Professional Documents
Culture Documents
MODUL UTAMA
ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI
MODUL V.9
TRAUMA ESOFAGUS
EDISI II
KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul V.9 – Trauma Esofagus
DAFTAR ISI
A. WAKTU .......................................................................................................... 2
B. PERSIAPAN SESI .......................................................................................... 2
C. REFERENSI ................................................................................................... 2
D. KOMPETENSI ............................................................................................... 3
E. GAMBARAN UMUM.................................................................................... 4
F. CONTOH KASUS & DISKUSI ..................................................................... 4
G. TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................................................... 5
H. METODE PEMBELAJARAN........................................................................ 6
I. EVALUASI ..................................................................................................... 6
J. INSTR PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF & PSIKOMOTOR ......... 7
K. MATERI PRESENTASI .............................................................................. 14
L. MATERI BAKU ............................................................................................ 21
1
Modul V.9 - Trauma Esofagus
A. WAKTU
B. PERSIAPAN SESI
1. Materi presentasi:
Slide 1: Anatomi Esofagus dan area penyempitan esofagus
Slide 2: Mekanisme Kerusakan Jaringan Akibat Trauma Esofagus
Slide 3: Skematis penatalaksanaan perforasi esofagus
Slide 4 : Pemeriksaan Penunjang
Slide 5 : Prosedur esofagoskopi
Slide 6 : Komplikasi
C. REFERENSI
1. Stewart m.G, Penetrating Face and Neck Trauma. In Bailey’s Head and
Neck Otolaryngology. 5th ed. Volume 1. Chapter 76. Philadelpia.
Lippincot Williams & Wilkins;2014 : p 131-40.
2. Taslak S Bilgin B, Durgun Y Early Diagnosis Saves Lives in Esophageal
Perforation.Turk J Med Sci 2013; 43: 939-45.
3. James T, Kenneth L, Matthew J, Wall Jr. Esophageal Perforations: New
Perspectives and Treatment Paradigms. Trauma2007; 63 (5): 1173-83.
2
Modul V.9 - Trauma Esofagus
D. KOMPETENSI
Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam:
1. Mengenali gejala dan tanda trauma esofagus
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada trauma esofagus
3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik akibat komplikasi trauma
esofagus
4. Mengambil keputusan untuk pemeriksaan penunjang, foto polos torak
dan esofagografi (foto kontras esofagus)
5. Membuat diagnosis dan penanganan trauma esofagus
6. Membuat keputusan klinik untuk melakukan konsultasi dengan bagian
lain (disiplin ilmu lain) dalam mengatasi trauma dan komplikasi trauma
esofagus yang tidak bisa dilakukan oleh bagian THT misalnya
servikotomi, torakotomi dan esofagotomi.
7. Mampu memberikan penyuluhan kepada pasien/keluarganya.
3
Modul V.9 - Trauma Esofagus
E. GAMBARAN UMUM
1. Contoh Kasus
Seorang laki-laki berumur 59 tahun datang ke UGD dengan keluhan:
sakit menelan dan nyeri di leher. Keluhan sejak 4 jam yang lalu, tidak
disertai sesak nafas. Dari anamnesis ditemukan keluhan muntah bila
menelan makanan atau minuman dan diketahui penderita sebelumnya
memakai gigi palsu. Pada pemeriksaan foto jaringan lunak leher posisi
PA dan Lateral didapatkan gambaran radioopak berbentuk kawat
melengkung pada lumen esofagus setinggi vertebra servical IV-VI
dengan bagian tajam menghadap ke latero-inferior.
Jawaban:
Ax. Usia 59 th, menelan gigi palsu. Keluhan utama : nyeri saat menelan
dan nyeri spontan di daerah leher. Tidak bisa makan dan minum. Riwayat
penyakit lain tidak ada
Px. Vital sign stabil. Nyeri tekan pada daerah supra sternal kiri.
Penunjang :Pemeriksaan foto jaringan lunak leher posisi PA dan Lateral
didapatkan gambaran radioopak berbentuk kawat melengkung pada
lumen esofagussetinggivertebra servical IV-VI dengan bagian tajam
menghadap ke latero-inferior.
Torak foto dalam batas normal.
Karena tidak ada tanda-tanda komplikasi perforasi atau robekan esofagus
maka tidak dilakukan pemeriksaan esofagografi
Dx. Benda Asing gigi palsu di esofagus setinggi CIV-VI
Penatalaksanaan
Informed consent :
Tentang diagnosis dan kondisi pasien, risiko benda asing dan
komplikasi, rencana tindakan dengan segala risiko dan komplikasinya.
Konsultasi-konsultasi yang akan dilakukan.Sarankan untuk
4
Modul V.9 - Trauma Esofagus
G. TUJUAN PEMBELAJARAN
5
Modul V.9 - Trauma Esofagus
Setelah mengikuti sesi ini setiap peserta didik akan memiliki kemampuan
untuk :
a. Menjelaskan definisi, penyebab dan patogenesis trauma esofagus
b. Menjelaskan diagnosis trauma esofagus berdasarkan anamnesisdan
pemeriksaan klinis
c. Menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis
d. Menjelaskan penanganan trauma esofagus secara cepat dan benar
e. Menjelaskan komplikasi trauma esofagus dan penanganannya.
f. Mempersiapkan pasien untuk dilakukan esofagoskopi maupun
esofagografi
g. Menentukan saat yang tepat dilakukan esofagoskopi dan
esofagografi
h. Menjelaskan teknik esofagoskopi dan komplikasinya
i. Melakukan tindakan esofagoskopi dengan cunam yang sesuai dan
mengevaluasi paska tindakan esofagoskopi.
H. METODE PEMBELAJARAN
1. Literatur Reading
2. Skills Lab
3. Jurnal Reading
I. EVALUASI
Jawaban: E
4 Lapisan dinding esofagus adalah :
a. Membran mukosa, submukosa, otot esofagus
b. Mukosa dan otot esofagus
c. Lapisan otot dan fibrosa
d. Membran mukosa, submukosa, otot esofagus, fibrosa
e. Epitel kolumner bersilia, Membran mukosa, submukosa, otot
esofagus, fibrosa
Jawaban: D
e. Piothoraks
Jawaban: D
5 Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang ke IGD dengan keluhan
tertelan tulang ikan sejak 1 hari yang lalu. Penderita mengeluh rasa
mengganjal pada dada. Dilakukan pemeriksaan xeroradiografi pada
pasien. Hasil apa yang mungkin terlihat pada pemeriksaan tersebut?
a. Gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses
b. Filling defect persisten
c. Gambaran enhancement pada daerah pinggir benda asing
d. Gambaran enhancement pada benda asing
e. Inflamasi pada hipofaring dan bagian proksimal esofagus
Jawaban: B
Pertanyaan :
a. Jelaskan secara singkat, menurut anda apa yang terjadi pada pasien
ini ?
b. Pemeriksaan apa yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis?
c. Penatalaksanaan awal apa yang dapat diberikan pada pasien ini ?
d. Tindakan selanjutnya apa yang akan dilakukan ?
e. Komplikasi apa yang mungkin terjadi pada pasien ini ?
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR ESOFAGOSKOPI KAKU
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika
harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau
membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang
sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan)
KEGIATAN KASUS
KEGIATAN KASUS
a. Esofagoskop berbagai ukuran
b. Teleskop 0°
c. Forsep ekstraksi sesuai dengan jenis benda asing
d. Kanul suction
e. Sumber cahaya + kabel sumber cahaya
f. Camera system, monitor dan lumina jika tersedia
2. Persiapan Pasien
a. Penderita puasa minimal 6 jam sebelum esofagoskopi
b. Anestesi umum
c. Penderita berbaring terlentang dengan posisi kepala
ditinggikan 15 cm dari meja operasi sehingga leher fleksi
dan kepala ekstensi maksimal
d. Asisten duduk sebelah kiri pasien memegang kepala
KEGIATAN KASUS
esofagus sehingga lumen tetap tampak.Bila posisi penderita
benar maka esofagoskop biasanya akan menyusup masuk
dengan mudah. Pada waktu esofagoskop mencapai
penyempitan aorta dan bronkus kiri, lumen akan menyempit di
anterior.
13. Melalui penyempitan pada hiatus diafragma. Kepala penderita
direndahkan lagi, kemudian leher dan kepala digeser agak ke
kanan untuk menjaga agar sumbu pipa sesuai dengan sumbu
sepertiga bagian bawah esofagus. Operator mengarahkan
esofagoskop ke spina iliaka anterior superior kiri. Hiatus
esofagus dapat dilihat seperti celah yang miring antara jam 10
dan jam 4
14. Setelah melewati diafragma, kepala penderita harus diturunkan
sesuai dengan kebutuhan untuk mempertahankan visualisasi
lumen esofagus
15. Selama melakukan tahapan tersebut, dilakukan identifikasi dan
posisi benda asing, dilakukan evakuasi menggunakan forcep
yang sesuai
16. Pada saat mengeluarkan esofagoskop, posisi penderita dan arah
gerakan esofagoskop dilakukan dengan cara yang berlawanan
17. Evaluasi dinding esofagus untuk melihat tanda perforasi
13
Modul V.9 - Trauma Esofagus
K. MATERI PRESENTASI
1. Slide 1: Anatomi Esofagus dan area penyempitan fisiologis dari
esofagus
14
Modul V.9 - Trauma Esofagus
15
Modul V.9 - Trauma Esofagus
16
Modul V.9 - Trauma Esofagus
c. Benda Asing
Pada beberapa kejadian, benda asing tajam atau bergigi merobek
sebagian atau seluruh dinding. Robekan atau perforasi ini paling
sering terjadi pada daerah penyempitan yang fisiologis secara
anatomis pada esofagus.Benda asing dapat menimbulkan laserasi
mukosa, perdarahan, perforasi lokal selulitis lokal, fistel
trakeoesofagus dan abses leher atau mediastinitis. Benda asing bulat
atau tumpul juga menimbulkan perforasi sebagai akibat sekunder
dari inflamasi kronik dan erosi.
Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut.
18
Modul V.9 - Trauma Esofagus
X-ray torak
Esofagografi
Atau CT Scan
BTKV
-Servikotomi/
Konservatif Rawat intensif -Torakotomi/
-Esofagotomi
b. Persiapan Pasien
Penderita puasa minimal 6 jam sebelum esofagoskopi
Anestesi umum
Penderita berbaring terlentang dengan posisi kepala ditinggikan
15 cm dari meja operasi sehingga leher fleksi dan kepala
ekstensi maksimal
Asisten duduk sebelah kiri pasien memegang kepala
d. Paska tindakan
Observasi tanda perdarahan akibat laserasi atau adanya perforasi
Bila terdapat laserasi dalam sampai lapisan muskularis atau
perforasi, maka dilakukan penanganan konservatif berupa
pemasangan NGT dalam 3 jam pertama dan dipertahankan
selama 10 hari dengan pemantauan klinis yang ketat, CT scan
dan atau esofagoskopi fleksibel bila diperlukan
6. Slide 6 : Komplikasi
Pada perforasi yang luas atau perforasi kecil dan terbatas dengan
kontaminasi dapat menyebabkan Pneumoni, Mediastinitis, Empiyema,
Polimikrobial sepsis dan Multi-organ failure
L. MATERI BAKU
1. Pendahuluan
Trauma esofagus merupakan suatu keadaan dimana terjadinya
suatulesipada esofagus dapat berupa laserasi, ulserasi, perforasi ataupun
ruptur.
21
Modul V.9 - Trauma Esofagus
3. Gambaran klinis:
Nyeri dada dianggap sebagai keluhan utama dari perforasi esofagus
dan ditemukan pada lebih dari 70% pasien dengan perforasi esofagus
intratorak. Nyeri yang timbul bersifat akut dengan onset yang tiba-tiba
menjalar ke punggung atau bahu. Pada 25% pasien, rasa nyeri ini diikuti
oleh muntah dan sesak nafas. Gejala lain yang dapat timbul adalah
disfonia, suara serak, disfagia dan emfisema subkutan. Gejala akut
abdomen atau nyeri epigastrium terjadi pada pasien dengan perforasi di
daerah gastroesofageal junction. Pada perforasi esofagus jarang terjadi
gejala hematemesis dan tanda-tanda perdarahan gastrointestinal lainnya
seperti melena.
Pada pemeriksaan fisikdidapatkan gejala antara lain takikardi ,
takipnea, febris (panas badan lebih dari 38,5̊C). Pada perabaan terdapat
emfisema subkutis dengan krepitasi kulit didaerah leher atau dada serta
pembengkakan leher. Respon inflamasi sistemik biasanya berkembang
dengan cepat setelah perforasi, pada umumnya terjadi dalam waktu 24-48
jam dan adanya mediastinitis bakteri dapat menyebabkan terjadinya
kolap kardiopulmonal dan multi organ failure dalam waktu yang singkat.
4. Pemeriksaan penunjang:
Foto polos torak dengan posisi posteroantrior dan lateral : untuk
melihat adanya tanda perforasi esofagus dengan empisema servikalis,
22
Modul V.9 - Trauma Esofagus
5. Diagnosis
a. Diagnosis berdasarkan
Anamnesis: dimana pada perforasi esofagus dikeluhkan nyeri
hebat daerah leher atau dada, sesak nafas, dan muntah.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan: takikardi, takipnea, febris,
pada perabaan daerah leher atau dada terasa adanya krepitasi,
yang menandakan terjadi empisema kutis
Penunjang: foto polos dada dan esofagografi. Bila diperlukan
dilakukan pemeriksaan CT Scan.
b. Diagnosis banding:
Gejala perforasi esofagus harus dibedakan dengan beberapa kelainan
yang lain diantaranya:
Myokard infark akut, pada sindrom coroner akut ditandai
dengan nyeri dada retrosternal seperti memeras, terbakar atau
bahkan tajam yang menjalar ke leher, bahu, lengan kiri maupun
sudut rahang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya S4
gallop, takikardi, takipnea dan hipotensi. Pada penunjang
radiologis ditemukan edema dan kongesti pulmonal dan pada
pemeriksaan EKG terdapat gelombang T inversi, gelombang Q
patologis dan perubahan gelombang ST.
Perforasi ulkus peptikum, gejala yang muncul berupa nyeri
seperti tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau
punggung. Nyeri biasanya timbul saat perut kosong dan hilang
dengan makan. Selain itu terdapat juga gejala mual, bersendawa,
perut kembung yang hilang timbul dan sering disertai dengan
23
Modul V.9 - Trauma Esofagus
6. Penanganan:
Penanganan perforasi esofagus tergantung dari lokasi, besar
perforasi, dan kelainan esofagus yang terjadi sebelumnya. Perforasi yang
terjadi di daerah esofagus bagian servikal dan disebabkan oleh alat pada
waktu tindakan dan hanya berupa robekan kecil atau laserasi atau
ekskoriasi dapat ditangani secara non operatif. Sedangkan tindakan
drainase pada perforasi esofagus hanya diperlukan bila telah terbentuk
abses di leher dan mediastinum superior. Sebaliknya bila terjadi perforasi
esofagus di daerah torakal atau abdominal maka tindakan operatif sangat
diperlukan karena umumnya perforasi di daerah ini sangat fatal.
Langkah awal adalah secepatnya menetapkan kecurigaan adanya
perforasi esofagus, kemudian mengatasi stabilitas hemodinamik pasien
dengan memasang intra venus line, memberikan oksigen dan melakukan
monitor terhadap kardiopulmonari. Selanjutnya diberikan antibiotika
spektrum luas dan pasien dipuasakan dan dipasang pipa nasogaster untuk
membersihkan isi lambung sehingga mengurangi risiko kontaminasi isi
lambung terhadap perforasi. Pasien biasanya sangat kesakitan dan tidak
nyaman maka dapat diberikan analgetik kuat.
Kemudian dilakukan penilaian terhadap lokasi dan luasnya
perforasi dengan melakukan pemeriksaan penunjang baik berupa foto
polos torak maupun esofagografi. Bila dari hasil pemeriksaan penunjang
menunjukkan contained perforation: perforasi kecil dan ekstravasasi
kontras terbatas pada dinding esofagus serta efek diluar esofagus tidak
berat atau tidak terjadi sepsis, maka dilakukan observasi ketat di ruang
perawatan intensif.Bila dalam 24-48 jam terjadi gejala sistemik yang
berat dan sepsis maka segera dilakukan kosultasi bedah.
Bila dari hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan free perforation:
perforasi besar dan ekstravasasi kontras luas di luar esofagus serta efek
diluar esofagus berat atau terjadi sepsis dengan gejala sistemik yang
berat, maka dilakukan konsultasi ke bagian Bedah.
24
Modul V.9 - Trauma Esofagus
7. Komplikasi
Pada perforasi yang luas atau perforasi kecil dan terbatas dengan
kontaminasi dapat menyebabkan Pneumoni, Mediastinitis, Empiyema,
Polimikrobial sepsis dan Multi-organ failure
8. Prognosis
Sangat bervariasi tergantung dari penyebab dan lokasi perforasi serta
kecepatan penentuan diagnosis dan terapi.
25