You are on page 1of 42

LABORATORIUM FARMASETIKA

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MIPA


UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

LAPORAN LENGKAP

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN


MIKROORGANISME

OLEH :

GOLONGAN 3 C

ANGKATAN 2017

PROGRAMSTUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mikrobiologi adalah cabang biologi yang mempelajari

mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat

kecil dan sangat penting dalam memelihara keseimbangan ekologi dan

keseimbangan ekosistem di bumi. Beberapa mikroorganisme bersifat

menguntungkan dan ada pula yang merugikan, baik terhadap manusia

ataupun hewan. Oleh karena itu untuk mengetahui segala sesuatu tentang

mikroorganisme perlu adanya cabang ilmu mikrobiologi (Radji, 2010).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme dapat dibedakan menjadi faktor fisik kimia. Faktor fisik

meliputi temperatur, pH, tekanan osmotik dan cahaya atau radiasi. Faktor

kimia meliputi karbon, oksigen, trace elemens, dan faktor-faktor

pertumbuhan organik, termaksuk nutrisi yang terdapat dalam media

pertumbuhan (Pratwi,2008).

Metode difusi secara paper disk, kertas disk yang mengandung

antibiotik diletakkan di atas permukaan media agar yang telah ditanam

mikroba uji, setelah itu hasilnya dibaca. Penghambatan pertumbuhan

mikroba oleh antibiotik terlihat sebagai zona jernih disekitar pertumbuhan

mikroba (Lay,1994).
B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah mengetahui pengaruh

lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba dan mengetahui zona hambat

pada pengaruh bahan atau zat kimia yang mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme.

2. Tujuan percobaan

Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan

mikroorganisme, seperti pengaruh suhu, pengaruh pH, pengaruh cahaya,

dan pengaruh bahan atau zat kimia terhadap pertumbuhan

mikroorganisme.

C. Prinsip percobaan

Penentuan suhu dan pH optimum terhadap pertumbuhan bakteri

pada medium LB, berdasarkan kekeruhan terhadap kontrol yang telah

diinkubasi selama 1 x 24 jam, dan penentuan pengaruh cahaya, serta

penentuan zona hambat terhadap bahan atau zat kimia pada medium NA

yang telah diinkubasi 1 x 24 jam.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang sangat

kecil sehingga untuk mengamati bantuan sarana yang diperlukan.

Mikroorganisme juga disebut organisme mikroskopis. Mikroorganisme

seringkali bersel tunggal (uniseluler) atau banyak (multiseluler). Namun,

beberapa protista bersel tunggal masih terlihat dengan mata telanjang,

dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga

termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun bersifat seluler

(Dwidjoseputro, 1990)

Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota,

protista dan ganggang mikroskopis. Jamur, terutama kecil dan tidak

terbentuk hifa, juga dapat dianggap sebagai bagian, meskipun banyak

yang tidak setuju. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat

dianggap mikroorganisme adalah semua organisme yang sangat

kecil yang dapat dibudidayakan dalam cawan petri atau inkubator

di laboratorium dan mampu mereproduksi dirinya sendiri

melalui mitosis. (Dwidjoseputro, 1990)

Mikroorganisme memiliki Fleksibilitas metabolism yang tinggi

karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan

diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan

lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan


tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk

meyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim

yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.

Enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk pengolahan bahan makanan

akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada.

Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tempat yang besar,

mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya

relatif cepat (Darkuni dalam Ali, 2008).

Faktor-faktor lingkungan fisis yang mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme adalah adanya pengaruh suhu, pH kelembaban, cahaya,

dan tekanan osmosis. Adapun pertumbuhan mikroba ini tidak hanya

dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Maksum Radji, 2002).

Lingkungan biotik adalah semua lingkungan yang terdiri dari

komponen-komponen mahluk hidup di permukaan bumi. Komponen

lingkungan biotik, misalnya tumbuhan, hewan dan manusia. Komponen

lingkungan biotik menurut fungsinya dapat dibedakan dalam tiga kategori,

yaitu produsen, konsumen, dan pengurai.

1. Produsen

Produsen adalah mahluk hidup yang dapat menghasilkan

makanan sendiri melalui proses fotosintesis, dengan demikian kelompok

produsen ditempati tumbuhan yang berklorofil.


2. Konsumen

Kelompok konsumen merupakan mahluk hidup yang mampu

memanfaatkan hasil pengolahan makanan dari kelompok produsen.

Kelompok konsumen tidak memiliki kemampuan untuk membuat makanan

sendiri.

Kelompok konsumen terdiri dari manusia dan hewan. Kelompok

hewan dibedakan menjadi herbivora, karnivora, dan omnivora. Herbivora

merupakan kelompok hewan pemakan tumbuhan. Karnivora merupakan

kelompok hewan pemakan daging. Omnivora adalah kelompok hewan

pemakan tumbuhan dan daging.

3. Pengurai

Kelompok pengurai merupakan golongan organisme yang

berperan dalam menguraikan sisa-sisa jasad mati dari organisme lain.

Kelompok pengurai, misalnya bakteri dan jamur. Hasil penguraian

organisme ini akan kembali menjadi unsur hara yang menyuburkan tanah.

Lingkungan abiotik adalah semua benda mati di permukaan bumi

yang bermanfaat dan berpengaruh dalam kehidupan manusia serta

mahluk hidup lainnya.contoh lingkungan abiotik, misalnya tanah, air,

udara, dan sinar matahari.

1. Air

Air merupakan sumber kehidupan. Air sangat dibutuhkan mahluk

hidup untuk melangsungkan kehidupan, air digunakan manusia dan

mahluk hidup lainnya untuk berbagai keperluan. Air digunakan manusia


untuk minum, mandi, dan mencuci. Bagi hewan, air juga digunakan untuk

memenuhi kebutuhan air minum. Bagi tumbuhan air, berperan untuk

melarutkan unsur-unsur hara yang diserap oleh akar.

2. Tanah

Tanah merupakan bagian dari lapisan atas permukaan bumi.

Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan. Tanah dalam kehidupan

berfungsi sebagai tempat tinggal mahluk hidup dan menyediakan

beragam bahan tambang yang dibutuhkan manusia.

Tanah juga menyediakan beragam mineral atau unsur hara yang

dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis.

3. Udara

Kehidupan dipermukaan bumi dapat berjalan dengan baik, salah

satunya karena adanya udara. Udara menyelimuti permukaan bumi.

Lapisan udara yang menyelimuti permukaan bumi disebut atmosfer.

4. Sinar Matahari

Matahari merupakan pusat dari tata surya. Matahari termasuk

bintang terdekat dengan bumi. Oleh karena itu, pancaran sinar matahari

dapat sampai ke permukaan bumi.

Sinar matahari berperan bagi kehidupan di permukaan bumi. Bagi

tumbuhan, sinar matahari berperan untuk membantu proses fotosintesis.

Bagi manusia, sinar matahari dalam kehidupan sehari-hari dimanfaatkan

untuk mengeringkan jemuran dan membantu proses pembuatan garam.


Saat ini sinar matahari telah digunakan sebagai sumber energi untuk

bahan bakar mobil.

1. Klasifikasi Mikrobiologi

1. Bakteri

a) Ciri-ciri bakteri

Komponen utama genom bakteri adalah sebuah molekul DNA

sirkular untai-ganda atauyang sering kita sebut sebagai kromosom bakteri.

Selain kromosom, banyak bekteri juga memiliki plasmid, lingkaran-

lingkaran DNA yang jauh lebih kecil lagi. Ada beberapa bentuk dasar sel

bakteri, yaitu bulat (coccus), batang atau silinder (bacillus), dan spiral yaitu

berbentuk batang melengkung atau melingkar (Pratiwi, 2008).

b) Klasifikasi bakteri

Berdasarkan taksonomi bakteri, organisme prokariotik

dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu eubakteri yang

merupakan bakteri sejati dan archaea. Kelompok bakteri terdiri atas

semua organisme prokariotik patogen dan nonpatogen yang terdapat di

daratan dan perairanserta organisme prokariotik yang bersifat fotoautotrof.

Spesies bakteri dapat dibedakan berdasarkan morfologi(bentuk),

komposisi kimia,kebutuhan nutrisi, aktivitas biokimia dan sumber

energi (Pratiwi, 2008).

c) Cara hidup bakteri

Bakteri memiliki beberapa jenis berdasarkan suhu tumbuhnya

salah satunya bakteri mesofil yang dimana bakteri tersebut dapat tumbuh
pada suhu optimum yaitu 37oC, jadi pada suhu rendah bakteri dapat

terganggu pada proses metabolisme (Ferdiaz, 1993). Pada bakteri juga

memiliki pengaruh pH pada pengaruh pertumbuhannya dan pH4 – 10 dan

optimum pada pH6 – 7 (Waluyo, 2005). Penyakit yang ditimbulkan oleh

bakteri (Campbell, 2006).

1) Treponema,penyebab penyakit sifilis.

2) Leptospira, penyebab infeksi sistematik yangdisertai dengan demam,

ikterus dan meningitis.

3) Borellia,,sebagai penyebab demam relaps dan

penyakitLyme(Muliawan, 2008).

2. Jamur (fungi)

a) Ciri-ciri fungi

Ciri-ciri organisme yang dikelompokkan ke dalam Regnum Fungi

adalah eukariotik, tidak memiliki klorofil, tumbuh sebagai hifa atau

sebagai sel khamir, memiliki dinding sel yang mengandung kitin,

bersifat heterotrof, menyerap nutrien melalui dinding selnya dan

mengekspresikan enzim-enzim ekstraseluler ke lingkungan, menghasilkan

spora atau konidia, melakukan reproduksi seksual dan/atau

aseksual (Gandjar, 2006).

b) Klasifikasi fungi

Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup

eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh, lalu


menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi sering dikenal

sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi (Hajoeningtijas, 2012).

Fungi diklasifikasikan menjadi 4 kelas utama menurut

(Gandjar, 2006) yaitu :

1) Phycomycetes, bagi dalam 6 kelas yaitu: Cytridiomycetes,

Hypocytridiomycetes, Oomycetes, Plasmodiophormycetes,

Trichomycetes dan Zygomycetes.

2) Ascomycetes, merupakan filum dari fungi yang reproduksi seksualnya

dengan membuat askospora didalam askus.

3) Basidiomycetes, memiliki 3 jenis Miselium yaitu : Miselium Primer,

Miselium Sekunder, dan Miselium Tersier.

4) Deuteromycetes.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu cepat

menyebabkan Mikologi dibagi menjadi subbidang Mikologi Dasar yang

mempelajari sitologi, taksonomi, metabolisme, pertumbuhan, reproduksi,

genetika dan struktur ultra dari fungi serta sub-bidang Mikologi Terapan

yang mempelajari segala kegunaan dan kerugian yang disebabkan oleh

fungi (Gandjar, 2006).

c) Cara hidup fungi

Fungi memiliki beberapa jenis berdasarkan suhu, dengan suhu

37oC, setelah diinkubasi memperlihatkan banyak kekeruhan yang

menandakan banyak fungi yang tumbuh pada suhu 37 oC (Ferdiaz, 1993).

d) Peranan fungi dalam kehidupan


Teori sains menyatakan hancurnya tumbuhan atau bahan organik

yang mati atau tubuh hewan yang mati disebabkan oleh aktivitas

mikroorganisme, yaitu terutama oleh bakteri penghancur dan fungi yang

mendekomposisi (Subandi, 2010).

e) Penyakit yang disebabkan oleh Fungi

Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh fungi. Mikosis

dapat dikelompokkan sebagai :

a) Mikosis superfasial, yang disebabkan oleh kapang dan penyebarannya

terjadi di permukaan tubuh.

b) Mikosis sismatik, disebabkan oleh fungi pathogen yang menghasilkan

mikrokonidia atau oleh khamir dan penyebarannya melalui peredaran

darah ke jaringan dalam tubuh.

c) Mikosis dalam (deep mycosis), juga disebabkan oleh fungi yang

membentuk mikrokonidia dan oleh khamir, serta tumbuh di bagian

jaringan yang dalam yang akan membengkak. Ada juga alergi yang

disebabkan oleh fungi antara lain Alternaria alternata, Aspergillus

fumigatus, Cladosporium herbarum, dan Botrytis cinerea. Mikosisjuga

dikelompokkan menurut lokasi penyakitnya, misalnya dermatomikosis

(pada kulit dan rambut) dan onikomikosis (pada kuku). Mikosis juga

mudah timbul apabila lingkungan hidup kurang dijaga kebersihannya,

misalnya karpet dan kasur yang lembab karena jarang dijemur sangat

mudah ditumbuhi kapang (Aspergillus, Penicillium dan Chaetomium).

Konidia dari fungi patogen ini mudah dihirup manusia yang


tinggal dilingkungan tersebut dan sering kali menyebabkan alergi dan

batuk-batuk (Gandjar, 2006).

Perkembangan bakteri berkembang dengan jalan membelah diri

dari satu sel menjadi dua sel, dan dua sel menjadi empat sel dan

seterusnya. Interval waktu yang dibutuhkan untuk membelah diri,

membelah antara satu dengan yang lainnya, misalnya (Entjang,2003):

1. Escherichia coli membelah diri setiap 15-29 menit

2. Salmonella tyhpi membelah diri menjadi 23-24 menit

3. Staphylococcus aureus membelah diri setiap 27-30 menit

4. Mycobacterium tuberculosis membelah diri setiap 792-932 menit

5. Treponema pallica membelah diri setiap 1.980 menit

Mikroorganisme sangat tergantung dengan kondisi lingkungan

yang stabil. Hal yang menghasilkan kondisi lingkungan laju pertumbuhan

eksporsial atau logaritmik. Waktu yang dibutuhkan sejumLah bakteri yang

melipat gandakan diri dalam biakan disebut waktu generasi misalnya

Eschericnia coli memiliki waktu generasi sekitar 30 menit pada kondisi

yang optimal (Elliot, 2002).

Kehidupan mikroorganisme pada umumnya sangat tergantung

pada faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi faktor abiotik dan faktor

biotik. Faktor abiotik adalah faktor luar seperti suhu, pH, tekanan osmotik

dan lain-lain sedangkan faktor biotik adalah dari mikroorganisme itu

sendiri. Faktor-faktor tersebut meliputi: (Rusli, 2014)


1. Faktor fisik, misalnya: suhu, tekanan osmotik, kandungan oksigen, pH

dan lain-lain

2. Faktor kimia, misalnya senyawa racun dan lain-lain

3. Faktor biologi, misalnya interaksi dengan mikroorganisme lain.

Pertumbuhan adalah pertambahan semua komponen suatu

organisme. Dengan demikian pertambahan ukuran diakibatkan oleh

bertambahnya air atau karena deposit lipit bukan merupakan

pertumbuhan sejati. Multipliasi sel adalah konsekuansi pertumbuhan pada

organism ber sel satu, multipliasi menghasilkan pertumbuhan jumLah

organism yang membentuk populasi atau kultur (Pratiwi, 2008).

Pertumbuhan mikroorganisme lebih ditunjukkan oleh adanya

peningkatan jumLah mikroorganisme dan bukan peningkatan ukuran sel

individu. Pada dasarnya ada dua macam tipe pertumbuhan, yaitu

pembelahan inti tnpa diikuti pembelahan sel sehimgga dihasilkan

peningkatan ukuran sel dan pembelahan inti yang diikuti pembelahan sel

sehingga dihasilkan peningkatan jumLah sel serta pembesaran ukuran

lebih berukuran sama (Pratiwi, 2008).

Ciri khas reproduksi bakteri adalah pembelahan biner, dimana

dari satu sel bakteri dapat dihasilkan dua sel anakan yang sama besar.

Bila sel tunggal bakteri berproduksi dengan pembelahan biner, maka

populasi bakteri bertambah secara geometrik (Pratwi, 2008).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme dapat dibedakan menjadi faktor fisik kimia. Faktor fisik


meliputi temperatur, pH, tekanan osmotik dan cahaya atau radiasi. Faktor

kimia meliputi karbon, oksigen, trace elemens, dan faktor-faktor

pertumbuhan organik, termaksuk nutrisi yang terdapat dalam media

pertumbuhan (Pratwi,2008).

1. Temperatur

Temperatur menentukan aktivitas enzim yang terlibat dalam

aktivitas kimia. Peningkatan temperatur sebesar 100C dapat meningkatkan

aktivitas enzim lebih besar dua kali lipat. Pada temperatur yang sangat

tinggi akan terjadi denaturasi protein yang tidak dapat balik (ireversibel),

sedangkan pada temperatur pertumbuhan optimal akan terjadi kecepatan

pertumbuhan optimal yang di hasilkan jumLah sel maksimal.

2. pH

pH merupakan indikasi konsentrasi ion hidrogen. Peningkatan

dan penurunan konsentrasi ion hidrogen dapat menyebabkan ionisasi

gugus-gugus dalam protein, amino, dan karboksilat. Hal ini dapat

menyebabkan denaturasi protein yang mengganggu pertumbuhan sel

a. Mikroorganisme asidofil tumbuh pada kisaran pH optimal 1,0-5,5

b. Mikroorganisme neutrofil tumbuh pada kirasan pH optimal 5,5-8,0

c. Mikroorganisme alkalofil tumbuh pada pH optimal 8,5-11,5

d. Mikroorganisme alkalofil ekstrem tumbuh pada kisaran pH optimal

lebih besar dari 10.

3. Tekanan osmosis
Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semi

permeable karena ketidakseimbangan materi lerlarut dalam media. Dalam

larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel mikroorganisme,

sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari dalam sel

mikroorganisme sehingga membran plasma mengkerut dan lepas dari

dinding sel secara metabolik tidak aktif. Mikroorganisme harus mampu

tumbuh pada lingkungan hipertonik dengan kadar garam tinggi, umumnya

NaCl 3%, contohnya adalah bakteri laut. Mikroorganisme yang mampu

tumbuh pada konsentrasi garam sangat tinggi sebesar lebih dari 33%

NaCl disebut halofil ekstrem, contohnya adalah Halobacterium halobium.

4. Oksigen

Berdasarkan pertumbuhan oksigen dikenal mikroorganisme yang

bersifat aerob dan anaerob. Mikroorganisme aerob memerlukan oksigen

untuk bernafas, sedangkan mikroorganisme anaerob tidak memerlukan

oksigen untuk bernafas. Adanya oksigen pada miikroorganisme anaerob

justru akan menghambat pertumbuhannya. Energi pada mikroorganisme

anareob dihasilkan dengan cara fermentase. Bakteri aerob dan anaerob

dapat diidentifikasi dengan menumbuhkan bakteri tersebut pada kultur

cair, meliputi: (Pratiwi, 2008)

a. Bakteri obligat aerob berkumpul di bagian permukaan atas tabung agar

dapat memperoleh oksigen secara maksimal.

b. Bakteri obligat anaerob berkumpul di dasar tabung untuk menghindari

oksigen.
c. Bakteri fakultatif berkumpul di bagian atas tabung, karena harus

melakukan respirasi aerob.

d. Mikroaerofil berkumpul di bagian atas tabung, tetapi bukan untuk

dibagian permukaan bakteri ini memerlukan oksigen tetapi dalam

konsentrasi yang rendah.

e. Bakteri aerotoleran tidak dipengaruhi oleh oksigen, bakteri ini tersebar

diseluruh tabung.

5. Radiasi

Sumber utama radiasi di bumi adalah sinar matahari yang

mencakup cahaya tampak (visible light), radiasi UV (ultraviolet), sinar

inframerah dan gelombang radio. Radiasi uang berbahaya untuk

mikroorganisme adalah radian pengionisasi yaitu radiasi dari panjang

gelombang yang sangat pendek dan berenergi tinggi yang dapat

menyebabkan atom kehilangan electron (ionisasi). Pada level rendah,

radiasi engionisasi ini dapat mengakibatkan mutasi yang mungkin

mengarah pada kematian, sedangkan pada level tinggi mengarah radiasi

bersifat letal. Radiasi sinar UV menyebabkan terbentuknya dimer timin

dalam DNA, dimana dua timin yang berdekatan saling berikatan kovalen

sehingga menghambat replikasi DNA.

Cahaya tampak yang merupakan sumber fotosintesis dapat

merusak atau membunuh mikroorganisme melalui mekanisme eksitasi

pigmen (klorofil, flavin, sitokrom) yang bersifat fotosinteis menghasilkan

oksigen.
6. Pengaruh faktor kimia pada pertumbuhan

Faktor kimia yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme

adalah nutrisi dan media kultur mikroorganisme. Faktor kimia ini meliputi

karbon, oksigen, mikrolemen dan faktor-faktor pertumbuhan organic.

Faktor-faktor pertumbuhan diantaranya yaitu: (Pratiwi, 2008)

a. Nutrisi

Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis

dan pembentukan energi. Berdasarkan kebutuhannya, nutrisi dibedakan

menjadi dua yaitu mikroelemen, yaitu elemen-elemen nutrisi yang

diperlukan dalam jumLah banyak (gram) dan mikroelemen (trace elemen),

yaitu elemen-elemen nutrisi yang di perlukan dalam jumLah sedikit (dalam

takaran mg hingga ppm).

b. Media kultur

Bahan nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan

mikroorganisme di laboratorium disebut media kultur. Pengetahuan

tentang habitat normal mikroorganisme sangat membentu dalam

pemilihan media yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme di

laboratorium. Sebagian besar bakteri akan tumbuh pada medium biakan

buatan. Namun beberapa bakteri seperti Mycobacterium leprae (kusta,

murtus hanse) dan treponema pallidum (sifilis) belum dapat di tumbuhkan

secara in-vitro. Bakteri lain seperti klamidia dan riketsia, hanya

berkembang biak di dalam sel pejamu dan arena itu di tumbuhkan dalam

biakan jaringan (Elliot, 2002).


Metode difusi secara paper disk, kertas disk yang mengandung

antibiotik diletakkan di atas permukaan media agar yang telah ditanam

mikroba uji, setelah itu hasilnya dibaca. Penghambatan pertumbuhan

mikroba oleh antibiotik terlihat sebagai zona jernih disekitar pertumbuhan

mikroba (Lay,1994).
B. Uraian Bahan

1. Aquadest (FI III:96)


Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O/18,02 gram/mol

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut dan pencuci.

2. Alkohol (FI III: 65)


Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol, etanol

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah

terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak

berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P

dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai bahan desinfektan.

3. NaCl (FI III: 403-404)


Nama resmi : NATRII CHLORIDUM

Nama lain : Natrium klorida

RM/BM : NaCl/58,44 gram/mol


Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk

hablur putih; tidak berbau; rasa asin.

Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air

mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol

P; sukar larut dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Komposisi NA sebagai pensuspensi bakteri

4. Agar (FI III: 74-75)


Nama resmi : AGAR

Nama lain : Agar, agar-agar

Pemerian : Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput

dan berlekatan, atau berbentuk keping, serpih atau

butiran; jingga lemah kekuningan, abu-abu

kekuningan sampai kuning padat atau tidak

berwarna; tidak berbau atau berbau lemah; rasa

berlendir jika lembab liat; jika kering rapuh.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam air

mendidih.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Komposisi NA sebagai bahan pemadat

5. Pepton (FI III: 721)


Nama resmi : PEPTON

Pemerian : Serbuk; kuning kemerahan sampai coklat; bau


khas tidak busuk.

Kelarutan : Larut dalam air; memberikan larutan berwarna

coklat kekuningan yang bereaksi agak asam;

praktis tidak larut dalam etanol (95%) P dan dalam

eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Komposisi NA dan LB sebagai sumber nutrient

yang spesifik untuk mikroba bakteri.

6. Ekstrak beef (FI IV: 1152)

Nama resmi : BEEF EXTRACT

Nama lain : Kaldu nabati, kaldu hewani, ekstrak daging.

Pemerian : Berbau dan berasa pada lidah. Kaldu daging sapi

konsentral diperoleh dengan mengektraksi daging

sapi segar tanpa lemak, dengan cara merebus

dalam air dan menguap kaldu pada suhu rendah

dalam hampa udara sampai terbentuk pasta,

berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua, bau

dan rasa seperti daging, sedikit asam.

Kelarutan : Larut dalam air dingin.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Komposisi LB dan NA


7. Laktosa (FI III : 338-339)
Nama resmi : LACTOSUM

Nama lain : Laktosa, Saccharum Lactis

RM/BM : C12H22O11 / 36,30 gram/mol

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk

granul putih; tidak berbau; rasa manis.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam

air mendidih; larut dalam etanol mendidih; sukar

larut dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Komposisi medium LB.


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan adalah aluminium foil, cawan petri,

kertas karbon, kapas, piper disk, tabung reaksi.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah API (Aqua ProInjeksi),

antiseptik, larutan pH 4, pH 6, pH 8, liserin, medium LB, medium NA,

NaCl, Super sol, clindamycin 150.

B. Cara kerja

1. Pengaruh suhu

Cara kerja dari pengaruh suhu adalah pertama disiapkan tiga

tabung reaksi steril dan dimasukkan 10 mL laktosa broth dan 5 tetes

biakan bakteri ke dalam masing-masing tabung reaksi. Kemudian, dibagi

dalam 3 suhu; suhu I kulkas (8o C), suhu II inkubasi ( 37oC untuk bakteri)

(27oC untuk fungi), dan suhu III oven 45oC. Lalu, diinkubasi selama

1 x 24 jam. Tahap terakhir, diamati kekeruhannya.

2. Pengaruh pH

Cara kerja dari pengaruh pH adalah pertama disiapkan tiga

tabung reaksi steril, masing-masing diisi 10 mL laktosa broth. Kemudian,

pada tabung I ditambah 5 mL pH 4, tabung II ditambah 5 mL pH 6, tabung

III ditambah 5 mL pH 8. Dan dimasukkan 5 tetes bakteri uji (Escherichia


coli dan Staphylococcus aureus) pada masing - masing tabung. Lalu,

tabung disumbat dengan kapas dan di tutup dengan alfol dan diinkubasi

selama 1 x 24 jam dengan suhu 37oC. Kemudian, diamati perubahan

warna.

3. Pengaruh cahaya

Cara kerja dari pengaruh cahaya adalah pertama disiapkan tiga

cawan petri steril dan dicairkan medium NA. Lalu, dituang medium NA ke

cawan petri (biarkan memadat). Setelah memadat, ditambah 5 tetes

bakteri uji (ratakan). Dicawan petri I disimpan pada cahaya selama 15-20

menit. Dicawan petri II dibungkus kertas karbon dan disimpan pada

cahaya selama 15-20 menit. Dicawan petri III dibungkus kertas karbon

tidak disimpan di tempat cahaya. Kemudian,diinkubasi selama 1 x 24 jam.

Dan diamati perubahan yang terjadi.

4. Pengaruh bahan kimia

Cara kerja dari pengaruh bahan kimia adalah pertama disiapkan

satu cawan petri steril. Dan ditambahkan 5 tetes bakteri (Staphylococcus

aureus). Kemudian, dicairkan NA dan dituang NA kedalam cawan petri,

biarkan memadat. Disiapkan 5 piper disk dan disterilkan pinset dengan

alkohol 70%, pijarkan. Setelah itu, diambil piper disk dengan pinset dan

dicelupkan pada larutan uji. Kemudian, ditempelkan pada cawan petri

yang berisi NA dan biakan bakteri. Diinkubasi 1 x 24 jam dan diamati zona

hambatnya.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

1. Pengaruh Suhu

Suhu
Sampel Hasil
8°C (Kulkas) -

37°C (Inkubator) +
Bakteri Escherchia coli
45°C (Oven) -

8°C (Kulkas) -

37°C (Inkubator) +
Bakteri Staphylococcus Aureus
45°C (Oven) -

Keterangan: Bening :-

Keruh :+

2. Pengaruh pH

pH
Sampel Hasil
(Pangkat hidrogen)
pH 4 -
pH 6 +
Bakteri Escherichia coli
pH 8 +
pH 4 -
Bakteri Staphylococcus pH 6 +
aureus
pH 8 +
pH 4 -
Jamur Candida albicans pH 6 +
pH 8 +
Keterangan: Bening :-

Keruh :+
3. Pengaruh Cahaya

Sampel Pengaruh Cahaya Hasil


Cahaya Matahari
+
(10 - 15 menit)

Cahaya Matahari

(10 – 15 menit) +++


Bakteri Escherchia coli
Kertas karbon

Dibungkus dengan
+++
kertas karbon

Keterangan: Sedikit bakteri yang tumbuh :+

Sangat banyak bakteri yang tumbuh : +++

4. Pengaruh Bahan Kimia

Sampel Zona Hambat

Clindamycin +++

Super Sol ++

Listerin +

Antiseptik cair -

Keterangan: Sangat luas : +++

Luas : ++

Kurang luas :+

Tidak ada :-
BAB V

PEMBAHASAN

Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai peningkatan jumlah

komponen (semua komponen) organisme secara teratur. Oleh karena

itu penambahan ukuran yang terjadi pada sel mengambil air/menimbun

lipid/polisakarida bukanlah pertumbuhan yang sebenarnya. Pertumbuhan

menyebabkan jumLah individu yang membentuk suatu

populasi (Brooks, 2004).

Faktor-faktor lingkungan fisis yang mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme adalah adanya pengaruh suhu, pH kelembaban, cahaya,

dan tekanan osmosis. Adapun pertumbuhan mikroba ini tidak hanya

dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Maksum Radji, 2002).

Tujuan dilakukannya percobaan ini untuk mengetahui

pengaruh suhu, pH, Cahaya Matahari, dan zat-zat kimia terhadap

pertumbuhan mikroba.

Pada percobaan pertama pengaruh suhu dilakukan dengan cara

disiapkan 6 tabung reaksi steril, kemudian dimasukka medium LB

sebanyak 5 mL secara aseptis untuk menghindari kontaminasi yaitu

masuknya mikroba yang tidak diinginkan (Fardiaz, 1991). Disumbat

dengan kapas ditutup dengan aluminium foil. Disterilkan dengan autoklaf

121°C selama 15 menit. Hal ini bertujuan agar dapat meminimalisasi

tumbuhnya mikroba atau bakteri pencemaran (Satrawira, 2005).

Dikeluarkan dari autoklaf dan dibiarkan suhunya turun, utnuk 2 tabung


pertama, ditambahkan masing-masing 5 tetes biakan bakteri Escherichia

coli dan Bakteri Staphylococcus aureus begitu selanjutnya untuk 2 tabung

kedua dan 2 tabung ketiga. Disumbat dengan kapas dan ditutup dengan

aluminium foil. Untuk 2 tabung pertama disimpan didalam kulkas dengan

suhu 8°C, untuk 2 tabung kedua disimpan kedalam inkubator dengan suhu

37°C, dan untuk 2 tabung ketiga disimpan kedalam oven dengan suhu

45°C. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap

pertumbuhan mikroba. Kemudian diinkubasi 1 x 24 jam pada inkubator

karena waktu yang diperlukan bakteri untuk tumbuh sekitar 1-2 hari masa

inkubasi setelah itu diamati perubahannya.

Pada percobaan kedua pengaruh pH, dilakukan dengan cara

disiapkan 9 tabung reaksi steril, kemudian dimasukkan medium LB

sebanyak 5 mL secara aseptis untuk menghindari kontaminasi yaitu

masuknya mikroba yang tidak diinginkan (Fardiaz, 1993). Disumbat

dengan kapas dan ditutup dengan aluminium foil. Disterilkan dengan

autoklaf dengan suhu 121°C selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk

meminimalisasi tumbuhnya mikroba pencemar (Sunawiria, 2005).

Dikeluarkan dari autoklaf dan dibiarkan hingga suhunya rendah. Untuk 3

tabung pertama ditambahkan masing-masing 5 tetes pH 4, pH 6, dan

pH 8. Kemudian ditambahkan bakteri Escherichia coli dimasing-masing

tabung. Diulangi dengan cara yang sama menggunakan Bakteri

Staphylococcus aureus dan Candida untuk 3 tabung kedua dan 3 tabung

ketiga. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap


pertumbuhan mikroba. Disumbat dengan kapas dan ditutup dengan

aluminium foil. Diinkubasi 1 x 24 jam, untuk 3 tabung pertama dan 3

tabung kedua dengan suhu 37°C, sedangkan 3 tabung ketiga dengan

suhu 27°C. Setelah itu diamati perubahan/kekeruhannya.

Pada percobaan ketiga pengaruh cahaya, dilakukan dengan cara

disiapkan 3 cawan petri steril, dicairkan NA, kemudian dituang kedalam

cawan petri secara aseptis untuk menghindari kontaminasi yaitu adanya

mikroba yang tidak diinginkan (Fardiaz, 1993). Biarkan memadat.

Ditambahkan 5 tetes biakan bakteri Escherchia coli kemudian diratakan

dengan pipet bengkok. Untuk cawan petri pertama, disimpan dibawah

cahaya matahari langsung selama 10-15 menit. Untuk cawan petri kedua

disimpan dicahaya matahari langsung selama 10-15 menit, kemudian

dibungkus kertas karbon. Dan untuk cawan petri ketiga dibungkus

langsung kertas karbon. Diinkubasi 1 x 24 jam dengan suhu 37°C. Hal ini

dikarenakan waktu yang diperlukan bakteri untuk tumbuh sekitar 1-2 hari

masa inkubasi, digunakan suhu 37°C karena suhu tersebut merupakan

suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri (Pelczar, 2005). Setelah itu

diamati pertumbuhan bakteri.

Pada percobaan keempat pengaruh bahan kimia, dilakukan

dengan cara disiapkan 1 cawan steril, kemudian 5 tetes biakan bakteri

Staphylococcus aureus kedalam cawan petri steril secara aseptis untuk

menghindari kontaminasi yaitu masuknya mikroba yang tidak diinginkan

(Fardiaz, 1993). Dicairkan medium NA dan dibiarkan suhunya turun,


kemudian dimasukkan ke cawan petri yang berisi biakan secara aseptis

dan biarkan memadat. Disiapkan 5 kertas cakram, disterilkan pinset

dengan alkohol 70% kemudian dipijarkan. Diambil kertas cakram

menggunakan pinset steril. Dicelupkan kertas cakram pada larutan uji

(API, Listerin, Super sol, Clindamycin, antiseptik). Tujuan digunakan suatu

antibiotik dan bahan-bahan desinfektan atau antiseptik dalam

menghambat pertumbuhan mikroba. Setelah itu ditempelkan kertas

cakram yang telah dicelupkan kedalam cawan petri yang berisi medium

NA dan bakteri dan diinkubasi 1 x 24 jam dengan suhu 37°C. Diamati

zona hambatnya.

Hasil yang diperoleh dari pengaruh suhu yaitu pada biakan

bakteri Escherichia coli pada suhu 8°C menghasilkan warna bening, suhu

45°C menghasilkan warna bening, dan untuk 37°C menghasilkan warna

keruh. Sedangkan pada biakan Staphylococcus aureus, pada suhu 8°C

menghasilkan warna bening, suhu 45°C menghasilkan warna bening, dan

untuk 37°C menghasilkan warna keruh. Hal ini sesuai dengan literatur,

menurut Pelczar (2006) bahwa bakteri dapat tumbuh pada suhu inkubator

37°C dan kemungkinan kecil dapat pula tumbuh pada suhu oven yaitu

45°C apabili mikroba yang memang bersifat thermophilik, dan apabila

suhu tersebut diturunkan, mikroba tersebut juga akan mati karena tak

tahan suhu dingin kecuali mikroba yang memang bersifat psikrofil.

Hasil yang diperoleh dari pengaruh pH yaitu pada biakan bakteri

Escherichia coli pada pH 4 menghaslkan warna bening, pada pH 6


menghasilkan warna keruh, dan pada pH 8 menghasilkan warna keruh.

Pada biakan baketri Staphylococcus aureus pada pH 4 menghasilkan

warna bening, pada pH 6 menghasilkan warna keruh, dan pada pH 8

menghasilkan warna keruh. Dan pada biakan bakteri Candida albicans

pada pH 4 menghasilkan warna bening, pada pH 6 menghasilkan warna

keruh, dan pada pH 8 menghasilkan warna keruh. Hal ini sesuai literatur,

menurut Waluyo (2005) bahwa pH bakteri Escherichia coli memiliki pH

optimum maksimum 9,0. Sedangkan pada Staphylococcus aureus

memiliki pH optimum 6,0-7,0. Tetapi juga tumbuh pada pH 9,8

(Adam dan Moss, 1995). Dan pada Candida albicans seharusnya dapat

tumbuh pada pH dibawah 7,0. Hal ini dinyatakn oleh Ganjar (2006) bahwa

fungi menyenangis pH dibawah 7,0. Namun beberapa jenis jamur bahkan

dapat tumbuh pada pH yang cukup rendah yaitu 4,5-5,5.

Hasil yang diperoleh dari pengaruh cahaya yaitu pada cawan petri

pertama dengan cahaya langsung menghasilkan sedikit bakteri yang

tumbuh, pada cawan petri kedua dengan cahaya langsung kemudian

dibungkus dengan kertas karbon menghasilkan banyak bakteri yang

tumbuh, dan pada cawan petri ketiga dengan dibungkus langsung dengan

kertas karbon menghasilkan sangat banyak bakteri yang tumbuh. Hal ini

sesuai dengan literatur, menurut Entijang (2003) bahwa sebagian besar

bakteri pertumbuhannya tidak tergantung pada adanya cahaya matahari,

karena sebagian mikroba tidak dapat hidup bertahan lama dibawah sinar

matahari.
Hasil yang diperoleh dari pengaruh bahan kimia yaitu pada

clindamycin memiliki zona hambat yang sangat luas disekitar kertas

cakram, pada antiseptik tidak ada zona hambat terbentuk. Pada super sol

memiliki zona hambat yang luas, dan pada listerin memiliki zona hambat

hanya sedikit. Menurut Dwidjoseputro (1990), zona hambat adalah tempat

dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat antibiotik atau

antimikroba yang ditandai adanya zona bening disekitar kertas cakram.

Semakin luas zona bening yang didapat, hal ini menunjukkan bahwa

semakin baik antimikroba yang digunakan. Jadi, kesimpulannya

Clindamycin yang memiliki antimikroba yang baik.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:

Pada umumnya mikroba dapat tumbuh pada suhun 37°C (suhu

tubuh manusia) dan jarang ada yang tumbuh pada suhu diatas 37°C

kecuali mikroba yang termasuk termophilik. Ada bakteri yang dapat

tumbuh pada suasana asam, netral, maupun basa. Contohnya jamur yang

dapat tumbuh pada pH dibawah 7,0 kebanyakan mikroba tidak dapat

hidup pada tempat yang terpapar cahaya langsung sehingga banyak

mikroba yang dapat tumbuh ditempat gelap. Adapun pada pengaruh

bahan kimia yang dapat dilihat adalah zona hambat atau zona bening

pada beberapa sampel.

B. Saran

Sebaiknya alat dan bahan pada laboratorium diperlengkap lagi

sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar.


LAMPIRAN

Lampiran I: Skema Kerja

1. Pengaruh suhu

Disiapkan 6 tabung reaksi steril

Dimasukkan 10 mL medium laktosa broth kedalam masing - masing


tabung

Ditambahkan 5 tetes biakan bakteri (Escherchia coli


dan Staphylacoccu aureus)

Dibagi dalam 3 suhu; Suhu I kulkas (8oC), suhu II inkubasi


(37oC), dan suhu III (45OC)

Diinkubasi 1 x 24 jam

Diamati perubahan
2. Pengaruh pH

Disiapkan 9 tabung reaksi steril

Diisi 5 mL laktosa broth pada setiap tabung

Ditabung I ditambahkan 5 mL pH 4, tabung II ditambahkan 5


mL pH 6, dan tabung III ditambahkan 5 mL pH 8

Ditambahkan 5 tetes bakteri uji (Escherchia coli dan


Staphylacoccus aureus)

Disumbat dengan kapas dan ditutup alfol

Diinkubasi selama 1 x 24 jam dengan suhu 37oC

Diamati kekeruhannya
3. Pengaruh cahaya

Disiapkan 3 cawan petri steril

Dicairkan medium NA dan dituang kedalam cawan petri


secukupnya (biarkan memadat)

Ditambahkan 5 tetes bakteri uji (Escherchia coli) dan diratakan

Cawan petri I disimpan dibawah cahaya matahari (15 – 20 menit)


dan dibungkus dengan kertas putih

Cawan petri II disimpan dibawah cahaya matahari (15 – 20 menit)


dan dibungkus dengan kertas karbon

Cawan petri III dibungkus dengan kertas karbon (tidak terkena


cahaya)

Diinkubasi 1 x 24 jam

Diamati pertumbuhan mikrobanya


4. Pengaruh bahan kimia

Disiapkan 1 cawan petri steril

Ditambahkan 5 tetes bakteri uji (Staphylacoccus aureus)

Dtuang medium NA kedalam cawan petri berisi biakan dan


biarkan memadat

Disiapkan 5 paper disk

Disterilkan pinset dengan alkohol 70%, dipijarkan

Diambil piper disk dengan pinset steril

Dicelupkan paper disk kedalam sampel; clindamycin,


super sol, listerin, antis, dan API (kontrol)

Ditempelkan paper disk sampel pada cawan petri

Diinkubasi 1 x 24 jam

Diamati zona hambat


Lampiran III: Klasfikasi dan Morfologi

A. Klasifikasi dan morfologi bakteri Escherichia coli

1. Klasifikasi bakteri (Garrity, 2004)

Kingdom : Bacteria

Subkingdom : Negibacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

2. Morfologi

Escherchia coli merupakan bakteri anaerob, mempunyai tipe

metabolisme fermentasi dan respirasi tetapi pertumbuhannya paling

sedikit banyak dibawah keadaan anaerob. Pertumbuhan yang baik pada

suhu optimal 37oC pada media yang mengandung 1% pepton sebagai

sumber karbon dan nitrogen. Escherchia coli memfermentasikan laktosa

dan memproduksi indol yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri

pada makanan dan air. Escherchia coli berbentuk besar (2 – 3 mm),

circular, konveks dan koloni tidak berpigmen pada nutrient dan media

darah. Escherchia coli dapat bertahan hingga suhu 600oC selama 15

menit atau pada suhu 550oC selama 60 menit (Bert Howard C, 2004).
B. Klasifikasi dan morfologi bakteri Staphylococcus aureus

1. Klasifikasi bakteri (Garrity, 2004)

Kingdom : Bacteria

Subkingdom : Posibacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies :Staphylococcus aureus

2. Morfologi bakteri

Staphylacoccus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk

bulat berdiameter 0,7 – 1,2 µm, tersusun dalam kelompok – kelompok

yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak

membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu

optimum 37oC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

(20 – 25oC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu – abu sampai

kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih

dari 90% isolat klinik menghasilkan Staphylacoccus aureus yang

mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam

virulensi bakteri. Berbagai derajat hemolisis disebabkan oleh

Staphylacoccus aureus dan kadang – kadang oleh speies stafilokokus

lainnya (James et al., 2008).


C. Klasifikasi dan morfologi fungi Candida albicans

1. Klasifikasi fungi (Herdiawati, 2008)

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Subphylum : Saccharomycotima

Ordo : Saccharomycotales

Family : Saccharomycaceae

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

2. Morfologi fungi

Jamur Candida albicans merupakan contoh ragi yang dapat

tumbuh sebgai filamen yang terdiri dari sel-sel bulat atau oval yang

membelah diri melalui pertunasan (budding). Candida albicans dapat

tumbuh pada suhu 37 0C dalam kondisi aerob dan anaerob, pertumbuhan

juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH

alkali (Herdiawati, 2008).


Lampiran II: Komposisi Medium

1. Komposisi medium LB (Laktosa Broth) :

Ekstrak Beef 3 gram

Pepton 3 gram

Laktosa 5 gram

Aquadest 100 mL

Cara Pembuatan :

Ditimbang bahan, Laktosa Broth 13 gram dalam 100 mL aquadest,

dihomogenkan larutan dengan bantuan penangas air, kemudian

dimasukkan kedalam erlenmayer, disumbat dengan kapas dan kasar,

lalu ditutup dengan AluminiumFoil, setelah itu disterilkan dengan

autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit

2. Komposisi medium NA (Natrium Agar)

Ekstrak Beef 10 gram

Pepton 10 gram

NaCl 1 mL

Agar 15 gram

Aquadest 100 mL

Cara Pembuatan :

Ditimbang bahan, Natrium Agar 2 gram dalam 100 mL aquadest,

dihomogenkan larutan dengan bantuan penangas air, kemudian

dimasukkan kedalam erlenmayer, disumbat dengan kapas dan kasar,

lalu ditutup dengan aluminium foil, setelah itu disterilkan dengan

autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A., dan J. B. Reece. 2008. Biologi Edisi ke 8 Jilid 1.


(diterjemahkan dari : Biology Eighth Edition, penerjemah : D.T.
Wulandari). Penerbit Erlangga. Jakarta. 486 hal.

Darkuni, M. N.. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan


Mikologi). Universitas Negeri Malang : Malang. (Halaman : 23)

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departement Kesehatan


Republik Indonesia : Jakarta. (Halaman : 65, 74 – 75, 96, 338 –
339, 403 – 404, 721)

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departement Kesehatan


Republik Indonesia : Jakarta. (Halaman : 1152)

Dwidjoseputro, D. 1990. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.


(Halaman : 187-192)

Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang Prees.

Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Rajawali.


(Halaman : 119 – 123)

McGregor, H. A., & Elliot, A. J. (2002). Achievement goals as predictors of


achievement-relevant processes prior to task engagement. Journal
of Educational Psychology, 94(2), 381-395.

Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi farmasi. Erlangga, Jakarta.


(Halaman : 150 – 171).

Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa


Farmasi dan Kedokteran. Jakarta: EGC. (Halaman : 11-19)

Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang Prees.

You might also like