memuaskan nafsu seksnya kepada orang lain. Social abuse includes neglect of Children and Exploitation of Children. Child neglect is the attitude and treatment of parents who do not give proper attention to the child's growth process. For example children are ostracized, exiled from their families, or not given proper education and health care. Whereas child exploitation is discriminatory or arbitrary treatment of children by family or community. For example, forcing children to do something for economic, social or political interests without paying attention to children's rights to get protection in accordance with their physical, psychological and social status. For example children are forced to work at dangerous factories. Kekerasan Sosial Mencakup Penelantaran Anak dan Eksploitasi Anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak. Misalnya anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan pendidikan dan perawatan kesehatan yang layak. Sedangkan eksploitasi anak adalah sikap diskriminatif atau perlakuan sewenangwenang terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat. Contoh, memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik, psikis dan status sosialnya. Misalnya anak dipaksa untuk bekerja dipabrik-pabrik yang membahayakan. So based on the scenario the child experiences the type of the child abuse is sexual abuse SOURCE FROM JURNAL : Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan oleh Orang Tua (Child Abuse) OLEH LU LUIL MAKNUN TAHUN 2017 3. What are the signs of the child sexual abuse? Jawab : Perubahan pada diri anak secara tiba-tiba. Orang tua, anggota keluarga, dan guru perlu waspada jika menemukan perubahan perubahan seperti : adanya keluhan fisik seperti sakit kepala, nyeri kalau buang air besar atau buang air kecil. Nyeri, bengkak,pendarahan atau iritasi di daerah mulut, genital, atau dubur yang sukar dijelaskan kepada orang lain. Changes in children suddenly. Parents, families, and teachers need to be vigilant if they find changes in children such as: physical complaints like headaches, pain when defecating or urinating. Pain, swelling, bleeding or irritation in the mouth, genital or rectal area that is difficult to explain to others. Children's emotions suddenly change. After experiencing violence sexual children become afraid, angry, isolate themselves, sad, feel guilty, feeling shy, and confused. Some children suddenly feel scared, anxious, trembling or not liking a particular person or place. Or the child suddenly avoids his family, friends or ordinary activities do it. He complained that there were problems at his school. There are also who has a sleep disorder, may have trouble sleeping, or can sleep but wake up, or often nightmares and terrible, or sleeping often delirious or screaming in fear. setelah mengalami kekerasan seksual anak menjadi takut, marah, mengisolasi diri, sedih, merasa bersalah, merasa malu, dan bingung. Ada anak tiba-tiba merasa takut, cemas, gemetar atau tidal menyukai orang atau tempat tertentu. Atau anak tiba-tiba menghindari keluarganya, temannya atau aktivitas yang biasa dilakukannya. Ia mengeluh ada masalah-masalah di sekolahnya. Ada juga yang mengalami gangguan tidur, mungkin susah tidur, atau bisa tidur tetapi terbangun-terbangun, atau sering mimpi buruk dan mengerikan, atau sedang tidur sering mengigau atau menjerit ketakutan. Children often take a bath or get tired because they feel dirty. anak sering mandi atau cebok karena merasa kotor. Some children show other symptoms such as imitation adult sexual behavior, engage in sedentary sexual activity with other children, with themselves (masturbation or masturbation), with a doll or with a pet. Beberapa anak memperlihatkan gejala-gejala lainnya seperti meniru perilaku seksual orang dewasa, melakukan aktivitas seksual menetap dengan anak-anak lain, dengan dirinya sendiri (masturbasi atau onani), dengan bonek atau dengan binatang peliharaannya. The most endanger if he feels worthless, feels guilty, feels sad, desperate, and attempted suicide. Yang paling membahayakan kalau ia merasa tidak berharga, merasa bersalah, merasa sedih, putus asa, dan mencoba bunuh diri. SOURCE FROM : KEKERASAN PADA ANAK (Prespektif Psikologi) OLEH Dr. Sururin TAHUN 2015
4. What are the factors that cause child abuse?
Jawab : Faktor internal : - Anak mengalami cacat tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah laku, autisme, anak terlalu lugu, memeiliki tempramen lemah, ketidaktahuan anak terhadap hakhaknya, anak terlalu bergantung kepada orang dewasa. Kondisi tersebut membuat anak mudah diperdayai. - Keluarga tunggal atau keluarga pecah (broken home), misalnya perceraian, ketiadaan ibu untuk jangka panjang atau keluarga tanpa ayah dan ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan anak secara ekonomi. - Keluarga yang belum matang secara psikologis, (unwanted child), anak yang lahir diluar nikah. - Children experience disabilities, mental retardation, behavioral disorders, autism, have weak temperament, ignorance of children about their rights, children are too dependent on adults. This condition makes children easily deceived. - Single or broken home families, such as divorce, absence of a mother for a long term or a family without a father and mother unable to meet the needs of the child economically. - Families who are psychologically immature, unwanted children, children born out of wedlock. Faktor eksternal : Kemiskinan keluarga, orang tua menganggur, penghasilan tidak cukup, banyak anak. Kondisi ini banyak menyebabkan kekerasan pada anak. Penyakit parah atau gangguan mental pada salah satu atau kedua orang tua, misalnya tidak mampu merawat dan mengasuh anak karena gangguan emosional dan depresi. Sejarah penelantaran anak. Orang tua yang semasa kecilnya mengalami perlakuan yang salah, cenderung memperlakukan anak dengan hal-hal yang kasar pula. Kondisi lingkungan sosial yang buruk, pemukiman kumuh, tergusurnya tempat bermain anak, sikap acuh tak acuh terhadap tindakan eksploitasi Family poverty, unemployed parents, insufficient income, many children. This condition causes a lot of violence to children. Severe illness or mental disorders in one or both parents, for example, being unable to care for and care for children due to emotional disorders and depression. History of neglect of children. Parents who, during their childhood, experienced wrong treatment, tended to treat children with abusive things too. Poor social environment, slums, displacement of children's playgrounds, and indifference to exploitation. 5. Dampak pemerkosaan pada anak dalam skenario? What are effects sexual abuse to children? Jawab : Gangguan psikologis. Anak korban pelecehan seksual akan mengalami stress, depresi, adanya perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri, rasa takut berhubungan dengan orang lain, bayangan kejadian dimana anak menerima kekerasan seksual, mimpi buruk, insomia, masalah harga diri dan bahkan ada keinginan untuk bunuh diri. Penurunan nafsu makan, sulit tidur, sakit kepala, tidak nyaman di sekitar vagina atau anus, luka di tubuh, Kehamilan yang tidak diinginkan Penyakit menular seksual Anak-anak yang telah menjadi korban kekerasan seksual dapat juga mengalami penyakit seksual yang ditularkan oleh si pelaku pemerkosaan seperti HIV, Gonore, ISK dan lain. Kematian Psychological disorder. Children who are victims of sexual harassment will experience stress, depression, feelings of guilt and self-blame, fear of relating to other people, images of events where children accept sexual violence, nightmares, insomnia, self-esteem problems and even suicidal thoughts. Decreased appetite, insomnia, headache, discomfort around the vagina or anus, injuries to the body. Unwanted pregnancy Sexually transmitted disease Children who have been victims of sexual violence can also experience sexual illnesses transmitted by the perpetrators of rape such as HIV, gonorrhea, UTI and others. Dead 6. Penanganan anak yang menjadi korban pemerkosaan? How to handle children who are victims of sexual abuse? Jawab : Peran Individu dan Keluarga Langkah paling sederhana untuk melindungi anak dari kekerasan seksual bisa dilakukan oleh individu dan keluarga. Orangtua memegang peranan penting dalam menjaga anak-anak dari ancaman kekerasan seksual. Orangtua harus benar-benar peka jika melihat sinyal yang tak biasa dari anaknya. Menurut beberapa penelitian yang dilansir oleh Protective Service for Children and Young People Department of Health and Community Service (1993) keberadaan dan peranan keluarga sangat penting dalam membantu anak memulihkan diri pasca pengalaman kekerasan seksual mereka. Orang tua dan keluarga sangat membantu proses penyesuaian dan pemulihan pada diri anak pasca peristiwa kekerasan seksual tersebut. Pasca peristiwa kekerasan seksual yang sudah terjadi, orang tua membutuhkan kesempatan untuk mengatasi perasaan yang sedang dialami anaknya tentang apa yang terjadi dan mengajarkan anak itu untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan besar yang terjadi. Selain itu, orang tua juga perlu menumbuhkan kembali kepercayaan diri dari anak mereka sehingga anak mereka jadi lebih berani dan percaya diri. Peran Masyarakat Masyarakat diharapkan ikut mengayomi dan melindungi korban dengan tidak mengucilkan korban, tidak memberi penilaian buruk kepada korban. Perlakuan semacam ini juga dirasa sebagai salah satu perwujudan perlindungan kepada korban, karena dengan sikap masyarakat yang baik, korban tidak merasa minder dan takut dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Peran Negara Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak pasal 64 (3) dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak pasal 90 mengatur, anak sebagai korban berhak mendapatkan rehabilitasi dari lembaga maupun di luar lembaga. Kemudian di atur pula ke dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban bahwa korban tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum baik medis, rehabilitasi psikososial. Rehabilitasi medis tersebut adalah proses kegiatan pengobatan secara terpadu dengan memulihkan kondisi fsik anak, anak korban dan atau anak saksi. Rehabilitasi sosial adalah proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fsik, mental maupun sosial, agar anak korban, dan atau anak saksi dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan di masyarakat. Di berikan sanksi minimal 7 tahun, dan maksimal 15 tahun ( jika korbannya meninggal,luka berat, ganggu fungsi seksual) dengan denda 300 juta (maksimal) dan minimal 60 juta. Sumber dari : KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK: DAMPAK DAN PENANGANANNYA CHILD SEXUAL ABUSE: IMPACT AND HENDLING oleh Ivo Noviana 2015