You are on page 1of 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN STROKE HEMORAGIK

Disusun oleh:
Wisnu Candra Firmansyah
SN172115

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN STROKE HEMORAGIK
DI RUANG ICU RSUD SALATIGA

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(……………………………....) (…………………………) (Wisnu Candra Firmansyah)

ii
iii
STROKE HEMORAGIK

A. KONSEP DASAR STROKE HEMORAGIK


1. Definisi
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular (Muttaqin, 2016).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh
darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir.
Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma,
malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun (Artiani, 2016).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke
dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (Adib, 2015).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke hemoragik
adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh
darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang
menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

2. Etiologi

1
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi menurut
Muttaqin (2016) yaitu :
a. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan
terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdaraha.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai
bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan
mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.

Faktor resiko pada stroke adalah :


a. Hipertensi
b. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
c. Kolesterol tinggi, obesitas
d. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
e. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
f. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok,
dan kadar estrogen tinggi)
g. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol

3. Patofisiologi dan Pathway

2
a. Patofisiologi
Ada dua bentuk CVA bleeding

1) Perdarahan intra cerebral


Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak
dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang
terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering
dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus
kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan
perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid (Ariani, 2016).
2) Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM.
Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh
darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada
jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun
didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri

3
dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering
pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput
otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan
kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali
terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai
puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke
2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara
bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam
cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang
subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi
otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak
dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan
O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar
akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak
boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma.
Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan
glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai
70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak
hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik
anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak
(Ariani, 2016).

4
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas

Sumber (Depkes, 2015)

4. Manifestasi Klinis

5
Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke diantaranya
sebagai berikut :
a. Daerah arteri serebri media
1) Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
2) Hemianopsi homonim kontralateral
3) Afasi bila mengenai hemisfer dominan
4) Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
b. Daerah arteri karotis interna
Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media
c. Daerah arteri serebri anterior
1) Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai
2) Incontinentia urinae
3) Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena
d. Daerah arteri posterior
1) Hemianopsi homonim kontralateral ( gangguan lapang pandang)
2) Daerah makula karena daerah ini mendapat suplay darah dari
arteri serebri media.
3) Nyeri talamik atau CPSP ( Central Pain Post Stroke)
4) Hemibalisme
5) Aleksi bila mengenai hemisfer dominan
e. Daerah vertebrobasiler
1) Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
2) Hemiplegi alternans atau tetraplegi
3) Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)

5. Komplikasi

6
Stroke hemoragik dapat menyebabkan bergagai komplikasi
menurut Muttaqin (2016):
a. Infark Serebri
b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus
normotensif
c. Fistula caroticocavernosum
d. Epistaksis
e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik menurut Ariani (2016),
antara lain:
a. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa
diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan
sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan
aliran darah yang adekuat dengan mengontrol/memperbaiki disritmia
(irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
c. Pengobatan
1) Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut.
2) Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah
peristiwa trombolitik/emobolik.
3) Diuretika : untuk menurunkan edema serebral

d. Penatalaksanaan Pembedahan

7
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga
menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi
umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik
dapat dipertahankan.
e. Craniotomi
Operasi ini adalah sebuah operasi pada otak yang dilakukan dengan
cara mengangakat flap tengkorak untuk sementara, dan akan
langsung mengembalikannya pada saat operasi telah selesai
dilakukan. Hal, ini sangat berbeda dengan operasi kraniektomi yang
pernah kita bahas sebelumnya. Jika kraniotomi akan mengembalikan
flap tulang secara langsung namun, pada kranektomi justru flap
tulang tidak akan dikembalikan dengan secepatnya. Pasien akan
melakukan penantian untuk beberapa saat sebelum flap tersebut
dikembalikan. Perbedaan ini sendiri juga disebabkan karena
penyebab atau alasan kenapa operasi tersebut dilakukan.

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ariani (2016) pemeriksaan penunjang untuk klien dengan
stroke hemoragik yaitu :
a. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau
perdarahan pada intrakranial.
c. CT scan

8
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan
bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif :
1) Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralisis.
2) Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
Data obyektif :
1) Perubahan tingkat kesadaran
2) Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis
(hemiplegia) , kelemahan umum.
3) Gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subyektif :
1) Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia,
gagal jantung, endokarditis bacterial), polisitemia.
Data obyektif :
1) Hipertensi arterial
2) Disritmia, perubahan EKG
3) Pulsasi : kemungkinan bervariasi

9
4) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
Data Subyektif :
1) Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif :
1) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan,
kegembiraan
2) Kesulitan berekspresi diri
d. Eliminasi
Data Subyektif :
1) Inkontinensia, anuria
2) Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya
suara usus (ileus paralitik)
e. Makan/minum
Data Subyektif :
1) Nafsu makan hilang
2) Nausea/vomitus menandakan adanya PTIK
3) Kehilangan sensasi lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
4) Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif :
1) Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan
faring)
2) Obesitas (faktor resiko)
f. Sensori neural
Data Subyektif :
1) Pusing/syncope (sebelum CVA/sementara selama TIA)
2) Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan
sub arachnoid.
3) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
4) Penglihatan berkurang

10
5) Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas
dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama)
6) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif :
1) Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan,
gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
2) Ekstremitas : kelemahan/paraliysis (kontralateral pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya
reflek tendon dalam (kontralateral)
3) Wajah : paralisis/parese (ipsilateral)
4) Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/kesulitan berkata-kata, reseptif/kesulitan berkata-kata
komprehensif, global/kombinasi dari keduanya.
5) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
6) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
7) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi
pada sisi ipsi lateral
g. Nyeri/kenyamanan
Data Subyektif :
1) Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data Obyektif:
1) Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot/fasial
h. Respirasi
Data Subyektif :
1) Perokok (faktor resiko)
Data Obyektif :
1) Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas
2) Timbulnya pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur
3) Suara nafas terdengar ronchi/aspirasi

11
i. Keamanan
Data Obyektif :
1) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
2) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat
objek, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
3) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali
4) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan
regulasi suhu tubuh
5) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
j. Interaksi sosial
Data Obyektif :
1) Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
k. Pengajaran/pembelajaran
Data Subjektif :
1) Riwayat hipertensi keluarga, stroke
2) Penggunaan kontrasepsi oral
l. Pertimbangan rencana pulang
1) Menentukan regimen medikasi/penanganan terapi
2) Bantuan untuk transportasi, shoping, menyiapkan makanan,
perawatan diri dan pekerjaan rumah

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah ke otak terhambat
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
kesadaran
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret
berlebih
d. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran

12
e. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler
g. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi
fisik
h. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi ke otak

13
3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan  Intracranial
perfusi jaringan serebal keperawatan selama 1 x Pressure
b.d aliran darah ke 24 jam ketidakefektifan Monitoring
otak terhambat perfusi jaringan serebal 1. Posisikan pasien
klien teratasi dengan KH: semifowler
 Circulation Status 2. Monitor tekanan
1. Tekanan perfusi serebral
systole dan 3. Monitor tekanan
diastole dalam intrakranial klien dan
rentang yang respon neurology
diharapkan terhadap aktivitas
2. Tidak ada 4. Monitor jumlah
ortostatikhipert drainage cairan
ensi serebrospinal
3. Tidak ada 5. Monitor intake dan
tanda-tanda output
peningkatan 6. Monitor suhu dan
tekana WBC
intrakranial
(tidak lebih dari  Peripheral
15mmHg) Sensation
 Tissue Perfusion: Management
Cerebral 1. Monitor adanya
1. Berkomunikasi paretese
dengan jelas 2. Batasi gerakan pada
dan sesuai kepala, leher,dan
dengan punggung
kemampuan 3. Monitor kemampuan
2. Menunjukkan BAB
perhatian, 4. Monitor adanya
konsentrasi, tromboplebitis
dan orientasi 5. Kolaborasi
3. Memproses pemberian analgetik
informasi
4. Membuat
keputusan
dengan benar

14
2 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Management
nafas b.d penurunan keperawatan selama 1 x 1. Buka jalan nafas,
kesadaran 24 jam ketidakefektifan gunakan teknik
pola nafas klien teratasi chin lift atau jaw
dengan KH: thrust
 Respiratory 2. Posisikan pasien
Status: Airway untuk
Patency memaksimalkan
1. Mendemonstrasikan ventilasi
batuk efektif dan 3. Identifikasi
suara nafas yang pasien perlunya
bersih, tidak ada pemasangan alat
sianosis dan jalan nafas buatan
dyspneu(mampu 4. Keluarkan sekret
mengeluarkan dengan batuk atau
sputum,bernafas suction
dengan mudah,tidak 5. Auskultasi suara
ada pursed lips). nafas
2. Menunjukkan jalan 6. Monitor respirasi
nafas yang paten dan status O2
(klien tidak merasa
tercekik,irama
nafas,frekuensi
dalam rentang yang
diharapkan, tidak
ada suara nafas
tambahan).
3. TTV dalam rentang
normal
3. Bersihan Jalan Nafas NOC : NIC :
tidak Efektif  Respiratory status : Airway suction
Ventilation 4. Pastikan kebutuhan
Definisi :  Respiratory status : oral / tracheal
Ketidakmampuan untuk Airway patency suctioning
membersihkan sekresi  Aspiration Control 5. Auskultasi suara
atau obstruksi dari nafas sebelum dan
saluran pernafasan untuk Kriteria Hasil : sesudah suctioning.
mempertahankan 1. Mendemonstrasikan 6. Informasikan pada
kebersihan jalan nafas. batuk efektif dan suara klien dan keluarga
nafas yang bersih, tidak tentang suctioning
Batasan Karakteristik : ada sianosis dan 7. Minta klien nafas
- Dispneu, Penurunan dyspneu (mampu dalam sebelum suction
suara nafas mengeluarkan sputum, dilakukan.
- Orthopneu mampu bernafas dengan 8. Berikan O2 dengan
- Cyanosis mudah, tidak ada pursed menggunakan nasal
- Kelainan suara lips) untuk memfasilitasi
nafas (rales, 2. Menunjukkan jalan suksion nasotrakeal
wheezing) nafas yang paten (klien 9. Gunakan alat yang

15
- Kesulitan berbicara tidak merasa tercekik, steril sitiap melakukan
- Batuk, tidak irama nafas, frekuensi tindakan
efekotif atau tidak pernafasan dalam 10. Anjurkan pasien untuk
ada rentang normal, tidak istirahat dan napas
- Mata melebar ada suara nafas dalam setelah kateter
- Produksi sputum abnormal) dikeluarkan dari
- Gelisah 3. Mampu nasotrakeal
- Perubahan mengidentifikasikan dan 11. Monitor status oksigen
frekuensi dan irama mencegah factor yang pasien
nafas dapat menghambat jalan 12. Ajarkan keluarga
nafas bagaimana cara
Faktor-faktor yang melakukan suksion
berhubungan: 13. Hentikan suksion dan
- Lingkungan : berikan oksigen
merokok, apabila pasien
menghirup asap menunjukkan
rokok, perokok bradikardi,
pasif-POK, infeksi peningkatan saturasi
- Fisiologis : O2, dll.
disfungsi
neuromuskular, Airway Management
hiperplasia dinding 1. Buka jalan nafas,
bronkus, alergi guanakan teknik chin
jalan nafas, asma. lift atau jaw thrust bila
- Obstruksi jalan perlu
nafas : spasme jalan 2. Posisikan pasien untuk
nafas, sekresi memaksimalkan
tertahan, banyaknya ventilasi
mukus, adanya 3. Identifikasi pasien
jalan nafas buatan, perlunya pemasangan
sekresi bronkus, alat jalan nafas buatan
adanya eksudat di 4. Pasang mayo bila
alveolus, adanya perlu
benda asing di jalan 5. Lakukan fisioterapi
nafas. dada jika perlu
6. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
7. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
8. Lakukan suction pada
mayo
9. Berikan bronkodilator
bila perlu
10. Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
 Atur intake untuk
cairan.

16
3 Resiko aspirasi b.d Setelah dilakukan tindakan Aspiration Precaution
penurunan kesadaran keperawatan selama 1 x 1. Monitor tingkat
24 jam resiko aspirasi kesadaran, reflek
klien teratasi dengan KH: batuk dan
 Respiratory kemampuan
Status: menelan
Ventilation 2. Lakukan suction bila
1. Klien dapat perlu
bernafas dengan 3. Cek nasogastrik
mudah, sebelum makan
irama,frekuensi 4. Posisikan tegak 90
pernafasan normal derajat
2. Pasien mampu 5. Hindari makan jika
menelan,mengunya residu masih banyak
h tanpa terjadi
aspirasi dan
mampu melakukan
oral hygiene
3. Jalan nafas
paten,mudah
bernafas,tidak
merasa tercekik
dan tidak ada suara
nafas abnormal
3 Resiko injuri b.d Setelah dilakuakan Environment
penurunan kesadaran tindakan keperawatan Management
selama 1 x 24 jam resiko 1. Sediakan lingkungan
injuri klien tertasi dengan yang aman untuk
KH: pasien
 Risk Control 2. Identifikasi
1. Klien terbebas dari kebutuhan
cedera keamanan
2. Klien mampu pasien,sesuai
menjelaskan cara dengan kondisi fisik
untuk mencegah dan fungsi kognitif
cidera pasien dan riwayat
3. Klien mampu terdahulu pasien
menjelaskan factor 3. Menghindarkan
resiko dari lingkungan yang
lingkungan berbahaya
personal 4. Berikan penjelasan
4. Mempu pada pasien dan
memodifikasi gaya keluarga adanya
hidup untuk perubahan status
mencegah cidera kesehatan dan
5. Mampu mengenali penyebab penyakit

17
perubahan status
kesehatan
4 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Exercise Therapy:
fisik b.d kerusakan keperawatn selama 1 x Ambulation
neurovaskuler 24 jam kerusakan 1. Monitor TTV
mobilitas fisik klien sebelum / sesudah
teratasi dengan KH: latihan dan lihat
 Self Care: ADLs respon pasien saat
1. Klien meningkat latihan
dalam aktivitas 2. Konsultasikan
fisik dengan terapi fisik
2. Mengerti tujuan tentang rencana
dari peningkatan ambulasi sesuai
mobilitas dengan kebutuhan
3. Memverbalisasikan 3. Kaji kemampuan
perasaan dalam pasien dalam
meningkatkan mobilisasi
kekuatan dan 4. Latih pasien dalam
kemampuan pemenuhan
berpindah kebutuhan ADLs
4. Memperagakan secara mandiri
penggunaan alat sesuai kemampuan
bantu mobilisasi 5. Berikan alat bantu
jika klien
memerlukan
5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan Pressure Management
integritas kulit b.d keperawatan selama 1 x 1. Anjurkan pasien
immobilitas fisik 24 jam resiko integritas untuk menggunakan
kulit klien teratasi dengan pakaian yang
KH: longgar
 Tissue Integrity: 2. Jaga kebersihan kulit
Skin and Mucous agar tetap bersih
Membranes dan kering
1. Integritas kulit yang 3. Monitor aktivitas
baik bisa dan mobilisasi klien
dipertahankan 4. Monitor tanda dan
(sensasi,elastis,temp gejala infeksi pada
eratur,hidrasi,pigme area insisi
ntasi)
2. Tidak ada luka/lesi
pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbakan
kulit dan mencegah

18
terjadinya secara
berulang
5. Mampu melindungi
kulit dan
mempetahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami
6 Kerusakan komunikasi Setelah dilakukan tindakan Communication
verbal b.d penurunan keperawatan selama 1 x Enhancement: Speech
sirkulasi ke otak 24 jam kerusakan Deficit
komunikasi verbal klien 1. Dorong pasien untuk
teratasi dengan KH: berkomunikasi
 Sensory secara perlahan dan
Function: untuk mengulangi
Hearing & Vision permintaan
1. Komunikasi : 2. Beri satu kalimat
penerimaan, simple setiap
interpretasi dan bertemu
ekspresi pesan, lisan, 3. Dengarkan dengan
tulisan, dan non penuh perhatian
verbal meningkat 4. Anjurkan kunjungan
2. Komunikasi ekspresif keluarga secara
(kesulitan berbicara): teratur untuk
ekspresi pesan verbal memberikan
atau non verbal yang stimulus
bermakna komunikasi
3. Komunikasi reseptif
(kesulitan
mendengar):
penerimaan
komunikasi dan
interpretasi pesan
verbal atau non verbal
4. Gerakan terkoordinasi
:mampu
mengkoordinasi
gerakan dalam
menggunakan isyarat
5. Pengolahan informasi:
klien mampu untuk
memperoleh,mengatu
r,dan menggunakan
informasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2015). Konsep Teori Stroke Hemoragik. Jakarta: EGC.


Arianai, R. (2016). Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Jakarta : Medika
Salemba.
Muttaqin, A. (2016). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Corwin, J. E. (2017). Buku Saku Patofiosilogi. Jakarta: EGC.
Eny, Kusyati, dkk. (2016). Keterampilan Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.
Nur, A, H & Kusuma, H. 2013. Aplikasi Nanda NIC NOC. Yogyakarta:
Mediaction.
Wilkinson, M, J & Ahern, R, N. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta: EGC.

You might also like