Utilization of ‘Pucuk Merah’ Plant for P – MFC (Plant - Microbial
Fuel Cell) As Alternative Source of Electricity
Tariq Fadly Ramadhan, Elzan Rajwa Malik H Doni Nurdiansyah, S.Si SMA Taruna Bakti Bandung, Bandung/Jawa Barat
1. Introduction mekanisme syntrophy (simbiosis dalam hal
nutrisi) antara tanaman dan bakteri. Semakin terbatasnya sumber energi dari P-MFC ini dapat diterapkan dilahan basah fosil, ternyata membuat banyak kalangan mencari seperti lahan mangrove. Hal yang menuntungkan cari sumber energi alternatif untuk mencukupi adalah, Indonesia memiliki 3 juta hektar hutan kebutuhan manusia. Termasuk diantaranya mangrove yang tumbuh disepanjang 95.000 Km sumber tenaga listrik. pesisir Indonesia. Bila ini dimanfaatkan maka Kebutuhan energi listrik Indonesia akan menjadi pemasok listrik yang sangat diperkirakan terus bertambah sebesar 4,6% setiap berharga bagi pembangkit listrik di Indonesia. tahunnya, dan akan mengalami tiga kali lipat pada tahun 2030 (Sutrisna, 2011). Apabila hal ini 2. Problem Statement tidak diiringi oleh usaha peningkatan produksi energi, dikhawatirkan Indonesia mengalami krisis Pada penelitian ini akan digunakan Tanaman energi. Faktanya, pemanfaatan minyak bumi pucuk merah sebagai sumber energi listrik terbarukan. sebagai bahan bakar fosil penghasil energi masih Sehingga apakah Tanaman Pucuk merah efektif dalam menghasilkan daya listrik untuk keperluan mendominasi, yaitu sebesar 50,66% (Departemen pembangkit listrik jika digunakan secara massif? Energi dan Sumber Daya Mineral, 2010). Sedangkan cadangan minyak bumi di Indonesia diperkirakan habis dalam waktu 24 tahun (Handbook of Energy and Economy Statistic of Indonesian, 2008). Sehingga diperlukan usaha untuk menghasilkan energi listrik alternative berkelanjutan (sustainable technology). Salah satu mengatasi krisis energi di masa depan adalah dengan menggunakan konsep Microbial Fuel Cell atau MFC. Microbial Fuel Cell adalah salah satu energi terbarukan yang berpotensi untuk diterapkan agar mendukung percepatan pembangunan Pembangkit Listrik. Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan teknologi yang prospektif untuk dikembangkan. MFC merupakan sistem yang dapat menghasilkan Gambar 2.1 Tanaman Pucuk Merah energi listrik melalui metabolisme mikroorganisme. Alasan lain mengapa microbial 3. The purpose of the investigation fuel cell berpotensi untuk diterapkan adalah microbial fuel cell ramah lingkungan sehingga Plant-Microbial Fuel Cell (P-MFC) ini tidak membahayakan ekosistem dan tidak memanfaatkan bakteri alami tumbuhan untuk menghasilkan listrik. P-MFC sendiri menemukan terpengaruh oleh cuaca. bahwa 70 persen hasil fotosintesis tidak terpakai oleh Salah satu inovasi Microbial Fuel Cell tumbuhan dan dibuang melalui akarnya. Zat buangan adalah Plant Microbial Fuel Cell (P-MFC). P- yang memiliki struktur kimia C6H12O6 ini, kemudian MFC adalah sebuah teknologi baru yang diurai oleh bakteri menjadi Karbon Dioksida (CO2), memungkinkan terjadinya konversi energi energi Proton (H+), dan Elektron (e-). solar/matahari menjadi energi listrik melalui Memanfaatkan proses alami ini, kemudian menaruh perangkat anoda dan katoda yang terbuat dari karbon. Keduanya dipisahkan oleh sekat, sehingga tidak tercampur satu sama lain. Anoda 6. Conclusion sendiri ditaruh di dekat bakteri. Perangkat ini kemudian menarik elektron (e-) dan merubahnya Berdasar pada penelitian yang telah menjadi energi listrik searah yang mampu dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaaan memberikan daya bagi perangkat elektronik. katode-anode dari sumber yang berbeda dapat 4. Research Method meningkatkan nilai tegangan dan kuat arus yang terukur. Sejauh ini bahan katoda-anoda dari Penelitian eksakta ini menggunakan 2 variabel elektroda (anoda-katoda), di antaranya elektroda seng- bahan seng-tembaga memiliki power density tembaga dan magnesium-seng, parameternya ialah paling besar. suhu dan kelembaban lingkungan berkisar antara 25,78℃ – 27,61℃ dan kelembaban tanah berkisar Dengan memanfaatkan Tanaman Pucuk antara 86,83% – 97%. Merah sebagai agen dalam menghasilkan listrik dengan metode P-MFC, maka diharapkan Metode yang digunakan yakni pengujian langsung di mana tanaman akan dihubungkan ke tanaman ini dapat menjadi inovasi energi elektroda, yang dihubungkan ke multimeter untuk terbarukan sehingga dapat mengatasi kelangkaan mengetahui tegangan listrik yang dihasilkan. penyediaan sumber energi listrik yang semakin menipis.
7. References
[1] Gajda, J. Greenman, C. Melhuish, I.
Ieropoulos. (2015). Self-sustainable electricity production from algae grown in a microbial fuel cell. [2] ITB News. (2011). Microbial Fuel Cell, Energi Listrik Alternatif dari Bakteri. Bandung. ITB
Gambar 4.1. Proses pengujian
5. Results and Analysis
Berdasarkan pengujian yang dilakukan,
diperoleh elektroda seng-tembaga lebih optimum dalam menghasilkan listrik dibandingkan dengan elektroda magnesium-seng. Elektroda seng- tembaga memiliki power density maksimum sebesar 57.661,88 mW/m2, dengan tegangan sebesar 765 mV dan arus sebesar 0,603 mA.
P-MFC yang memanfaatkan bakteri alami
tumbuhan untuk menghasilkan listrik. Tumbuhan dapat memproduksi bahan organik dari sinar matahari dan CO2 melalui fotosintesis. Sekitar 70% dari bahan organik ini berakhir di tanah sebagai bahan humus, akar mati, lysates, lendir dan eksudat. Bahan organik ini akan dioksidasi oleh bakteri yang hidup di sekitar akar, lalu melepaskan CO2, proton dan elektron. Elektron yang dihasilkan akan mengalir dari anoda ke katoda sehingga dihasilkan listrik (Helder et al., 2012).