You are on page 1of 44

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Konsep Teori

B. Pengertian
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali.Kanker
terjadi karena adanya perubahan genetik atau mutasi
Deoxyribonucleic Acid (DNA) yang bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan dan pemulihan sel (LeMone, 2008).
Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon
dan rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat
gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali(Kurniadi, 2012).
Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum.Rektum terletak
di anterior sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15
cm. rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir mesocolon
sigmoid.Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh
peritoneum.Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah
ektraperitoneral (Samsuhidayat, 2004).
C. Epidemiologi
Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang
paling sering terjadi dan nomor duasebagai penyebab kematian di
negara berkembang. Tahun 2005, diperkirakan ada 145,290 kasus
baru kanker kolorektal di USA, 104,950 kasus terjadi di kolon dan
40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus dilaporkan berhubungan
dengan kematian, 47.700 kasus Ca kolon dan 8,600 kasus Ca
rectal.Ca kolorektal merupakan 11 % dari kejadian kematian dari
semua jenis kanker (American Cancer Sosiety, 2006).
Di seluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan
terjadi kematian pada hampir 500,000 kasus tiap tahunnya (World
Health Organization, 2003). Menurut data di RS Kanker Dharmais
pada tahun 1995-2002, kanker rektal menempati urutan keenam
dari 10 jenis kanker dari pasien yang dirawat disana. Kanker rektal
tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia selain
jenis kanker lainnya.Namun, perkembangan teknologi dan juga
adanya pendeteksian dini memungkinkan untuk disembuhkan
sebesar 50 persen, bahkan bisa dicegah (American Cancer Sosiety,
2006).
Dari selutruh pasien kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50
tahun.Hanya 5% pasien berusia kurang dari 40 tahun.Di negara
barat, laki-laki memiliki insidensi terbanyak mengidap kanker
rektal dibanding wanita dengan rasio bervariasi dari 8:7 - 9:5
(Samsuhidayat, 2004).

D. Etiologi dan Faktor Predisposisi


Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker
rectum menurut Brunner & Suddarth (2002) telah diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama,
Bukitt (1971) dalam Prince & Wilson (1995) mengemukakan
bahwa diet rendah serat dan kaya karbohidrat refined
mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan
degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein
dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat
karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan
zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume
lebih kecil. Selain itu masa transisi feses meningkat, akibat
kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus
bertambah lama.
2. Lemak
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan
mengubah steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat
karsinogen.
3. Polip diusus (colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau
rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke
atas.Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi
beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
4. Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada
kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
5. Riwayat kanker pribadi
Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat
terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya.Selain itu, wanita
dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium),
atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk
terkena kanker colorectal.
6. Riwayat kanker colorectal pada keluarga
Jika mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka
kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika
terkena kanker pada usia muda.
7. Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi
lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat
risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal serta kebiasaan
sering menahan tinja/defekasi yang sering.
8. Usia di atas 50
Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini
didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.

E. Patofisiologi
Karsinogenesis dan onkogenesis merupakan nama lain dari
perkembangan kanker. Proses perubahan sel normal menjadi sel
kanker disebut transformasi maligna (Ignatavicius et al, 2006).
Karsinogen adalah substansi yang mengakibatkan perubahan pada
struktur dan fungsi sel menjadi sel yang bersifat otonom dan
maligna.Trasformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga
tahapan proses selular yaitu inisiasi, promosi, dan progresi
(Basavanthappa, 2007; Smeltzer & Bare, 2002), yaitu :
1. Inisiasi (Carcinogen)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam bahan genetik
sel yang memancing sel menjadi ganas.Perubahan ini
disebabkan oleh status karsinogen berupa bahan kimia, virus,
radiasi atau sinar matahari yang berperan sebagai inisiator
dan bereaksi dengan DNA yang menyebabkan DNA pecah
dan mengalami hambatan perbaikan DNA.Perubahan ini
mungkin dipulihkan melalui mekanisme perbaikan DNA atau
dapat mengakibatkan mutasi selular permanen.Mutasi ini
biasanya tidak signifikan bagi sel-sel sampai terjadi
karsinogenesis tahap kedua.
2. Promosi (Co-carcinogen)
Pemajanan berulang terhadap agen menyebabkan
ekspresi informasi abnormal. Pada tahap ini suatu sel yang
telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Tahap
promosi merupakan hasil interaksi antara faktor kedua
dengan sel yang terinisiasi pada tahap sebelumnya. Faktor
kedua sebagai agen penyebabnya disebut complete
carcinogen karena melengkapi tahap inisiasi dengan tahap
promosi. Agen promosi bekerja dengan mengubah informasi
genetik dalam sel, meningkatkan sintesis DNA,
meningkatkan salinan pasangan gen dan merubah pola
komunikasi antarsel. Pada masa antara inisiasi dan promosi
merupakan kunci konsep dalam pencegahan kanker, karena
bila pada tahap ini dilakukan pencegahan pemaparan
karsinogen ulang seperti makanan berlemak, obesitas, rokok,
dan alkohol akan dapat menurunkan risiko terbentuknya
formasi neoplastik.
3. Progresi (Complete Carcinogen )
Pada tahapan ini merupakan tahap akhir dari
terbentuknya sel kanker atau karsinogenesis.Sel-sel yang
mengalami perubahan bentuk selama inisiasi dan promosi kini
melakukan perilaku maligna.Sel-sel ini sekarang
menampakkan suatu kecenderungan untuk menginvasi
jaringan yang berdekatan (bermetastasis).
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah
tidak diketahui secara pasti.Polip dan ulserasi colitis kronis
dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai
penyebab langsung.Asam empedu dapat berperan sebagai
karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa penyebab
yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa
menyebabkan kanker kolorektal. Diet rendah serat dan kaya
karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses
dan perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil
pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini
bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan
pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang
bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses
meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik
dengan mukosa usus bertambah lama.
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan
mengubah steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat
karsinogen. Menurut Physicians Committee for Responsible
Medicine, bakteri juga memiliki peranan dalam timbulnya
kanker usus. Bakteri dapat mengubah asam empedu, yang
dikeluarkan oleh tubuh untuk membantu pencernaan lemak,
menjadi suatu senyawa-senyawa yang dapat memicu
kanker.Senyawa-senyawa tersebut disebut sebagai asam
empedu sekunder.Asam empedu secara normal dikeluarkan
oleh tubuh untuk mencerna lemak. Semakin banyak lemak
yang dikonsumsi, maka asam empedu yang dikeluarkan oleh
tubuh akan semakin banyak pula. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika beberapa bahan makanan yang banyak
mengandung lemak seperti daging merah, serta daging dan
makanan olahan lain yang berkadar lemak tinggi seperti keju,
dapat meningkatkan risiko kanker usus. Konsumsi alkohol juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker usus seperti
halnya makanan yang kaya akan gula, menurut World Cancer
Research Fund.
Patologi Kebanyakan kanker usus besar berawal dari
pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang
dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat).Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah.
Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak
menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam
waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi
menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus
besar (Davey, 2006 : 335).
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas
dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke
dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor
primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering
ke hati). Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa
cara yaitu: secara infiltratif langsung ke struktur yang
berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih; melalui
pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon;
melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon
mengalirakan darah ke sistem portal; penyebaran secara
transperitoneal; penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen
atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek
sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi
dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi
kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta
timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000).
Pada keluarga tertentu yang memiliki kecenderungan
terhadap kanker, diduga bahwa satu atau lebih gen kanker
sudah bermutasidalam genom yang diwarisi. Pertumbuhan
kanker akan meningkat pada usia lebih dari 55 tahun. Banyak
kanker terjadi diusia tua seperti kanker prostat, kanker kolon,
dan leukemia. Peningkatan masa hidup memungkinkan
memanjangnya paparan terhadap karsinogen dan
terakumulasinya berbagai perubahan genetik serta penurunan
berbagai fungsi tubuh (Basavanthappa, 2007).Menurut P.
Deyle (2005), perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas
3 fase. Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat
rangsangan, proses ini berjalan lama sampai puluhan
tahun.Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi belum
menimbulkan keluhan (asimptomatis) yang berlangsung
bertahun-tahun juga.Kemudian fase ketiga dengan timbulnya
keluhan dan gejala yang nyata.
F. PATHWAY

Kolithis Ulceratif Kebiasaan makan (tinggi karbohidarat, rendah serat)

Polimerisasi karsinogen membuat


DNA baru

Fsktor genetik polip colon


Kerusakan DNA

Penggabungan DNA asing dan induk

Sintetis RNA baru

Mitosis dipercepat

Transformasi kanker

Pertumbuhan liar sel ganas

Perdarahan peranus Ca Rekti Perubahan kebiasaan


BBBBBBBBBBBdefikasi(konstipasi, diare)

PK : perdarahan
PK: anemia Kurang Penegetahuan

Nyeri : akut/kronis Hemorhoid anoreksia


-ketidakseimbangan nutrisi
Ansietas
G. Klasifikasi
Metode pentahapan yang dapat digunakan secara luas
adalah klasifikasi Duke:(Brunner & Suddarth, 2002) Keteranagan:

T N M Dukes Kelas A : Tumor dibatasi


pada mukosa dan
Stage 0 Tis N0 M0 submukosa
Stage I T1 N0 M0 A Kelas B : Penetrasi melalui
dinding usus
T2 N0 M0
Stage II T3 N0 M0 B Kelas C : invasi kedalam
sistem limfe yang mengalir
T4 N0 M0 regional

Stage III Any T N1 M0 C Kelas D : metastase


regional tahap lanjut dan
Any T N2, N3 M0 penyebaran yang luas

Stage IV Any T Any N M1 D

TNM staging digunakan berdasarkan perjalanan penyakit


kanker melalui tiga parameter yaitu tumor size(T) atau ukuran tumor,
lymph node (N) atau kelenjar getah bening regional dan absence of
metastasis(M) atau penyebaran jauh (Otto, 2003).
1. T (Tumor Primer : ukuran, luas dan kedalaman)
TX : tumor primer tidak dapat dikaji
T0 : tidak ada bukti tumor primer
Tis : karsinoma in-situ
T1, T2, T3, T4 : dari T1 sampai T4 tumor primer semakin
besar dan semakin jauh infiltrasi di jaringan dan alat yang
berdekatan.
2. N (Metastasis Nodus : luas, dan lokasi kelenjar getah bening
regional yang terkena)
NX : kelenjar getah bening regional tidak dapat dikaji
N0 : tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional
N1,N2,N3 : menunjukkan banyaknya kelenjar getah bening
yang terlibat, dan ada atau tidaknya infiltrasi di alat dan struktur
yang berdekatan.
3. M (Metastasis : tidak ada atau ada penyebaran jauh penyakit)
MX : penyakit jauh tidak dapat dikaji
M0 : tidak ada penyebaran jauh dari penyakit
M1 : penyebaran penyakit jauh

Pada perkembangan selanjutnya, The American Joint Committee on


Cancer (AJCC)memperkenalkan TNM staging system, yang
menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV)
(Anderson, 2006).
1. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling
dalam rectum, yaitu pada mukosa saja.Disebut juga carcinoma
in situ.
2. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa
sampai lapisan muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding
rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar dinding rektum
ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.
3. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum
kejaringan terdekat namun tidak menyebar ke limfonodi.Disebut
juga Dukes B rectal cancer.
4. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat,
tapi tidak menyebar kebagian tubuh lainnya.Disebut juga Dukes
C rectal cancer.
5. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh
seperti hati, paru, atau ovarium. Disebut juga Dukes D rectal
cancer
H. Manifestasi Klinis
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama
dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan
perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal (Brunner
& Suddarth, 2002).
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit,
dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang
paling menonjol adalah(Brunner & Suddarth, 2002):
1. Perubahan kebiasaan defekasi
2. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua
3. Gejala anemi tanpa diketahui penyebabnya
4. Anoreksia
5. Penurunan berat badan tanpa alasan
6. Keletihan
7. Mual dan muntah-muntah
8. Usus besar terasa tidak kososng seluruhnya setelah BAB
9. Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)
10. Perut sering terasa kembung atau keram perut
11. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah: evakuasi
feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare
bergantian (umumnya konstipasi), serta feses berdarah.
Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai
radiks saraf, pembuluh limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala
pada tungkai atau perineum, hemoroid, nyeri pinggang bagian
bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih dapat timbul
sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut.
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi,
perdarahan, obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding
usus dan kelenjar-kelenjar regional.Kadang-kadang bisa terjadi
perforasi dan menimbulkan abses dalam peritoneum.Keluhan dan
gejala sangat tergantung dari besarnya tumor.
Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai
besar sebelum menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya
lebih besar daripada kolon desendens dan juga karena dindingnya
lebih mudah melebar.Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar. Bila
karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi obstruksi
usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea
atau vomitus. Harus dibedakan dengan karsinoma pada kolon
desendens yang lebih cepat menimbulkan obstruksi sehingga terjadi
obstipasi.
Pertimbangan gerontologi, insiden karsinoma kolon dan
rectum meningkat sesuai usia. Kanker ini biasanya ganas pada lansia,
gejala sering tersembunyi yaitu: keletihan hampir selalu ada akibat
anemia defisiensi besi primer, nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus,
dan perdarahan rectal.

I. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang dan Pemeriksaan Fisik


Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan (Sudjatmiko,
2010):
1. Anamnesis yang teliti, meliputi:
a) Perubahan pola/kebiasaan defekasi baik berupa diare
maupun konstipasi (change of bowel habit)
b) Frekuensi, konsistensi tinja
c) Perdarahan per anus
d) Tenesmus
e) Nyeri perut : kolik, menetap
f) Penurunan berat badan
g) Faktor predisposisi:
1) Riwayat kanker dalam keluarga
2) Riwayat polip usus
3) Riwayat kolitis ulserosa
4) Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium)
5) Uretero-sigmoidostomi
6) Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat)
2. Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:
a) Status gizi
b) Anemia
c) Benjolan/massa di abdomen
d) Nyeri tekan
e) Pembesaran kelenjar limfe
f) Pembesaran hati/limpa
g) Colok rectum (rectal toucher) ditemukan darah dan lendir,
tonus sfingter ani keras/lembek, mukosa kasar, kaku
biasanya dapat digeser, ampula rectum kolaps/kembung
terisi feses atau tumor yang dapat teraba atau tidak.
3. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Test darah samar: terkadang kanker atau polip
mengeluarkan darah, dan FOBT dapat mendeteksi
jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran.
Karena tes ini hanya mendeteksi darah, tes-tes lain
dibutuhkan untuk menemukan sumber darah tersebut.
Kondisi jinak (seperti hemoroid) juga bisa
menyebabkan darah dalam kototran.
2) Carcino embryonic antigen (CEA): pada eksisi tumor
komplet kadar CEA yang meningkat harus kembali ke
normal dalam 48 jam, peningkatan CEA pada tanggal
selanjutnya menunjukan kekambuhan
b. Digital rectal examination (DRE)
Dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining
awal.Kurang lebih 75% karsinoma rektum dapat dipalpasi
pada pemeriksaan rectal. Pemeriksaan digital akan
mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari rektum,
tumor akan teraba keras dan menggaung.
c. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan yang dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin
sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini
akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5-6cm
berbentuk anular atau apple core. Dinding usus tampak rigid
dan gambaran mukosa rusak.
1) Foto Kolorektal: dengan barium enema dan kontras
ganda
2) Ultra Sonografi: identifikasi metastase dan menilai
reseklabilitas
3) Intra venous pyelograply (IVP) : menilai infiltrate ke
system urinary
4) Thoraks foto: menilai adanya metastase paru
d. Endoskopi dan biopsy
1) Protoskopi: deteksi kelainan 8-10 cm dari anus (polip
rekti, hemorrhoid, karsinoma rectum)
2) Sigmoidoskopi: mencapai 20-25 cm dari anus, untuk
diagnistik dan kauterisasi.
3) Kolonoskopi: dapat mencapai sakrum.
e. Ultrasonografi
Uraian tentang prosedur diagostik dijelaskan lebih lanjut
dalam fokus pengkajian keperawatan.
J. Penatalaksanaan
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal.Beberapa
adalah terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian
klinis. Tiga terapi standar untuk kanker rektal yang sering digunakan
antara lain:
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan
terutama untuk stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien
suspek dalam stadium III juga dilakukan pembedahan.Meskipun
begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan stadium
kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical
treatment dengan radiasi dan kemoterapi.Penggunaan kemoterapi
sebelum pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy,
dan pada kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy digunakan
terutama pada stadium II dan III.Pada pasien lainnya yang hanya
dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar jaringan kanker
sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih membutuhkan
kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk membunuh sel
kanker yang tertinggal (Anderson, 2006).
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut (Doughty &
Jackson, 1993 dalam Brunner & Suddarth, 2002):
a) Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor
dan porsi usus pada sisi pertumbuhan pembuluh darah, dan
nodus limfatik)
b) Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid
permanen (pengangkatan tumor dan prosi sigmoid dan semua
rectum serta sfingkter anal)
c) Kolostomi sementara diikuti reanastomosis reseksi segmental
dan anastomisis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi
(memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus
sebelum reseksi)
d) Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan
lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi)
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan,
kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker
kolorektal.Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon
secara bedah.Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara
atau permanen.Ini memungkinkan drainase atau evakuasi ini kolon
keluar tubuh.Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan
kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi
jaringan sekitar (Brunner & Suddarth, 2002).
Prosedur pelaksanaan reseksi dan kolostomi (Brunner & Suddarth,
2002):

Jahitan
oeritoneum

Kolostomi

Tumor rektum

2. Selama pembedahan, sigmoid diangkat dan dibuatkan kolostomi.


1. sebelum pembedahan Usus distal telah didiseksi bebas pada titik dibawah peritoneum
pelvis bawah, yang djahit diatas ujung tertututp dari sigmoid
distal dan rektum

Kolostomi

Drein perineal Luka perineal yang sembuh

3. Reseksi perineal mencakup pengangkatan 4. Hasil akhir setelah penyembuhan dengan


rectum dan porsi bebas dari sigmoid bawah, kolostomi permanen.
drein perineal diinsersi.
b. Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II
dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum
dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai
sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor
lokal yang sudah diangkat melaui pembedahan, dan untuk
penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama ketika
digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang
digunakan setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan
risiko kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka
kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis jauh, radiasi
telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut,
misalnya pada otak.Radioterapi umumnya digunakan sebagai
terapi paliatif pada pasien yang memiliki tumor lokal
yang unresectable(Mansjoer, 2000).

c. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy (menangani pasien yang tidak terbukti
memiliki penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami
kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya
menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol
(Stadium II lanjut dan Stadium III).Terapi standarnya ialah
dengan fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan dengan leucovorin
dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan.5-FU
merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki
respon.Agen lainnya, levamisole (meningkatkan sistem imun,
dapat menjadi substitusi bagi leucovorin).Protokol ini
menurunkan angka kekambuhan kira-kira 15% dan menurunkan
angka kematian kira-kira sebesar 10% (Mansjoer, 2000).
K. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus
parsial atau lengkap.Pertumbuhan dan ulserasi juga dapat
menyerang pembuluh darah sekitar rectum yang menyebabkan
hemoragi.Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan
abses.Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok (Brunner
& Suddarth, 2002).
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
L. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan
yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelemahan, kelelahan/keletihan
- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas
dan berkeringat malam hari.
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan
karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi:
Gejala:
- Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan
darah.
3. Integritas ego:
Gejala:
- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran)
dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda
pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia,
lesi cacat, pembedahan)
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya,
putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah,
kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
- Menyangkal, menarik diri, marah.
-
4. Eliminasi:
Gejala:
- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri
pada defekasi
Tanda:
- Perubahan bising usus, distensi abdomen
- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5. Makanan/cairan:
Gejala:
- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi
lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
- Anoreksia, mual, muntah
- Intoleransi makanan
Tanda:
- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai
berat tergantung proses penyakit
7. Keamanan:
Gejala:
- Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8. Interaksi sosial
Gejala:
- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat,
lingkungan)
- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan
dengan perubahan status kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:
- Riwayat kanker dalam keluarga
- Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
- Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan
sitostatika.
- Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

M. Tes Diagnostik
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

Jenis Pemeriksaan Tujuan/Interpretasi Hasil

1. Pemeriksaan laboratorium:
 Tinja Untuk mengetahui adanya darah dalam
tinja (makroskopis/mikroskopis).
 CEA Kurang bermakna untuk diagnosis awal
(Carcino-embryonic karena hasilnya yang tidak spesifik serta
anti-gen) dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi
bermanfaat dalam mengevaluasi
dampak terapi dan kemungkinan residif
atau metastase.

2. Pemeriksaan radiologis Perlu dikerjakan dengan cara kontras


ganda (double contrast) untuk melihat
gambaran lesi secara radiologis.

3. Endoskopi dan biopsi Endoskopi dengan fiberscope untuk


melihat kelainan struktur dari rektum
sampai Recti. Biopsi diperlukan untuk
menentukan jenis tumor secara
patologi-anatomis.
4. Ultrasonografi Diperlukan untuk mengetahui adanya
metastasis ke hati.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Diare b.d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial
lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
 Peningkatan bunyi usus/peristaltik
 Peningkatan defekasi cair
 Perubahan warna feses
 Nyeri/kram abdomen
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi
nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
 Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus
otot buruk
 Peningkatan bunyi usus
 Konjungtiva dan membran mukosa pucat
 Mual, muntah, diare
3. Ansietas (uraikan tingkatannya) b.d faktor psikologis (ancaman
perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola
interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma)
Ditandai dengan:
 Eksaserbasi penyakit tahap akut
 Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan
 Iritabel
 Fokus perhatian menyempit
4. Koping individu tak efektif b.d intensitas dan pengulangan stesor
melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian,
kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat)
Ditandai dengan:
 Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa,
ansietas
 Menyatakan diri tidak berharga
 Depresi dan ketergantungan
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi
informasi.
Ditandai dengan:
 Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan
pernyataan konsep
 Tidak akurat mengikuti instruksi
 Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial
lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Bantu kebutuhan defekasi (bila Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa
tirah baring siapkan alat yang tanda sehingga perlu diantisipasi
diperlukan dekat tempat tidur, dengan menyiapkan keperluan klien.
pasang tirai dan segera buang feses
setelah defekasi).

asupan Mencegah timbulnya maslah


2. Tingkatkan/pertahankan
kekurangan cairan.
cairan per oral.

Membantu klien menghindari agen


3. Ajarkan tentang makanan-minuman
pencetus diare.
yang dapat
memperburuk/mencetus-kan diare.
4. Observasi dan catat frekuensi Menilai perkembangan maslah.
defekasi, volume dan karakteristik
feses.

5. Observasi demam, takikardia, Mengantisipasi tanda-tanda bahaya


letargi, leukositosis, penurunan perforasi dan peritonitis yang
protein serum, ansietas dan memerlukan tindakan kedaruratan.
kelesuan.

Antibiotika untuk
6. Kolaborasi pemberian obat-obatan
membunuh/menghambat
sesuai program terapi (antibiotika,
pertumbuhan agen patogen biologik,
antikolinergik, kortikosteroid).
antikolinergik untuk menurunkan
peristaltik usus dan menurunkan
sekresi digestif, kortikosteroid untuk
menurunkan proses inflamasi.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses
keganasan usus.
INTERVENSI RASIONAL

1. Pertahankan tirah baring selama Menurunkan kebutuhan metabolik


fase akut/pasca terapi untuk mencegah penurunan kalori
dan simpanan energi.

2. Bantu perawatan kebersihan rongga Meningkatkan kenyamanan dan


mulut (oral hygiene). selera makan.

3. Berikan diet TKTP, sajikan dalam


Asupan kalori dan protein tinggi
bentuk yang sesuai perkembangan perlu diberikan untuk
kesehatan klien (lunak, bubur kasar, mengimbangi status
nasi biasa) hipermetabolisme klien keganasan.

4. Kolaborasi pemberian obat-obatan Pemberian preparat zat besi dan


sesuai indikasi (roborantia) vitamin B12 dapat mencegah
anemia; pemberian asam folat
mungkin perlu untuk mengatasi
defisiensi karen amalbasorbsi.

5. Bila perlu, kolaborasi pemberian


nutrisi parenteral. Pemberian peroral mungkin
6. nutrisi parenteral. dihentikan sementara untuk
mengistirahatkan saluran cerna.

3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis


(ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran,
pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma).
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Orientasikan klien dan orang Informasi yang tepat tentang situasi


terdekat terhadap prosedur rutin yang dihadapi klien dapat
dan aktivitas yang diharapkan. menurunkan kecemasan/rasa asing
terhadap lingkungan sekitar dan
membantu klien mengantisipasi dan
menerima situasi yang terjadi.

Mengidentifikasi faktor pencetus/

2. Eksplorasi kecemasan klien dan pemberat masalah kecemasan dan


berikan umpan balik. menawarkan solusi yang dapat
dilakukan klien.
Menunjukkan bahwa kecemasan
adalah wajar dan tidak hanya dialami
oleh klien satu-satunya dengan
3. Tekankan bahwa kecemasan harapan klien dapat memahami dan
adalah masalah yang lazim menerima keadaanya.
dialami oleh banyak orang dalam
situasi klien saat ini. Memobilisasi sistem pendukung,
mencegah perasaan terisolasi dan
menurunkan kecemsan.

4. Ijinkan klien ditemani keluarga


(significant others) selama fase
Menurunkan kecemasan,
kecemasan dan pertahankan
memudahkan istirahat.
ketenangan lingkungan.

Menilai perkembangan masalah


5. Kolaborasi pemberian obat klien.
sedatif.

6. Pantau dan catat respon verbal


dan non verbal klien yang
menunjukan kecemasan.

3. Koping individu tak efektif (koping


menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d intensitas dan pengulangan stesor
melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan
individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat).
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Bantu klien mengembangkan Penderita kanker tahap dini dapat


strategi pemecahan masalah yang hidup survive dengan mengikuti
sesuai didasarkan pada kekuatan program terapi yang tepat dan
pribadi dan pengalamannya. dengan pengaturan diet dan aktivitas
yang sesuai

Dukungan SO dapat membantu


2. Mobilisasi dukungan emosional
meningkatkan spirit klien untuk
dari orang lain (keluarga, teman,
mengikuti program terapi.
tokoh agama, penderita kanker
lainnya)

Terapi psikiatri mungkin diperlukan


3. Kolaborasi terapi pada keadaan depresi/agresi yang
medis/keperawatan psikiatri bila berat dan lama sehingga dapat
klien mengalami depresi/agresi memperburuk keadaan kesehatan
yang ekstrim. klien.

Menilai perkembangan masalah


klien.
4. Kaji fase penolakan-penerimaan
klien terhadap penyakitnya (sesuai
teori Kubler-Ross)

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Kaji tingkat pengetahuan Proses pembelajaran sangat


klien/orang terdekat dan dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
kemampuan/kesiapan belajar mental klien.
klien.

2. Jelaskan tentang proses penyakit,


Meningkatkan pengetahuan klien
penyebab/faktor risiko, dan
dampak penyakit terhadap tentang masalah yang dialaminya.
perubahan status kesehatan-sosio-
ekonomi, fungsi-peran dan pola
interaksi sosial klien.

3. Jelaskan tentang terapi


pembedahan, radiasi dan
kemoterapi serta efek samping
Meningkatkan partisipasi dan
yang dapat terjadi
kemandirian klien untuk mengikuti
program terapi.
4. Tekankan pentingnya
mempertahan-kan asupan nutrisi
dan cairan yang adekuat.
Penderita kanker yang mengikuti
program terapi yang tepat dengan
status gizi yang adekuat
meningkatkan kualitas hidupnya.

BAB III
TINJAUAN KASUS
1.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian: 3 April 2019
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
Ruang : PHA

a. Biodata
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : laki- laki
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMTA
Pekerjaan : pegawai swasta
Alamat :Curup
Tanggal Masuk RS : 2 April 2018
Jam Masuk RS : 17.55 WIB
Diagnosa Medis : Ca. Recti 1/3 Distal
No. Rekam medic : 106087
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Hub.dgn Pasien : Istri
Alamat : Curup

b. Keluhan Utama
Pasien masuk dengan ca recti 1/3 tengah rencana ultra low anterior
resection
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien masuk RSI. Malahayati tanggal 12 April 2018 pukul 17.55
wib Pasien masuk rumah sakit dengan ca.Recti rencana ultra low
anterior resection
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ca Rekti kurang lebih 4 bulan
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita atau
mempunyai penyakit seperti pasien dan penyakit menular lainnya.
d. Pola Kesehatan Fungsional Gordon
1. Persepsi terhadap kesehatan – Manajemen Kesehatan
Pasien dan keluarga mengatakan apabila ada salah satu anggota
keluarganya yang sakit biasanya langsung dibawa kerumah sakit.
2. Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas selama pasien sakit adalah sbb :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi V
Berpakaian V
Eliminasi V
Eliminasi V
Mobilisasi V
Keterangan
0: mandiri
1: dibantu sebagian
2: perlu bantuan orang lain
3:perlu bantuan orang lain dan alat
4: tergantung dan tidak mampu
3. Pola istirahat tidur
Pasien tidur teratur

4. Pola nutrisi dan metabolic


Sebelum sakit pola makan pasien teratur 3x sehari dengan menu
nasi, lauk, sayur satu porsi habis dan pasien minum kurang lebih 6-8
gelas/hari. Selama dirawat diRS, pasien mengatakan makan 3x sehari
dengan menu (nasi, lauk, sayur) dan menghabiskan 1 porsi. Pasien
minum kurang lebih 5-6gelas/hari.
5. Pola eliminasi
Sebelum sakit pasien mengatakan BAB 3 hari sekali dan pasien
mengatakan sebelum dirawat di RS kurang lebih sejak 4 bulan yg lalu
pasien mengalami kesulitan BAB. Saat BAB pasien merasakan sakit
pada anusnya. Pasien BAB menggunakan alat bantu colostomy bag.
Pasien mengatakan BAK tidak mengalami gangguan. Pasien BAK
4-5 x/hari dengan warna kuning jernih. Jumlah urine sekali BAK
500cc. Setelah dirawat di RS pasien mengatakan BAK 4-5x/hari
dengan warna kuning jernih,jumlah urine sekali BAK kurang lebih
470cc.
6. Pola kognitif dan perseptual
Sebelum dan selama sakit pasien tidak mengalami gangguan pada
indra pendengaran, penglihatan, perasaan dan penciuman. Semua
fungsi indra masih berfungsi dengan baik. Pasien mengatakan nyeri
dengan manajemen nyeri sbb:
P : Luka post operasi
Q: nyeri dirasa cekit-cekit
R : Nyeri dirasakan pada perut
S : Nyeri dirasakan pada skala 4
T : Nyeri dirasakan ketika bergerak
7. Pola konsep diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
8. Pola koping
Koping individu inefektif
9. Pola sexual –reproduksi
Pasien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Sebelum sakit
pola seksual pasien baik. Pasien mengatakan saat mulai merasakan
sakit pada anusnya pasien tidak nyaman saat berhubungan seksual
dengan istrinya.
10. Pola Peran dan Hubungan
Hubungan pasien dan keluarga baik dan harmonis
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama islam, sebelum sakit pasien tidak pernah tinggal
sholat, selama di rs solat tapi tidak 5 waktu

e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tingkat kesadaran : Composmentis
3. TTV
TD : 126/82 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,7˚ C
RR : 22 x/menit
4. Anthropometri
BB : 81 kg
TB : 175 cm
5. Kepala: Bentuk kepala mesoshepal, kulit kepala bersih, tidak ada
ketombe, rambut hitam
6. Mata: Konjungtiva tidak anemis
7. Hidung: fungsi penciuman baik, tidak ada epitaksis,
tidak ada pernafasan cuping hidung
8. Mulut: Mulut bibir tidak sianosis, mukosa mulut lembab berwarna merah
muda, tidak ada stomatitis, susunan gigi rapi, lengkap dan bersih
9. Leher: Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, trakea lurus
fungsi menelan baik
10. Abdomen: Bentuk perut buncit, terdapat stroma pada kuadran kiri bawah,
warna merah muda, luka bekas operasi dibagian tengah perut
Auskultasi : bising usus normal 6 x/menit
Palpasi : Tidak teraba pengerasan vessica urinaria
Perkusi : Tymphani (normal)
11. Ekstremitas Atas : Tangan kanan terpasang infuse cairan gandeng, RL
20 tts/i, dextrose 5% 7tts/ i capillary refill ka=ki ≤ 2 detik, tangan kanan
dan kiri tidak ditemukan edema dan sianosis
12. Genetalia: tidak terpasang kateter

f. Data Psikologis
Status Emosi: Pasien kooperatif

g. Data Spiritual
Spiritual baik

h. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Colonoscopy (15 januari 2018)


Kesimpulan : Tumor Recto Sigmoid 10-25 cm dari anus
b. Pemeriksaan Biopsi (31 januari 2018)
Kesimpulan : adenokarsinoma (moderate differentiated)
c. Pemeriksaan hasil labolatorium
Tanggal pemeriksaan : 13 April 2018

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Hb 9,9 Lk: 13-16 gr%, pr: 12-14%
LED 30 Lk<10mm/jam I
Pr<15 mm/ jam I
Eritrosit 3,39 Lk: 4,5- 5,5 juta/mm
Pr: 4- 5 juta/ mm
Leukosit 14800 5000-10.000/mmɜ
Hematokrit 30,1 Lk: 40-50%, pr: 37-47%
M.C.V 80,5 76-96fl
M.C.H 24,8 27-32 mgr
Trombosit 231000 (150-450)x 10/mm
langsung
Diff.Eos 0 % 1-3%
Bas 0 % 0-1%
Bat 0 % 2-6%
Seg 90 % 50- 70%
Limp 9 % 20-40%
Mono 1 % 2-8%
Tanggal 14 April 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
KGD puasa 189 Mg/dl 80-120
Test koagulasi
D-dimer 1906,97 ng/ml 50-500

Tanggal 15 April 2018


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
KGD puasa 137 Mg/dl 80-120

i. Program Terapi Post operasi miles operasi


Tanggal 15 April 2018
 Inf RL 500 mL kecepatan 20 gtt/I habis dalam 8 jam 20 menit
 Inf dex 5% 500 mL kecepatan 7gtt/I habis dalam 24 jam
 Inj ceftriaxone 1gr / 12 jam
 Inf metronidazole 500mg / 12 jam
 Inj. Keterolac 30mg / 8 jam
 Inj transamin 500mg/ 8 jam
 Inj lovenox 0,4 ml/24 jam
 Inj. Ondansentron 8mg (k/p)
 Inj norages 1gr (k/p)

3.2 Analisa Data


Nama : Tn. A
No rm : 106087
No Tanggal/Ja DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
m
1 13 April DS: Pasien mengatakan nyeri pada Nyeri akut Pembedahan
2018 perut
09.00 WIB DO: wajah pasien terlihat meringis
Manajemen nyeri: terputusnya kontinuitas
P : Luka post operasi jaringan

Q: nyeri dirasa cekit-cekit


R : Nyeri dirasakan pada perut mengeluarkan zat
neurotransmiter
S : Nyeri dirasakan pada skala 4
T : Nyeri dirasakan ketika bergerak
Medulla spinalis

Medulla oblongata

Korteks serebri

Nyeri Akut
2 14 April DS : Pasien mengatakan ingin Resiko infeksi Pembedahan
2018 menggaruk-garuk daerah sekitar
09.00 WIB stoma
DO : Didapatkan luka stoma yang Terputusnya kontinuitas
terlihat basah dan merah (H1) jaringan
Leukosit : 14800 ribu /mmk

Port de entry

Resiko infeksi

4 15 April DS : Pasien mengatakan perlu Defisit Ca. Recti


2018 bantuan orang lain untuk melakukan perawatan diri
09.00 WIB aktivitas dan tidak leluasa bergerak
DO : pembedahan
Mandi 1
Berpakaian 1
Eliminasi 3 Imobilisasi/
Makan 1 Bedrest (istirahat total)
Mobilisasi 1
Keterangan pasien perlu bantuan
orang lain
ADL terganggu

Defisit perawatan diri

a. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut b.d pembedahan d.d os nampak meringis kesakitan skala 4
2. Resiko infeksi b.d adanya luka akibat pembedahan d.d leukosit 14,800
mm3 dan os tampak ingin meggaruk area stoma
3. Defisit perawatan diri b.d keterbatasan aktivitas fisik d.d kebutuhan ADL
os dibantu sebagian.
3.3 Intervensi Keperawatan

No. Tanggal DIAGNOSA TUJUAN &KRITERIA HASIL INTERVENSI


/Jam KEPERAWATAN
1. 13 AprilNyeri akut b.dSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Memonitor TTV
2018 1x 24 jam nyeri berkurang dengan KH : 2. Kaji ulang memanajemen nyeri dan lakukan
pembedahan d.d os pengkajian ulang nyeri P,Q,R,S,T
09.00 WIB 1. Skala nyeri berkurang
nampak meringis2. dari 4 menjadi 3
kesakitan skala 4 3. Posisikan pasien senyaman mungkin
3. Pasien mengatakan lebih nyaman
4. Lakukan kompres hangat kering disekitar lluka
4. Pasien terlihat tidak memegangi bag.yang post op
nyeri
5. Ajarkan tehnik relaksasi dengan latihan nafas
5. Pasien mampu untuk melakukan tehnik dalam
relaksasi dengan latihan nafas dalam dan
tehnik distraksi 6. Ajarkan teknik distraksi

6. TTV 7. Anjurkan klien untuk istirahat min 6-7 jam/hari


Td: 126/82 mmHg
Nadi : 82 x/menit 8. Massage daerah sekitar luka post operasi

2. 14 AprilResiko infeksi b.dSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama1. Monitoring tanda-tanda infeksi
2018 adanya luka akibat3x24jam diharapkan klien tidak terjadi infeksi
09.00 WIB di area luka post operasi dengan KH : 2. Proteksi infeksi dengan cara lingkungan sekitar
pembedahan d.d
1. Luka bersih,tidak ada kemerahan di sekitar harus bersih,luka tidak boleh kena air sampai
leukosit 14,800 mm3 luka jahitan di angkat
dan os tampak ingin
meggaruk area 2. Tidak ada pus di sekitar luka 3. Lakukan perawatan luka dengan arsetif
stoma
3. Suhu normal 36-37,5°C 4. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan

4. 4. Lekosit 4-11 ribu/mmk


3. 15 AprilDefisit perawatanSetelah dilakukan tindakan keperawatan 1. 1.monitor kemampuan aktifitas klien
2018 selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan sehari-
diri b.d keterbatasan
09.00 WIB hari klien terpenuhi dg KH: 2. 2.motivasi klien untuk melakukan aktifitas
aktivitas fisik d.d 1. 1.pasien mandi 1 X dengan bantuan kebutuhan sehari hari secara mandiri
kebutuhan ADL os
dibantu sebagian. 2. kulit pasien terlihat bersih dan wangi 3. bantu klien dalam melakukan aktifitas secara
mandiri
3. 3.gigi pasien terlihat bersih dan tidak
berbau dg menggosok gigi 2 X sehari 4. 4. lakukan mobilisasi secara bertahap

4. 4. pasien mampu makan 3X sehari tanpa


bantuan orang lain
3.4 . Implementasi Keperawatan

NO Diagnose Tgl/ jam Implementasi Evaluasi


keperawatan
1 Nyeri akut 13 April 2018 S: Pasien mengatakan nyerinya sudah
Jam: berkurang dan merasa lebih nyaman,
b.d - 10.00 wib 1. Memonitor TTV dengan pengkajian ulang nyeri
pembedahan Td: 120/80 mmhg P: pasien mengatakan nyeri terasa cekit-
RR: 20 x/i cekit
d.d os
Temp: 36,9C Q: pasien mengatakan nyeri karena post
nampak HR: 100 x/i op
meringis - 11.00 wib 2. Memposisikan klien R: pasien mengatakan nyeri pada perut
senyaman mungkin S: Skala nyeri 3
kesakitan - 12.00 wib 3. Mengajarkan teknik relaksasi T: pasien mengatakan nyeri kadang-
skala 4 dengan cara latihan nafas kadang
dalam O: Pasien tampak lebih nyaman dan
terlihat tidak memegangi perut bagian
perut yang nyeri
TD : 120/80 mmhg
RR : 20 x / menit
A: masalah nyeri akut teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian analgesic
2. Resiko 14 April 2018 S : pasien mengatakan nyerinya berkurang
Jam: dan tidak gatal.
infeksi b.d O : disekitar area luka terlihat kemerahan
tempat - 09.00 wib tetapi tidak timbul push
1. Memonitor Ada tanda tanda A : masalah teratasi
masuknya infeksi P : pertahankan intervensi
organism - 11.00 wib 2. Memproteksi dengan cara
lingkungan sekitar harus
sekunder bersih, luka tidak boleh kena
akibat air selama jahitan tidak
pembedahan diangkat
- 13.00 wib 3. Melakukan perawatan luka

3. Defisit 15 April 2018 S : pasien mengatakan mampu memenuhi


1. memonitor kemampuan kebutuhan sehari hari secara mandiri
perawatan Jam: aktifitas klien seperti makan, meskipun kadang masih memerlukan
diri b.d - 08. 30 wib mandi, dan eliminasi bantuan orang lain.
2. membantu klien dalam O : pasien mempu makan sendiri tanpa
kelemahan melakukan aktifitasnya secara bantuan orang lain.
atau nyeri - 10.00 wib mandiri. A : masalah teratasi sebagian
post operasi 3. melakukan mobilisasi secara P : lanjutkan intervensi
- 12.00 wib bertahap dimulai dalam
aktifitas ringan seperti ganti
baju dan ROM
- 14.00 wib 4. memotivasi klien untuk
melakukan aktivitas secara
mandiri.
0
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2006. Cancer Facts and Figures 2006. Atlanta:
American Cancer Society Inc.

Anderson. 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer


Center. University of Texas.

Basavanthappa, B.T. 2003. Medical Surgical Nursing. New Delhi : Jaypee. 111-
134.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Vol. 2.


Jakarta:EGC

Dochtermen, J. et al. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). Fourth


Edition. USA:Mosby Elsevier.

Doenges at al. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC.

Herdman, T.H. 2012. Nanda International : Diagnosa Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:EGC.

Ignatavicius, D.D. et al. 2006, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process


Approach, 2nd edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.

LeMone, P. et al. 2008.Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking in Client


Care. Volume 2

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku


Media Aesculapius.

Otto, S. E. 2003.Buku Saku Keperawatan Oncologi. Jakarta : EGC. 1-123

Price & Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
4. Jakarta:EGC.

Samsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, Jakarta: BP FKUI.

Sudjatmiko. 2012. Kolon-Rektum dan Anus. Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas


Kedokteran Universitas Airlangga.

1
University IOWA. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition.
Mosby Elsevier.

You might also like