Professional Documents
Culture Documents
Imunofarmakologi
Disusun Oleh :
Robiani 09330027
Dosen Pembimbing
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah nya kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Tugas ini disusun sebagai pelengkap
pembelajaran Mata Kuliah Imunologi program study Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Sains Dan Teknologi Nasional.
Kami menyadari tulisan ini masih banyak terdapat kekurangan yang disebabkan
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, sehingga kami sangat mengharapkan masukan,
kritik dan saran dari pembaca sekalian demi perbaikan tulisan ini.
Harapan kami semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya
terutama bagi mahasiswa/mahasiswi F-MIPA Farmasi.
penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
2.2 Imunorestorasi................................................................................................... 4
PENDAHULUAN
Metode penulisan yang digunakan untuk penulisan makalah ini berdasarkan pada:
ISI
Aspirin dan AINS non selektif lainnya mencegah isoform cyclooxigenase (COX)
sehingga menurunkan sintesis PG dan tromboksan diseluruh tubuh yang merupakan efek
antiinflamasinya. Perbedaan utama antara efek aspirin dengan AINS lainnya adalah
bahwa aspirin (tidak metabolit aktifnya salisilat) mencegah COX yang irreversible
sedang efek inhibitor AINS lainnya adalah reversible.
2.2 Imunorestorasi
Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan dungsi sstem imun yang
terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun, seperti immunoglobulin
dalam bentuk Immune Serum Globulin (ISG) Hyperimmune Serum Globulin (HSG),
plasma, plasmaferesis, leukoferesis, transplantasi sumsum tulang, hati dan timus.
Immunoglobulin dapat digunakan sebagai imunorestorasi dan imunosupresi.
Immunoglobulin dapat diberikan IV, IM, dan SK bahkan oral. IGIM (Imuno
Globulin Intra Muskular) dan IGSK(imuno Globulin Sub Kutan) tidak boleh diberikan
IV, tetapi IGIV dapat diberikan SK.
Mencegah FcR
Membentuk kompleks imun, selanjutnya berinteraksi dengan FcR pada SD, sehingga dapat mencegah
inflamasi, mengurangi derajat berat penyakit autoimun (sklerosis multiple, miastenia gravis, polineopati
dan inflamasi kronis polineuropati dengan demielinisasi)
Antibody dalam jumlah besar merangsang sistem komplemen pejamu, mempercepat eliminasi semua
antibody, termasuk yang berbahaya
Mencegah reseptor IG pada sel sistem imun (makrofag) sehingga menurunkan kerusakan sel atau regulasi
fagositosis makrofag
Bereaksi dengan sejumlah reseptor membrane sel T, sel B dan monosit yang berperan pada autoreaktivitas
dan menginduksi toleransi terhadap jaringan sendiri
Menurunkan kapasitas sel T, produksi TNF, IL-10 sehingga menurunkan inflamasi SSP
b. Imunoglobulim intramuscular
IGIM merupakan imunoglobulim yang dapat diberikan satu kali seminggu
sehingga memerlukan pemberian infuse di rumah sakit. Reaksi yang tidak diinginkan
terjadi pada 20% penderita.
c. Immunoglobulin subkutan
Immunoglobulin juga dapat diberikan subkutan. IGSK menggunakan larutan 16%
dari immunoglobulin
d. Bahan lain
Bahan – bahan lain yang dapat diberikan sebagai replacement diantaranya :
o Inhibitor CI- esterase untuk defisiensi inhibitor CI-esterase
o α 1-antitripsin untuk defisiensi α1-antitripsan
2.4 Imunostimulan
A. Biologis B. Sintetik
2. Limfokin Isoprinison
3. Interferon MDP
2.5 Imunosupresan
Imunosupresi adalah suatu cara tindakan untuk mencegah respon imun. Penyakit-
penyakit autoimun memiliki beberapa ciri yang sama yaitu kerusakan jaringan akibat
inflamasi. Obat imunosupresi mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Sitotoksik
b. Antimetabolit
c. Antiproliferatif (azatioprin, mikofenolat mofetil)
d. Antiaktivasi sel T ((Siklosporin-A, Takrolimus, Rapamisi)
e. Steroid (efek Antiinflamasi, imunosupresi)
f. Imunosupresi Lain (D-penisilamin, Preparat emas, sulfasalazin, Colchinin, Dapson)
g. Sitokin
h. Antibodi monoklonal
Strategi dalam praktek klinis dan model eksperimental untuk mencegah atau
memperlambat terjadinya penolakan adalah menggunakan imunosupresan dan
meminimalkan kekuatan reaksi alohgeneik spesifik. Tujuan utama tranplantasi adalah
emnginduksi toleransi spesifik donor, sehingga tandur dapat hidup tanpa imunosupresi
nonspesifik. Imunospesifik mereupakan pendekatan umum dalam usaha mencegah dan
menangani penolkan tandur.
Table : berbagai imunosupresan yang digunakan di klinik
Mikronutrein adalah trace mineral dan vitamin yang diperlukan sebagai nutrient
esensial bagi organism. Trans mineral disebut juga sebagai trace element. Asupan vitamin
yang adekuat dan trace element diperlukan sistem imun agar dapat berfungsi efisien.
a. Vitamin (mikronutrein) vitamin antioksidan (C,E) dan trace element seperti selenium,
tembaga (Cu) dan seng (Zn) dapat melindungi jaringan dari kerusakan oleh oksigen
reaktif melalui regulasi factor transkripsi dan produksi sitokin dan PG. pada umumnya
asupan vitamin dan mineral yang inadekuat dapat menurunkan fungsi sistem imun yang
akhirnya menimbulkan prediposisi infeksi dan malnutrisi. Pada umumnya suplementasi
imun dapat mengembalikan status defisiensi sistem imun.
o Vitamin A o Asam Folat
o Vitamin D o Vitamin B12
o Vitamin B6 o Vitamin C dan Vitamin E
Tabel : peran vitamin yang larut dalam air terhadap sistem imun
Tabel : peran vitamin yang larut dalam lemak terhadap sistem imun
Vit D Peran dalam proliferasi dan Defisiensi berhubungan dengan kerentanan terhadap
diferensiasi sel infeksi yang meningkat oleh gangguan imunitas
Semua sel sistem imun kecuali nonspesifik dan DTH
sel B mengekspresikan reseptor Suplementasi dengan diet tinggi kalsium mencegah
vit D efek penyakit progresif (menekan respon Th1
Meningkatkan imunitas non meningkatkan respon Th2)
spesifik (diferensiasi monosit
Vit E dan makrofag)
Antioksidan terpenting yang Defisiensi vit E kadang mengganggu fungsi sel T dan
larut dlam lemak, proteksi DTH
terhadap membrane lipid dari Suplementasi pada individu sehat meningkatkan
kerusakan oksidatif. proliferasi sel T, perbaikan CD4+/CD8+ dan stress
Produksi factor supresif imun oksidatif yang menurun
menurun (PGE2 dalam Suplementasi pada usia lanjut memperbaiki fungsi
makrofag) sistem imun pada umumnya
Mengoptimalkan dan Disregulasi respon imun pada usia lanjut disertai
meningkatkan respon imun dengan kerentanan yang meningkat terhadap infeksi
(Th1) dan mungkin keganasan
b. Mineral (mikronutrein)
o Selenium (Se)
o Seng (Zn)
o Tembaga (Cu)
o Besi (Fe)
Meningkatkan membunuh
Produksi Antibodi
Limfosit B Proliferasi Proliferasi dan respon
yang benar
Limfosit T
Destruksi sel jaringan
terinfeksi dan tumor
Meningkatkan produksi
Interferon
Hal yang dapat disimpulkan mengenai mikronutrein adalah bahwa asupan yang in
adekuat dapat menurunkan imunitas yang merupakan factor predisposisi infeksi
malnutrisi. Nutrisi spesifik berpengaruh terhadap respon imun, mengindukasi disregulasi
kordinasi respon imun terhadap infeksi bila ditemukan defisiensi dan persediaan nutrisi
yang berlebih. Defisiensi dapat menajdikan pathogen yang tidak berbahaya menjadi
virulen. Jadi vitamin dan mikroelemen diperlukan pada dosis yang benar untuk fungsi
sistem imun yang optimal. Data yang ada menunjukan bahwa vitamin (A, D, E, B6, B12,
folat dan C), mikronutrein (selenium, Zn, Cu, dan Fe) berperan dalam respon imun,
sedang peran vitamin dan mikronutrein yang lain terhadap sistem imun dewasa ini masih
terbatas. Mikronutrein berdampak terhadap respon imun melalui mekanisme regulatori
diferensiasi precursor sel T menjadi populasi sel Th 1 (profil sitokin proinflamasi) atau
Th2 (profil sitokin anti-inflamasi)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Antibody terhadap sitokin reseptor dan reseptor sitokin larut dapat digunakan
dalam pengobatan spesifik seperti penyakit autoimun. Sejumlah antibody monoclonal
telah dikembangkan untuk mencegah interaksi antara APC, sel T dan sel B. Mikronutrein
adalah trace mineral dan vitamin yang diperlukan sebagai esensial bagi organism.
Defisiensi mikronutrein dapat mengganggu respon imun non spesifik dan spesifik dan
menimbulkan disregulasi keseimbangan respon imun sehingga meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi, morbiditas dan mortalitas. Asupan mikronutrein yang kurang terjadi
pada infeksi, gangguan makanan, perokok dan penyakit tertentu, selama hamil dan
menyusui dan pada usia lanjut.
4.2 Saran
http//:google.com