You are on page 1of 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

GANGGUAN CITRA TUBUH

Disusun oleh :
1. Arif Yoga Setiawan (1601004)
2. Dwi Eka Rahmawati (1601008)
3. Eksa Angga Pradana (1601010)
4. Harisatun Niswah (1601013)
5. Junanto Surahman (1601015)
6. Novia Nurzuhriyanti (1601020)
7. Santi Nurhaliza (1601025)
8. Zeni Evilya Putri (1601033)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN


2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan
yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti pada
masalah kesehatan fisik, memperlihatkan gejala yang berbeda, dan muncul oleh berbagai
penyebab. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul
gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan
masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan
mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi (Depkes RI. 1993).
Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang merasakan citra
tubuhnya. Evaluasi diri dan perasaan tentang kemampuan diri negatif, yang dapat
diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. Suatu gangguan citra tubuh dapat
diketahui perawat dengan mewawancarai dan mengamati pasien secara berhati-hati untuk
mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang
terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan
pasien terhadap anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan
keluarganya .
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran
perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan
masalah sesuai kemampuan yang dimiliki. Klien mungkin menghindar atau menolak
berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya pada klien yang
tidak menimbulkan keributan dan yang tidak membahayakan (Depkes RI. 1993).

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan konsep tentang citra tubuh?
2. Jelaskan asuhan keperawatan tentang konsep diri yaitu citra tubuh?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang citra tubuh
2. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan tentang konsep diri yaitu citra tubuh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tentang Citra Tubuh


1. Definisi
Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang
struktur, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Citra
Tubuh merupakan salah satu komponen dari konsep diri yang membentuk persepsi
seseorang tentang tubuhnya baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup
perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan
pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan
orang lain (Potter & Perry, 2005).
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan
mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra
tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan
fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan anggota
penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya (Kozier, 2004).

2. Etiologi
a. Eksisi bedah atau gangguan bagian tubuh
Enterostomi, Mastaktomi, Histerektomi, Pembedahan kardiovaskuler, Pembedahan
leher radikal, Laringektomi
b. Amputasi pembedahan atau traumatik
c. Luka bakar
d. Trauma wajah
e. Gangguan makan
f. Obesitas
g. Gangguan muskuluskeletal
h. Gangguan integument
i. Lesi otak
 Cerebrovaskular accident
 Demensia
 Penyakit parkinson
j. Gangguan afektif
 Depresi
 Skizofrenia
k. Penyalahgunaan bahan kimia
l. Nyeri
m. Respon masyarakat terhadap penuaan (agetasim)
 Umpan balik interpersonal negative
 Penekanan pada produktivitas

3. Pohon Masalah
Harga Diri Rendah

Gangguan citra tubuh

Penyakit Fisik

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Citra Tubuh


Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai
efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari
konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh.
Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan
pandangan orang lain. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang
penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima
dan mengukur bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar
dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri.

5. Negatif dan Positif Citra Tubuh


Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk
individu, perasaan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu sebenarnya.
Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran
tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu merasakan malu, self-
conscious, dan khawatir akan badannya.
Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk
individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu
menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan fisik
seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari
seseorang. Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan
tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori.

6. Tanda dan Gejala


a. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat
terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis digunakan sebagai reaksi
terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh
membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari,
menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
b. Menarik diri.
Menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak mungkin
maka lari atau menghindar secara emosional, menjadi pasif, tergantung , tidak ada
motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Setelah sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah
fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
d. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
e. Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi.
f. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
g. Persepsi negatif terhadap tubuh.
7. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati
serta bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan
harga diri yang rendah, keracuan identitas, dan deporsonalisasi.
b. Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan peran kerja,
dan harapan peran kultural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.

8. Faktor Presipitasi
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi. ada tiga jenis transisi peran :
a) Transisi peran perkembangan
b) Transisi peran situasi
c) Transisi peran sehat /sakit

9. Stressor yang dapat Menyebabkan Gangguan Citra Tubuh


a. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
b. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah
pemasangan infuse.
c. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan
pemasanagn alat di dalam tubuh.
d. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.
e. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
f. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan
alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).

10. Respon Klien terhadap Gangguan Citra Tubuh


1) Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:
a. Respon penyesuaian
Menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian, pengingkaran,
kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan)
b. Respon mal-adaptip
Lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan kelainan bentuk atau
keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak,
berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan kemampuan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2) Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:
a. Respon penyesuaian
Merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian (membuat keputusan) dalam
mengembangkan perilaku kepedulian yang baru terhadap diri sendiri,
menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling mendukung dengan
keluarga.
b. Respon mal-adaptip
Menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa kepeduliannyaterhadap yang lain
yang terus-menerus bergantung atau dengan keras menolak bantuan.
3) Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:
a. Respon penyesuaian
Memelihara pola sosial umum, kebutuhan komunikasi dan menerima tawaran
bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.
b. Respon mal-adaptip
Mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat kedangkalan kepercayaan
diri dan tidak mampu menyatakan rasa (menjadi diri sendiri, dendam, malu,
frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).

B. Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh


1. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan citra tubuh
b) Harga diri rendah
c) Penyakit fisik
2. Klasifikasi NOC
Data Objektif :
a) Mengurung diri
b) Dari hasil pemeriksaan dokter pasien mengalami Goncangan Emosi.
c) Hilangnya bagian tubuh.
d) Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.
e) Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.
f) Menolak melihat bagian tubuh.
g) Aktifitas sosial menurun.
Data Subyektif :
a) Nafsu makan tidak ada.
b) Sulit tidur
c) Pasien suka mengeluh nyeri di dada.
d) Pasien mengeluh sesak nafas.
e) Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi.
f) Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
g) Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
h) Menolak berinteraksi dengan orang lain.
i) Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu.
j) Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
k) Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi berdasarkan NIC dan kriteria hasil berdasarkan NOC
Individu :
1) Tujuan dan kriteria hasil
a. Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya.
b. Pasien dapat mengidentifikasi potensi ( aspek positif ) dirinya.
c. Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.
d. Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.
e. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.
2) Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini, perasaan
tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini.Diskusikan
potensi bagian tubuh yang lain.
3) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
4) Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :
a. Gunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin, gunakan
pakaian yang baru.
b. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara lengkap.
c. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
d. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada pembentukan
tubuh yang ideal.
5) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
a. Susun jadwal kegiatan sehari-hari.
b. Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam aktifitas keluarga dan
sosial.
c. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran
penting baginya.
d. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.

Keluarga :
1) Tujuan dan kriteria hasil
a. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh.
b. Keluarga mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh.
c. Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra tubuh.
d. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan pujian atas
keberhasilannya.
2) Tindakan Keperawatan
a. Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada pasien.
b. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh.
c. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien :
a) Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah.
b) Memfasilitasi interaksi di rumah.
c) Melaksanakan kegiatan di rumah dan sosial.
d) Memberikan pujian atas kegiatan yang telah dilakukan pasien.
e) Ajarkan kepada keluarga untuk mengevaluasi perkembangan kemampuan
pasien seperti pasien mampu menyentuh dan melihat anggota tubuh yang
terganggu, melakukan aktifitas di rumah dan di masyarakat tanpa hambatan.
f) Beri pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga.
3) TAK : stimulasi persepsi HDR.

4. Intervensi Spesialis
a. Terapi Individu : Terapi CBT, terapi kognitif.
b. Terapi Keluarga : Family system therapy, terapi komunikasi.
c. Terapi Kelompok : Logoterapi, terapi supportif.
d. Terapi Komunitas : Psikoedukasi.

5. Implementasi
Tindakan terhadap Perubahan Konsep Diri ( Gangguan Citra Tubuh )
Intervensi keperawatan membantu pasien memeriksa penilaian kognitif dirinya terhadap
situasi yang berhubungan dengan perasaan untuk membantu pasien meningkatkan
penghayatan diri dan kemudian melakukan tindakan untuk mengubah perilaku.
Pendekatan penyelesaian masalah ini memerlukan tingkat intervensi yang progresif,
sebagai berikut :
a. Meluaskan kesadaran diri
b. Eksplorasi diri
c. Evaluasi diri
d. Perencanaan yang realistic
e. Komitmen terhadap tindakan
Tabel 1.1 Intervensi keperawatan untuk mengubah konsep diri pada Tingkat 1
Prinsip Rasional Intervensi Keperawatan

Tujuan : Meluaskan Kesadaran Diri Pasien


Bina hubungan Kurangi ancaman yang Tawarkan penerimaan tanpa syarat.
terbuka, saling terlihat dalam sikap Dengarkan pasien.
percaya. perawat terhadap pasien, Dukung pembahasan tentang pikiran dan
bantu pasien untuk perasaan pasien.
meluaskan dan menerima Berespons tanpa mendakwa.
semua aspek kepribadian. Sampaikan bahwa pasien adalah seorang
yang berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong dirinya sendiri.

Bekerja dengan Kekuatan ego tingkat Identifikasi kekuatan ego pasien.


pasien tertentu, seperti kapasitas Pedoman bagi pasien dengan sumber ego
bagaimanapun untuk uji realitas, kontrol yang terbatas :
kekuatan egonya. diri, atau tingkat
1. Mulai dengan meyakinkan identitas
integritas ego, dibutuhkan pasien.
sebagai dasar asuhan
2. Berikan dukungan untuk mengurangi
keperawatan kemudian. tingkat ansietas panik.
3. Dekati pasien dengan cara tidak
menuntut.
4. Terima dan upayakan klarifikasi
komunikasi verbal dan nonverbal.
5. Cegah pasien dari pengisolasian diri.
6. Bina rutinitas yang sederhana bagi
pasien.
7. Tetapkan batasan untuk perilaku yang
tidak tepat.
8. Orientasi pasien terhadap realitas.
9. Kuatkan perilaku yang sesuai.
10. Tingkatkan aktifitas dan tugas yang
dapat memberikan pengalaman positif
secara bertahap.
11. Bantu dalam kebersihan dan kecantikan
diri.
12. Dukung pasien dalam asuhan mandiri.
Maksimalkan peran Timbal balik diperlukan Tingkatkan peran serta pasien secara
serta pasien dalam bagi pasien untuk bertahap dalam membuat keputusan yang
hubungan terapeutik. menerima tanggung berkaitan dengan asuhan dirinya.
jawab terhadap perilaku Sampaikan bahwa pasien adalah individu
dan respons kopinnya yang bertanggung jawab.
yang maladaptif.

Tabel 1.2 Intervensi keperawatan untuk mengubah konsep diri Tingkat 2


Prinsip Rasional Intervensi Keperawatan

Tujuan : Mendukung Eksplorasi Diri Pasien


Bantu pasien untuk Dengan menunjukkan minat Dukung ekspresi emosi, keyakinan,
menerima perasaan- dan penerimaan terhadap perilaku, dan pikiran pasein-secara
perasaan dan pikiran perasaan dan pikiran pasien, verbal, nonverbal, simbolik, atau
– pikirannya. perawat membantu pasien langsung.
untuk melakukan hal yang Gunakan keterampilan komunikasi
sama. terapeutik dan respon empati.
Catat penggunaan pemikiran logik
dan tidak logik pasien serta laporkan
dan amati respon emosinya.

Bantu pasien Pengungkapan diri dan Bangkitkan persepsi pasien tentang


mengklarifikasi pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan diri yang
konsep diri dan persepsi diri diperlakukan dimiliki.
hubungan dengan untuk membawa perubahan Bantu pasien untuk menguraikan
orang lain melalui yang akan datang; ideal diri.
pengungkapan diri. pengungkapan diri dapat Identifikasi kritik diri pasien.
mengurangi ansietas. Bantu pasien untuk menguraikan
Waspada dan Kesadaran diri keyakinan tentang bagaimana ia
kendalikan perasaan memungkinkan perawat berhubungan dengan orang lain dan
anda sendiri. memberikan model perilaku dengan peristiwa.
autentik dan membatasi Terbuka terhadap perasaan anda
pengaruh negatif sendiri.
kontertransferens dalam Terima perasaan positif dan negatif.
hubungan. Gunakan diri secara terapeutik
dengan :
1. Berbagi perasaan anda dengan
Berespons empatik, pasien.
bukan simpatik, Simpati dapat menimbulkan
2. Mengungkapkan tentang apa yang
tekankan bahwa rasa kasihan pasien; mungkin orang lain rasakan.
kekuatan untuk sebaliknya, perawat harus
3. Mencerminkan persepsi anda
berubah berada pada mengkomunikasikan bahwa terhadap perasaan pasien.
pasien. situasi kehidupan pasien
memerlukan kendali diri. Gunakan respons empatik dan pantau
diri anda terhadap perasaan simpati
dan kasihan.
Tegaskan bahwa pasien bukan tidak
berdaya atau tak kuasa dalam
menghadapi masalah.
Tunjukkan pada pasien baik secara
verbal maupun melalui perilaku
bahwa pasien bertanggung jawab
terhadap perilakunya sendiri,
termasuk memilih respon koping
yang adaptif dan maladaptif.
Gunakan sistem pendukung dari
keluarga dan kelompok untuk
memfasilitasi eksplorasi diri pasien.
Bantu pasien dalam mengenali sifat
konflik dan respon koping maladaptif.
Tabel 1.3 Intervensi Keperawatan terhadap perubahan konsep diri Tingkat 3
Prinsip Rasional Intervensi Keperawatan

Tujuan : Membantu Evaluasi Diri Pasien


Bantu pasien untuk Hanya setelah masalah Identifikasi stresor yang relevan dan
menjabarkan dujabarkan dengan benar, penilaian pasien terhadap stresor.
masalah secara pilihan alternatif dapat Klarifikasi bahwa keyakinan pasien
jelas. diusulkan. mempengaruhi perasaan dan perilakunya.
Identifikasi bersama keyakinan yang
salah, persepsi yang tidak benar, ilusi dan
tujuan yang tidak realistik.
Identifikasi bersama area kekuatan.
Tempatkan konsep keberhasilan dan
kegagalan dalam pandangan yang sesuai.
Gali penggunaan sumber koping pasien.

Penggalian koping Uraikan kepada pasien bahwa semua


Gali respons adaptif tersebut penting untuk respons koping dapat dipilih dan
dan maladaptif memeriksa pilihan mempunyai akibat baik positif maupun
pasien terhadap koping pasien dan negatif.
masalah. mengevaluasi akibat Bandingkan respon adaptif dan
positif dan negatif. maladaptif.
Identifikasi bersama kerugian respons
koping yang maladaptif.
Identifikasi bersama keuntungan, atau
“hasil” respons koping adaptif.
Bahas bagaimana hasil tersebut
mendukung penggunaan respons koping
adaptif selanjutnya.
Gunakan berbagai keterampilan
terapeutik, seperti :
1. Komunikasi fasilitatif.
2. Konfrontasi suportif.
3. Klarifikasi peran.
4. Reaksi transferens dan kontertransferens
dalam hubungan perawat-pasien.
5. psikodrama

Tabel 1.4 Intervensi Keperawatan terhadap perubahan konsep diri Tingkat 4


Prinsip Rasional Intervensi Keperawatan

Tujuan : Membantu Pasien dalam Merumuskan Rencana Tindakan yang Realistik


Bantu pasien Hanya setelah semua Bantu pasien memahami bahwa hanya
mengidentifikasi solusi alternatif yang dia yang dapat mengubah dirinya,
alternatif. memungkinkan bukan orang lain.
dievaluasi baru dapat Jika pasien berpegang pada persepsi
terjadi suatu perubahan. yang tidak konsisten, bantu pasien
untuk melihat bahwa dia dapat
mengubah :
1. keyakinan atau ideal mendekati suatu
kenyataan.
2. Lingkungan membuatnya konsisten
dengan keyakinan pasien.
Jika konsep diri tidak konsisten
dengan perilaku, pasien dapat
mengubah :
1. Perilaku yang sesuai dengan konsep
diri.
2. Keyakinan yang melatar belakangi
konsep diri termasuk perilaku.
3. Ideal diri.
Bantu pasien Penetapan tujuan harus Tinjau bersama bagaimana pasien
mengkonsepualisasi mencakup jabaran yang dapat lebih baik menggunakan sumber
tujuan yang realistik jelas tentang perubahan koping.
yang diharapkan.
Dorong pasien untuk merumuskan
tujuannya sendiri ( bukan tujuan anda
).
Bahas bersama konsekuensi yang
bersifat emosional, praktikal dan
realistik dari tiap tujuan.
Bantu pasien untuk menjabarkan
secara jelas perubahan konkrit yang
diinginkan.
Gunakan latihan peran, contoh peran,
permainan peran, dan visualisasi jika
sesuai.

Tabel 1.5 Intervensi Keperawatan terhadap perubahan konsep Gangguan Citra Diri
Tingkat 5
Prinsip Rasional Intervensi Keperawatan

Tujuan : Membantu Pasien agar Bertekat untuk Membuat Keputusan dan Mencapai
Tujuannya Sendiri
Bantu pasien Tujuan utama dalam Berikan kesempatan kepada pasien
melakukan tindakan meningkatkan untuk mengalami suatu keberhasilan.
yang diperlukan penghayatan adalah Dukung kekuatan, keterampilan, dan
untuk mengubah membuat pasien aspek yang sehat dari kepribadian
respons koping mengganti respons pasien.
maladaptif dan koping yang maladaptif Dukung pasien untuk memperoleh
mempertahankan dengan yang lebih bantuan (pekerjaan, finansial, pelayanan
respons koping yang adaptif. masyarakat ).
adaptif. Gunakan kelompok untuk meningkatkan
harga diri pasien.
Tingkatkan perbedaan diri pasien dalam
keluarga.
Beri pasien waktu yang cukup untuk
berubah.
Beri sejumlah dukungan yang sesuai
dan positif untuk membantu pasien
mempertahankan kemajuannya.
6. Evaluasi
Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien dapat
diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan sebelumnya, termasuk
hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara berpakaian, mengemukakan
perhatiannya terhadap perubahan citra tubuh, memperlihatkan kemampuan koping,
kemampuan meraba, melihat, memperlihatkan bagian tubuh yang berubah,
kemampuan mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi dan
seksual), harapan yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi, mampu
mendiskusikan rekonstruksi (Keliat, 1998). Penyesuaian terhadap perubahan citra
tubuh melalui proses seperti berikut:
1) Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan
dapat terjadi pada saat pertama pembuatan stoma ditetapkan sebagai tindakan
atau pada saat stoma telah ada (paska operasi). Syok psikologis digunakan
sebagai reaksi terhadapa ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan
perubahan tubuh membuat pasien menggunakan mekanisme pertahanan seperti
mengingkari, menolak, projeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
2) Menarik diri, pasien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan
tetapi karena tidak mungkin maka pasien menghindari/lari secara emosional.
Pasien menjadi positif, tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk
berperan dalam perawatannya.
3) Penerimaan/pengakuan secara bertahap. Setelah pasien sadar akan kenyataan
maka respon kehilangan/berduka muncul. Setelah fase ini pasien mulai
melakukan reintegrasi dengan citra tubuh yang baru.
4) Integrasi merupakan proses yang panjang dapat mencapai beberapa bulan, oleh
karena itu perencanaan pulang dan perawatan dirumah perlu dilaksanakan. Pasien
tidak sesegera mungkin dilatih (Keliat, 1998).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik
secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi
tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap
individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya.
Setiap orang harus bisa menerima apapun yang ada pada dirinya, sehingga jika
ada ketidakpuasan persepsi terhadap tubuhnya tidak membuat individu merubah dirinya
kearah yang negatif. Maka ketika individu berhasil untuk menerima dirinya sendiri dan
bisa mencapai sesuatu hal tersebut. Dan pada akhirnya pandangan manusia dalam
mendeskripsikan pandangan terhadap citra tubuhnya bukan memburuk tetapi berharap
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1993, Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa di Indonesia. III
Depkes RI.
Keliat,.B.A. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Meridean L. Maas, et al. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN GERIATRIK : DIAGNOSIS
NANDA, KRITERIA HASIL NOC, & INTERVENSI NIC. Jakarta : EGC.
Stuart, Gail Wiscarz. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC

You might also like