Professional Documents
Culture Documents
Kelas :A
Dibawah Bimbingan:
Subelo Wiyono
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik
dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah
istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos
memberikan pemahaman tentang hukum-hukum yang non state law (Non Undang-
Undang). Jadi tugas ilmu antropologi hukum adalah memberikan kajian, memberi
telaah secara mendalam yang kelak akan menjadi sistem kajian refrensi pembuat
hakim yang memiliki wawasan, yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk
memutuskan perkara sengketa, akan menggali sumber-sumber hukum yang hidup dan
hukum ada tiga pendekatan yaitu pendekatan holictic approach, pendekatan legal
1
centralism approach dan pendekatan legal pluralism approach. Yang pertama adalah
Yang kedua pendekatan secara legal centralism approach, dimana pendekatan ini
secara terpusat. Seperti missal, hokum Negara menjadi hokum yang tertinggi atau
hukum superior daripada system hukum yang lainnya atau disebut hokum inferior
seperti yang diaplikasikan pada system hokum Indonesia dimana ada kajian
secara legal pluralism approach, dimana pendekatan hokum dari beberapa atau
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
Adi Prasetyawan, “Ruang Lingkup Antropologi” https://adikanina1987.wordpress.com/2012/05/14/ruang-
lingkup-antropologi-hukum/
2
5. Untuk Mengetahui Seminar Antropologi Lanjutan.
D. Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
muda umurnya. Menurut Willian Twinning ia lahir dari hasil kerja sama antara dua
sarjana Amerika, yaitu Karl Liewellyn seorang sarjana hukum dan sarjana antropologi
E. Adamson Hoebel. Kerja sama mereka dimulai sejak tahun 1933 hingga 1962.
Indian Comanche dan Shoshone (1935-1940), Indian Cheyenne (1941) dan Pueblos
Keresan di New Mexico (1943). Titik perhatian dalam penelitian itu ialah tentang
proses dan teknik penyelesaian dengan menggunakan metode kasus. (W. Twinning,
1973).
oluh Prof. Dr. Moh. Koesno tentang adat di Bali dan Lombok (1971-1973) telah
Pada awal tahun 1989 tepatnya pada tanggal 9-12 Januai 1989 dalam rangka
4
Hukum di bawah naungan Konsorsium Ilmu Hukum Departemen Pendidikan dan
Januari 1989 dalam rangka kerja sama hukum Indonesia-Belanda itu dibuka oleh
Rektor Universitas Indonesia. Seminar ini telah membuka kesempatan untuk bertemu
dan bertukar pikiran di antara para peminat antropologi hukum, sosiologi hukum, dan
Peserta yang hadir terutama terdiri dari para sarjana Belanda dan para sarjana
Indonesia yang telah melaksanakan suatu penelitian atau sedang meneliti atau
bermaksud mengadakan penelitian atau mengajar dalam bidang pengkajian yang ada
Ada dua hal yang terutama menjadi tujuan seminar, diantaranya yaitu:
penelitian yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh para peminat, baik
sedangkan tahap kedua dilaksanakan selama tida hari dari tanggal 10-12 Januari 1989.
Tahap kedua seminar merupakan ‘bengkel kerja’ dimana para senior maupun junior
2
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 157-158
5
mengkomunikasikan latar belakang pemikiran dan penelitiannya dalam bentuk kertas
Universitas Gajah Mada, Prof. Daud Ali, SH dan Prof Poernadi Poerbatjaraka SH dari
Universitas Indonesia.
Menurut catatan penulis para sarjana Belanda dan Indonesia yang hadir
1. Sarjana Belanda
Complex Societies
Subak in Bali.
3
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 158-159
6
e. Dr.Fons Strijbosch, judul makalahnya4:
Netherlands
2. Sarjana Indonesia
i. Antropologi hukum
Universitas Sumatra Utara, sudah juda diadakan seminar tentang antropologi hukum
dalam rangka penutupan latihan Antropologi Hukum ynag dipimpin oleh Dr. Slaats-
4
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 159
5
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 160
6
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 164
7
Dalam rangka seminar Jakarta tersebut, untuk mengetahui sejauh mana pada
di seluruh Indonesia yang kembali ada 12 kuisioner, dan dari 12 kuisioner tersebut
8
2. Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung7
sejak tahun 1980 telah diberikan pada Perguruan Tinggi Kepolisian (Akabri), dan
Antropologi Budaya, tidak berarti Antropologi Budaya hilang sama sekali, namun
Di Fakultas Hukum UNILA diajarkan Hukum Adat I, Hukum Adat II, Hukum
Adat III, bahkan ada Kapita Selekta Hukum Adat. Kemudian diajarkan pula
Antropologi Hukum sebagai mata ajaran wajib jurusan (Hukum Keperdataan) yang
akan membuat skripsi Hukum Adat dan menjadi mata ajaran pilihan bagi yang lain.
masih sulit diikuti para mahasiswa, apalagi ditambah dengan tugas melakukan
penelitian lapangan. Oleh karena pengetahuan mahasiswa masih dangkal dan belum
adanya buku standart untuk itu. Selama ini hanya merupakan tambahan dalam
Antropologi Hukum dalam bahasa Indonesia yang sudah ada. Menunjuk buku-buku
penguasaan bahasa asing para mahasiswa dan para tenaga pengajar junior, di daerah-
8
Selanjutkan perlu dikemukakan bahwa pada belakangan ini terdengar suara
sumbang, yang akan meniadakan mata ajaran Antropologi Hukumdan Hukum Adat
7
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 164-165
9
dari kurikulum Fakultas Hukum penulis buku ini tidak sependapat, oleh karena
Unifikasi dan bukan Fakultas Budaya Hukum Barat. Modernisasi hukum bukan
berarti menghapus budaya hukum indonesia, hukum nasional bukan hukum jiplakan
hukum barat, tetapi juga bukan hukum primitif, tetapi hukum nasional hendaknya
berdiri tetap di atas landasan budaya hukum Indonesia, lebih-lebih dalam hukum
keluarga9.
Dengan adanya bantuan dana dari Netherland Council for Cooperation with
Indonesia in Legal Matters dan bantuan lainnya dari berbagai pihak, Fakultas Hukum
Lanjutan pada tanggal 7-9 Januari 1991. Seminar ini merupakan lanjutan dari seminar
tanggal 9-12 Januari 1989 yang diselenggarakan di tempat yang sama dan oleh panitia
yang sama.
forum kesempatan pertukar pikiran bagi kalangan penekanan ilmu hukum dengan
berbagai hal yang berkaitan dengan pengajaran dna penelitian antropologi hukum,
sosiologi hukum dan hukum adat dan lainnya, maka seminar yang kedua ini
merupakan forum diskusi yang lebih mendalam tentang pendekatan ilmu sosial dalam
akan memberikan sumbangan lebih berarti bagi pembangunan hukum dalam rangka
pembangunan nasional.
8
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 165-166
9
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 166
10
10
Peserta seminar di antaranya terdiri dari beberapa sarjana Belanda dan
Indonesia yang hadir dan menyajikan makalah pada seminar 1989, di samping
Dari himpunan makalah yang telah dijilid oleh panitia seminar dapat dicatat
Hukum di Depok tanggal 7-9 Januari 1991, dilampirkan pula rumusan hasil seminar
10
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 166-167
11
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 168-169
11
Agustus 1989 bertempat di ruang Serba Guna Universitas Padjajaran Bandung. Tim
Indonesia13.
1. Dasar Pemikiran
Terdapat hubungan yang erat anatara studi hukum di satu pihak dengan
masalah struktur, tertib struktur dan fungsionalisasi setiap komponen struktur, aksi
serta perilaku individu pemeran sosial dalam struktur, berikut segala pengendalian
yang dicoba diefektifkan oleh para penguasa di dalam struktur. Keterikatan untuk
melakukan kajian atas hal-hal itulah yang menjadi muara kedua bidang studi ilmu
Titik temu antara kedua disiplin ilmu itu, tercermin pada Antropologi
Hukum. Melalui mata ajaran ini ditelaah bagaimana sesungguhnya hukum bekerja
12
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 169
13
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 169
12
Antropologi memusatkan kajiannya pada perilaku-perilaku dan pranata-pranata
Hukum dan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial (jurusan Antropologi) ini kian dirasa sangat
berwawasan luas, disamping bagi pengembangan kedua cabang ilmu itu sendiri.
relevan dengan permasalahan yang ada pada realitata sosial, sehingga pengajaran
hukum tidak menjadi sekedar dogmatis dan legistis. Bagi mahasiswa Fakultas
berikut:
Fakultas Hukum
kuliah pilihan atau mata kuliah pembulat studi pada akhir masa perkuliahan
14
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 170
15
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 170-171
13
Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial (Jurusan Antropologi)16
kuliah pilihan atau kalau dianggap perlu dapat ditetapkan sebagai mata kuliah
wajib.
Fakultas hukum
Sebagai mata kuliah pilihan atau mata kuliah pembulat studi maka
bobot mata kuliah Atropologi Hukum adalah 2 SKS sehingga setara dengan
Sosiologi Hukum.
c. Waktu Pengajaran
Fakultas Hukum
pada Fakultas Hukum. Dengan demikian waktu yang paling tepat adalah
mata kuliah pembulat studi, maka waktu pengajaran paling tepat adalah
semester 8/9.
16
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 171
14
mendapatkan mata kuliah dasar seperti Pengantar Antropologi Budaya,
antara kegiatan tatap muka di kelas, diskusi, seminar, dan penelitian langsung
pada masyarakat.
diharapkan:
hukum sebagai pedoman yang berlaku dengan aneka aroma lainnya yang juga
17
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 171-172
15
mekanisme supaya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat termasuk
Silabus Perkuliahan:
Maka dengan ini diajukan pula Silabus Perkuliahan yang kiranya dapat
1. Pendahuluan
dan lainnya)
18
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 172-173
16
3. Aneka Norma Sosial dalam masyarakat beserta ilustrasinya
tipenya)
ketertiban sosial
Hukum
c. Studi kasus
5. Rekomendasi
19
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 173-174
17
a. Perlunya pedoman yang memadai dalam pengajaran Antropologi
metode pendekatan.20
20
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 174
21
Hadikusumah Hilman, Pengantar Antropologi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung. Hlm. 175
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
muda umurnya. Menurut Willian Twinning ia lahir dari hasil kerja sama antara dua
sarjana Amerika, yaitu Karl Liewellyn seorang sarjana hukum dan sarjana antropologi
E. Adamson Hoebel. Kerja sama mereka dimulai sejak tahun 1933 hingga 1962.
Januari 1989 dalam rangka kerja sama hukum Indonesia-Belanda itu dibuka oleh
Rektor Universitas Indonesia. Ada dua hal yang terutama menjadi tujuan seminar,
diantaranya yaitu:
penelitian yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh para peminat, baik
Dalam rangka seminar Jakarta tersebut, untuk mengetahui sejauh mana pada
19
B. Saran
menghargai nilai-nilai yang dipercaya oleh mayarakat, status sosial seseorang di nilai
dari ke aktifan orang itu di dalam masyarakat. Dan harusnya manusia juga lebih
memperdalam pengetahuannya agar lebih luar dan khusunya memperdalam lagi ilmu
20
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Bandung.
Internet:
https://adikanina1987.wordpress.com/2012/05/14/ruang-lingkup-antropologi-hukum/
iv