You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan permintaan akan bahan makanan terus

meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya peningkatan produksi bahan

makanan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Peningkatan kuantitas dan kualitas bahan

makanan mengandung pengertian bahwa peningkatan tersebut bukan hanya meningkatkan

tanaman penghasil karbohidrat, tetapi juga meningkatkan hasil tanaman yang mengandung gizi

lainya sebagai pelengkap yang umumnya diperoleh dari tanaman sayur-sayuran.

Cabai ( Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran buah semusim yang telah dikenal

dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Komoditi ini umumnya digunakan sebagai

rempah-rempah. Obat, penghias masakan dan pewarna. Menurut pracaya (2000) dalam setiap

100 g bahan yang dapat dimakan buah cabai mengandung 15 mg kalsium, 30 fosfor, 0,5 mg besi,

15.000 Iu vitamin A, 50 u vitamin B1, 40 u B2 dan 360 mg vitamin C.

Areal pertanaman cabai diindonesia pada tahun 2004 meliputi luas 95.059,16 hektar yang

tersebar disumatra utara, sumatra barat, sumatra selatan, jawa barat, jawa tengah, Jawa Timur,

Nusa Tenggara timur, Nusa tenggara barat, sulawesi utara dan Sulawesi Selatan. Data ini ini

belum termasuk pengusahaan cabai secara kecil-kecilan dibeberapa propinsi lainya. Produksi

pada tahun 2004 dari seluruh pertanaman cabai di indonesia mencapai 214.445 ton.

1 Cabai merupakan komoditi ekpor yang bernilai tinggi. Pada tahun 2004 produksi cabai

indonesia mengalami penurunan, tercatat luas areal pertanaman cabai hanya mencapai 21.896

hektar dengan hasil mencapai 160.368 ton atau rata- rata hasil perhektar mencapai 7,324 ton/ha

(badan pusat statistik 2000). Hasil tersebut masih rendah karena jika dibudidayakan dengan
intensif tanaman cabai bisa mencapai 15 sampai 20 ton/ha (pracaya 2000). Penyebab rendahnya

produksi cabai adalah serangan hama dan penyakit pada buah cabai, selain itu diduga akibat

kondisi lingkungan yang kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai.

Penanaman tanaman cabai pada umumnya dilakukan dilahan kering dengan kemiringan > 150,

keadaan tersebut menyebabkan tingkat erosi yang tinggi dan pencucian unsur hara akibat curah

hujan yang tinggi. Untuk mengurangi tingkat erosi dan pencucian hara pada lahan tanaman cabai

dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman penutup tanah dan mulsa organik.

Penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik dapat mengurangi tingkat erosi

pada tanah dan dapat menekan kehilangan air karena evaporasi, menekan gulma, menekan

fluktuasi suhu tanah, dan menaikan kelembaban tanah. Penggunaan tanaman penutup tanah dan

mulsa organik yang dihamparkan pada permukaan tanah juga mempunyai pengaruh yang penting

dalam perkembangan sistem perakaran tanaman yang baik sehingga tanaman dapat menyerap

hara dan air untuk pertumbuhannya.

Informasi mengenai pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap pertumbuhan

hasil tanaman cabai masih belum jelas. Untuk mendapatkan informasi maka penulis terdorong

untuk mempelajari sampai seberapa besar pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa organik

terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Apakah penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

2. Tanaman penutup tanah dan mulsa organik yang mana yang berpengaruh
paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh tanaman

penutup tanah dan mulsa organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

1.4 Kerangka Pemikiran

Masalah utama budidaya sayuaran di lahan kering pegunungan dengan kemiringan kurang dari

150 adalah pengikisan lapisan atas tanah dan pencucian hara sebagai akibat aliran air

dipermukaan tanah. Masalah tersebut dapat menyebabkan kerusakan fisik, Kimia, dan biologi

tanah. Budidaya sayuran yang diharapkan oleh petani umumnya belum memperlihatkan kaidah

konservasi tanah, sehingga produksi yang diperoleh seringkali dibawah potensi yang ada dan

produktivitas lahan semakin menurun.

Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan dan memelihara

produktivitas lahan adalah dengan menerapkan pola usaha tani konservasi yang

3 dapat meningkatakan produksi dan pendapatan petani, serta mampertahankan keberlanjutan

produktivitas lahan. Penanaman tanaman penutup tanah dan penutupan permukaan tanah dengan

sisa-sisa tanaman merupakan teknik konservasi secara vegetatif/kultur teknis yang mudah

dilaksanakan. Adanya tanaman penutup tanah dan mulsa dapat menahan percikan air hujan dan

aliran air.dipermukaan tanah sehingga erosi tanah dapat ditekan (Nelson et. Al., 1991,

andwarudiansyah, et.al.,1993). Disamping itu dapat memelihara struktur tanah meningkatkan

infiltrasi tanah, mengurangi pencucian unsur hara dan menekan pertumbuhan gulma (sarief,

1985), sehingga akan menambah kemampuan tanah dan mendukung tanaman yang ada

diatasnya.

Hingga kini penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik masih belum biasa dilakukan
pada tanaman cabai, karena jenis tanaman penutup tanah dan mulsa organik yang cocok untuk

tanaman cabai masih belum diketahui.

Untuk tanaman penutup tanah harus dipilih jenis-jenis tanaman yang mudah diperbanyak

(sebaiknya dari biji), mempunyai sistem perakaran yang tidak memberikan persaingan berat

dengan tanaman pokok, dapat tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun, tahan pemangkasan

dan mampu meningkatkan N bebas. Menurut andwarudiansyah, et.al.,(1993) penanaman tomat

diantara barisan tanaman lorong atau tanaman penutup tanah Felmingia congesta meningkatkan

hasil tomat hingga 20 % dan hasil pengkasan tanaman penutup tanah tersebut dikembalikan

ketanah sebagai mulsa dapat berfungsi sebagai mulsa hidup pada penanaman kentang didaratan

medium, karena kanopinya dapat menutup permukaan tanah dan tidak mempengaruhi

pertumbuhan dan hasil kentang.

Tanaman kacang-kacangan, seperti kacang jogo dan kacang tanah sebagai tanaman

penutup tanah. Penggunaan tanaman ubi jalar, kacang jogo dan kacang tanah sebagai tanaman

penutup tanah mempunyai nilai tambah karena dapat dipanen hasilnya, namun pengaruhnya

terhadap pertumbuhan dan hasil cabai belum diketahui. Untuk mulsa organik dapat digunakan

sisa-sisa tanaman, jerami, sekam padi, serbuk gergaji, dan limbah organik lainya. Mulsa jerami

padi telah diketahui dapat meningkatkan hasil kubis ( subhan dan Sumarna, 1994). Dan hasil

tomat ( Sumarna dan Suwandi, 1990).

Penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik yang berlainan jenisnya akan

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan produktifitas lahan dan tanaman

karena daya saing setiap jenis tanaman penutup tanah dalam pengambilan cahaya, air dan unsur

hara tidak sama, begitu pula sifat pelapukan setiap jenis mulsa organik tidak sama.

1.4 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

2. Salah satu Tanaman penutup tanah dan mulsa organik akan memberikan

pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman cabai

Cabai (capsicum Annum L) merupakan komoditi hortikultura yang berasal dari Meksiko,

sedangkan beberapa jenis cabai lain seperti cabai rawit atau kultivar lainya adalah berasal dari

Amerika Selatan. Tanaman cabai mulai diperkenalkan kekawasan asia pada abad Ke-16 dan

selanjutnya menyebar ke-indonesia (Suwandi 1997). Menurut Hendro sunaryo (1984), klasifikasi

tanaman cabai adalah:

Divisio : Spermathophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Tubiflorae

Familia : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum Annum L.

Tanaman cabai mempunyai sistem perakaran menyebar dengan akar utama yanag lurus.

Pangkal batang berkayu, mempunyai banyak cabang, berdaun pipih, warna daun hijau dan

berbentuk sederhana. Bunga dan buah tumbuh pada ketiak daun. Penyerbukan umumnya terjadi

sendiri, penyerbukan silang jarang terjadi. Warna bunga putih atau ungu mempunyai 5 benang
sari dan 1 putik. Ukuran buah sedang, ovary berdaging, warna hijau tua waktu muda dan menjadi

kuning atau merah saat buah masak, tergantung pada varietasnya. Dinding buah terluar

berdaging tipis, dinding sebelah dalam mendukung plasenta dan biji. Dinding buah ini dalam

keadaaan mentah atau masak mempunyai kadar karotin yang tinggi, vitamin B dan vitamin C.

Biji berbentuk pipih dan bundar, tahan terhadap suhu tinggi dalam perkecambahanya, yaitu

antara 210 C sampai 240 C.

Tanaman cabai tidak memerlukan struktur tanah yang khusus dan dapat tumbuh atau

ditanam dimana saja, karena kemampuanya beradaptasi yang luas, baik didaratan rendan maupun

daratan tinggi sampai ketinggian 1.200 meter diatas permukaan laut, yang penting tanah tersebut

banyak mengandung bahan organik dengan keasaman tanah (pH 5,0-7,5) (Nur Tjahjadi,1990).

Pada keasaman tanah yang sangat rendah, yaitu sekitar 4,0 tanaman cabai masih dapat tumbuh

dengan baik, tetapi produksinya agak sedikit berkurang, karena beberapa unsur hara sulit diserap.

Tanaman cabai sangat memerlukan sinar matahari. Apabila kurang pada awal pertumbuhanya

maka tanaman akan mengalami etiolase, jumlah cabang sedikit akibatnya buah cabai yang

dihasilkan sedikit.

Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai

adalah 600-1.200 mm pertahun (Hendro Sunaryono, 1984). Tanaman cabai tidak tahan terhadap

hujan lebat terutama pada waktu berbunga. Didaerah yang iklimnya sangat basah (tipeA),

tanaman mudah terserang penyakit daun seperti bercak hitam(Antraknosa). Pada musim hujan

tanaman mudah mengalami tekanan (stess), sehingga bunganya sedikit.sedangkan banyak buah

yang berguguran karena pukulan air hujan yang lebat. Oleh karena itu, tanaman cabai sebaiknya

ditanam pada akhir musim hujan sekitar bulan maret atau april. Suhu udara yang baik untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai berkisar antara 180 C-300 C. Suhu udara yang
terlalu rendah atau atau terlalu tinggi akan menyebabkan turunya produksi cabai (Nur Tjahjadi

1990). Tanaman cabai dapat dipanen setelah berumur 3 sampai 4 bulan, dengan pemeliharaan

yang baik umur tanaman dapat mencapai 6 sampai 7 bulan (hendro Sunaryonno, 1984).

2.2 Tanaman Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah bertujuan untuk menahan dan mencegah terjadinya erosi. Jenis

tanaman penutup tanah dibedakan atas tiga golongan, yaitu : tanaman merayap, tanaman semak

dan tanaman pohon. Tanaman merayap umumnya terdiri atas rumput dan jenisleguminosa sepeti

puerria javanica,

centrosema pubescensdan colopogonium mucunoides. Tanaman bentuk semak yang biasa

dipakai seperti crotalariausaramoensis, C.juncea, C. Anagyorydes, tephrosia candidadan

T.vogeli. sedangkan golongan pohon yang biasa dipakai adalah petai cina (Leuncaena glauca).

Tanaman penutup tanah bentuk pohon ini jarang digunakan, kecuali bagi tanaman yang

memerlukan naungan.

Tanaman penutup tanah sebaiknya dipilih jenis-jenis tanaman yang mudah diperbanyak

(sebaiknya dengan biji), mempunyai sistem perakaran yang tidak memberikan persaingan berat

dengan tanaman pokok, dapat tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun, tahan pemangkasan

dan mampu mengikat N bebas. Oleh karena itu pada tanaman cabai tanaman penutup tanah yang

digunakan adalah dari tanaman jenis leguminosa, seperti tanaman kacang tanah dan kacang

jogo.penggunaan jenis tanaman ini selain dapat digunakan sebagai pelindung dapat bernilai

ekonomis bagi petani.

2.3 Mulsa Organik


Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh

lingkungan luar yang dapat berpengaruh kurang baik bagi tanaman, seperti memperkecil suhu

tanah, mengurangi run-off, erosi dan menurunkan kecepatan evaporasi serta menekan gulma. Hal

ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Purwowidodo (1982) bahwa mulsa mempunyai

sifat- sifat yang baik yaitu :

1. mulsa menghalangi butiran hujan secara langsung menerpa tanah sehingga mengurangi erosi

dan mempertahankan ketersediaan unsur hara dalam tanah.

2. mulsa mencegah sinar matahari masuk langsung kepermukaan tanah

sehingga mengurangi daya tumbuh gulma.

3. mulsa mempertahankan suhu lapisan atas sehingga tetap konstan.

4. mulsa mengurangi tingkat penguapan dari permukaan tanah dan menjaga

kebutuhan air sehingga kelembaban tanah stabil.

Mulsa organik yang dapat digunakan adalah berasal dari sisa-sisa tanaman seperti jerami, sekam

padi dan rumput-rumputan. Menurut Suwarjo (1981) penggunaan mulsa organik mampu

melindungi permukaan tanah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Percobaan

Percobaan dilakukan didaratan tinggi samarang, Kabupaten Garut, propinsi Jawa Barat. Waktu

percobaan dilaksanakan dibulan oktober 2002 sampai dengan bulan april 2003.

3.2 Bahan dan Alat Percobaan

Bahan- bahan yang digunakan dalam percobaan adalah benih tanaman cabai kultivar Hot Beauty,

tanaman penutup tanah dan mulsa organik (jerami padi daun-daun/sisa tanaman), pupuk kandang

domba, pupuk NPK (15-15-15), insektisida, Curacron 500 EC dan fungisida Dithane M-45 80
WP. Alat-alat yang digunakan meliputi meteran, timbangan, embrat, cangkul, seng, tali rapia,

thermometer, ajir, bambu, hand sprayer dan alat-alat tulis.

3.3 Rancangan Percobaan

3.3.1 Rancangan Lingkungan

Rancangan lingkungan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah Ranangan Petak terbagi

(Strip Plot design) yang terdiri dari dua faktor yang diulang tiga kali.

4.2 Pembahasan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara tanaman penutup tanah dan

mulsa organik terhadap pertumbuhan tanaman hasil cabai, serta tingkat erosi tanah. Pengaruh

tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap pertumbuhan dan gulma cabai serta tingkat

erosi tanah disajikan dalam table 1, 2 dan 3.

Pada Tabel 1 tampak bahwa pemberian mulsa organik pada tanman cabai tidak mempengaruhi

tinggi tanaman, luas daun dan bobot kering tanaman, tetapi menurunkan bobot segar tanaman.

Walaupun tanaman yang diberi mulsa organik mempunyai bobot segar tanaman yang lebih

rendah, tetapi bobot kering tanamannya tidak jauh berbeda dengan tanaman yang tidak diberi

mulsa (Tabel 1). Hal ini berarti pemberian mulsa organik hanya menurunkan kandungan air

dalam tanaman tetapi tidak sampai menghambat proses fotosintesis tanaman, karena tidak ada

perbedaan dalam bobot kering tanaman sebagai hasil fotosintesis antara tanaman yang diberi

mulsa organik dan yang tidak diberi mulsa.

Pemberian mulsa permukaan baik jerami ataupun sisa-sisa tanaman tidak meningkatkan hasil

buah cabai per petak, tetapi hasil jumlah buah cabai per petak meningkat secara nyata (Tabel 2).

Hal ini berarti mulsa organik menurunkan ukuran buah cabai. Hasil bobot buah akan

meningkatkan bila ada peningkatan


fotosintat (hasil fotosinesis) untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Karena

tidak ada peningkatan fotosintat yang tercermin dari tidak adanya perbedaaan bobot kering

tanaman akibat pemakaian mulsa organik (Tabel 1) maka tidak terjadi peningkatan bobot hasil

buah, penggunaan mulsa organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang

akan mempermudah penyediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pembentukan dan

perkembangan buah (creamer et al., 1996). Sedangkan menurut Vos (1994) mulsa organik jerami

menurunkan suhu tanah, menyebabkan pertumbuhan tanaman dan waktu pembentukan buah

lebih cepat, tetapi tidak ditemukan adanya pengaruh nyata terhadap hasil tanaman Cabai.

Penanaman tanaman penutup tanah tidak terpengaruh oleh tinggi tanaman cabai, akan tetapi

berpengaruh terhadap luas daun, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman (Tabel 1), serta

jumlah dan bobot buah cabai perpetak (Tabel 2). Pada umumnya penggunaan tanaman kacang

jogo dan kacang tanah sebagai tanaman penutup tanah dapat meningkatkan luas daun, bobot

segar tanaman dan bobot kering cabai (Tabel 1). Hal ini menunjukan bahwa tanaman kacang

jogo dan kacang tanah tidak memberikan persaingan berat dalam pengambilan cahaya, air dan

unsur hara pada tanaman cabai. Bahkan tanaman kacang jogo dan kacang tanah tampaknya dapat

memberikan lingkungan tumbuh yang lebih baik bagi tanaman cabai, karena tanaman kacang-

kacangan dapat memfiksasi N secara biologis (Hoyt dan Hargone, 1986), sehingga dapat

menambah ketersediaan N bagi tanaman cabai (stiver Young, 1998). Burket, et. Al(1997) juga

melaporkan bahwa tanaman kacang-kacangan sebagai penutup tanah dapat mengurangi

pencucian nitrat antara 65-70% karena akar-akarnnya menahan nitrat (N) dan air

disekitar lapisan tanah agar tidak hilang tercuci air tanah (Wyland,et. Al. 1996).

Peningkatan pertumbuhan tanaman cabai dalam hal ini luas daun, bobot segar, dan bobot kering

tanaman akibat penggunaan tanaman penutup tanah kacang jogo dan kacang tanah meningkatkan
jumlah bobot buah perpetak (Tabel 2). Peningkatan hasil cabai dengan tanaman penutup tanah

kacang jogo dan kacang tanah masing-masing sebesar 11,74 % dan 33,19 %.

Sebaliknya penggunaan tanaman ubi jalar sebagai tanaman penutup tanah dapat menurunkan

luas daun, bobot segar tanaman dan bobot kering tanaman cabai (Tabel 1), yang pada akhirnya

menurunkan jumlah dan bobot buah perpetak (Tabel 2). Hal ini berarti pertumbuhan tanaman ubi

jalar yang bersama dengan waktu tanam cabai tidak tepat Asandhi (1998) mendapatkan bahwa

pada tumpangsari kentang + ubi jalar, waktu tanam ubi jalar yang baik adalah 2 MST kentang.

Hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa tanaman ubi jalar menggunakan cahaya, air dan

unsur hara lebih banyak dari pada tanaman kacang jogo dan kacang tanah, hal ini terlihat dari

bobot segar tanaman total dan kandungan N pada daun tanaman ubi jalar lebih tinggi dari pada

tanaman kacang jogo dan kacang tanah. Penurunan bobot cabai akibat penggunaan ubi kalar

sebagai tanaman penutup tanah cukup tinggi.

Tabel 3 menunjukan bahwa tingkat erosi tanah dapat ditekan baik dengan pemberian mulsa

organik atau dengan penanaman tanaman penutup tanah. Pemakain mulsa jerami dan media sisa-

sisa tanaman sama efektifnya dalam

menahan erosi. Tingkat erosi tanah dengan pemberian mulsa organik tersebut dapat ditekan

sebesar 34,82 %. Begitu pula penggunaan tanaman kacang jogo, kacang tanah dan ubi jalar

sebagai tanaman penutup tanah dapat menekan tingkat erosi tanah berturut-turut sebesar 22,41,

39,65, dan 42,32 % (Tabel 3). Dari hasil tersebut tampak bahwa tanaman ubi jalar paling baik

untuk menekan erosi tanah, akan tetapi tanaman tersebut tidak dianjurkan untuk digunakan

sebagai tanaman penutup tanah pada penanaman cabai karena dapat menurunkan pertumbuhan

tanaman dan hasil cabai (Tabel 1 dan 2).

hasil tanaman cabai yang baik disarankan pemberian mulsa jerami atau sisa-sisa
dan tanaman penutup tanah

DAFTAR PUSTAKA

Andrawarudiansah, M.J., Sukarna dan Satsijati. 1993. Pengaruh Tanaman Lorong dan

Mulsa Pangkasnya terhadap Produsi Tomat dan Bawang Merah dalam Lorong. J. Hort. 3(1): 7-
12.

Asandhi, AA. 1993. Perfomance of Potato Intercropped With Corn, Sweet Potato Under

Intercropping System. SAPPARD Report. Lembang Horticultultural research Institute.

Asandhi, A.A. 1998. Pengaruh Waktu Tanam Kentang dan Ubi Jalar dalam Tumpangsari

Kentang = Ubi Jalar di Daratan Medium. J.Hort. 8(3):1170- 1179. Badan Pusat Statistik. 2006.

Statistika Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Burket, J.Z, D.D.Hempil and R.P Dick. 1997. Winter Cover Crop and Nitrogen

Management in Sweet Cron and Brocoli Rotation. Hort.Sci.32(4):64-66

Creamer, N.g., M.A. Bennett, B.R.Stimer and J. Cardina. 1996. A Comparison of Four

Processing Tomat Production System Differing in Cover Crop and Chemical Input. J.Amer.Soc.

Hort. Sci. 12(3):557-568.

Hendro Sunaryono. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayu-sayuran Penting di Indonesia.

Sinar baru,Bandung

You might also like