You are on page 1of 16

Makalah imunologi

Imunofarmakologi

Disusun Oleh :

Robiani 09330027

Dosen Pembimbing

Dra Refdanita, Msi., Apt

Program Studi Farmasi


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Jakarta
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah nya kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Tugas ini disusun sebagai pelengkap
pembelajaran Mata Kuliah Imunologi program study Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Sains Dan Teknologi Nasional.

Kami menyadari tulisan ini masih banyak terdapat kekurangan yang disebabkan
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, sehingga kami sangat mengharapkan masukan,
kritik dan saran dari pembaca sekalian demi perbaikan tulisan ini.

Harapan kami semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya
terutama bagi mahasiswa/mahasiswi F-MIPA Farmasi.

Jakarta, 27 Oktober 2012

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.3 Permasalahan .................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2

1.4 Metode Penulisan .............................................................................................. 2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3

2.1 Anti Inflamasi Non Steroid ............................................................................... 3

2.2 Imunorestorasi................................................................................................... 4

2.3 Terapi Pengganti (replacement) …………………………............................. 4

2.4 Imunostimulan ................................................................................................ 5

2.5 Imunosupresan ................................................................................................. 6

2.6Imunosupresan Dalam Klinik-Transplantasi ..................................................... 6

2.7 Imunonutrien ..................................................................................................... 7

BAB III : PENUTUP .......................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan makin berkembangnya pemahaman mengenai responimun tubuh dalam


menghadapiinfeksi maupun penyakit lain, makinberkembang pula penelitian mengenai komponen yang
dapat mempengaruhirespon imun tersebut. Adanya pengetahuan mengenai bagaimana selberkomunikasi
(berinteraksi) memungkinkan kita untuk mengembangkan caramemanipulasi jalur komunikasi tersebut.1
Bahan-bahan yang dapatmemodulasi sistim imun tubuh dikenal sebagai imunomodulator.Imunomodulator
ini terdiri atas imunostimulator, imunorestorasi, danimunosupresi. Secara klinis imunomodulator digunakan
pada pasien dengangangguan imunitas, antara lain pada kasus keganasan, HIV/AIDS, malnutrisi,alergi, dan
lainlain. Saat ini kita mengenal berbagai bahan yang dinyatakandapat meningkatkan daya tahan
tubuhterhadap penyakit yang disebutsebagai imunostimulator. Bahan-bahan herbal yang digunakan
sebagaiimunostimulator antara lain Morinda citrifolia, Centella asiatica, jamurMaitake, Echinacea dan
Phyllanthus sp. Bahan-bahan tersebut dipercayamemiliki berbagai khasiat yang menguntungkan bagi
kesehatan. EkstrakEchinacea dinyatakan memiliki efek stimulasi sistim imun, antiinflamasi danantiinfeksi,
Phyllanthus sp. dipercaya memiliki efek antivirus, antiinflamasi,analgetik dan masih banyak lagi, sedangkan
jamur Maitake sejak dahulu dipercaya sebagai bahan makanan yang bernilai gizi sangat tinggi dan
dapatmencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit.Selain bahan-bahan herbal di atas, terdapat pula
bahan-bahanimunostimulator lain seperti interferon, lamivudin yang telah diakuikegunaannya dan digunakan
secara luas dalam pengobatan hepatitis B danC, infeksi HIV/AIDS. Sejalan dengan meningkatnya
pengetahuan dankesadaran masyarakat mengenai kesehatan, produksi dan konsumsiberbagai bahan ini juga
meningkat. Saat ini di Indonesia beredar ratusanproduk berbahan herbal baik dari dalam maupun luar negeri.
Produk-produktersebut terdaftarsebagai obat tradisional dan suplemen makanan. WHOmemperkirakan
sekitar 80% penduduk bumi menggunakan obat-obatanherbal tradisional (dari bahan tumbuh-tumbuhan
termasuk jamur) sebagaipengobatan primer sedangkan 20% sisanya, terutama di negara maju,menggunakan
obat yang berasal dari tumbuhan.2 Penggunaan obat-obatanberbahan herbal di Amerika Serikat meningkat
sampai 385% pada periode1990-1997,dengan nilai penjualan mencapai 3,4 milyar dolar.3 Di
Indonesiapenggunaan obat-obatan tradisional sudah dikenal sejak ratusan tahun yanglalu dan makin populer
dengan makin berkembangnya industri obattradisional.
1.2 Permasalahan
 Makin meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenaipentingnya
kesehatan ditambah dengan gencarnya informasi mengenaiberbagai obat herbal yang
dinyatakan dapat meningkatkankesehatan,menyebabkan masyarakat mengkonsumsinya
tanpa benar-benar mengetahui efek dari obatobatan tersebut
 Banyaknya bahan aktif yang terkandung pada masing-masing tanamanyang dinyatakan
memiliki efek imunomodulator menyebabkan kesulitanuntuk menentukan komponen
mana yang benar-benar menimbulkan efektersebut.
 Masih sedikitnya uji klinis yang baik pada manusia mengenai efekfarmakologis dari
obatobat imunomodulator ini.
 Produk yang beredar di pasaran belum mampu menjawab pertanyaandasar, yaitu apakah
efek terapinya lebih baik dibandingkan denganplasebo, apakah penggunaannya aman dan
bagaimana efek terapi dancost effectivenessnya dibandingkan dengan terapi lain
berdasarkan hasilpenelitian dengan metodologi yang baik

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai


imunofarmakologi dan agar penulis maupun pembaca mengerti apa itu imunofarmakologi.
selain itu penulisan makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah
imunologi

1.3 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan untuk penulisan makalah ini berdasarkan pada:

1. Studi kepustakaan tentang imunofarmakologI


2. Kelompok materi dan mengambil literatur yang berhubungan dengan imunologI
3. Kelompok materi mengadakan diskusi kecil.
BAB II

ISI

2.1 Anti Inflamasi Non Steroid

Siklooksigenase adalah enzim yang mengubah menjadi precursor endoperoksid


prostaglandin yang merupakan mediator penting pada inflamasi. Prostaglandin (PG)
mempunyai fungsi fisiologis seperti regulasi resistensi perifer, arus darah ginjal, eliminasi
sodium, sitoproteksi mukosa lambung, meningkatkan arus mucus dan mencegah sekresi
asam, meningkatkan sensitivitas reseptor sakit dan bronkodilatasi.

Aspirin dan AINS non selektif lainnya mencegah isoform cyclooxigenase (COX)
sehingga menurunkan sintesis PG dan tromboksan diseluruh tubuh yang merupakan efek
antiinflamasinya. Perbedaan utama antara efek aspirin dengan AINS lainnya adalah
bahwa aspirin (tidak metabolit aktifnya salisilat) mencegah COX yang irreversible
sedang efek inhibitor AINS lainnya adalah reversible.
2.2 Imunorestorasi

Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan dungsi sstem imun yang
terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun, seperti immunoglobulin
dalam bentuk Immune Serum Globulin (ISG) Hyperimmune Serum Globulin (HSG),
plasma, plasmaferesis, leukoferesis, transplantasi sumsum tulang, hati dan timus.
Immunoglobulin dapat digunakan sebagai imunorestorasi dan imunosupresi.

2.3 terapi Pengganti (replacement)

Immunoglobulin dapat diberikan IV, IM, dan SK bahkan oral. IGIM (Imuno
Globulin Intra Muskular) dan IGSK(imuno Globulin Sub Kutan) tidak boleh diberikan
IV, tetapi IGIV dapat diberikan SK.

a. Immunoglobulin Intra Vena


IGIV diberikan sebagai plasma protein dalam terapi sebagai pengganti protein plasma
pada penderita dengan kemampuan produksi antibody yang menurun atau tidak ada.

Table : Mekanisme dan kegunaan IGIV

Mencegah FcR

Membentuk kompleks imun, selanjutnya berinteraksi dengan FcR pada SD, sehingga dapat mencegah
inflamasi, mengurangi derajat berat penyakit autoimun (sklerosis multiple, miastenia gravis, polineopati
dan inflamasi kronis polineuropati dengan demielinisasi)

Antibody dalam jumlah besar merangsang sistem komplemen pejamu, mempercepat eliminasi semua
antibody, termasuk yang berbahaya

Mencegah reseptor IG pada sel sistem imun (makrofag) sehingga menurunkan kerusakan sel atau regulasi
fagositosis makrofag

Bereaksi dengan sejumlah reseptor membrane sel T, sel B dan monosit yang berperan pada autoreaktivitas
dan menginduksi toleransi terhadap jaringan sendiri

Menurunkan kapasitas sel T, produksi TNF, IL-10 sehingga menurunkan inflamasi SSP
b. Imunoglobulim intramuscular
IGIM merupakan imunoglobulim yang dapat diberikan satu kali seminggu
sehingga memerlukan pemberian infuse di rumah sakit. Reaksi yang tidak diinginkan
terjadi pada 20% penderita.

c. Immunoglobulin subkutan
Immunoglobulin juga dapat diberikan subkutan. IGSK menggunakan larutan 16%
dari immunoglobulin

d. Bahan lain
Bahan – bahan lain yang dapat diberikan sebagai replacement diantaranya :
o Inhibitor CI- esterase untuk defisiensi inhibitor CI-esterase
o α 1-antitripsin untuk defisiensi α1-antitripsan

2.4 Imunostimulan

Imunostimulan atau imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun


dengan menggunakan imunostimulan yaitu bahan yang merangsang sistem imun

Table : bahan imunostimulasi atau imunpotensiasi

A. Biologis B. Sintetik

1. Hormone timus Levamisol

2. Limfokin Isoprinison

3. Interferon MDP

4. Antibody monoclonal BRM

5. Transfer Factor Hidrosiklorin

6. Sel LAK Arginin


7. Asal bakteri Antioksidan

8. Asal jamur Bahan-bahan lain

2.5 Imunosupresan

Imunosupresi adalah suatu cara tindakan untuk mencegah respon imun. Penyakit-
penyakit autoimun memiliki beberapa ciri yang sama yaitu kerusakan jaringan akibat
inflamasi. Obat imunosupresi mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Sitotoksik
b. Antimetabolit
c. Antiproliferatif (azatioprin, mikofenolat mofetil)
d. Antiaktivasi sel T ((Siklosporin-A, Takrolimus, Rapamisi)
e. Steroid (efek Antiinflamasi, imunosupresi)
f. Imunosupresi Lain (D-penisilamin, Preparat emas, sulfasalazin, Colchinin, Dapson)
g. Sitokin
h. Antibodi monoklonal

2.6 Imunosupresan Dalam Klinik - Transplantasi

Strategi dalam praktek klinis dan model eksperimental untuk mencegah atau
memperlambat terjadinya penolakan adalah menggunakan imunosupresan dan
meminimalkan kekuatan reaksi alohgeneik spesifik. Tujuan utama tranplantasi adalah
emnginduksi toleransi spesifik donor, sehingga tandur dapat hidup tanpa imunosupresi
nonspesifik. Imunospesifik mereupakan pendekatan umum dalam usaha mencegah dan
menangani penolkan tandur.
Table : berbagai imunosupresan yang digunakan di klinik

Obat Mekanisme kerja

Sikloporin dan FK-500 Menghentikan produksi sitokin sel T melalui


pencegahan aktivitas factor transkripsi NFAT

Azatioprin Menghentikan proliferasi precursor limfosit

Mikofenolat mofetil Mengentikan proliferasi limfosit dengan mencegah


sintesis nukleotid guanine dalam limfosit

Rapamisin Menghentikan proliferasi limfosit dengan


mencegah sinyal IL-2

Menekan inflamasi dengan mencegah pelepasan


KS
sitokin oleh makrofag.
Antibodi monoklonal anti-CD3
Menurunkan sel T dengan mengikat CD3 dan
memacu fogositosis atau lisis oleh komplemen
(digunakan untuk mengobati penolakan akut)

Mencegah proliferasi sel T dengan menghalangi


Antibodi anti-IL2 R (CD25)
ikatan IL-2 dan menurunkan sel T yang diaktifkan
dan mengekspresikan CD25

CTLA-4-lg Mencegah aktivasi sel T dengan menghalangi


ikatan kostimulator B7 dengan sel T CD8 (dalam
percobaan klinis)
Anti ligan CD40
Mencegah aktivasi makrofag dan endotel dengan
menghalangi ikatan ligan sel T CD40 dengan CD40
(dalam percobaan klinis)
2.7 imunonutrien

Mikronutrein adalah trace mineral dan vitamin yang diperlukan sebagai nutrient
esensial bagi organism. Trans mineral disebut juga sebagai trace element. Asupan vitamin
yang adekuat dan trace element diperlukan sistem imun agar dapat berfungsi efisien.

a. Vitamin (mikronutrein) vitamin antioksidan (C,E) dan trace element seperti selenium,
tembaga (Cu) dan seng (Zn) dapat melindungi jaringan dari kerusakan oleh oksigen
reaktif melalui regulasi factor transkripsi dan produksi sitokin dan PG. pada umumnya
asupan vitamin dan mineral yang inadekuat dapat menurunkan fungsi sistem imun yang
akhirnya menimbulkan prediposisi infeksi dan malnutrisi. Pada umumnya suplementasi
imun dapat mengembalikan status defisiensi sistem imun.
o Vitamin A o Asam Folat
o Vitamin D o Vitamin B12
o Vitamin B6 o Vitamin C dan Vitamin E
Tabel : peran vitamin yang larut dalam air terhadap sistem imun

Peran vitamin pada sistem imun Efek defisiensi dan suplemtasi

Vit B6 Intake adekuat Suplementasi mengembalikan respon imun


Pemberian IV dosis tinggi bermanfaat pada
Mempertahankan respon Th1 pengobatan penderita dengan autoimunitas dan HIV
Suplementasi pada usia lanjut memperbaiki fungsi
sistem imun pada umumnya
Pemberian dosis sangat tinggi dapat menimbulkan
gangguan sitotoksisitas sel NK
Folat Mempertahankan imunitas Defisiensi vitamin B12 menimbulkan perbandingan
nonspesifik (aktivitas sel NK) abnormal tinggi dari CD4+/CD8+, menekan aktifitas
sel NK, yang dapat dikembalikan dengan pemberian
Vit B12 Sebagai imunomodulator pada vitamin B12 per injeksi
imunitas selular (NK, CD8+ dan Mengganggu fungsi leukosit, menurunkan aktivitas
limfosit T) sel NK dan proliferasi limfosit. Kadar vitamin C
rendah pada usia lanjut dapat digunakan sebagai nilai
prediksi terjadinya penyakit dan mortalitas
Vit C Peran dalam antimicrobial dan kardiovaskular
aktivitas sel NK, poliferasi Sulementasi memperbaiki aktivitas anti microbial
limfosit, kemotaksis dan respon dan sel Nk, kemotaksis, proliferasi limfosit dan
DTH respon DTH (Th1)

Tabel : peran vitamin yang larut dalam lemak terhadap sistem imun

Peran dalam sistem imun Efek defisiensi dan suplementasi

Vit A Peran dalam respon antibody dan Suplementasi


selukar, respons anti inflamasi Menurunkan TNF-α: meningkatkan sekresi IL-4, Il-
Th2 5, IL-10 dan respon antibody terhadap vaksin (Th2)
Defisiensi mengganggu imunitas Intake yang berlebihan menekan fungsi sel T dan
nonspesifik (regenerasi sawar kerentanan terhadap pathogen
epitel yang rusak oleh inflamasi)

Vit D Peran dalam proliferasi dan Defisiensi berhubungan dengan kerentanan terhadap
diferensiasi sel infeksi yang meningkat oleh gangguan imunitas
Semua sel sistem imun kecuali nonspesifik dan DTH
sel B mengekspresikan reseptor Suplementasi dengan diet tinggi kalsium mencegah
vit D efek penyakit progresif (menekan respon Th1
Meningkatkan imunitas non meningkatkan respon Th2)
spesifik (diferensiasi monosit
Vit E dan makrofag)
Antioksidan terpenting yang Defisiensi vit E kadang mengganggu fungsi sel T dan
larut dlam lemak, proteksi DTH
terhadap membrane lipid dari Suplementasi pada individu sehat meningkatkan
kerusakan oksidatif. proliferasi sel T, perbaikan CD4+/CD8+ dan stress
Produksi factor supresif imun oksidatif yang menurun
menurun (PGE2 dalam Suplementasi pada usia lanjut memperbaiki fungsi
makrofag) sistem imun pada umumnya
Mengoptimalkan dan Disregulasi respon imun pada usia lanjut disertai
meningkatkan respon imun dengan kerentanan yang meningkat terhadap infeksi
(Th1) dan mungkin keganasan

b. Mineral (mikronutrein)
o Selenium (Se)
o Seng (Zn)
o Tembaga (Cu)
o Besi (Fe)

Tabel : Peranan Vitamin C dan Zn dalam Pertahanan Tubuh

Pertahanan Vitamin C Seng

Sawar kulit dan mukosa Sintesis Kolagen (meningkatkan Poliferasi sel


kekuatan) (mempertahankan tebal)

Neutrofil dan makrofag Memperbaiki motilitas dan


kemotaksis

Meningkatkan membunuh

Perbaikan fagositosis keseluruhan


proliferasi sel induk
limfosit Diferensiasi sel B dan T
Interaksi sel T dan B

Produksi Antibodi
Limfosit B Proliferasi Proliferasi dan respon
yang benar
Limfosit T
Destruksi sel jaringan
terinfeksi dan tumor
Meningkatkan produksi
Interferon

c. Hubungan antara mikronutrein dan kanker


Studi epidemiologi menunjukan hubungan antara proteksi terhadap kanker dan
diet yang mengandung kadar tinggi mikronutrein antioksidan seperti vitamin C, ᵦ-
Karoten, vitamin E, selenium, vitamin A, kalsium, dan folat. Beberapa mikronutrein
diduga lebih berperan dibandingkan mikronutrein tunggal.

Hal yang dapat disimpulkan mengenai mikronutrein adalah bahwa asupan yang in
adekuat dapat menurunkan imunitas yang merupakan factor predisposisi infeksi
malnutrisi. Nutrisi spesifik berpengaruh terhadap respon imun, mengindukasi disregulasi
kordinasi respon imun terhadap infeksi bila ditemukan defisiensi dan persediaan nutrisi
yang berlebih. Defisiensi dapat menajdikan pathogen yang tidak berbahaya menjadi
virulen. Jadi vitamin dan mikroelemen diperlukan pada dosis yang benar untuk fungsi
sistem imun yang optimal. Data yang ada menunjukan bahwa vitamin (A, D, E, B6, B12,
folat dan C), mikronutrein (selenium, Zn, Cu, dan Fe) berperan dalam respon imun,
sedang peran vitamin dan mikronutrein yang lain terhadap sistem imun dewasa ini masih
terbatas. Mikronutrein berdampak terhadap respon imun melalui mekanisme regulatori
diferensiasi precursor sel T menjadi populasi sel Th 1 (profil sitokin proinflamasi) atau
Th2 (profil sitokin anti-inflamasi)
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ada 2 pendekatan utama yang dimungkinkan untuk mengkoreksi kelainan imun,


yaitu imunosupresi dan imunopotensiasi. IGIV dapat digunakan pada penyakit autoimun.
Efeknya adalah mencegah FcR pada fagosit, produksi sitokin, inaktivasi autoantibody
oleh sel B dan menurunkan proliferasi sel T. IGIV digunakan sebagai terapi primer pada
beberapa defisiensi imun primer dan sekunder dan sebagai imunomodulasi.
Kortikosteroid banyak digunakan untuk mencegah penolakan pada transplantasi antara
lain sumsum tulang. Kortikosteroid memiliki efek antiinflamasi paling efektif.
Kegunaannya terbatas oleh efek samping yang ditimbulkannya.

Antibody terhadap sitokin reseptor dan reseptor sitokin larut dapat digunakan
dalam pengobatan spesifik seperti penyakit autoimun. Sejumlah antibody monoclonal
telah dikembangkan untuk mencegah interaksi antara APC, sel T dan sel B. Mikronutrein
adalah trace mineral dan vitamin yang diperlukan sebagai esensial bagi organism.
Defisiensi mikronutrein dapat mengganggu respon imun non spesifik dan spesifik dan
menimbulkan disregulasi keseimbangan respon imun sehingga meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi, morbiditas dan mortalitas. Asupan mikronutrein yang kurang terjadi
pada infeksi, gangguan makanan, perokok dan penyakit tertentu, selama hamil dan
menyusui dan pada usia lanjut.

4.2 Saran

Pada pembuatan makalah imunofarmakologi ini, mungkin banyak terdapat


kesalahan-kesalahan baik dalam penulisan maupun materi yang disampaikan, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
demi untuk perbaikan pembuatan makalah ini jauh lebih baik. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja K. Imunologi Dasar. Ed. 7. Jakarta : penerbit FKUI, 2006

Baratawidjaja K. Imunologi Dasar. Ed. 8. Jakarta : penerbit FKUI, 2010

http//:google.com

You might also like