You are on page 1of 11

BAB V

PETROLEUM ENGINEERING

5.1 Program Petroleum Engineer


Salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh PE adalah membuat program yang
nantinya akan dijalankan oleh fungsi WO/WS. Hal yang perlu diperhatikan dalam
membuat program yaitu: well profile, rate well production, well history apakah pada
sumur tersebut pernah mempunyai masalah produksi atau tidak, dan selanjutnya
dilakukan analisa lebih lanjut seperti sonolog, dynagraph, dan lain – lain. Setelah itu,
program dibuat dan dijalankan menurut sesuai prioritas perusahaan.

5.2 Masalah Produksi


Dalam pengembangan dan produksi lapangan Tanjung perlu diketahui bahwa
lapangan ini termasuk lapangan tua yang diproduksikan dengan bantuan artificial lift
(ESP dan SRP) dan juga terdapat berbagai masalah yang dihadapi. Sehingga
diperlukannya program penanganan yang tepat agar dapat terus mencapai target produksi.
Sebelum mengetahui penanganan yang tepat perlu diketahui bahwa jenis minyak mentah
di Tanjung adalah parafinik yang memiliki karakteristik cepat membeku pada < 39 oC,
tetapi berbeda dengan minyak warukin yang mengandung asphaltic, minyak yang tidak
mudah beku bila suhu < 39 oC.
Adapun masalah yang biasa dihadapi adalah :
1. Scale

Terjadi akibat proses kristalisasi beberapa jenis mineral dalam air, ion
membentuk senyawa tidak larut dalam air serta temperatur yang terus meningkat
yang diikuti dengan p.

Pressure drop dan banyaknya zona air. Masalah ini biasa terjadi pada
lubang perforasi (1-4 ft), tubing (ID dan OD) dan pipeline. Pencegahan terjadinya
scale dapat menggunakan scale inhibitor dan untuk merontokkannya dapat
menggunakan chemical removal atau acid (HCl, KCl dan HF).

2. Parafin Oil

108
109

Terjadi akibat perubahan suhu dari tinggi ke rendah (pressure drop), biasa
terjadi pada tubing, pipeline dan lubang perforasi (1-4 ft). Cara menanggulanginya
dengan menggunakan solvent (xylene, toluene, mutual solvent dan diesel).

3. Sand Problem

Terjadi akibat adanya stress formasi, overburden butiran pasir naik, umur
geologi yang muda dan compressive strength rendah. Biasa terjadi pada tubing,
lubang pemboran (4ft) dan lubang perforasi (1-4 ft).

4. Tight Permeability

Terjadi akibat butiran yang tidak seragam dan susunan butir, biasanya
terjadi pada reservoir. Penanggulangannya menggunakan hydraulic freacturing.

5. Low Pressure

Terjadi akibat diproduksikannya suatu sumur dan natural depletion yang


terus menurun. Biasanya terjadi pada reservoir dan penanggulangannya dengan
EOR(water flooding).
6. Cross Flow

Terjadi akibat produksi dengan sistem comingel dan tekanan pada lapisan
yang lebih bawah lebih rendah sehingga fluida mengalir ke bawah bukan ke
surface melalui pompa, hal ini biasanya terjadi pada reservoir. Cara
penanggulangannya dengan EOR(water flooding) dan memperkecil pwf (lebih
kecil dari pada zona yang memiliki tekanan terkecil).
7. Change Wettability

Terjadi akibat oil yang terus mengalir dari suatu batuan (water wet)
hinggan mencapai SOR (Saturation Oil Ratio) tertentu sehingga tidak dapat
mengalir lagi. Biasanya terjadi di reservoir dan mengatasinya dengan EOR
(surfactant).

5.3 LABORATORIUM
110

Pengujian yang dilakukan di Laboratorium PT. Pertamina EP Asset 5 Tanjung


Field secara rutin meliputi :
1. Water Cut
2. Specific Gravity dan Temperatur Crude Oil
3. Base Sediment & Water
4. Kandungan Chloride
5. Analisa Water Injection

5.3.1 Pengukuran Water Cut


Dalam produksi minyak dan gas bumi sering dilakukan pengukuran water
cut Water cut adalah air yang ikut terproduksi pada saat minyak diproduksikan.
Besar kecilnya watercut berpengaruh dalam treatment dan dapat dihitung dengan
persamaan :

Volume water
WaterCut= x 100
Volume total fluida

5.3.2 Alat dan Bahan


1. Crude oil, sampel T-120
2. Pemanas
3. Tabung Ukur

Gambar 5.1 Sampel CrudeOil


111

Gambar 5.2 Pemisahan Crude Oil

5.3.3 Langkah Percobaan


1. Panaskan Crudeoil sampai mendidih.
2. Pindahkan Crudeoil kedalam tabung ukur untuk mengetahui berapa
volume water dan oil dalam Crudeoil.
3. Aduk Crudeoil sehingga minyak yang menempel pada dinding tabung
tidak mengganggu pembacaan.
4. Lakukan pembacaan batas antara oil dan water.
5. Catat pembacaan.

Gambar 5.3 Pemisahan Minyak dan Air

5.3.4 Hasil Percobaan


Volume total : 770 ml
Volume water : 660 ml
660
WaterCut= x 100
770
WaterCut = 85,7%
112

5.3.5 Pengukuran Specific Gravity dan Temperatur


SpecificGravity didefinisikan sebagai perbandingan antara densitas minyak
dengan densitas air yang diukur pada tekanan dan temperatur yang sama.
ρoil
SG=
ρ water
Dimana:
SG = Specific Gravity Minyak
ρoil = Densitas Minyak
ρwater = Densitas Air

5.3.6 Alat dan Bahan


1. Crudeoil
2. Tabung ukur
3. Hydrometer
4. Termometer
5. Table ASTM 21 & ASTM 23

Gambar 5.4 Hydrometer


113

Gambar 5.5 Termometer

Gambar 5.6 Table ASTM 21


114

Gambar 5.7 Table ASTM 23

5.3.7 Langkah percobaan


1. Tuangkan Crudeoil ke dalam tabung sampai penuh.
2. Masukkan hydrometer 0.7, 0.8 atau 0.9 , pilih yang sesuai sehingga
ketika dimasukan posisi hydrometer mengapung.
3. Baca skala pada hydrometer.
4. Masukkan thermometer, dan baca suhu Crudeoil.

Gambar 5.8 Pengukuran SG dan Temperatur

5.3.8 Hasil percobaan


1. Pembacaan pada hydrometer 0.7 = 0.794
2. Pembacaan pada temperatur = 1700C
3. Cari nilai SG 60/60 F pada tabel ASTM 23, didapat hasil 0.8349
4. Cari nilai density dan API0 pada table ASTM 21, didapat hasil densitas
= 0.8345 dan API0 = 37.98

5.3.9 Pengukuran BS&W


5.3.10 Alat dan Bahan
1. SampelCrudeoil
2. Boiler
3. Campuran Bensin & Solar
4. Tabung Ukur
5. Tabung Centrifuge
6. Centrifuge
115

Gambar 5.9 Centrifuge

5.3.11 Langkah Percobaan


1. Masukan 50 ml campuran bensin & solar ke dalam centrifuge.
2. Kemudian ditambah dengan Crudeoil 50 ml.
3. Masukan ke dalam Centrifuge, Masukkan centrifuge secara
berpasangan, misal 2 atau 4.
4. Putar dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit
5. Ambil sampel, kemudian baca batas antara padatan, water, dan oil.

Gambar 5.10 Centrifuge


116

Gambar 5.11 Hasil Centrifuge

5.3.12 Hasil Percobaan


Hasil dari percobaan kandungan BS&W sebesar 6%

5.3.13 Pengukuran Kandungan Chloride


5.3.14 Alat dan Bahan
1. Air hasil dari WaterCut
2. Tabung reaksi
3. AgNO3
4. K2Cl2O7

Gambar 5.12 AgNO3


117

Gambar 5.13 K2Cl2O7

5.3.14 Langkah Percobaan


1. Masukkan air hasil pengukuran water cut ke dalam tabung reaksi
sebanyak 5 ml.
2. Tambahkan 3 tetes larutan K2Cl2O7 hingga larutan berubah warna
menjadi kuning.
3. Tetesi campuran air antara K2Cl2O7 dan AgNO3 sampai warna larutan
tersebut menjadi merah bata.
4. Baca jumlah AgNO3 yang dipakai dalam percobaan.

Gambar 5.14 Campuran air dengan KCl2O7

5.3.15 Hasil percobaan


Dalam percobaan diperoleh :
Volume AgNO3 = 2.4 ml
35.5 x 1000 x 0.1
Kandungan Cl-= Vol AgNO 3
Volume sample
35.5 x 1000 x 0.1
= 2.4
5 ml
118

= 1704 ppm

5.3.16 Analisa Water Injection


Analisa water injection dilakukan setiap 2 kali dalam satu minggu yaitu
pada hari selasa dan kamis. Salah satu sumur injeksi yang dilakukan analisa water
injection adalah T-71. Pada saat disumur T-71, dilakukan pengambilan sample
water injection dan sand content yang terkandung pada water injection.
Pengambilan sample water injection ditempatkan pada 2 botol yang berbeda yaitu
botol kaca untuk oil content serta botol plastic untuk analisa kimia water
injection. setelah pengambilan sample selesai, sample dibawa ke laboratorium
untuk dilakukan analisa.

Gambar 5.15 Pengambilan Sampel Air Injeksi

Gambar 5.16 Pengukuran Kertas Milipore

You might also like