Professional Documents
Culture Documents
net/publication/322203877
CITATIONS READS
0 306
3 authors:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Fakultas Ekonomi Uninus on 02 January 2018.
Abstract
The study investigates the relationships among hedonics shopping motivation, customer satisfaction and
customer loyalty. Surveys were constructed to 480 students of Islamic Nusantara University and selected
by a stratified random sampling method and characteristics by gender, ages, and the frequency of trip to
Mall. Respondents were asked to rate items using a five-point Likert type scales (strongly disagree to
strongly agree). The data were gathered using a questionnaire that has been tested for its validity and
reliability. Results show that motivation has positive impact on both customer satisfaction and customer
loyalty. However, role shopping motivation does not have any impact on them. In addition, socialization
and role motivation does not influence customer satisfaction, and role shopping motivations do not have
any impact on customer loyalty. Findings of this study will help both researchers and practitioners in the
field understand the roles of shopping motivations in customer satisfaction and customer loyalty. Finally,
limitations, suggestions for further research and practical implications of this study are provided.
tertentu, makna berbelanja telah bergeser secara lengkap di sebuah Mall karena memang
menjadi sebuah cerminan gaya hidup dan pengelola Mall paham betul karakteristik pasar
rekreasi. remaja serta kebutuhan-kebutuhan spesifiknya.
Motivasi berbelanja adalah salah satu Mall dengan segala aktivitasnya yang banyak
konsep penting dalam perilaku konsumen yang menawarkan kesenangan dan hiburan tentunya
sudah banyak diteliti namun hingga kini masih sangat menarik bagi kalangan remaja sehingga
menarik untuk dieksplorasi. Secara umum dapat motifnya untuk datang ke Mall belum tentu
dipahami bahwa motivasi berbelanja ada yang untuk berbelanja.
benar-benar memang untuk memenuhi Kelompok konsumen dari kalangan
kebutuhan, tetapi ada juga yang sekedar untuk remaja mendapat perhatian khusus dari para
bersenang-senang mencari hiburan atau produsen dan praktisi pemasaran sehingga oleh
berekreasi. Motif belanja yang pertama oleh karenanya kajian praktis tentang bagaimana
kalangan akademisi sering disebut sebagai perilaku mereka telah banyak dilakukan.
ulitarian shopping value atau instrumental Penelitian ini mencoba untuk menelusuri kembali
shopping motivation dan yang kedua yaitu bagaimana karakteristik konsumen kalangan
belanja hedonis atau hedonics shopping value mahasiswa yang berkaitan dengan perilaku
atau non-purchase shopping motivation. hedonics shopping di Mall, terutama yang terkait
Perilaku belanja hedonis diduga banyak dengan factor-faktor yang menyebabkan mereka
dialami oleh kelompok usia remaja (young merasa puas dan terus berkunjung ke Mall.
adult), termasuk kalangan mahasiswa. Hal ini
dapat dipahami bila melihat usia remaja sebagai Masalah, tujuan dan manfaat penelitian
usia peralihan dalam mencari identitas diri. Pada Perilaku belanja hedonis dewasa ini
usia ini umumnya remaja mudah terbujuk iklan, banyak mendapat perhatian baik itu dari para
ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung praktisi pemasaran maupun kalangan akademisi
boros dalam menggunakan uangnya. Remaja yang diungkapkan dalam berbagai karya
ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan penelitiannya. Namun demikian hasilnya masih
dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan kontroversial dan bahkan ada yang bertolak-
itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama belakang, terutama yang terkait dengan motivasi
dengan orang lain menyebabkan remaja berusaha yang membentuknya. Jadi apa saja motivasi
untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang hedonic shoping itu dan motivasi mana yang
tren. paling menentukan, adalah masalah pokok
Remaja dalam perkembangan kognitif (research problems) yang diajukan dalam
dan emosinya masih memandang bahwa atribut- penelitian ini. Penelitian ini dimaksudkan untuk
atribut yang artifisial itu sama penting (bahkan mengungkapkan dan memahami perilaku
lebih penting) dengan atribut substansialnya. hedonic shopping di kalangan mahasiswa.
Semua “kebutuhan” kalangan remaja ini tersedia Sedangkan tujuannya adalah mengidentifikasi
seberapa besar derajat belanja hedonis di Perilaku konsumen, 2002). Tindakan yang
kalangan mahasiswa ketika berkunjung ke Mall, dipilihnya tersebut didasarkan atas proses
aspek motivasi yang paling kuat pengaruhnya, berfikir (kesadaran) dan proses belajar
hubungan antara gender serta usia dengan derajat sebelumnya (Schiffman, Kanuk, & Hansen,
belanja hedonis, serta hubungan antara motivasi Consumer behavior: An European outlook,
hedonics shopping dengan kepuasan dan 2012). Kebutuhan itu dapat bersifat utilitarian
loyalitas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat (utilitarian needs) bila yang menjadi
melengkapi dan dijadikan rujukan alternative pertimbangan konsumen adalah kegunaan
bagi penelitian-penelitian berikutnya terutama fungsionalnya atau atribut-atribut lain yang
yang berkaitan dengan topik perilaku konsumen. tampak, atau dapat bersifat hedonis (hedonic
needs) bila konsumen lebih mempertimbangkan
TELAAH TEORITIS kemewahannya, gaya hidup, fantasi, atau
Banyak factor yang dapat memengaruhi kepercayaan diri (Solomon et.al, 2006).
perilaku konsumen dalam membeli barang/jasa, Walaupun konsumen mengunjungi toko
diantaranya secara garis besar dapat tetapi tidak membeli sesuatu, konsumen tetap
dikelompokkan ke dalam factor kultural, social, memperoleh manfaat lain, baik itu yang bersifat
personal, dan psikologis. Termasuk dalam factor kebendaan (tangible) atau tidak bersifat
psikologis yang menentukan dalam pilihan kebendaan (intangible). Dengan demikian dari
konsumen adalah sub-faktor: motivasi, persepsi, sisi motivasi dapat dibedakan antara berbelanja
belajar, keyakinan dan sikap (Armstrong & dengan motif memperoleh barang yang
Kotler, 2015). Ketika seseorang merasa memberikan manfaat fungsional (utilitarian
membutuhkan sesuatu barang, maka ia kan pergi shopping) dan berbelanja dengan motif
ke toko/penjual untuk memperolehnya. Tetapi bersenang-senang (hedonic shopping). Sejalan
pergi ke toko atau Mall tidak harus membeli dengan konsep tersebut, beberapa literatur
sesuatu. Banyak alasan atau kebutuhan yang perilaku konsumen sering mendikhotomikan
mengapa seseorang mengunjungi atau pergi ke antara utilitarian product dengan hedonic
toko, dan alasan inilah yang sering disebut product. Tekanan utilitarian product lebih
dengan shopping motivation. Motivasi kepada kegunaan (usefulness) dan kemudahan
menggambarkan kondisi tertekan karena penggunaannya (ease to use), sementara hedonic
dorongan kebutuhan (needs) yang membuat product lebih kepada factor enjoyment (Dennis,
individu melakukan serangkaian tindakan yang 2005). Terutama pada era modern sekarang,
menurut anggapannya dapat memuaskan motif konsumsi untuk barang-barang tertentu
kebutuhannya sehingga dengan demikian akan mulai bergeser dari semula dilandasi oleh
mengurangi ketegangannya. Motivation refers to mencapai tujuan-tujuan fungsional ke arah tujuan
the drive, urge, wish or desire that leads to a untuk bersenang-senang yang didorong oleh
goal-oriented behavior (Mowen & Minor, hedonic instincts (Carpenter, 2008).
Barang-barang yang bersifat utilitarian ekses, tidak terencana, dan kesenangan, namun
umumnya memberikan manfaat praktis dan bagi para produsen penting untuk memahami
fungsional kepada pembelinya, sementara factor motivasi perilaku hedonic karena akan
barang-barang yang bersifat hedonic lebih memberikan keuntungan jangka panjang yang
memberikan intangible pleasures (Oliver, 2010) memungkinkan untuk memahami lebih banyak
seperti kesenangan, kenikmatan atau aspek perilaku konsumennya.
kegembiraan. Dengan perkataan lain, konstruk Perilaku utilitarian maupun belanja
enjoyment biasanya dilekatkan pada hedonic hedonis dipengaruhi oleh banyak factor seperti:
shopping, sementara usefulness dan ease to use tingkat rasionalitas (Carpenter, 2008), suasana
mengarah kepada belanja utilitarian. Berbelanja hati (Donovan, Rositter, Marcoolyn, & A.
versi hedonic dapat disetarakan dengan aktivitas Nesdale, 1994), perasaan (Spangenberg, Voss, &
rekreasi seperti halnya berolah-raga, berkesenian A E. Crowley, 1997), kebiasaan berbelanja
atau berwisata. Artinya berbelanja versi hedonic (Arnold & Reynold, 2003), jender (Jackson & L.
lebih didasarkan pada aspek perasaan (feeling), Stoel, 2011). Menurut McGuire’s typology
pikiran dan persepsi, sementara cara ulitarian (Hawkins & Mothersbaugh, 2010), motivasi
lebih didorong oleh motivasi rasional dan (driver) belanja hedonis yaitu pertama adalah
fungsional terhadap barang yang dibelinya. Oleh bersenang-senang atau berpetualang menemukan
karenanya pengaruh berbelanja hedonic terhadap barang-barang yang unik atau baru dan
loyalitas emosional akan lebih besar menemukan kenikmatan selama proses
dibandingkan dengan berbelanja ulitarian karea berbelanja (adventure motivation). Kedua,
berbelanja hedonic lebih banyak menggunakan bersenang-senang dengan keluarga/teman (social
hati dan perasaan daripada rasionalitas (Roy & motivation/ shopping), menghibur diri dan
Ng, 2012). mengurangi stress (gratification/ relaxation
Belanja hedonis juga sering disetarakan shopping), ketiga, memperoleh informasi baru
dengan istilah perilaku konsumtif yaitu keinginan (idea motivation/shopping), keempat, membeli
untuk mengkonsumsi barang-barang yang sesuatu untuk diberikan kepada orang lain (role
sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan motivation/shopping), dan kelima, memperoleh
untuk mencapai kepuasan yang maksimal. barang yang dijual secara obral/diskon (value
Belanja hedonis berakar dari filsafat hedonism motivation). Sementara Ozen & Engizex (2014)
yang memosisikan kesenangan dalam konten dan menegaskan bahwa motif belanja hedonis adalah
makna hidup. Hedonism merupakan teori etika adventure/explore shopping (menikmati
yang memaknai bahwa memperoleh kesenangan pencarian produk baru), value shopping (berburu
atau menghindari kesulitan sebagai sesuatu barang diskon atau murah), ide shopping
kebaikan, dan memperoleh sesuatu kesulitan (menemukan produk baru), social shoping
sebagai keburukan (Hopkinson & Pujari, 1999). (berbelanja dengan teman/kerabat), dan
Benar bahwa hedonism berhubungan dengan relaxation shopping (berbelanja untuk
menghilangkan stress). Pendapat yang hamper pengukuran terhadap arah dan keeratan
sama juga diajukan oleh Arnold & Reynold hubungan atau kepengaruhan antara perilaku
(2003) yang membagi motif belanja hedonis hedonic shopping dengan motivasi yang
menjadi enam kategori yaitu: adventure membentuknya, yaitu: adventure motivation,
shopping, social shopping, gratification social motivation, gratification motivation, idea
shopping, idea shopping, role shopping, dan motivation, role motivation dan value motivation.
value shopping. Target populasi dalam penelitian ini
Ciri belanja hedonis lainnya yaitu adalah mahasiswa Universitas Islam Nusantara
konsumen sering menghabiskan watu berlama- (UNINUS) yang duduk pada semester satu
lama dan berusaha untuk memperoleh angkatan 2016. Pemilihan mahasiswa semester
pengalaman kesenangan yang lebih banyak lagi satu ditujukan agar terjadi homogenitas data dari
(Berry, Kathleen, & Grewal, 2002). Lebih rinci sisi usia yang mewakili kelompok remaja.
Arnold & Reynold (2003) mengklasifikasikan Dengan metode stratified random sampling
motivasi belanja hedonis ke dalam dua motivasi, (dengan menggunakan fakultas dan program
pertama adalah motivasi hedonic dengan peluang studi sebagai kriteria penstrataan) terpilih 480
kecil untuk tidak membeli, yaitu bila motif mahasiswa sebagai anggota sampel. Data primer
utamanya untuk bersosialisasi, memperoleh yang meliputi indicator dari masing-masing
gratifikasi dan informasi, atau dalam beberapa motivasi belanja hedonis dihimpun dengan
literature dikenal dengan istilah browsing without menggunakan instrument kuesioner tertutup yang
purchasing (Cox, Cox, & Anderson, 2005). pernyataannya dirumuskan dalam kalimat positif
Kedua adalah motivasi hedonic dengan peluang dan disusun dalam skala Likerts.
besar untuk membeli, namun bila motifnya Analisis hubungan antara derajat belanja
tergolong role motivation dan value motivation. hedonis dengan masing-masing motivasinya
dilakukan dengan menggunakan korelasi
METODE PENELITIAN Spearman (rho), sedangkan untuk menguji
Penelitian ini tergolong kepada perbedaan antara gender dan kelompok usia
explanation research (Neuman, Basic of Social digunakan uji non-parametrik Mann-Whitney U
Research: Qualitative & Quantitative (Wasserman, 2006). Sebelum dianalisis, terlebih
Approaches, 2007) yaitu bertujuan untuk dahulu dilakukan pengujian validitas dan
menjelaskan dan menguji teori/hipotesis yang reliabilitas instrument dengan menggunakan
berkenaan dengan factor-faktor terbentuknya Exploratory Factor Analysis (Anderson et.al,
perilaku belanja hedonis kalangan mahasiswa 2011).
ketika mengunjungi atau berbelanja ke Mall di
Kota Bandung. Desain penelitian yang
digunakan adalah correlational design (Creswell,
2014) karena penelitian ini melakukan
Tabel 2
Hasil analisis factor eksploratori
Factor Factor loadings Variance (%) α
Gratifikasi
Menghilangkan stress .832**
Solusi ketika hati sedang kusut .856** 22.944 0.91
Membebaskan diri dari masalah .832**
Menjadikan hidup lebih bergairah .794**
Ide
Melihat sesuatu yang sedang tren .852**
12.901 0.76
Agar tidak ketinggalan informasi .848**
Melihat sesuatu yang baru .804**
Sosialisasi
Berinteraksi dengan orang lain .857** 10.920 0.76
Senang shopping dengan keluarga/teman .790**
Nilai
Berhasil menawar dengan harga murah .865** 7.811 0.65
Menemukan barang diskon .842**
Peran
Menyenangkan keluarga/teman .847** 7.297 0.67
Membelikan sesuatu untuk orang lain .862**
Total Variance Explained 61.873
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling 0.869
Adequacy
Barlett's Test Approx Chi-Square of Sphericity 3318.575
df 210
Sig. 0.001
Berdasarkan analisis factor diperoleh lima factor mengalahkan penjualnya. Sementara komponen
solution dengan Eigen value > 1. Kemudian motivasi yang terendah ditunjukkan pada
berdasarkan metode principal components & motivasi gratifikasi atau mengunjungi Mall untuk
varimax rotation diperoleh ukuran Kaiser- sekedar bersenang-senang, jalan-jalan dan
Meyer-Olkin (KMO) sebesar 0.869 dan indicator mencari hiburan. Berkaitan dengan motif
Barlett’s sphericity menunjukkan bahwa semua gratifikasi, hasil penelitian Wagner & Rudolph
variable dan data tergolong memadai untuk (2010) menemukan bahwa motif gratifikasi lebih
digunakannya exploratory factor analysis. Selain nyata ditunjukkan terhadap kelompok barang
itu, reliabilitas (Cronbach Alpha) yang berkisar makanan & minuman (food products)
antara 0.65-0.91 juga mendukung terhadap dibandingkan dengan bukan makanan (non-food
konsistensi internal skala. products).
pada derajat sangat tinggi. Motivasi terbesar 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
mahasiswa. Misalnya pada motif gratifikasi rank) skor gratifikasi mahasiswi (287,1) yang
kaum perempuan berbeda secara signifikan lebih besar daripada mahasiswa (175,81). Begitu
dengan laki-laki (Mann-Whitney U = 15037,5; ρ juga halnya dengan motif ide, sosialisasi, peran
< 0,005), dan didukung oleh nilai rerata (mean dan nilai.
Tabel 3
Ringkasan uji beda Mann-Whitney U
Rerata skor motivasi
Motivasi
Jenis kelamin Usia Frekuensi
Hedonic Shopping 285,1-178,1*) 244,9-193,3*) 201,9-323,9*)
Gratifikasi 287,1-175,8*) ns 327,6-200,2*)
Idea 270,2-193,3*) ns 313,2-206,8*)
Sosialisasi 263,6-208,5*) ns ns
Peran 260,7-212,4*) ns 229,4-264,5*)
Nilai 261,6-211,2*) ns 222,3-279,7*)
*)
significant at 5% level; ns = non-significant at 5% level
akan menimbulkan kepuasan bagi mahasiswa Hanya motif gratifikasi, ide, sosialisasi dan nilai
ketika berkunjung ke Mall. Dalam penelitian ini yang berhubungan positif dan signifikan dengan
hubungan tersebut didekati dengan mendeteksi keinginan mahasiswa untuk kembali berkunjung
tingkat keeratannya berdasarkan uji korelasi rank ke Mall.
Spearman (rho).
Tabel berikut menjelaskan bahwa hanya KESIMPULAN, KETERBATASAN
motif gratifikasi, idea dan nilai yang PENELITIAN DAN SARAN
berhubungan positif dan signifikan dengan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kepuasan. Dengan demikian mahasiswa akan derajat belanja hedonis kalangan mahasiswa
merasa puas berkunjung ke Mall bila harapannya untuk berkunjung ke Mall tergolong tinggi dan
yang tercermin dari ketiga motif tersebut shopping value sebagai motif yang tertinggi.
terpenuhi (confirmation), dan kemudian Kemudian derajat belanja hedonis mahasiswi
berdampak terhadap keinginannya untuk ternyata lebih tinggi daripada mahasiswa, makin
berkunjung kembali (rho = 549,0; ρ < 0,005). muda usia mahasiswa makin tinggi derajat
hedonic shopping-nya, dan mahasiswa yang
Tabel 4. sering berkunjung ke Mall makin lebih mudah
Korelasi Spearman antara motif
dihinggapi gejala hedonic shopping
dengan kepuasan
Motivasi Rho ρ dibandingkan dengan yang jarang. Motivasi
Gratifikasi 0,195**) 0,000
gratifikasi, ide dan nilai merupakan tiga motif
Idea 0,155**) 0,001
Sosialisasi 0,077 0,093 penting dalam pembentukkan hedonic shopping
Peran 0,076 0,000 di kalangan mahasiswa karena erat kaitannya
Nilai 0,112*) 0,014
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) dengan tingkat kepuasan dan keinginannya untuk
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
kembali berkunjung ke Mall.
Mengenai motif mana yang paling mendorong Penggunaan indicator untuk
mahasiswa untuk kembali berkunjung ke Mall, merepresentasikan motivasi belanja hedonis
ternyata hasilnya sedikit berbeda dengan motif dalam penelitian masih sangat terbatas sehingga
yang menimbulkan kepuasan. beberapa temuan yang terungkap pun masih pada
lingkup permukaan atau tidak mendalam. Oleh
Tabel 5. Korelasi Spearman antara motif
karena itu penelitian ini akan lebih bermakna dan
dengan keinginan untuk berkunjung kembali
Motivasi Rho ρ implementatif untuk pengambilan keputusan
Gratifikasi 0,160**) 0,000 secara praktis apabila dilanjutkan dengan
Idea 0,105*) 0,022
penelitian-penelitian berikutnya dengan
Sosialisasi 0,115*) 0,012
Peran 0,014 0,761 menggunakan kaidah-kaidah teoritis dan desain
**)
Nilai 0,180 0,000
penelitian yang lebih memadai serta melibatkan
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) indicator-indikator yang lebih mewakili.
Beberapa pertanyaan yang masih memerlukan
penelitian lebih lanjut diantaranya adalah: apakah