You are on page 1of 25

ANTROPOLOGI HUKUM DI INDONESIA

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan

Mata Kuliah Antropologi Hukum

Semester Genap, Tahun Akademik 2018

Di susun oleh Kelompok 5 :

1. Anggi Kurnia (181000027)

2. Ranti Mayang Sari (181000017)

3. Salillah Ladarasih Dwi Restu (181000012)

4. Hazard Imam Pangestu (181000016)

5. Riza Maulana (181000002)

6. Agra Abi (181000011)

7. Igi Adenthera (181000010)

Kelas :A

Dibawah Bimbingan:

Subelo Wiyono

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PASUNDAN

TAHUN AKADEMIK 2018


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh


Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat meyelesaikan makalah yang berjudul
“Antropologi Hukum Di Indonesia”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu
tugas mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Kami berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dalam bidang mata kuliah Antropologi Hukum.
Makalah ini telah Kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu Kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, kami
sebagai manusia biasa, yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik
penulisan maupun tata bahasa, tetapi walaupun demikian kami berusaha sebisa mungkin
menyelesaikan makalah ini meskipun tersusun begitu sederhana. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun pembaca dan
mendapatkan nilai yang baik.
Wassalam’mualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandung, April 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
D. Manfaat ....................................................................................................................................... 3
BAB II..................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 4
A. Antropologi Hukum Di Indonesia............................................................................................... 4
B. Seminar Antropologi Hukum ...................................................................................................... 5
C. Peserta Seminar Dan Makalah .................................................................................................... 6
1. Sarjana Belanda .......................................................................................................................... 6
2. Sarjana Indonesia ........................................................................................................................ 7
D. Antropologi Hukum Di Fakultas Hukum.................................................................................... 7
E. Seminar Antropologi Hukum Lanjutan..................................................................................... 10
F. Rumusan Pengajaran Antropologi Hukum ............................................................................... 11
1. Dasar Pemikiran .................................................................................................................... 12
2. Kedudukan Mata Kuliah Antropologi Hukum ...................................................................... 13
3. Metode Pengajaran dan Pendekatan masalah ....................................................................... 15
4. Tujuan dan Silabus ................................................................................................................ 15
5. Rekomendasi ......................................................................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................................................ 19
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 19
B. Saran ......................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ iv

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik

dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah

istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos

berarti manusia dan logos memiliki arti cerita atau kata.

Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa,

kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk

mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan

berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.

Kajian Antropologi adalah menggali norma-norma dan nilai-nilai dalam

masyarakat. Antropologi Hukum tugasnya adalah memberikan telaah atau

memberikan pemahaman tentang hukum-hukum yang non state law (Non Undang-

Undang). Jadi tugas ilmu antropologi hukum adalah memberikan kajian, memberi

telaah secara mendalam yang kelak akan menjadi sistem kajian refrensi pembuat

Undang-Undang. Ilmu Antropologi Hukum ini akan terlihat pada persidangan-

persidangan atau penyelesaian sengketa yang berlangsung di Pengadilan-pengadilan

hakim yang memiliki wawasan, yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk

memutuskan perkara sengketa, akan menggali sumber-sumber hukum yang hidup dan

berkembang ditengah-tengah masyarakat atau di dalam masyarakat.

Ciri dan pendekatan yang digunakan antropologi hukum dalam mengkaji

hukum ada tiga pendekatan yaitu pendekatan holictic approach, pendekatan legal

1
centralism approach dan pendekatan legal pluralism approach. Yang pertama adalah

menggunakan pendekatan Holistic (menyeluruh), dimana kaitan antara fenomena

hukum dengan aspek kebudayaan secara menyeluruh (POLEKSOSBUDHUAG).

Yang kedua pendekatan secara legal centralism approach, dimana pendekatan ini

secara terpusat. Seperti missal, hokum Negara menjadi hokum yang tertinggi atau

hukum superior daripada system hukum yang lainnya atau disebut hokum inferior

seperti yang diaplikasikan pada system hokum Indonesia dimana ada kajian

pemerintahan terpusat dan pemerintah otonomi daerah. Yang terakhir pendekatan

secara legal pluralism approach, dimana pendekatan hokum dari beberapa atau

berbagai perspektif. Hokum atau perilaku masyarakat dipengaruhi oleh beberapa

system hokum (berlaku dua atau lebih system hukum)1.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Antropologi Hukum Di Indonesia?

2. Bagaimana Dengan Seminar Antropologi Hukum?

3. Siapakah Yang Menjadi Peserta Seminar Dan Makalah?

4. Bagaimana Antropologi Hukum Di Fakultas Hukum?

5. Bagaimana Seminar Antropologi Lanjutan?

6. Bagaimana Rumusan Pengajaran Antropologi Hukum?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui bagaimana Antropologi Hukum di Indonesia.

2. Untuk Mengetahui Seminar Antropologi Hukum.

3. Untuk Mengetahui Siapa Yang Menjadi Peserta Seminar Dan Makalah.

4. Untuk Mengetahui Antropologi Hukum di Fakultas Hukum.

1
Adi Prasetyawan, “Ruang Lingkup Antropologi” https://adikanina1987.wordpress.com/2012/05/14/ruang-
lingkup-antropologi-hukum/

2
5. Untuk Mengetahui Seminar Antropologi Lanjutan.

6. Untuk Mengetahui Rumusan Pengajaran Antropologi Hukum.

D. Manfaat

Agar pembaca lebih mengetahui dan mendalami tentang mata kuliah

Antrologi Hukum, khusunya pada Antropologi di Indonesia. Dan mengetahui tentang

seminar Antropologi Hukum dan siapa saja pesertanya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Antropologi Hukum Di Indonesia

Antropologi hukum sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri masih

muda umurnya. Menurut Willian Twinning ia lahir dari hasil kerja sama antara dua

sarjana Amerika, yaitu Karl Liewellyn seorang sarjana hukum dan sarjana antropologi

E. Adamson Hoebel. Kerja sama mereka dimulai sejak tahun 1933 hingga 1962.

Penelitian lapangan yang dilakukan yang dilakukan adalah terhadap masyarakat

Indian Comanche dan Shoshone (1935-1940), Indian Cheyenne (1941) dan Pueblos

Keresan di New Mexico (1943). Titik perhatian dalam penelitian itu ialah tentang

proses dan teknik penyelesaian dengan menggunakan metode kasus. (W. Twinning,

1973).

Besar kemungkinan ketika penelitian yang dilakukan antara Universitas

Airlanngga dan Universitas Katolik Nijmegen Nederland seebagaimana dilaporkan

oluh Prof. Dr. Moh. Koesno tentang adat di Bali dan Lombok (1971-1973) telah

dibicakan tentang Antropologi Hukum.

Terbit beberapa buku tentang Antropologi Hukum (1984) dan buku

Atropologi dan Hukum karangan Prof.Dr.T.O. ihromi, kemudian karangan

Prof.H.Hilman Hadikusuma, SH, berjudul ‘Antropologi Hukum Indonesia’(1989).

Pada awal tahun 1989 tepatnya pada tanggal 9-12 Januai 1989 dalam rangka

kerja sama hukum Indonesia-Belanda diselenggarakan suatu seminar Antropologi

4
Hukum di bawah naungan Konsorsium Ilmu Hukum Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, bertempat di Auditorium Fakultas Hukum Universitas Indonesia Depok2

B. Seminar Antropologi Hukum

Seminar yang diselenggarakan di Universitas Indonesia pada tanggal 9-12

Januari 1989 dalam rangka kerja sama hukum Indonesia-Belanda itu dibuka oleh

Rektor Universitas Indonesia. Seminar ini telah membuka kesempatan untuk bertemu

dan bertukar pikiran di antara para peminat antropologi hukum, sosiologi hukum, dan

para peminat ilmu sosial lainnya, membicarakan dan memperdalam pengetahuan

mengenai berbagai masalah penelitian dan pengajaran dalam bidang-bidang

pengetahuan hukum dalam hubunganna dengan faktor-faktor sosial budaya.

Peserta yang hadir terutama terdiri dari para sarjana Belanda dan para sarjana

Indonesia yang telah melaksanakan suatu penelitian atau sedang meneliti atau

bermaksud mengadakan penelitian atau mengajar dalam bidang pengkajian yang ada

kaitannya dengan antropologi hukum.

Ada dua hal yang terutama menjadi tujuan seminar, diantaranya yaitu:

1. Untuk memperoleh suatu gambaran yang lebih jelas mengenai antropologi

hukum sebagai suatu sub disiplin yang diminati di indonesia.

2. Memberikan kesempatan untuk bertukar pikiran tentang penelitian-

penelitian yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh para peminat, baik

dari Belanda maupun dari Indonesia.

Tahap pertama dilaksanakan pada hari pertama tanggal 9 Januari 1989,

sedangkan tahap kedua dilaksanakan selama tida hari dari tanggal 10-12 Januari 1989.

Tahap kedua seminar merupakan ‘bengkel kerja’ dimana para senior maupun junior

2
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 157-158

5
mengkomunikasikan latar belakang pemikiran dan penelitiannya dalam bentuk kertas

kerja, catatan-catatan ringkas ataupun gagasan lisannya3.

C. Peserta Seminar Dan Makalah

pemandu utama dalam seminar yang dilaksanakan di UI pada tanggal 9-12

Januari 1989 adalah Prof.Dr.Selo Sumardjan, yang menjadi pembahas adalah

terutama Prof.Dr.Kusnadi Hardjosoemantri dan Prof.Iman Sudiyat,SH dari

Universitas Gajah Mada, Prof. Daud Ali, SH dan Prof Poernadi Poerbatjaraka SH dari

Universitas Indonesia.

Menurut catatan penulis para sarjana Belanda dan Indonesia yang hadir

menyampaikan makalah dan hasil penelitiannya adalah sebagai di bawah ini:

1. Sarjana Belanda

a. Prof.Dr.F.Von Benda-Beckmann, judul makalahnya:

i. From the Law of Primitive Man to The Socio Legal Study of

Complex Societies

ii. The Legal Regulation of Food Security on Ambon

b. Dr. Krebet Von Benda-Beckmann, judul makalahnya:

i. East-West Comparison: Moslim Moluccan Woman and Social

Security Ambon and Netherland A Research Note.

c. Mr.H.L.J. Spiets, judul makalahnya:

i. A Legal Anthropological Research Perspective on Village and

Subak in Bali.

d. Dr.Herman Staats, judul makalahnya:

i. Rights in land in urban and rural contexts

3
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 158-159

6
e. Dr.Fons Strijbosch, judul makalahnya4:

i. Continuity ang Change in the Adat Law of Moluccans in the

Netherlands

2. Sarjana Indonesia

a. Prof. Dr.Koentjaraningrat, judul makalahnya:

i. Antropologi hukum

b. Prof.Dr.Satjipto Rahardjo, judul makalahnya:

i. Hubungan antara Sejarah Hukum dan Antropologi Hukum

c. Prof.Dr.T.O.Ihromi, SH, MA, judul makalahnya:

i. Beberapa catatan mengenai perkembangan Antropologi Hukum

sebagai disiplin akademik di Indonesia.

d. Prof.H.Hilman Hadikusuma, SH, judul makalahnya:

i. Hubungan Antropologi hukum dan hukum adat

Laporan penelitian: Masyarakat dan hukum adat Bali di Kecamatan Seputih

Raman Dati II/ Kabupaten Lampung Tengah5.

D. Antropologi Hukum Di Fakultas Hukum

Sebagaimana diuraikan dalam makalah T.O Ihromi bahwa sebelum seminar

antropologi hukum tersebut diadakan, dalam tahum 1988 di Fakultas Hukum

Universitas Sumatra Utara, sudah juda diadakan seminar tentang antropologi hukum

dalam rangka penutupan latihan Antropologi Hukum ynag dipimpin oleh Dr. Slaats-

Portier, dari Universitas Nijmegen Nederland6.

4
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 159
5
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 160
6
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 164

7
Dalam rangka seminar Jakarta tersebut, untuk mengetahui sejauh mana pada

Fakultas Fakultas-Fakultas Hukum Negeri di seluruh Indonesia yang sudah

mengajarkan Antropologi Hukum, atas prakarsa T.O Ihromi telah dikirimkan

kuisioner kepada Fakultas-Fakultas Hukum Negeri di seluruh Indonesia.

Dari sejumlah kuisioner yang dikirimkan kepada 26 Fakultas Hukum Negeri

di seluruh Indonesia yang kembali ada 12 kuisioner, dan dari 12 kuisioner tersebut

dapat diketahui tentang mata ajaran Antropologi Hukum sebagai berikut:

a. Fakultas-Fakultas Hukum yang belum menyajikan mata ajaran

Antropologi Hukum, dengan hanya menyajikan Antropologi Budaya:

1. Fakultas Hukum Universitas Indonesia

2. Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang

3. Fakultas Universitas Brawijaya, Malang

4. Fakultas Hukum Universitas Mataram, Lombok

5. Fakultas Universitas Tanjungpura, Pontianak

6. Fakultas Hukum Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah

b. Fakultas-Fakultas Hukum yang sudah menyajikan mata ajaran Antropologi

Hukum, dan tetap menyajikan Antropologi Budaya:

1. Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2. Fakltas Hukum Universitas Lampung

3. Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

4. Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar Bali

c. Fakultas-Fakultas Hukum yang sudah menyajikan mata ajaran Antropologi

Hukum dan tidak lagi menyajikan Antropologi budaya:

1. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

8
2. Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung7

Selain dari Fakultas-fakultas Hukum tersebut mata ajaran Antropologi Hukum

sejak tahun 1980 telah diberikan pada Perguruan Tinggi Kepolisian (Akabri), dan

mungkin juga sudah diberikan pada Akademi Hukum Militer.

Pemberian mata ajaran Antropologi Hukum tanpa menyajikan lagi

Antropologi Budaya, tidak berarti Antropologi Budaya hilang sama sekali, namun

hanya diberikan sebagai pendahuluan dalam Antropologi Hukum.

Di Fakultas Hukum UNILA diajarkan Hukum Adat I, Hukum Adat II, Hukum

Adat III, bahkan ada Kapita Selekta Hukum Adat. Kemudian diajarkan pula

Antropologi Hukum sebagai mata ajaran wajib jurusan (Hukum Keperdataan) yang

akan membuat skripsi Hukum Adat dan menjadi mata ajaran pilihan bagi yang lain.

Memberikan mata ajaran Antropologi Hukum pada tingkat semester awal,

masih sulit diikuti para mahasiswa, apalagi ditambah dengan tugas melakukan

penelitian lapangan. Oleh karena pengetahuan mahasiswa masih dangkal dan belum

adanya buku standart untuk itu. Selama ini hanya merupakan tambahan dalam

memberikan Antropologi Budaya, dan pendalamannya pada semester tujuh, yang

dilanjutkan dengan penelitian lapangan, dengan menggunakan buku-buku

Antropologi Hukum dalam bahasa Indonesia yang sudah ada. Menunjuk buku-buku

Antropologi berbahasa asing (inggris), belum mungkin, selain masih lemahnya

penguasaan bahasa asing para mahasiswa dan para tenaga pengajar junior, di daerah-

daerah sulit mendapatkan bukunya.

8
Selanjutkan perlu dikemukakan bahwa pada belakangan ini terdengar suara

sumbang, yang akan meniadakan mata ajaran Antropologi Hukumdan Hukum Adat
7
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 164-165

9
dari kurikulum Fakultas Hukum penulis buku ini tidak sependapat, oleh karena

Fakultas Hukum bukan Fakultas Perundangan, bukan Fakultas Kodifikasi atau

Unifikasi dan bukan Fakultas Budaya Hukum Barat. Modernisasi hukum bukan

berarti menghapus budaya hukum indonesia, hukum nasional bukan hukum jiplakan

hukum barat, tetapi juga bukan hukum primitif, tetapi hukum nasional hendaknya

berdiri tetap di atas landasan budaya hukum Indonesia, lebih-lebih dalam hukum

keluarga9.

E. Seminar Antropologi Hukum Lanjutan

Dengan adanya bantuan dana dari Netherland Council for Cooperation with

Indonesia in Legal Matters dan bantuan lainnya dari berbagai pihak, Fakultas Hukum

Universitas Indonesia dapat menyelenggarakan lagi Seminar Antropologi Hukum

Lanjutan pada tanggal 7-9 Januari 1991. Seminar ini merupakan lanjutan dari seminar

tanggal 9-12 Januari 1989 yang diselenggarakan di tempat yang sama dan oleh panitia

yang sama.

Jika seminar nasional antropologi hukum yang pertama dimaksudkan sebagai

forum kesempatan pertukar pikiran bagi kalangan penekanan ilmu hukum dengan

pendekatan ilmu sosial/ antropologi, untuk membuka kemungkinan diskusi tentang

berbagai hal yang berkaitan dengan pengajaran dna penelitian antropologi hukum,

sosiologi hukum dan hukum adat dan lainnya, maka seminar yang kedua ini

merupakan forum diskusi yang lebih mendalam tentang pendekatan ilmu sosial dalam

penekunan dan pengkajian ilmu hukum dan usaha-usaha pengembangannya sehingga

akan memberikan sumbangan lebih berarti bagi pembangunan hukum dalam rangka

pembangunan nasional.

8
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 165-166
9
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 166

10
10
Peserta seminar di antaranya terdiri dari beberapa sarjana Belanda dan

Indonesia yang hadir dan menyajikan makalah pada seminar 1989, di samping

peserta-peserta baru yang tidak hadir pada seminar awal tersebut.

Dari himpunan makalah yang telah dijilid oleh panitia seminar dapat dicatat

makalah dan pembuatnya sebagai berikut:

i. Satjipto Raharjo, menyajikan:

Pengamatan Terhadap pengembangan Ilmu Hukum Dengan Penerapan

Pendekatan Ilmu Sosial Dan Permasalahannya.

ii. Selo Sumardjan, menyajikan:

Pendekatan Sosiologi Dalam Pengkajian Hukum

iii. H.Abdurrahman, menyajikan:

Antropologi Hukum Sebagai Matakuliah Sisipan

iv. T.O.Ihromi, menyajikan:

Pemikiran-Pemikiran Mengenai Seleksi Bahan Ajaran Antropologi

Hukum Untuk Pengajaran Pada Fakultas Hukum

v. Sutandyo Wignyosoebroto, menyajikan:

Ilmu Hukum Dan Ilmu Sosial (sebuah perbincangan tentang perbedaan

ancangannya dan tentang upaya mengatasi silang selisihnya)11.

F. Rumusan Pengajaran Antropologi Hukum


Di dalam himpunan makalah yang disajikan dalam seminar Antropologi

Hukum di Depok tanggal 7-9 Januari 1991, dilampirkan pula rumusan hasil seminar

pengajaran Antropologi Hukum yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan

pengembangan Hukum-Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran pasa tanggal 5

10
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 166-167
11
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 168-169

11
Agustus 1989 bertempat di ruang Serba Guna Universitas Padjajaran Bandung. Tim

perumus yang terdiri dar12i:

1. Prof.DR.Lili Rasjidi,S.H., LL (Ketua)

2. Prof.DR.T.O.Ihromi, S.H., MA (Anggota)

3. Prof.Soetandyo Wignyosoebroto,S.H.,MPA (Anggota)

4. Syarif Bastaman, S.H (Sekretariat)

Mengemukakan rumusan hasil seminar sebagai berikut:

Perlunya memasukkan matakuliah Antropologi Hukum ke dalam Kurikulum

Fakultas Hukum dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial (Jurusan Antropologi) di

Indonesia13.

1. Dasar Pemikiran

Terdapat hubungan yang erat anatara studi hukum di satu pihak dengan

studi Antropologi di pihak lainnya. Keduanya mengkaji perilah ketertiban

organisasi masyarakat berikut pranata-pranata pengendaliannya yang

sesungguhnya merupakan kajian-kajian yang tergolong sentral, seperti masalah-

masalah struktur, tertib struktur dan fungsionalisasi setiap komponen struktur, aksi

serta perilaku individu pemeran sosial dalam struktur, berikut segala pengendalian

yang dicoba diefektifkan oleh para penguasa di dalam struktur. Keterikatan untuk

melakukan kajian atas hal-hal itulah yang menjadi muara kedua bidang studi ilmu

hukum dan antropologi.

Titik temu antara kedua disiplin ilmu itu, tercermin pada Antropologi

Hukum. Melalui mata ajaran ini ditelaah bagaimana sesungguhnya hukum bekerja

dalam masyarakat., baik masyarakat modern maupun masyarakat transisi. Atau

12
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 169
13
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 169

12
Antropologi memusatkan kajiannya pada perilaku-perilaku dan pranata-pranata

sosial yang bersangkutan dengan masalah ketertiban, pengendalian dan rekayasa

sosial (social engineering)14

Kehadiran mata kuliah Antropologi Hukum pada kurikulum Fakultas

Hukum dan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial (jurusan Antropologi) ini kian dirasa sangat

penting, terutama jika dikaitkan dengan kebutuhan bagi proses pembangunan

bangsa yang menuntut tersedianya tenaga-tenaga terampil dan cendikiawan yang

berwawasan luas, disamping bagi pengembangan kedua cabang ilmu itu sendiri.

Pentingnya Antropologi Hukum bagi mahasiswa Fakultas Hukum

diantaranya adalah agar pembahasan-pembahasan mengenai ilmu hukum lebih

relevan dengan permasalahan yang ada pada realitata sosial, sehingga pengajaran

hukum tidak menjadi sekedar dogmatis dan legistis. Bagi mahasiswa Fakultas

Ilmu-Ilmu Sosial (Jurusan Antropologi), Antropologi Hukum dan memperkaya

wawasan mahasiswa dengan pengetahuan tentangaspek-aspek sosial budaya dan

etnik yang mempengaruhi wujud sistem hukum suatu masyarakat 15.

2. Kedudukan Mata Kuliah Antropologi Hukum

Kedudukan Mata Kuliah Antropologi Hukum dalam Kurikulum Fakultas

Hukum dan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial (Jurusan Antropologi) adalah sebagai

berikut:

a. Sifat Mata Kuliah

Fakultas Hukum

Mata kuliah Antropologi Hukum cenderung ditempatkan sebagai mata

kuliah pilihan atau mata kuliah pembulat studi pada akhir masa perkuliahan

14
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 170
15
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 170-171

13
Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial (Jurusan Antropologi)16

Bagi ilmu sosial (Jurusan Antropologi) sebaiknya ditetapkan mata

kuliah pilihan atau kalau dianggap perlu dapat ditetapkan sebagai mata kuliah

wajib.

b. Bobot Mata Kuliah

Fakultas hukum

Sebagai mata kuliah pilihan atau mata kuliah pembulat studi maka

bobot mata kuliah Atropologi Hukum adalah 2 SKS sehingga setara dengan

Sosiologi Hukum.

Fakultas Ilmu-Ilmu Social (Jurusan Antropologi)

Bobot mata kuliah sebaiknya 2 SKS

c. Waktu Pengajaran

Fakultas Hukum

Sebaiknya diajarkan kepada mahasiswa yang telah terlebih dahulu

mendapatkan mata kuliah penunjang seperti Antropologi Budaya, Pengantar

Ilmu Hukum, Metodologi Penelitian Hukum dan Matakuliah Dasar lainnya

pada Fakultas Hukum. Dengan demikian waktu yang paling tepat adalah

semester 6/7 bersama-sama dengan Sosiologi Hukum. Jika ditetapkan sebagai

mata kuliah pembulat studi, maka waktu pengajaran paling tepat adalah

semester 8/9.

Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial (Jurusan Antropologi)

Pengajaran Antropologi Hukum di jurusan Antropologi, merupakan

pengajaran yang bersifat kekhususan, sehingga mahasiswa diharuskan telh

16
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 171

14
mendapatkan mata kuliah dasar seperti Pengantar Antropologi Budaya,

Pengantar Sosiologi, dan mata kuliah dasar jurusan Antropologi lainnya17.

3. Metode Pengajaran dan Pendekatan masalah

a. Metode Pengajaran Antropologi Hukum sebaiknya merupakan gabungan

antara kegiatan tatap muka di kelas, diskusi, seminar, dan penelitian langsung

pada masyarakat.

b. Untuk efektivitas dianjurkan agar pembagian kelas dilakukan dengan

memperhatikan rasio antara tenaga pengajar dan mahasiswam sehingga suatu

kelas akan diikuti oleh tidak lebih dari 30-40 mahasiswa.

c. Pendekatan masalah (methodological approach)

d. Kajian Antropologi Hukum adalah pendekatan Holistik, sedangkan metode

pengembanganny alazimnya bersifat komparatif (sinkronik ataupun

diakronik). Di samping itu disarankan juga untuk melakukan pendekatan etika.

4. Tujuan dan Silabus

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Dengan diberikannya mata kuliah Antropologi Hukum para mahasiswa

diharapkan:

a. Dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam mengenai kaitan antara

hukum sebagai pedoman yang berlaku dengan aneka aroma lainnya yang juga

menjadi pedoman dalam masyarakat.

b. Mahasiswa memahami secara mendalam latar belakang budaya dari suatu

sistem hukum dalam masyarakat.

c. Mahasiswa memahami bagaimanakah dalam kenyataan mekanisme

pengendalian sosial itu berwujud, atau bagaimankah sesungguhnya

17
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 171-172

15
mekanisme supaya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat termasuk

norma itu nyata berfungsi sebagai pedoman yang berlaku.18

d. Mahasiwa akan mengenal beberapa pendekatan teoritis dalam kajian terhadap

Hukum dari titik tolah Antropologi setelah mereka menelaah bahan-bahan

kepustakaan baik nasional maupun karya penulis asing.

Silabus Perkuliahan:

Maka dengan ini diajukan pula Silabus Perkuliahan yang kiranya dapat

dijadikan pegangan awal dalam pengajarann Antropologi Hukum:

1. Pendahuluan

a. Apakah Antropologi Hukum itu?

b. Manfaat mempelajari Antropologi Hukum.

c. Hubungan Antropologi Hukum dengan Antropologi Budaya.

d. Sejarah Perkembangan Antropologi Hukum.

2. Konsep Hukum dan Konsekuensi Metodologisnya:

a. Berbagai konsep mengenai hukum dalam Antropologi Hukum:

i. Tiga manifestasi hukum

ii. Atribut hukum

iii. Perumusan Hukum Secara lintas budaya (teori Pospisil, Bohannan

dan lainnya)

b. Metode dan Teknik Penelitian Antropologi Hukum

i. Metode normatif atau ideologis

ii. Metode deskriptif

iii. Metode kasus19

18
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 172-173

16
3. Aneka Norma Sosial dalam masyarakat beserta ilustrasinya

a. Hubungan antara aneka norma sosial

b. Mekanisme pengendalian sosial

c. Aneka upaya untuk mencapai ketertiban sosial

d. Konsep ketertiban sosial

e. Masyarakat Indonesia yang secara budaya bersifat plurah (contoh tipe-

tipenya)

4. Kajian terhadap Konflik Sosial dan fungsi Hukum untuk memulihkan

ketertiban sosial

a. Model-mpdel penyelesaian sengketa (selfredress, negosiasi, mediasi,

arbitrasi dan adjudikasi)

b. Taraf kompleksitas Institusi Kekuasaan Pemerintahan dan Penegakan

Hukum

c. Studi kasus

5. Hukum Nasional Dalam Masyarakat Majemuk

a. Pembentukan Hukum Nasional dan masalah-masalahnya

b. Masyarakat majemuk dan pluralisme Hukum.

6. Seminar Hasil Penelitian.

5. Rekomendasi

Dari rumusan hasil seminar tersebut direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:

19
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 173-174

17
a. Perlunya pedoman yang memadai dalam pengajaran Antropologi

Hukum di Indonesia, baik mengenai materi perkuliahan maupun

metode pendekatan.20

b. Agar Konsorsium Ilmu Hukum membantu pembinaan terhadap

pengembangan pengajaran Antropologi Hukum di Fakultas Hukum.

c. Perlunya diadakan pembinaan (misalnya melalui penataran) terhadap

tenaga pengajar muda agar memiliki kemampuan memadai bagi

pencapaian tujuan pengajaran Antropologi Hukum.

d. Perlu diperbanyak pertemuan antara para pengajar mata kuliah

Antropologi Hukum agar dapat terjalin suatu kerja sama yang

harmonis bagi tercapainya pemahaman yang semakin meningkat.21

20
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 174
21
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 175

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Antropologi hukum sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri masih

muda umurnya. Menurut Willian Twinning ia lahir dari hasil kerja sama antara dua

sarjana Amerika, yaitu Karl Liewellyn seorang sarjana hukum dan sarjana antropologi

E. Adamson Hoebel. Kerja sama mereka dimulai sejak tahun 1933 hingga 1962.

Seminar yang diselenggarakan di Universitas Indonesia pada tanggal 9-12

Januari 1989 dalam rangka kerja sama hukum Indonesia-Belanda itu dibuka oleh

Rektor Universitas Indonesia. Ada dua hal yang terutama menjadi tujuan seminar,

diantaranya yaitu:

a. Untuk memperoleh suatu gambaran yang lebih jelas mengenai

antropologi hukum sebagai suatu sub disiplin yang diminati di indonesia.

b. Memberikan kesempatan untuk bertukar pikiran tentang penelitian-

penelitian yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh para peminat, baik

dari Belanda maupun dari Indonesia.

Dalam rangka seminar Jakarta tersebut, untuk mengetahui sejauh mana pada

Fakultas Fakultas-Fakultas Hukum Negeri di seluruh Indonesia yang sudah

mengajarkan Antropologi Hukum.

19
B. Saran

Seharusnya manusia sadar akan peranannya di dalam masyarakat itu,

menghargai nilai-nilai yang dipercaya oleh mayarakat, status sosial seseorang di nilai

dari ke aktifan orang itu di dalam masyarakat. Dan harusnya manusia juga lebih

memperdalam pengetahuannya agar lebih luar dan khusunya memperdalam lagi ilmu

pengetahuan Antropologi Huku.

20
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004,

Bandung.

Internet:

Adi Prasetyawan, “Ruang Lingkup Antropologi”

https://adikanina1987.wordpress.com/2012/05/14/ruang-lingkup-antropologi-hukum/

iv

You might also like