Professional Documents
Culture Documents
JURUSAN GIZI
MALANG, 2018
BAB I
PENDAHULUAN
METODOLOGI PRAKTIKUM
Mayonaise Formula I
Alat:
- Timbangan - Sendok
- Mixer - Baskom
Bahan:
Prosedur:
1. Pecahkan telur, ambil kuningnya saja.
3. Panaskan campuran kuning telur tersebut dalam double boiler selama 1 menit
pada suhu 65oC. Setelah itu dinginkan pada suhu ruang.
4. Kocok kuning telur, mustard, garam, dan gula, dengan mixer kecepatan
rendah hingga lembut dan tercampur rata.
5. Masih dengan mixer kecepatan rendah, tambahkan minyak zaitun/minyak
jagung setetes demi stetes. Biarkan dulu tercampur rata, baru masukkan tetes
berikutnya. Lakukan hingga semua minyak tercampur rata.
6. Jika adonan mayonaise sudah mengembang dan kaku, masukkan perasan air
jeruk lemon. Kocok hingga tercampur rata. Jangan kaget karena setelah air
jeruk lemon tercampur rata, adonan akan turun.
7. Jika adonan mayonaise terlalu kental, tambahkan saja 1-2 sdm air mendidih
dan kocok hingga rata.
8. Hitung rendemen mayonaise yang dihasilkan.
BAB III
2. Perhitungan Rendemen
Hasil/Mayonaise = 163,7
Mayonnaise merupakan emulsi minyak dalam air dengan kuning telur yang berfungsi
sebagai pengemulsi serta untuk memberikan warna pada mayonnaise. Winarno
(1992) menjelaskan bahwa kuning telur merupakan pengemulsi yang lebih baik
daripada putih telur karena kandungan lesitin pada kuning telur terdapat dalam bentuk
kompleks sebagai lesitin-protein.
Peningkatan konsentrasi minyak nabati dan kuning telur ayam dapat meningkatkan
kadar lemak mayonnaise, karena masing-masing memberikan kontribusi yang cukup
tinggi. Kadar air mayonnaise yang dihasilkan diperoleh dari kandungan air bahan
baku yang digunakan, yaitu kadar air kuning telur, cuka dan penambahan air.
Peningkatan viskositas mayonnaise sesuai degan meningkatnya konsentrasi minyak
nabati dan kuning telur ayam, karena permukaan molekul minyak dapat dilapisi
dengan baik, sehingga dapat bersatu dengan air. Selain itu, peningkatan konsentrasi
minyak nabati dan kuning telur ayam akan meningkatkan jumlah lemak yang
terdispersi dalam pembentukan sistem emulsi, sehingga akan meningkatkan
viskositas mayonnaise. Winarno (1993) menjelaskan bahwa selain sebagai komponen
gizi yang penting, protein dalam telur memiliki kemampuan untuk membentuk gel,
buih dan emulsi. Minyak nabati bertindak sebagai fase internal sangat mempengarui
viskositas mayonnaise, sehingga pada konsentrasi yang berbeda akan memberikan
perbedaan terhadap viskositas mayonnaise.
Dari hasil praktimum yang telah dilakukan, bahan-bahan yang digunakan sehingga
menghasilkan mayonaise dengan sifat-sifat organoleptiknya yang sudah dijelaskan
memiliki fungsi dalam pembuatan mayonnaise tersebut, yaitu :
Pada produk mayonaise bagian yang terdispersi adalah minyak nabati, bagian
yang mendispersi (media pendispersi) asam cuka atau lemon juice, dan bagian
emulsifiernya adalah kuning telur. Kuning telur merupakan emulsifier yang sangat kuat
(terdapat sejenis bahan yang memiliki tingkat kesukaan terhadap air dan minyak
sekaligus). Satu ujung molekul tersebut suka air dan ujung yang lainnya suka minyak.
Oleh karenanya bahan itu dapat dijadikan jembatan untuk mencampurkan antara bahan
lemak dan bahan air. Sifat seperti itu sangat dibutuhkan dalam pengolahan berbagai
jenis makanan, seperti dalam pembuatan biskuit, cake, kue, mayonaise, dan sebagainya.(
rofa:2011)
Pada dasarnya paling sedikit sepertiga kuning telur terdiri dari lemak, tetapi
yang menyebabkan daya emulsifier yang kuat adalah kandungan lesitinnya yang terdapat
dalam bentuk kompleks sebagai lesitin-protein. Lecithin adalah istilah umum pada setiap
kelompok warna kecoklatan dan zat-kuning lemak yang terdapat pada hewan dan
jaringan tumbuhan, serta kuning telur yang terdiri dari asam fosfat, kolin, asam lemak,
gliserol, glycolipids, trigliserida, dan fosfolipid (misalnya, fosfatidilkolin,
phosphatidylethanolamine, dan phosphatidylinositol). Fosfatidilkolin merupakan jenis
fosfolipid di lesitin. Fosfolipid termasuk dalam kelompok lemak/lipid yang komponen
utamanya membrane sel karena fosfolipid dapat membentuk bilayers lipid. Kebanyakan
fosfolipid terdiri dari diglycerid, gugus fosfat, dan molekul organik sederhana seperti
kolin, kecuali sphingomyelin yang merupakan turunan dari sphingosine bukan dari
gliserol. Identifikasi fosfolipid pertamakali yaitu lesitin, atau fosfatidilkolin dalam kuning
telur. ( rofa:2011)
Pada saat awal pencampuran, kecepatan mixer berada pada posisi paling rendah
dan pada saat mengocok adonan tersebut kecepatannya semakin ditingkatkan dan harus
konstan serta tidak berhenti hingga mayonnaise telah tercampur rata. Kecepatan
mixer yang tidak konstan akan menyebabkan bahan bahan tidak bercampur dengan rata
sehingga karakteristik organoleptik mayonnaise tidak tercapai (Winarno, 1992).
4.1 Kesimpulan
Dari penganalisisan diatas dapat disimpulkan bahwa mayonaze merupakan emulsi
minyak dalam air dengan kuning telur yang berfungsi sebagai pengemulsi serta untuk
sebagai pewarna pada mayonize. Dimana kuning telur yang mengandung lesitin-protein
memiliki peran sebagai emulsifier dalam pembuatan mayonize. Untuk menghilangkan
bakteri salmonella dalam telur digunakan cuka dan perasan jeruk nipis, sekaligus sebagai
penambah aroma mayonizeselain itu dapat dilakukan pula penasan kuning telur selama 1
menit untuk menghilangkan bakteri yang terdapat didalam telur. Minyak sayur yang
digunakan sebagai terdispersi dan cuka juga dapat berfungsi sebagai pendispersi minyak.
4.2 Saran
Puspita, T. Modul Emulsi dan Gel. Modul Praktikum Mata Kuliah Penanganan Pasca Panen.
Malang:Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
Setiawan, A. B, dkk. 2015. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Kuning Telur Terhadap
Kestabilan Emulsi, Viskositas, dan pH Mayonnaise. Students e-journal Vol. 4 No. 2.
(jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/6255), diakses 27 April 2018.