You are on page 1of 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan Kala I

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir.

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam

18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin

(Prawirohardjo,2009).

2. Gejala yang dialami pada Kala I

Kala I persalinan mulai ketika telah tercapainya kontraksi uterus

dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk

menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala I

persalinan selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10

cm) sehingga memungkinkan kepala janin lewat. oleh karena itu, kala

I persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks

(Prawirohardjo, 2009).

3. Asuhan Persalinan Kala I

Merupakan asuhan yang dibutuhkan ibu saat proses persalinan.

Asuhan ini bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan


8
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui

berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal

sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada

tingkat yang optimal. Asuhan sayang ibu antara lain memberi

dukungan emosional, mengatur posisi yang nyaman bagi ibu, cukup

asuhan cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk ke

kamar kecil, penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai.

B. Nyeri persalinan

1. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan kondisi perasaan yang tidak menyenangkan.

Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap

orang dalam hal skala atau tingkatannya. Nyeri sangat mengganggu

dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit

manapun. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial (Bare dan Smeltzer, 2001). Nyeri juga didefinisikan sebagai

suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik bersifat

subyektif dan berbeda antara masing-masing individu karena

dipengaruhi faktor psikososial dam kultur dan endorphin seseorang,

sehingga orang tersebut lebih merasakan nyeri (Potter & Perry, 2005).

Nyeri selama proses persalinan pada kala I terjadi karena adanya

kontraksi rahim yang menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks

serta iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal

9
mengalami defisit) akibat kontraksi arteri miometrium. Impuls rasa

nyeri pada tahap pertama persalinan ditransmisi melalui segmen saraf

spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf

simpatik lumbar atas. Saraf- saraf ini berasal dari korpus uterus dan

serviks. Rasa nyeri akibat perubahan serviks dan iskemia rahim

disebut nyeri viscera. Nyeri ini berasal dari baagian bawah abdomen

dan menyebar ke daerah lumbal punggung dan menuju paha. Biasanya

ibu mengalami nyeri ini selama kntraksi dan bebas dari rasa nyeri

pada interval antar kontraksi. (Bobak, Lowdermilk, Jensen, & Perry,

2004)

Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional yang tidak

menyenangkan yang diakibatkan dari kerusakan jaringan potensial

atau aktual (Brunner &Suddarth’s,2001).

2. Teori Nyeri

Nyeri merupakan suatu fenomena yang penuh rahasia. Ada beberapa

teori yang menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Diantaranya :

a. Teori pola (Pattern Theory) adalah nyeri yang terjadi karena efek-

efek kombinasi intensitas stimulus dan jumlah impuls-impuls

pada dorsal ujung dari sum-sum belakang. Tidak termasuk aspek-

aspek fisiologi.

b. Teori pemisahan (specificity theory) Reseptor-reseptor nyeri

tertentu menyalurkan impuls-impuls keseluruh jalur nyeri ke otak.

10
Tidak memperhitungkan aspek-aspek fisiologis dari persepsi dan

respon nyeri.

c. Teori pengendalian gerbang (gate control theory) Impuls-impuls

nyeri dapat dikendalikan oleh mekanisme gerbang pada ujung

dorsal dari sum-sum belakang untuk memungkinkan atau

menahan transmisi. Faktor-faktor gerbang terdiri dari efek

impuls-impuls yang ditransmisi ke serabut-serabut saraf konduksi

cepat atau lamban dan efek-efek impuls dari batang otak dan

korteks.

d. Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor

memulai transmisi implus-implus saraf, sehinggga transmisi

implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik.

Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus-

implus pada serabut-serabut besar yang memblok implus-implus

pada serabut lamban endogen opiate system supersif (Suddarth &

Brunner dalam Smeltzer, 2001)

3. Penyebab Nyeri Persalinan

Menurut Judha (2012), Nyeri persalinan muncul karena:

a. Kontraksi otot rahim

Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta

iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Biasanya ibu

hanya mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas

dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi.

11
b. Regangan otot dasar panggul

Nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Nyeri ini terlokalisir

di daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar anus dan

disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat

penurunan bagian terbawah janin.

c. Episiotomy

Nyeri dirasakan apabila ada tindakan episiotomy, tindakan ini

dilakukan sebelum jalan lahir mengalami laserasi maupun rupture

pada jalan lahir.

d. Kondisi psikologi

Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa

cemas. Takut, cemas dan tegang memicu produksi hormone

prostaglandine sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat

mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.

4. Fisiologi Nyeri Persalinan kala I

Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot

uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan

serviks pada waktu membuka, iskemia pada korpus uteri, dan

peregangan segmen bawah rahim. Selama kala I kontraksi uterus yang

menyebabkan dilatasi serviks dan iskemia uteri. Impuls nyeri

ditransmisikan oleh segmen saraf spinal dan asesoric thoracic bawah

simpatis lumbaris. Nervus ini berasal dari uterus dan serviks.

Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah

12
nyeri visceral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar kearah

lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya nyeri dirasakan

pada saat kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi.

Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi sobek dan sensasi panas

yang disebabkan karena distensi dan laserasi serviks,vagina dan

jaringan perineum. Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan

refleks pada perilaku fisik. Nyeri persalinan memberikan gejala yang

dapat diidentifikasi seperti pada sistem saraf simpatis yang dapat

terjadi mengakibatkan perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan

warna kulit. Ekspresi sikap juga berubah meliputi peningkatan

kecemasan dengan penurunan lapangan persepsi, menangis,

mengerang, tangan mengepal dan menggengam serta otot mudah

teransang (Bobak,at all.2005).

Teori gate control atau pengendalian nyeri yang dikemukakan oleh

Melzack dan Well (1965) mengemukakan bahwa impuls nyeri dapat

diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang

sistem saraf pusat. Mekanisme pertahanan dapatditemukan pada

medula spinalis, talamus, dan sistem limbik yang mengandung

enkefalin yang menghambat tranmisi nyeri (Potter dan Perry, 2005).

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Nyeri Persalinan

Faktor- Faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan yaitu : a) usia

wanita yang sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri

persalinan yang lebih tinggi, b) primipara mengalami nyeri yang lebih

13
besar pada awal persalinan, sedangkan multipara mengalami

peningkatan tingkat nyeri setelah proses persalinan dengan penurunan

cepat pada persalinan Kala II, c) wanita yang mempunyai pelvis kecil,

bayi besar, bayi dengan presentasi abnormal, d) wanita yang

mempunyai riwayat dismenorea dapat mengalami peningkatan

persepsi nyeri, kemungkinan karena produksi kelebihan

prostaglandin,e)kecemasan akan meningkatkan respon individual

terhadap rasa sakit, ketidaksiapan menjalani proses melahirkan,

dukungan dan pendamping persalinan, takut terhadap hal yang tidak

diketahui, pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan

menambah kecemasan, sehingga menimbulkan peningkatan

ransangnosiseptif pada tingkat korteks serebral dan peningkatan

sekresi katekolamin yang juga meningkatkan ransang nosiseptif pada

pelvis karena penurunan aliran darah dan terjadi ketegangan otot,

faktor sosial dan budaya dimana beberapa budaya mengharapkan

stoicisme (sabar dan membiarkannya) sedang budaya yang lainnya

mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan (Walsh, 2007).

6. Klasifikasi Nyeri

Nyeri secara umum terdiri dari nyeri akut dan nyeri kronis. (a) Nyeri

akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang, tidak melebihi 6 bulan, dan ditandai adanya peningkatan

tegangan otot dan cemas, (b) Nyeri kronis merupakan nyeri yang

timbul secara perlahan – lahan biasanya berlangsung dalam waktu

14
cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan meliputi nyeri terminal, sindrom

nyeri kronis dan psikosomatik. Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat

jenis nyeri yang spesifik, di antaranya (a) Nyeri somatic dan visceral

yaitu bersumber dari kulit dan jaringan di bawah

kulit(supervisial)pada otot dantulang. Nyeri somatic dan visceral

berbeda karakteristiknyaterutama kualitas nyeri, lokalisasi, sebab-

sebabnya, dan gejala yang menyertainya, (b) Nyeri menjalar (referrent

pain) di mana nyeri terasa pada daerah lain dari pada yang mendapat

ransang, misalnya pada serangan jantung akan mengeluh nyeri yang

menjalarke bawah lengan kiri sedangkan jaringan yang rusak terjadi

pada miokardium, (c) Nyeri psikogenik yaitu nyeri yang tidak

diketahui secara fisik, biasanya timbul dari pikiran pasien atau

psikologis, (d) Nyeri phantom dari ektremitas yaitu nyeri pada salah

satu ekstremitas yang telah diamputasi, (e) Nyeri neurologis yang

timbul dalam berbagai bentuk, dimana neuralgia adalah nyeri yang

tajam (Bare dan Smeltzer, 2001)

7. Pengukuran Intensitas

Nyeri mendeskripsikan nyeri berbeda antara bidan dan pasien. Skala

deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang

lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale,

VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang

garis. Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri

15
yang tidak tertahankan.Skala penilaian numerik (Numerical Rating

Scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi

kata dengan menggunakan skala 1-10. Skala analog visual (Visual

Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis lurus yang mewakili

intensitas nyeri.

Skala nyeri Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai

berikut :

1) skala intensitas nyeri deskritif

2) Skala identitas nyeri numerik

3) Skala analog visua

16
4) Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,

dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi

17
8. Penatalaksanaan Nyeri

Rasa sakit yang dialami ibu selama proses persalinan sangat bervariasi

tingkatannya. Untuk itu perlu dukungan selama persalinan untuk

mengurangi rasa nyeri selama proses persalinan. Penny Simpkin

(2007) mengatakan cara untuk mengurangi rasa sakit ini ialah :

mengurangi sakit langsung dari sumbernya, memberikan ransangan

alternatif yang kuat, mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan

fisik ibu terhadap rasa sakit. Pendekatan pengurangan rasa nyeri

persalinan dapat dilakukan dengan pendekatan farmakologis dan

nonfarmakologis. Manajemen secara farmakologis adalah dengan

pemberian obat-obatan sedangkan nonfarmakogis tanpa obat-obatan.

Cara farmakologis adalah dengan pemberian obatobatan analgesia

yang bisa disuntikan melalui infus intravena yaitu saraf yang

mengantar nyeri selama persalinan. Tindakan farmakologis masih

menimbulkan pertentangan karena pemberian obat selama persalinan

dapat menembus sawar plasenta, sehingga dapat berefek pada aktifitas

rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat

secara langsung maupun tidak langsung (Kinney, 2002).Manajemen

secara nonfarmakologis sangat penting karena tidak membahayakan

bagi ibu maupun janin. Tidak memperlambat persalinan jika diberikan

kontrol nyeri yang kuat,dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek

obat. Banyak teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri

persalinan Kala I fase aktif. Teknik-teknik tersebut meliputi distraksi,

18
relaksasi, teknik bernapas, terapi musik, hidroterapi, masase,dan pijat

(Henderson & Jones, 2006).

C. Pijat

1. Definisi pijat

Pijat adalah kontak fisik sumber rasa nyaman dan penghibur hati

kapan saja,tetapi lebih khususnya selama kehamilan. Pemijatan bisa

menjadi sarana yang membuat ibu rileks, mendekatkan ibu dengan

suami dan juga berguna pada tahap pertama persalinan untuk

menghilangkan sakit punggung, dan menentramkan, menenangkan

dan menyejukkan si ibu (Stoppard, 2006). Pijatan secara umum akan

membantu menyeimbangkan energi dan mencegah penyakit. Secara

fisiologis, pijatan merangsang dan mengatur tubuh, memperbaiki

aliran darah dan kelenjar getah bening, sehingga oksigen, zat

makanan, dan sisa makanan dibawa secara efektif ke dan jaringan

tubuh anda dan plasenta. Dengan mengendurkan ketegangan dan

membantu menurunkan emosi pijat juga merelaksasi dan

menenangkan saraf, serta membantu menurunkan tekanan darah

(Balaskas, 2005).

Pijat dan sentuhan membantu ibu lebih rileks dan nyaman selama

persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat selama 20

menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa

sakit, karena pijat meransang tubuh melepaskan senyawa endhorpin

yang merupakan pereda sakit alami dan menciptakan perasaan

19
nyaman dan enak. Bagian tubuh ibu yang dapat dipijat adalah kepala,

bahu, perut, kaki, tangan dan punggung dan tungkai. Saat memijat,

pemijat harus memperhatikan respon ibu apakah tekanan yang

diberikan sudah tepat ( Danuatmadja dan Meiliasari, 2004). Gate

control teory dapat diukur untuk efektifitas cara ini. Illustras Gate

control teory bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri ke otak

lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari pada serabut

sentuhan yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersama,

sensasi sentuhan berjalan ke otak menutup pintu gerbang dalam otak.

Dengan adanya pijatan yang mempunyai efek distraksi juga dapat

meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem kontol desenden

dan membuat relaksasi otot.

2. Teknik-teknik pijat dalam persalinan

Pijat dalam persalinan terbagi dalam atas dua teknik, yaitu:

a. Teknik effluerage

Teknik effluerage adalah pemijatan berupa usapan lembut,

panjang, dan tidak terputus-putus. Teknik ini menimbulkan

relaksasi. Dalam persalinan, teknik effluerage dilakukan dengan

menggunakan ujung jari yang ditekan lembut atau ringan tanpa

tekanan kuat dengan tidak melepaskan jari pemijat dari

permukaan kulit. Teknik effluerage dilakukan pada bagian-bagian

tubuh tertentu, seperti :bahu dan punggung.

20
b. Teknik counterpressure

Teknik counterpressure adalah pijatan dengan tekanan kuat

dengan meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tangan

atau juga menggunakan bola tenis yang ditekan di daerah

punggung(Danuatmadja dan Meiliasari, 2004). Tekanan ini dapat

diberikan dengan gerakan lurus atau lingkaran kecil.

Counterpressure dapat mengatasi nyeri tajam dan memberikan

sensasi menyenangkan yang melawan rasa tidak nyaman pada

saat kontraksi ataupun diantara kontraksi. Teknik pijat ini juga

sangat efektif dalam menghilangkan rasa sakit pada punggung,

kaki dan tangan (Lane, 2009).

D. Prosedur Penatalaksanaan Pijat counterpressure

Teknik counterpressure adalah pijatan dengaan tekanan kuat dengan

meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tangan atau juga

menggunakan bola tenis. Tekanan ini dapat diberikan dengan gerakan

lurus atau lingkaran kecil. Teknik pijat ini sangat efektif dalam

menghilangkan rasa sakit pada punggung, kaki dan tangan (Danuatmaja &

Meiliasari, 2004). Teknik counter pressure dilakukan di daerah lumbal

di mana saraf sensorik rahim dan mulut rahim berjalan bersama saraf

simpatis rahim memasuki sumsum tulang belakang melalui saraf toraka

10-11-12 sampai lumbal 1. Dengan begitu impuls rasa sakit ini dapat

diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang

berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan

21
rangsangan sakit tidak dapat diteruskan ke korteks serebral (Mander,

2003).

Pijat ini sangat bermanfaat saat kontraksi menyerang punggung khususnya

bagian bawah dengan tujuan mengurangi nyeri saat terjadinya kontraksi

rahim. Pemijatan pada awal persalinan dilakukan dengan menggunakan

kedua telapak tangan untuk menekan kedua sisi punggung dari bahu

kebawah dengan gerakan berirama naik turun. Pijatan ini dilakukan

dengan lama dan lambat untuk membuat rasa nyaman pada ibu. Seluruh

jari harus menyentuh tubuh sehingga merasakan tegangan pada daerah

tersebut. Pemijatan pada tahap lanjut persalinan yaitu memijat dengan kuat

dipangkal tulang belakang atau gunakan ibu jari dengan lingkaran-

lingkaran disekitar cekungan pantat. Pijatan yang dilakukan pada daerah

punggung dilakukan dengan tekanan untuk melawan kontraksi yang kuat.

Pijat dan sentuhan membantu ibu lebih rileks dan nyaman selama

persalinan.

Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat selama 20 menit setiap

jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit, karena

pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endhorpin yang merupakan

pereda sakit alami dan menciptakan perasaan nyaman dan enak. Bagian

tubuh ibu yang dapat dipijat adalah kepala, bahu, perut, kaki, tangan dan

punggung dan tungkai. Saat memijat, pemijat harus memperhatikan respon

ibu apakah tekanan yang diberikan sudah tepat (Danuatmadja dan

Meiliasari, 2004).

22
Lampiran 1

Teknik Counterpressure

1. pasangan dari wanita melakukan tekanan yang terus-menerus selama

kontraksi pada tulang sakrum wanita dengan pangkal atau kepalan

salah satu telapak tangan (gambar a dan b). Wanita mengatakan

kepada pasangan dimana harus menekan (letak rasa nyeri paling kuat)

dan seberapa keras.

2. Jika perlu, pasangan menempatkan tangan yang satunya di depan

pinggul wanita (di atas spina iliaka anterior superior) untuk membantu

menjaga keseimbangan wanita. Teknik ini dapat dilakukan dengan 2

cara yaitu dengan posisi pasien berdiri dan duduk.

a.

b.

Gambar (a) counterpressure. (b) counterpressure dengan bola tenis.


Sumber : Simkin, P., & Ancheta, R. (2005)

23

You might also like