You are on page 1of 18

HANDOUT

FRAKTUR CLAVICULA

Oleh:
Cahyo Adi Baskoro, A.Md. Kep.

PELATIHAN SCRUB NURSE KAMAR BEDAH ANGKATAN XIX


BIDANG PENDIDIKAN & PELATIHAN
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
TAHUN 2019
FRAKTUR CLAVICULA

A. DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah gangguan atau terputusnya kontinuitas dari struktur
tulang (Black & Hawks, 2005).
Fraktur clavicula adalah terputusnya hubungan tulang clavicula yang disebabkan oleh
trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputus atau tertarik keluar
(outstretched hand) karena trauma berlanjut dari pergelangan tangan sampai clavicula
(Muttaqin, 2012).
Fraktur klavikula adalah cedera yang sering terjadi terutama pada usia muda dan
individu yang aktif. Insidensinya sekitar 2.6% dari semua fraktur. Fraktur klavikula
merupakan salah satu cedera tulang yang paling sering, yang jarang memerlukan reduksi
terbuka.

B. ETIOLOGI
Umumnya fraktur disebabkan oeh trauma atau aktivitas fisik dimana terdapat tekanan
yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan
dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau
luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor (De Jong, 2010).
1. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang, hal tersebut akan
menyebabkan fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat
comminuted dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan
2. Trauma tak langsung Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah
fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak langsung, misalnya jatuh dengan tangan
ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada clavicula. Pada keadaan ini jaringan lunak tetap
utuh.
3. Fraktur yang terjadi ketika tekanan atau tahanan yang menimpa tulang lebih besar dari
pada daya tahan tulang.
4. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
5. Usia penderita.
6. Kelenturan tulang dan jenis tulang.

Page 1 of 11
C. KLASIFIKASI
Fraktur klavikula biasanya diklasifikasikan berdasarkan posisi dari fraktur oleh Allman
menjadi proximal (Group I), middle (Group II), dan distal (Group III) third fractures.
Pembagian secara general berhubungan dengan pendekatan klinis yang akan dikerjakan.
Karena tingginya tingkat delayed union and non-union pada fraktur 1/3 distal, Neer
membaginya menjadi tiga subklasifikasi berdasarkan kondisi ligamentum dan derajat
pergeseran. Neer tipe I (ligamentum korakoklavikular masih intak), Neer tipe II
(ligamentum korakoklavikular robek atau lepas dari fragmen medial tetapi ligamentum
trapezoid tetap intak dengan segmen distal), dan Neer tipe III (intraartikular). Neer tipe II
disubklasifikasikan menjadi dua oleh Rockwood menjadi tipe IIA: konoid dan trapezoid
melekat pada fragmen distal dan tipe IIB: konoid lepas dari fragmen medial.
Klasifikasi yang lebih detail untuk fraktur midshaft dibuat oleh Robinson, yang berguna
untuk pengolahan data dan membandingkan hasil klinis.

Page 2 of 11
D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik menurut Helmi (2012) adalah keluhan nyeri pada bahu depan,
adanya riwayat trauma pada bahu atau jatuh dengan posisi tangan yang tidak optimal
(outstretched hand).
1. Look yaitu pada fase awal cidera klien terlihat mengendong lengan pada dada untuk
mencegah pergerakan. Suatu benjolan besar atau deformitas pada bahu depan terlihat
dibawah kulit dan kadang-kadang fragmen yang tajam mengancam kulit
2. Feel didapatkan adanya nyeri tekan pada bahu depan
3. Move karena ketidakmampuan mengangkat bahu ke atas, keluar dan kebelakang
thoraks.

E. PATOANATOMI
1. Anatomi Tulang Clavicula
Tulang klavikula relatif tipis, bagian paling lebar adalah sisi medial dan lateral
tempatnya berartikulasi dengan sternum dan akromion. Tulang ini mempunyai dua
lengkungan: yang lebih besar adalah bagian koronal yang memberi bentuk huruf S
(konveks anterior sisi medial dan konkaf anterior sisi lateral).

Gambar: Potongan cross-sectional dan anatomi topografik dari klavikula

Bentuk topografik anatomi dari klavikula ini diperlukan untuk menentukan implan
yang akan digunakan dengan tepat. Pada bagian diafisis yang tipis yang merupakan tulang
kortikal yang keras, implan yang digunakan adalah cortical screw; sedangkan untuk sisi
medial dan lateral yang merupakan tulang cancellous yang lebih lunak, digunakan larger
pitch cancellous screws yang dapat diinsersi tanpa tapping.

Page 3 of 11
2. Anatomi Ligamentum Clavicula
a. Medial
Hanya ada sedikit gerakan pada sendi sternoklavikula dan struktur jaringan lunak
yang menyokongnya tebal. Di sisi medial, klavikula dan sternum dibatasi oleh kapsul
sternoklavikula, penebalan kapsul bagian posterior merupakan jaringan lunak yang
terpenting yang membatasi bagian anterior dan posterior dari klavikula.
Ligamentum interklavikular yang berjalan dari ujung medial klavikula pada aspek
superior dari sternum di bagian sternal notch, dan melekat pada ujung medial klavikula
kontralateral. Ligamentum ini bekerja seperti tension wire pada basis klavikula, yang
mencegah terjadinya angulasi inferior atau translasi dari klavikula. Selain itu, terdapat
ligamentum besar yang berasal dari costa pertama yang berinsersi di aspek inferior dari
klavikula. Fossa rhomboideus, fossa kecil yang terletak infero-medial merupakan
tempat perlekatan dari ligamentum tersebut, yang menahan translasi dari klavikula
medial.
b. Lateral
Ligamentum korakoklavikular adalah trapezoid (lebih lateral) dan konoid (lebih
medial) merupakan ligamentum tebal yang berasal dari basis korakoid dan berinsersi
ke tonjolan kecil di inferior klavikula (trapezoid) dan tuberkulum konoid klavikula
(konoid). Ligamentum ini sangat kuat dan merupakan penahan utama untuk terjadinya
pergeseran ke superior dari klavikula lateral. Integritas ligamentum ini merupakan
penentu tindakan fiksasi yang akan dikerjakan pada fraktur 1/3 distal klavikula
displaced. Sering terdapat avulsi fragmen inferior bila terjadi fraktur pada daerah ini,
terutama pada pasien usia muda. Inklusi fragmen ini dalam fiksasi surgikal akan
menjamin stabilitas fiksasi. Kapsul sendi akromioklavikula menebal di bagian superior
dan berfungsi menahan pergeseran sendi ke antero-posterior. Sangatlah penting untuk
memperbaiki struktur ini, yang merupakan lapisan miofasial profunda, saat melakukan
pembedahan sisi lateral klavikula. Saat memasang fiksasi hook plate untuk fraktur yang
sangat distal, defek kecil dapat dibuat di aspek posterolateral kapsul untuk insersi
bagian hook ke ruang subakromial posterior.

3. Anatomi Muskulus Clavicula


Klavikula tidak sepenting skapula dalam hal origo muskulus, namun merupakan
insersio dari beberapa muskulus besar. Di sisi medial, muskulus pektoralis mayor berorigo
di shaft klavikula anteroinferior, dan muskulus sternokleidomastoideus berorigo di bagian

Page 4 of 11
superiornya. Origo pektoralis dan origo anterior deltoid bergabung di bagian lateral,
sementara insersi trapezius bergabung dengan origo deltoid. Insersio muskulus memegang
peranan yang signifikan terhadap terjadinya deformitas setelah fraktur: fragmen medial
klavikula terangkat oleh tarikan muskulus sternokleidomastoideus, sedangkan fragmen
distal tertarik ke bawah oleh deltoid, dan ke medial oleh pektoralis mayor. Di sisi bawah
klavikula merupakan insersi dari muskulus subklavius, yang fungsinya sedikit, namun
merupakn soft tissue buffer pada ruang subklavikula superior dari pleksus brachialis dan
pembuluh subklavia. Plastisma atau “shaving muscle” bervariasi dalam ketebalan dan
panjangnya, biasanya membungkus aspek anterior dan superior klavikula, berada di
jaringan subkutan, yang dibelah saat operasi, dan dijahit kembali.

Gambar Anatomi klavikula2

4. Anatomi Neurovaskular Clavicula


Nervus supraklavikula berasal dari cabang servikal C3 dan C4 dan keluar dari common
trunk di belakang batas posterior dari muskulus sternokleidomastoideus. Terdapat tiga buah
cabang besar (anterior, media, dan posterior) yang melewati klavikula dari medial ke
lateral, dan berisiko cedera saat tindakan operasi. Jika saraf ini terpotong, maka terdapat
area yang mati rasa inferior dari luka operasi, yang akan membaik dengan berjalannya

Page 5 of 11
waktu. Masalah yang lebih sulit adanya terbentuknya neuroma yang nyeri pada bekas luka
operasi, yang walaupun jarang terjadi, dapat memperburuk outcome operasi.
Struktur neurovaskular yang lebih vital terletak inferior dari klavikula. Vena subklavia
berjalan di bawah muskulus subklavius dan di atas costa pertama, yang mudah diakses
(untuk akses vena sentral) dan rentan terhadap trauma. Arteri subklavia dan pleksus
brakialis terletak lebih posterior, terpisah dari vena dan klavikula oleh lapisan muskulus
skalenus anterior di bagian medial. Pleksus terletak paling dekat dengan klavikula pada
bagian tengahnya, sehingga tidak dianjurkan menggunakan bor, screw, atau instrumen lain
pada subclavicular space.

F. PENATALAKSANAAN
1. Fraktur Klavikula 1/3 Tengah
Terdapat kesepakatan bahwa fraktur klavikula 1/3 tengah non displaced seharusnya
diterapi secara non operatif. Sebagian besar akan berlanjut dengan union yang baik, dengan
kemungkinan non union di bawah 5% dan kembali ke fungsi normal.
Manajemen non operatif meliputi pemakaian simple sling untuk kenyamanan. Sling
dilepas setelah nyeri hilang (setelah 1-3 minggu) dan pasien disarankan untuk mulai
menggerakkan lengannya. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa penggunaan figure-of-
eight bandage memberikan manfaat dan dapat berisiko terjadinya peningkatan insidens
terjadinya luka akibat penekanan pada bagian fraktur dan mencederai struktur saraf; bahkan
akan meningkatkan risiko terjadinya non-union.
Terdapat lebih sedikit kesepakatan mengenai manajemen fraktur 1/3 tengah.
Penggunaan simple splintage pada fraktur dengan pemendekan lebih dari 2 cm dipercaya
menyebabkkan risiko terjadinya malunion simptomatik – terutama nyeri dan tidak adanya
tenaga saat pergerakan bahu – dan peningkatan insidens terjadinya non-union.1 Sehingga
dikembangkan teknik fiksasi internal pada fraktur klavikula akut yang mengalami
pergeseran berat, fragmentasi, atau pemendekan. Metode yang dikerjakan berupa
pemasangan plat (terdapat plat dengan kontur yang spesifik) dan fiksasi intramedular.

Page 6 of 11
Gambar Fraktur klavikula 1/3 tengah dengan pergeseran berat (dilakukan reduksi terbuka
dan fiksasi internal dengan plate dan screw)

Gambar Fraktur klavikula 1/3 tengah dengan pergeseran berat yang dilakukan fiksasi
dengan lockable, large diameter intramedullary nail.

2. Fraktur Klavikula 1/3 Distal


Sebagian besar fraktur 1/3 distal klavikula mengalami pergeseran minimal dan ekstra-
artikular. Ligamentum korakoklavikula yang intak mencegah pergeseran jauh dan
manajemen non operatif biasanya dipilih. Penatalaksanaannya meliputi pemakaian sling
selama 2-3 minggu sampai nyeri menghilang, dilanjutkan dengan mobilisasi dalam batas
nyeri yang dapat diterima.
Fraktur klavikula 1/3 distal displaced berhubungan dengan robeknya ligamentum
korakoklavikula dan merupakan injuri yang tidak stabil. Banyak studi menyebutkan fraktur
ini mempunyai tingkat non-union yang tinggi bila ditatalaksana secara non operatif.
Pembedahan untuk stabilisasi fraktur sering direkomendasikan.1 Teknik operasi

Page 7 of 11
menggunakan plate dan screw korakoklavikular, fiksasi plat hook, penjahitan dan sling
techniques dengan graft ligamen Dacron dan yang terbaru adalah locking plates klavikula.

3. Fraktur Klavikula 1/3 Proksimal


Sebagian besar fraktur yang jarang terjadi ini adalah ekstra-artikular. Penatalaksanaan
yang dilakukan sebagian besar adalah non operatif kecuali jika pergeseran fraktur
mengancam struktur mediastinal. Fiksasi pada fraktur berhubungan dengan komplikasi
yang mungkin terjadi seperti migrasi dari implan ke mediastinum, terutama pada
penggunaan K-wire. Metode stabilisasi lain yang digunakan yaitu penjahitan dan teknik
graft, dan yang terbaru locking plates.

G. INSTRUMEN TEKNIK
ALAT 𝚺 BAHAN HABIS PAKAI 𝚺
Raspatorium 1 Handscoon steril
Cobra 2 Kassa steril 30
Elevator 1 Kassa deppers 5
Reduction klem 2 Mess no.10 1
Verbrugge klem 2 Mess no.15 1
Bone currate 1 Benang premiline 4.0 1
Penduga 1 Benang vicrly 3.0 1
Taper 3.5 mm 1 Cairan Ns 0,9 % 1
Screw driver 1 Spuit 10 cc 1

Page 8 of 11
Drills / bor 1 Sufratul 1
Straight plate lubang 7 1 Kassa gulung 10 cm steril 1
Screw corticle 3.5 mm x 14 mm 5 Povidone iodine 10% 250cc
Screw corticle 3.5 mm x 16 mm 1
Mata bor 2.5 mm / 2.7 mm / 2.8 1/1/1
mm
Hand drill (kepala, chuck key) 1 set

H. PROSEDUR
1) Tim bedah melakukan sign in
2) Perawat instrumentator dan sirkuler membantu menyiapkan posisi pasien di antara
bahu atau scapula diganjal dengan bantal untuk mengekspos area operasi (clavicula
dekstra).
3) Sirkuler memasang plat diathermi di ekstremitas bawah.
4) Instrumentator melakukan scrubing, gowning, dan gloving dan setelah selesai
instrumentator menata alat instrumen di meja.
5) Instrumentator melakukan desinfeksi lalu melakukan drapping
6) Operator melakukan scrubing, untuk gowning, dan gloving dibantu oleh
instrumentator
7) Tim bedah melakukan time out
8) Instrumentator memberikan pinset cirrugis dan handmess no.10 kepada operator
untuk insisi bagian kulit
9) Instrumentator memberikan klem pean bengkok, kassa dan couter kepada asisten
operator untuk merawat perdarahan
10) Instrumentator memberikan sen miller kepada asisten operator untuk membuka
lapangan operasi
11) Instrumentator memberika handmess no.15 kepada operator untuk insisi lemak
sampai otot
12) Instrumentator memberikan gunting kasar kepada operator untuk membuka facia
13) Fragmen tulang sudah terlihat, Instrumentator memberikan raspatorium untuk
membebaskan fragmen tulang dari jaringan yang menempel
14) Instrumentator memberikan cobra, untuk mengelevasi tulang dari atas dan bawah
15) Instrumentator memberikan reduction klem untuk memegang fragmen tulang

Page 9 of 11
16) Instrumentator memberikan bone currates kepada operator untuk membersihkan
jaringan yang mati pada tulang, selanjutnya berikan Ns 0,9 % dalam spuit 10 cc lalu
disemprotkan ke fragmen tulang yang dibersihkan dengan bone currates
17) Instrumentator memberikan kanul suction untuk mengevakuasi cairan
18) Instrumentator menyiapkan straight plate lubang 7 untuk fiksasi bagian fragmen
tulang
19) Instrumentator memberikan verbrugge klem untuk memegang fragmen tulang dan
straight plate
20) Instrumentator menyiapkan hand drill dan mata bor 2.8 mm dan memberikan kepada
operator untuk pengeboran fragmen tulang
21) Operator melakukan pengeboran fragmen tulang, dan Instrumentator memberikan
larutan Ns 0,9 % dalam spuit 10 cc disemprot ke fragmen tulang yang dilakukan
pengeboran
22) Instrumentator memberikan kanul suction untuk mengevakuasi cairan
23) Instrumentator memberikan penduga untuk mengukur kedalaman pengeboran dan
menentukan panjang screw
24) Instrumentator memberikan taper 3.5 mm untuk mebuat alur pada fragmen tulang
yang dilakukan pengeboran
25) Instrumentator memberikan screw driver terpadang screw corticle 3.5 mm x 14 mm
dan screw corticle 3.5 mm x 16 mm untuk fiksasi bagian fragmen tulang yang
mengalami fraktur
26) Setelah semua screw terpasang lakukan pencucian area operasi dengan Ns 0,9 %
27) Instrumentator memberikan kassa dan kanul suction untuk mengevakuasi cairan
28) Tim bedah melakukan sign out
29) Operator menjahit fascea, Instrumentator memberikan pinset cirrugis dan nal vouder
dengan menggunakan benang Vicrly 3.0
30) Operator menjahit lemak dan subcutan, Instrumentator memberikan pisnet cirrugis
dan nal vouder dengan menggunakan benang Vicrly 3.0
31) Operator menjahit kulit dengan menggunakan teknik sub cuticuler kulit,
instrumentator memberikan pinset cirrugis dan nal vouder dengan menggunakan
benang Premiline 4.0
32) Instrumentator membersihkan area operasi dengan kassa basah bercampur Ns 0,9 %,
lalu berikan kassa kering untuk mengeringkan luka
33) Mengeringkan luka dan membersihkan luka menggunak povidone iodine
Page 10 of 11
34) Tutup luka dengan sufratul dan kassa kering, dilanjutkan dengan hypafix
35) Membersihkan dan merapikan pasien
36) Merapikan alat – alat instrumen
37) Instrumen cuci tangan
38) Operasi selesai
39) Tim bedah melakukan sign out
40) Instrumentator mencatat pemakaian BHP pada lembar depo
41) Instrumentator memcatat pemakaian implant pada buku pemakaian.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut De Jong (2010) yaitu:
1. Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui, Hemoglobin, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, Laju endap darah (LED) meningkat.
2. Radiologi
X Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
3. Venogram (anterogram)
Mengambarkan arus vaskularisasi.
4. CT Scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks
5. Rontgen yaitu untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
6. Scan tulang atau MRI yaitu memperlihatkan fraktur dan
Mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

J. KOMPLIKASI
Komplikasi pada fraktur clavicula menurut De Jong (2010) dapat berupa:
1. Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri
b. Sindrom kompartemen
c. Fat Embolism Syndrome
d. Infeksi
e. Syok
2. Komplikasi lanjut ( De Jong, 2010)
a. Mal union
b. Non union
Page 11 of 11
K. LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat psikososial spiritual, pola hubungan dan peran, pola persepsi dan konsep
diri, pola sensori dan kognitif.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan sistem pernapasan, didapatkan bahwa klien fraktur clavicula
tidak mengalami kelainan pernapasan.
3) B2 (Blood)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat, iktus teraba, auskultasi
suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.
4) B3 (Brain)
Kepala, leher, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan faring.
5) B4 (Bladder)
Kaji urine warna, karakteristik urine, termasuk berat jenis biasanya tidak
gangguan.

6) B5 (Bowel)
Inspeksi abdomen datar, simetris, hernia. Palpasi baik, tidak muskular dan hepar
teraba. Perkusi suara timpani ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltic
normal kurang 20x/menit.
7) B6 (Bone)
Adanya fraktur mengalami baik fungsi sensorik maupun peredaran darah.
8) Look
Tidak ada pembengkakan abnormal dan deformitas.
9) Feel
Terdapat nyeri tekan dan krepitasi patah pada clavicula.
10) Move
Terlihat berkurangnya mobilitas bahu. Bentuk aktivitas juga menjadi berkurang
klien memerlukan orang lain.

Page 12 of 11
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operatif

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 Ds: Agen injury fisik sekunder Fraktur Nyeri Akut
P: Nyeri karena terjadi benturan Clavicula 1/3 Medial
pada bahu kiri
Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: Bahu kiri
S: 7
T: Nyeri terjadi saat digerakan
Do:
Terlihat ekspresi wajah sakit
Fokus pada diri sendiri
TD: 130/90 mmHg
N: 90x/mnt

DK: Nyeri Akut b/d Agen Injury


Fisik sekunder fraktur clavicula 1/3
medial d/d laporan nyeri, skala nyeri
7, eskpresi wajah, fokus pada diri
sendiri,

2 Ds: Pengondisian kondisi sekunder Kerusakan Mobilitas Fisik


Pasien mengatakan sakit ketika Fraktur Clavicula 1/3 Medial
menggerakkan bahu
Do:
Terlihat berkurangnya mobilitas
pada bahu.
Kekuatan otot
5 2
5 5

DK: Kerusakan Mobilitas Fisik b/d


pengondisian kondisi sekunder
fraktur clavicula 1/3 medial d/d
pasien mengatakan sakit ketika
digerakkan, imobilitas, dan
penuruanan kekuatan otot.

3 Ds: Kebutuhan yang tidak terpenuhi Cemas


Pasien mengatakan takut untuk
operasi
Do:
Terlihat pasien gelisah, melihat
sekilas, gugup.
DK: Cemas b/d kebutuhan yg tidak
terpenuhi d/d gelisah, gugup

Page 13 of 11
b. Intra Operatif

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 Ds: Disfungsi integrasi sensori Resiko Cedera
Do:
Pasien dilakukan General Anastesi

DK: Resiko Cedera b/d disfungsi


integrasi sensori

2 Ds: Prosedur Invasif Resiko Infeksi


Do:
Pasien dilakukan ORIF
Dilakukan pemasangan plate and
screw

DK: Resiko Infeksi b/d prosedur


invasif

3 Ds: Tekanan tulang menonjol Resiko Gangguan Integritas Kulit


Do:
Posisi pasien supine
Pasien dalam keadaan tidak sadar

DK: Resiko gangguan integritas


kulit b/d tekanan tulang menonjol

c. Post Operatif

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 Ds: Disfungsi neuromuskular Ketidakefektifan bersihan jalan
Do: napas
Pasien tidak sadar
Saliva dalam jumlah yang
berlebihan
Penurunan reflek menelan

DK: Ketidakefektifan bersihan


jalan napas b/d disfungsi
neuromuskular d/d pasien tidak
sadar, penuruanan reflek menelan

Page 14 of 11
3. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operatif

NO DIAGNOSA
NOC NIC
DX KEPERAWATAN
1 Nyeri Akut b/d Agen Injuri NOC : NIC :
Fisik sekunder fraktur a) Pain Level, a) Pain Managemen
clavicula 1/3 medial b) Pain control, Tindakan:
c) Comfort level 1. Lakukan pengkajian nyeri
Setelah dilakukan tindakan secara komprehensif termasuk
keperawatan pasien lokasi, karakteristik, durasi,
tidak mengalami nyeri, dengan frekuensi, kualitas dan faktor
kriteria hasil: presipitasi
1. Mampu mengontrol nyeri 2. Observasi reaksi nonverbal
(tahu penyebab nyeri, mampu dari ketidaknyamanan
menggunakan tehnik 3. Monitor vital sign
nonfarmakologi untuk 4. Kontrol lingkungan yang dapat
mengurangi nyeri, mencari mempengaruhi nyeri seperti
bantuan) posisi pasien
2. Melaporkan bahwa nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
berkurang dengan misal kurangi perubahan posisi
menggunakan manajemen dari pasien
nyeri 6. Ajarkan tentang teknik non
3. Mampu mengenali nyeri (skala, farmakologi: napas dalam,
intensitas, frekuensi dan tanda relaksasi, distraksi
nyeri) 7. Berikan informasi tentang nyeri
4. Menyatakan rasa nyaman seperti penyebab nyeri, berapa
setelah nyeri berkurang lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
2 Kerusakan mobilitas fisik NOC: NIC:
b/d pengondisian kondisi a) Mobility Level Tindakan:
sekunder fraktur clavicula Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring sejauh mana tingkat
1/3 medial Keperawatan gangguan mobilitas mobilitas pasien
Fisik pasien teratasi dengan 2. Bantu pasien dalam
kriteria hasil: pemenuhan kebutuhan
1. Pasien mengerti kenapa terjadi 3. Dampingi dan Bantu pasien
imobilitas saat mobilisasi
2. Mengerti tujuan dari 4. Anjurkan kepada pasien untuk
peningkatan mobilitas tetap memertahakan
3. Memverbalisasikan perasaan imoblitasnya.
tenang 5. Jelaskan kepada pasien
manfaat imobilitas pasien.
6. Konsultasikan kepada dokter
terkait

Page 15 of 11
3 Cemas b/d kebutuhan yang NOC: NIC:
tidak terpenuhi a) Kontrol kecemasan a) Anxiety Reduction
b) Koping (penurunan kecemasan)
Setelah dilakukan tindakan Tindakan:
keperawatan kecemasan pasien 1. Gunakan pendekatan yang
teratasi dgn kriteria menenangkan
hasil: 2. Nyatakan dengan jelas
1. Mampu mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
mengungkapkan gejala cemas pasien
2. Mengidentifikasi, Jelaskan semua prosedur dan
mengungkapkan dan apa yang
menunjukkan tehnik untuk dirasakan selama prosedur
mengontol cemas Temani pasien untuk
3. Postur tubuh, ekspresi wajah, memberikan keamanan
bahasa tubuh menunjukkan dan mengurangi takut
berkurangnya kecemasan Berikan informasi faktual
mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
Kelola pemberian obat anti
cemas:........

L. DAFTAR PUSTAKA

Black M. Joyce&Jane H. Hawks. 2005. Medical Surgical Nursing : Clinical Management


For Positive Outcome. 7th edition. St Louis : Elseiver Inc.
Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors. Apley & Solomon’s System of
Orthopaedics and Trauma (10th edition). New York: CRC Press, 2018

Page 16 of 11
Canale ST, Beaty SH, editors. Campbell’s Operative Orthopedics (13th edition).
Tennessee: Elsevier, 2016
Court-Brown CM, Heckman JD, McQueen MM, Ricci WM, Tornetta III P, editors.
Rockwood and Green’s Fracture in Adults (8th edition). Philadelphia: Wolters Kluwer,
2015
De Jong, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih Bahasa : TIM Penerbit Ilmu Kedokteran,
editor : Sjamsuhidajat, R, Edisi 2, EGC : Jakarta
Helmi, Z.N, 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal, Penerbit Salemba Medika
Muttaqin, Arif, 2012. Buku Saku Gangguan Muskuloskletal Aplikasi Pada Praktek Klinik
Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta
Paladini P, Pellegrini A, Merolla G, Campi F, Porcellini G. Treatment of Clavicle Fracture.
Translational Medicine @ UniSa 2012; 2(6):47-58

Page 17 of 11

You might also like