You are on page 1of 8

1.

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi
pada sel sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta selular
yang khas. ( Smeltzer dan Bare, 2002)
2. Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi dan atau nekrosis jaringan hati yang dapat
disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun kelainan
autoimun. ( Sjamsul Arief )
3. Hepatitis virus merupakan infeksi hati yang seriing terjadi yang mengakibatkan
destruksi, nekrosis, serta autolisi sel hati. (penerbit buku kedokteran)

2. Klasifikasi

Ada lima bentuk utama hepatitis yang kini dikenal :

1. a) Tipe A (hepatitis infeksiosis atau hepatitis dengan masa inkubasi singkat) paling
sering ditemukan pada diantara pada homoseksual pria dan penderita infeksi HIV.
Umumnya hepatitis A menyebar melalui jalur fekal-oral dengan mengonsumsi
makanan yang terkontaminasi feses penderita hepatitis A.
2. b) Tipe B (heoatitis serum atau hepatitis dengan masa inkubasi yang panjang) paling
sering ditumukan pada orang-orang dengan hasil tes HIV yang posistif.
3. c) Tipe C ditemukan pada sekitar 20% dari semua kasus hepatitis virus dan pada
sebagian besar kasus pasca transfusi.
4. d) Tipe D ( hepatitis delta) menyebabkan sekitar 50% dari semua kasus hepatitis
fulminan yang memiliki angka mortalitas tinggi.
5. e) Tipe E ( yang dahulunya dikelompokan ke dalam tipe D dan E dengan nama
hepatitis non-A, non-B) infeksi ini lebih sering ditemukan diantara para dewasa muda
dan pada ibu hamil.

Komplikasi

Komplikasi hepatitis yang paling sering adalah sirosis. Dalam keadaan normal (sehat), sel
hati yang mengalami kerusakan akan digantikan oleh sel-sel sehat yang baru. Pada sirosis,
kerusakan sel hati diganti oleh jaringan parut (sikatrik). Semakin parah kerusakan, semakin
besar jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
Pengurangan ini akan berdampak pada penurunan sejumlah fungsi hati sehingga
menimbulkan sejumlah gangguan pada fungsi tubuh secara keseluruhan.

Tidak semua pasien dengan hepatitis virus akan mengalami perjalanan penyakit yang
lengkap. Sejumlah kecil pasien (kurang dari 1 %) memperlihatkan kemunduran klinis yang
cepat setelah awitan ikterus akibat hepatitis fulminan dan nekrosis hati massif.

 Hepatitis fulminan, Dicirikan oleh tanda dan gejala gagal hati akut, penciukan hati,
kadar bilirubin serum meningkat cepat, pemajangan waktu protrombin yang sangat
nyata dan koma hepatic.
 Hepatitis kronik persisten, Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai di
mana perjalanan penyakit memanjang hingga 4 – 8 bulan, namun pasien akan sembuh
kembali.
 Hepatitis virus akut, Pasien mengalami kekambuhan setelah serangan awal yang
biasanya dihubungkan dengan minum alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan.
 Hepatitis agresif atau kronik aktif, Di mana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti
(piecemeal) dan perkembangan sirosis.
 Karsinoma hepatoseluler, Merupakan komplikasi lanjut hepatitis yang cukup
bermakna yang disebabkan oleh dia faktor yang berkaitan dengan patogenesisnya
yaitu infeksi HBV kronik dan sinosis terkait.

KOMPLIKASI

Tidak semua pasien dengan hepatitis virus akan mengalami perjalanan penyakit yang
lengkap. Sejumlah kecil pasien (kurang dari 1 %) memperlihatkan kemunduran klinis yang
cepat setelah awitan ikterus akibat hepatitis fulminan dan nekrosis hati massif.

 Hepatitis fulminan, Dicirikan oleh tanda dan gejala gagal hati akut, penciukan hati,
kadar bilirubin serum meningkat cepat, pemajangan waktu protrombin yang sangat
nyata dan koma hepatic.
 Hepatitis kronik persisten, Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai di
mana perjalanan penyakit memanjang hingga 4 – 8 bulan, namun pasien akan sembuh
kembali.
 Hepatitis virus akut, Pasien mengalami kekambuhan setelah serangan awal yang
biasanya dihubungkan dengan minum alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan.
 Hepatitis agresif atau kronik aktif, Di mana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti
(piecemeal) dan perkembangan sirosis.
 Karsinoma hepatoseluler, Merupakan komplikasi lanjut hepatitis yang cukup
bermakna yang disebabkan oleh dia faktor yang berkaitan dengan patogenesisnya
yaitu infeksi HBV kronik dan sinosis terkait.

 Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006).
 o Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Wening Sari, 2008).
 o Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati
(Corwn Elizabeth J, 2001).
 o Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis,
biokimia serta seluler yang khas. Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi
secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E mempunyai
cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral) sedangkan hepatitis B, C dan D
mempunyai banyak karakteristik yang sama (Smeltzer Suzanne C 2002).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan

oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.

(Sujono Hadi, 1999).

Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat

atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,

biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).

Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau

obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)

Hepatitis adalah peradangan hati. Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau toksin
termasuk alkohol, dan dijumpai pada kanker hati, gejala dan tanda masing-masing jenis
hepatitis serupa. Cara penularan.apabila penyebabnya virus dan hasil akhirnya mungkin
berbeda.(. Corwin, 2001 )

Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ hati yang
dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus, gangguan
metabolisme, obat
-
obatan, alkohol, maupun parasit. Hepatitis juga merupak
an
salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian serius di Indonesia, terlebih
dengan jumlah penduduk yang besar serta kompleksitas yang terkait. Selain itu
meningkatnya kasus obesitas, diabetes melitus, dan hiperlipidemia, membawa
konsekuensi bagi kompli
kasi hati, salah satunya hepatitis
(Wening Sari, 2008)
.
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas
(Bar, 2002)
.
Hepatitis telah menjadi masalah global. Saat ini diperkirakan 400 j
uta orang di
dunia terinfeksi penyakit hepatitis B kronis, bahkan sekitar 1 juta orang
meninggal setiap tahun karena penyakit tersebut. Hepatitis menjadi masalah
penting di Indone
sia yang merupakan
jumlah penduduk keempat terbesar di
dunia
(Wening Sari, 20
08)
.
Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan infeksi
yang unik. Tidak banyak jenis virus yang menyebabkan infeksi pada seseorang
dengan memberikan dampak sosial
-
ekonomi yang besar karena penyakit ini
menyebabkan infeksi pada populasi dalam skala dunia, d
an variasi penampilan
kliniknya yang sedemikian beraneka ragam (bisa dalam bentuk hepatitis akut,
hepatitis kronis tidak aktif, hepatitis kronis aktif, sirosis hati atau kanker hati)
(Cahyono, 2010)
.

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan
terdapatnya peradangan pada organ tubu
h yaitu hati. Hepatitis merupakan suatu
proses terjadinya inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati yang dapat disebabkan
oleh infeksi, obat
-
obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun kelainan
autoimun. Infeksi yang disebabkan virus merupakan penyebab ter
sering dan
terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik penyebab utama
infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G (Arief, 2012).
Di antara penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, hepatitis B
menduduki tempat perta
ma dalam hal jumlah dan penyebarannya. Hepatitis B
menjadi masalah kesehatan dunia karena selain prevalensinya yang sangat tinggi,
virus hepatitis B juga dapat menimbulkan problem
paska
akut bahkan dapat
terjadi sirosis hati dan karsinoma hepatoselule
r primer
(hepatoma)
. Sekitar 10%
dari infeksi virus
hepatitis B akan menjadi kronik
dan 20% penderita hepatitis
kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami sirosis hati dan
karsinoma hepatoseluler. Pada saat ini sekitar 1 juta kematia
n per tahun akibat
penyakit hati berhubungan dengan hepatitis B. Oleh sebab itu, karena tingginya
morbiditas dan mortalitas dari penyakit hepatitis B, penyakit ini sangat
mengancam di dunia
(Siregar
, 2010).
W
orld Health Organization (W
HO
)
memper
kirakan ada
nya lebih dari 2
mili
ar penduduk dunia terinfeksi virus hepatitis B dan 400 juta orang dia
ntaranya
menjadi pengidap kronik
pada tahun 2000 (IDAI, 2012). Sedangkan prevalensi
infeksi hepatitis B di Asia Pasifik cukup tinggi yaitu melebihi 8% dan
penularann
ya pada umumnya terjadi secara vertikal (pada periode perinatal) dan
horizontal (pada masa anak
-
anak). Diperkirakan lebih dari 350 juta
diantaranya
menjadi kronik
dan sekitar
75% karier hepatitis B kronik
berada di Asia Pasifik.
Indonesia (1981) digolongka
n sebagai negara dengan kategori endemisitas sedang
sampai tinggi, dengan kekerapan rata
-
rata 5.5% dengan variasi 3,5 sampai 9,1%.
2
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan dari 10.391 serum
yang diperiksa, prevalensi HBsAg positif adalah 9
.4% yang berarti diantara 10
penduduk di Indonesia terdapat satu orang penderita (Depkes RI, 2011).
Sedangkan di Medan, penelitian dengan menggunakan pemeriksaan EIA (Enzyme
Immuno Assay), didapat kekerapan HBsAg positif sebesar 6% yaitu sekitar 200
orang
di antara donor darah Rumah Sakit
Dr. Pringadi Medan (Kosasih,
dan
Sukiman,
199
2).
Hepatitis B dapat ditularkan dengan berbagai macam cara. Hepatitis B
dapat ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak atau secara horizontal dari anak
ke anak.
Sumber utama
penularan virus hepatitis B
adalah
darah.
Hepatitis B juga
dapat ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh dari orang yang terinfeksi.
S
emua cairan tubuh bisa menular
, namun hanya darah, cairan vagina, dan air ma
ni
yang telah terbukti menular
. Selain
itu, penularan bisa terjadi
melalui perkutan
dan permu
kosa cairan tubuh yang menular
. Paparan yang menyebabkan transmisi
hepatitis B adalah tra
nsfusi dari darah yang belum diskrining
, jarum suntik yang
tidak s
teril pada prosedur hemodialisa
, akupuntur, ta
to dan pada petugas
kesehatan yang tertusuk jarum suntik yang mengandung darah pasien yang
terinfeksi hepatitis B
(WHO, 2011)
.
Perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan bahwa 1 dari 10
petugas kesehatan di seluruh dunia
(termasuk mahasiswa kedokter
an yang
menjalankan
co
-
ass
) mendapatkan
luka
akibat
jarum setiap tahun
nya
.
Sekitar
14,4% dan 1,4% dari pekerja rumah sakit
terinfeksi
virus hepatitis B.
Prevalensi
tertinggi
petugas kesehatan yang tertular
virus hepatitis B
adalah
dokter gigi
.
Sedangkan p
erawat
adalah kedua
yang paling sering
ter
infeksi
yaitu
sekitar
41%
,
diikuti oleh dokter
sekitar
31%
(Askarian,
et al
., 2011).
Berdasarkan data di atas, mahasiswa (termasuk mahasiswa Fakultas
Kedokteran) merupakan kelomp
ok yang rentan untuk menderita h
epat
itis B .
Sebagai bagian dari tenaga kesehatan dan petugas kesehatan, m
ahasiswa Fakultas
Kedokteran
U
niversitas
S
umatera
U
tara
dibekali dengan pencegahan
dan
penularan berbagai penyakit menular dalam perkuliahan. Sebagai contoh,
menutup jarum suntik, memaka
i sarung t
angan, serta tindakan antiseptik
seperti
cuci tangan dan lainnya. Namun, seringkali hal tersebut kurang diperhatikan dan

tidak dilaksanakan dengan benar dalam berbagai kegiatan baik di da


lam maupun
luar perkuliahan (Se
tiana, 2011).
Universal prec
aution
ad
alah kewaspadaan umum yang harus
diketahui dan
dilaksanakan oleh setiap tenaga kesehatan yang bekerja dan kontak dengan
spesimen tubuh yang dapat menularkan penyakit infeksi, termasuk infeksi
HIV
dan
h
epatitis B. Tujuan dari
universal precaution
a
dalah untuk menghilangkan
a
tau paling tidak meminimalkan ri
siko penularan
infeksi, dalam hal ini infeksi
h
epatitis B di unit
pelayanan kesehatan. Sebenarnya,
pedoman kewaspadaan
umum sudah standar dan baku, hanya saja pelaksanaannya belum dilaksanakan
sesu
ai dengan standar prosedur yang ada (Zein, 2006).
Penyakit hepatitis menimbulkan masalah pada usia produktif, pada saat
mereka seharusnya menjadi sumber daya pembangunan bagi negara. Oleh karena
itu perlu segera mengumpulkan data dan informasi yang lebih b
anyak dan lebih
lengkap untuk dijadikan dasar perumusan kebijakan, guna menempatkan
pengendalian penyakit hepatitis dalam daft
ar prioritas yang lebih tinggi (Sievert
,
Korman, and Bolin,
2010).
M
ahasiswa
kedokteran
yang nantinya akan menjadi
bagian dari
pet
ugas kesehatan menghadapi ancaman tertular
infeksi yang
ditularkan melalui darah seperti hepatitis B dan
hepatitis
C
akibat tertusuk jarum
suntik yang terkontaminasi oleh darah pasien. Oleh karena itu, p
engetahuan
umum
mengenai penularan dan pencegahan
in
feksi virus hepatits B sangatlah
penting untuk
dapat menghentikan penyebaran penyakit di rumah sakit dan
masyarakat
(Ghanaei,
et al
.,
2013).
Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa tent
ang penularan dan pencegahan
H
epatitis B, yang akan dilakukan pada mahasiswa a

You might also like