Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Teori
B. Pengertian
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali.Kanker
terjadi karena adanya perubahan genetik atau mutasi
Deoxyribonucleic Acid (DNA) yang bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan dan pemulihan sel (LeMone, 2008).
Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon
dan rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat
gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali(Kurniadi, 2012).
Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum.Rektum terletak
di anterior sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15
cm. rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir mesocolon
sigmoid.Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh
peritoneum.Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah
ektraperitoneral (Samsuhidayat, 2004).
C. Epidemiologi
Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang
paling sering terjadi dan nomor duasebagai penyebab kematian di
negara berkembang. Tahun 2005, diperkirakan ada 145,290 kasus
baru kanker kolorektal di USA, 104,950 kasus terjadi di kolon dan
40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus dilaporkan berhubungan
dengan kematian, 47.700 kasus Ca kolon dan 8,600 kasus Ca
rectal.Ca kolorektal merupakan 11 % dari kejadian kematian dari
semua jenis kanker (American Cancer Sosiety, 2006).
Di seluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan
terjadi kematian pada hampir 500,000 kasus tiap tahunnya (World
Health Organization, 2003). Menurut data di RS Kanker Dharmais
pada tahun 1995-2002, kanker rektal menempati urutan keenam
dari 10 jenis kanker dari pasien yang dirawat disana. Kanker rektal
tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia selain
jenis kanker lainnya.Namun, perkembangan teknologi dan juga
adanya pendeteksian dini memungkinkan untuk disembuhkan
sebesar 50 persen, bahkan bisa dicegah (American Cancer Sosiety,
2006).
Dari selutruh pasien kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50
tahun.Hanya 5% pasien berusia kurang dari 40 tahun.Di negara
barat, laki-laki memiliki insidensi terbanyak mengidap kanker
rektal dibanding wanita dengan rasio bervariasi dari 8:7 - 9:5
(Samsuhidayat, 2004).
E. Patofisiologi
Karsinogenesis dan onkogenesis merupakan nama lain dari
perkembangan kanker. Proses perubahan sel normal menjadi sel
kanker disebut transformasi maligna (Ignatavicius et al, 2006).
Karsinogen adalah substansi yang mengakibatkan perubahan pada
struktur dan fungsi sel menjadi sel yang bersifat otonom dan
maligna.Trasformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga
tahapan proses selular yaitu inisiasi, promosi, dan progresi
(Basavanthappa, 2007; Smeltzer & Bare, 2002), yaitu :
1. Inisiasi (Carcinogen)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam bahan genetik
sel yang memancing sel menjadi ganas.Perubahan ini
disebabkan oleh status karsinogen berupa bahan kimia, virus,
radiasi atau sinar matahari yang berperan sebagai inisiator
dan bereaksi dengan DNA yang menyebabkan DNA pecah
dan mengalami hambatan perbaikan DNA.Perubahan ini
mungkin dipulihkan melalui mekanisme perbaikan DNA atau
dapat mengakibatkan mutasi selular permanen.Mutasi ini
biasanya tidak signifikan bagi sel-sel sampai terjadi
karsinogenesis tahap kedua.
2. Promosi (Co-carcinogen)
Pemajanan berulang terhadap agen menyebabkan
ekspresi informasi abnormal. Pada tahap ini suatu sel yang
telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Tahap
promosi merupakan hasil interaksi antara faktor kedua
dengan sel yang terinisiasi pada tahap sebelumnya. Faktor
kedua sebagai agen penyebabnya disebut complete
carcinogen karena melengkapi tahap inisiasi dengan tahap
promosi. Agen promosi bekerja dengan mengubah informasi
genetik dalam sel, meningkatkan sintesis DNA,
meningkatkan salinan pasangan gen dan merubah pola
komunikasi antarsel. Pada masa antara inisiasi dan promosi
merupakan kunci konsep dalam pencegahan kanker, karena
bila pada tahap ini dilakukan pencegahan pemaparan
karsinogen ulang seperti makanan berlemak, obesitas, rokok,
dan alkohol akan dapat menurunkan risiko terbentuknya
formasi neoplastik.
3. Progresi (Complete Carcinogen )
Pada tahapan ini merupakan tahap akhir dari
terbentuknya sel kanker atau karsinogenesis.Sel-sel yang
mengalami perubahan bentuk selama inisiasi dan promosi kini
melakukan perilaku maligna.Sel-sel ini sekarang
menampakkan suatu kecenderungan untuk menginvasi
jaringan yang berdekatan (bermetastasis).
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah
tidak diketahui secara pasti.Polip dan ulserasi colitis kronis
dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai
penyebab langsung.Asam empedu dapat berperan sebagai
karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa penyebab
yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa
menyebabkan kanker kolorektal. Diet rendah serat dan kaya
karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses
dan perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil
pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini
bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan
pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang
bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses
meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik
dengan mukosa usus bertambah lama.
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan
mengubah steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat
karsinogen. Menurut Physicians Committee for Responsible
Medicine, bakteri juga memiliki peranan dalam timbulnya
kanker usus. Bakteri dapat mengubah asam empedu, yang
dikeluarkan oleh tubuh untuk membantu pencernaan lemak,
menjadi suatu senyawa-senyawa yang dapat memicu
kanker.Senyawa-senyawa tersebut disebut sebagai asam
empedu sekunder.Asam empedu secara normal dikeluarkan
oleh tubuh untuk mencerna lemak. Semakin banyak lemak
yang dikonsumsi, maka asam empedu yang dikeluarkan oleh
tubuh akan semakin banyak pula. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika beberapa bahan makanan yang banyak
mengandung lemak seperti daging merah, serta daging dan
makanan olahan lain yang berkadar lemak tinggi seperti keju,
dapat meningkatkan risiko kanker usus. Konsumsi alkohol juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker usus seperti
halnya makanan yang kaya akan gula, menurut World Cancer
Research Fund.
Patologi Kebanyakan kanker usus besar berawal dari
pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang
dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat).Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah.
Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak
menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam
waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi
menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus
besar (Davey, 2006 : 335).
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas
dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke
dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor
primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering
ke hati). Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa
cara yaitu: secara infiltratif langsung ke struktur yang
berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih; melalui
pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon;
melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon
mengalirakan darah ke sistem portal; penyebaran secara
transperitoneal; penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen
atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek
sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi
dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi
kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta
timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000).
Pada keluarga tertentu yang memiliki kecenderungan
terhadap kanker, diduga bahwa satu atau lebih gen kanker
sudah bermutasidalam genom yang diwarisi. Pertumbuhan
kanker akan meningkat pada usia lebih dari 55 tahun. Banyak
kanker terjadi diusia tua seperti kanker prostat, kanker kolon,
dan leukemia. Peningkatan masa hidup memungkinkan
memanjangnya paparan terhadap karsinogen dan
terakumulasinya berbagai perubahan genetik serta penurunan
berbagai fungsi tubuh (Basavanthappa, 2007).Menurut P.
Deyle (2005), perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas
3 fase. Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat
rangsangan, proses ini berjalan lama sampai puluhan
tahun.Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi belum
menimbulkan keluhan (asimptomatis) yang berlangsung
bertahun-tahun juga.Kemudian fase ketiga dengan timbulnya
keluhan dan gejala yang nyata.
F. PATHWAY
Mitosis dipercepat
Transformasi kanker
PK : perdarahan
PK: anemia Kurang Penegetahuan
Jahitan
oeritoneum
Kolostomi
Tumor rektum
Kolostomi
c. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy (menangani pasien yang tidak terbukti
memiliki penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami
kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya
menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol
(Stadium II lanjut dan Stadium III).Terapi standarnya ialah
dengan fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan dengan leucovorin
dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan.5-FU
merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki
respon.Agen lainnya, levamisole (meningkatkan sistem imun,
dapat menjadi substitusi bagi leucovorin).Protokol ini
menurunkan angka kekambuhan kira-kira 15% dan menurunkan
angka kematian kira-kira sebesar 10% (Mansjoer, 2000).
K. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus
parsial atau lengkap.Pertumbuhan dan ulserasi juga dapat
menyerang pembuluh darah sekitar rectum yang menyebabkan
hemoragi.Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan
abses.Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok (Brunner
& Suddarth, 2002).
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
L. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan
yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelemahan, kelelahan/keletihan
- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas
dan berkeringat malam hari.
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan
karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi:
Gejala:
- Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan
darah.
3. Integritas ego:
Gejala:
- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran)
dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda
pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia,
lesi cacat, pembedahan)
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya,
putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah,
kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
- Menyangkal, menarik diri, marah.
-
4. Eliminasi:
Gejala:
- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri
pada defekasi
Tanda:
- Perubahan bising usus, distensi abdomen
- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5. Makanan/cairan:
Gejala:
- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi
lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
- Anoreksia, mual, muntah
- Intoleransi makanan
Tanda:
- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai
berat tergantung proses penyakit
7. Keamanan:
Gejala:
- Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8. Interaksi sosial
Gejala:
- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat,
lingkungan)
- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan
dengan perubahan status kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:
- Riwayat kanker dalam keluarga
- Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
- Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan
sitostatika.
- Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
M. Tes Diagnostik
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium:
Tinja Untuk mengetahui adanya darah dalam
tinja (makroskopis/mikroskopis).
CEA Kurang bermakna untuk diagnosis awal
(Carcino-embryonic karena hasilnya yang tidak spesifik serta
anti-gen) dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi
bermanfaat dalam mengevaluasi
dampak terapi dan kemungkinan residif
atau metastase.
Antibiotika untuk
6. Kolaborasi pemberian obat-obatan
membunuh/menghambat
sesuai program terapi (antibiotika,
pertumbuhan agen patogen biologik,
antikolinergik, kortikosteroid).
antikolinergik untuk menurunkan
peristaltik usus dan menurunkan
sekresi digestif, kortikosteroid untuk
menurunkan proses inflamasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian: 3 April 2019
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
Ruang : PHA
a. Biodata
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : laki- laki
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMTA
Pekerjaan : pegawai swasta
Alamat :Curup
Tanggal Masuk RS : 2 April 2018
Jam Masuk RS : 17.55 WIB
Diagnosa Medis : Ca. Recti 1/3 Distal
No. Rekam medic : 106087
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Hub.dgn Pasien : Istri
Alamat : Curup
b. Keluhan Utama
Pasien masuk dengan ca recti 1/3 tengah rencana ultra low anterior
resection
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien masuk RSI. Malahayati tanggal 12 April 2018 pukul 17.55
wib Pasien masuk rumah sakit dengan ca.Recti rencana ultra low
anterior resection
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ca Rekti kurang lebih 4 bulan
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita atau
mempunyai penyakit seperti pasien dan penyakit menular lainnya.
d. Pola Kesehatan Fungsional Gordon
1. Persepsi terhadap kesehatan – Manajemen Kesehatan
Pasien dan keluarga mengatakan apabila ada salah satu anggota
keluarganya yang sakit biasanya langsung dibawa kerumah sakit.
2. Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas selama pasien sakit adalah sbb :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi V
Berpakaian V
Eliminasi V
Eliminasi V
Mobilisasi V
Keterangan
0: mandiri
1: dibantu sebagian
2: perlu bantuan orang lain
3:perlu bantuan orang lain dan alat
4: tergantung dan tidak mampu
3. Pola istirahat tidur
Pasien tidur teratur
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tingkat kesadaran : Composmentis
3. TTV
TD : 126/82 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,7˚ C
RR : 22 x/menit
4. Anthropometri
BB : 81 kg
TB : 175 cm
5. Kepala: Bentuk kepala mesoshepal, kulit kepala bersih, tidak ada
ketombe, rambut hitam
6. Mata: Konjungtiva tidak anemis
7. Hidung: fungsi penciuman baik, tidak ada epitaksis,
tidak ada pernafasan cuping hidung
8. Mulut: Mulut bibir tidak sianosis, mukosa mulut lembab berwarna merah
muda, tidak ada stomatitis, susunan gigi rapi, lengkap dan bersih
9. Leher: Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, trakea lurus
fungsi menelan baik
10. Abdomen: Bentuk perut buncit, terdapat stroma pada kuadran kiri bawah,
warna merah muda, luka bekas operasi dibagian tengah perut
Auskultasi : bising usus normal 6 x/menit
Palpasi : Tidak teraba pengerasan vessica urinaria
Perkusi : Tymphani (normal)
11. Ekstremitas Atas : Tangan kanan terpasang infuse cairan gandeng, RL
20 tts/i, dextrose 5% 7tts/ i capillary refill ka=ki ≤ 2 detik, tangan kanan
dan kiri tidak ditemukan edema dan sianosis
12. Genetalia: tidak terpasang kateter
f. Data Psikologis
Status Emosi: Pasien kooperatif
g. Data Spiritual
Spiritual baik
h. Pemeriksaan Penunjang
Medulla oblongata
Korteks serebri
Nyeri Akut
2 14 April DS : Pasien mengatakan ingin Resiko infeksi Pembedahan
2018 menggaruk-garuk daerah sekitar
09.00 WIB stoma
DO : Didapatkan luka stoma yang Terputusnya kontinuitas
terlihat basah dan merah (H1) jaringan
Leukosit : 14800 ribu /mmk
Port de entry
Resiko infeksi
a. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut b.d pembedahan d.d os nampak meringis kesakitan skala 4
2. Resiko infeksi b.d adanya luka akibat pembedahan d.d leukosit 14,800
mm3 dan os tampak ingin meggaruk area stoma
3. Defisit perawatan diri b.d keterbatasan aktivitas fisik d.d kebutuhan ADL
os dibantu sebagian.
3.3 Intervensi Keperawatan
2. 14 AprilResiko infeksi b.dSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama1. Monitoring tanda-tanda infeksi
2018 adanya luka akibat3x24jam diharapkan klien tidak terjadi infeksi
09.00 WIB di area luka post operasi dengan KH : 2. Proteksi infeksi dengan cara lingkungan sekitar
pembedahan d.d
1. Luka bersih,tidak ada kemerahan di sekitar harus bersih,luka tidak boleh kena air sampai
leukosit 14,800 mm3 luka jahitan di angkat
dan os tampak ingin
meggaruk area 2. Tidak ada pus di sekitar luka 3. Lakukan perawatan luka dengan arsetif
stoma
3. Suhu normal 36-37,5°C 4. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
American Cancer Society. 2006. Cancer Facts and Figures 2006. Atlanta:
American Cancer Society Inc.
Basavanthappa, B.T. 2003. Medical Surgical Nursing. New Delhi : Jaypee. 111-
134.
Price & Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
4. Jakarta:EGC.
Samsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, Jakarta: BP FKUI.
1
University IOWA. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition.
Mosby Elsevier.