You are on page 1of 26

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 2
1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Metode Penulisan 3
1.5 Sistematika Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sistem Imun dan Imunolog 4
2.2 Organ Yang Terkait Sistem Imun 4
2.3 Fungsi Sistem Imun 8
2.4 Macam-Macam Sistem Imun 9
2.5 Sel-sel Yang Terlibat Dalam Respons Imun 14
2.6 Sel-sel Sistem Imun Spesifik 18
2.7 Cara Kerja Sistem Imun 22
2.8 Respons Imun 24
2.9 Manfaat Sistem Imun 24
BAB III. RENCANA KEPERAWATAN
3.1 Kesimpulan 25
3.2 Saran 25
2

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM IMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Manusia mempunyai system untuk mempertahankan diri terhadap penyakit yang
dikenal dengan system imunitas atau system kekebalan tubuh. Kondisi system
kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Sekali senyawa beracun hadir dalam
tubuh, maka harus segera dikeluarkan. Dalam tubuh yang sehat terdapat system
kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit juga prima.
Pada bayi yang baru lahir, pembentukan system kekebalan tubuhnya belum
sempurna dan memerlukan ASI yang membawa system kekebalan tubuh sang ibu
untuk membantu daya tahan tubuh sang bayi. Semakin dewasa, sistem kekebalan
tubuh terbentuk sempurna. Namun pada orang lanjut usia, system kekebalan
tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit degenerative atau
penuaan. Pada pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat
dan instan. Hal ini berdampak juga pada pola makan. Sarapan didalam kendaraan,
makan siang serba tergesa, dan malam karena kelelahan tidak nafsu makan. Belum
lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga, dan stres.
Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh akan menurun, lesu, cepat lelah, dan
mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak orang yang masih muda mengidap
penyakit degenerative. Kondisi stress dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak
seimbang, dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan
kecukupan antibody. Gejala menurunnya daya tahan tubuh sering kali terabaikan,
sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia produktif. Pada
kali ini penulis akan membahas mengenai ‘Sistem Imunitas’ yang merupakan
pengetahuan dasar dalam mepelajari anatomi fisiologi tubuh manusia. Agar kita
semua bisa lebih paham dan mengetahui tentang system imunitas tubuh kita sendiri.

1.2. Rumusan masalah


a. Apa definisi dari Sistem Imun dan Imunologi?
b. Apa saja organ yang terkait dengan sistem imun?
3

c. Apa saja fungsi sistem imun?


d. Apa saja jenis-jenis dari system imun?
e. Apa saja sel-sel yang terllibat dalam respons imun?
f. Bagaimana cara kerja dari sistem imun?
g. Bagaimana respon imun?
h. Apa saja manfaat dari Sistem Imun?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk memenuhi tugas dalam mata Kuliah Anatomi Fisiologi
b. Untuk mengetahui apa definisi dari Imunologi dan Sistem Imun
c. Untuk mengetahui apa saja fungsi dari sistem imun
d. Untuk mengetahui jenis-jenis dari sistem imun
e. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja sistem imun terhadap manusia
f. Untuk mengetahui manfaat dari adanya sistem imun

1.4 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini diperoleh dengan study kepustakaan yaitu dengan
mempelajari literatur yang ada, untuk mendapatkan bahan dalam pembuatan
makalah.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dari penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
Bab II : Pembahasan yang dari rumusan masalah yang ada yaitu Definisi Sistem
Imun dan Imunologi , Organ Yang Terkait Sistem Imun, Fungsi Sistem Imun,
Macam-Macam Sistem Imun, Sel-sel Yang Terlibat Dalam Respons Imun, Cara
Kerja Sistem Imun, Respons Imun, Manfaat Sistem Imun.
Bab III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
4

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Sistem Imun dan Imunologi
Sistem imun adalah sistem kompleks yang memberikan respons imun (humoral
dan selular) untuk menghadapi agens asing spesifik seperti bakteri, virus, toksin,
atau zat lain yang oleh tubuh dianggap “bukan bagian diri”. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan
virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya,
jika sistem kekebalan melemah maka kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.
Imunologi berasal dari kata Imunitas yang berarti kekebalan tubuh. Pengertian
Imunologi yaitu cabang ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau kekebalan
tubuh dan reaksi alergi atau sensitivitas terhadap sesuatu. Imunologi juga berarti
ilmu yang mempelajari kemampuan tubuh untuk melawan atau mempertahankan diri
dari serangan patogen atau organisme yang menyebabkan penyakit. Tubuh
memerlukan imunitas atau kekebalan agar tidak mudah terhindar dari serangan
penyakit yang dapat menghabat fungsi organ tubuh.
Salah satu bentuk dari imunitas yaitu adanya antibodi yang dihasilkan oleh sel-sel
leukosit atau sel darah putih. Sel darah putih bekerja dengan cara mengikat dan
kemudian menghancurkan sel-sel patogen atau penyebab penyakit. Imunologi antara
lain mempelajari antigen, antiobodi dan fungsi pertahanan tubuh host yang
diperantarai oleh sel, terutama yg berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit,
mempelajari reaksi biologis hipersensitifitas, alergi dan penolakan benda asing.
peranan fisiologi system imun yang baik dalam keadaan sehat maupun sakit
malfungsi system imun pada gangguan imunologi.
2.2. Organ Yang Terkait Sistem Imun
Berbagai organ sistem kekebalan tubuh bertanggung jawab untuk melindungi tubuh
dari parasit, bakteri, virus, infeksi jamur dan pertumbuhan sel tumor. Sistem
kekebalan tubuh terdiri dari organ sistem kekebalan tubuh, yang pada gilirannya
terdiri dari beberapa sel yang saling bergantung, yang membunuh tumor dan sel-sel
5

parasit, menghancurkan sel-sel virus yang terinfeksi dan menelan bakteri. Organ-
organ sistem kekebalan tubuh membuat sel-sel, yang baik berkontribusi dalam
respon imun, atau bertindak sebagai lokasi untuk fungsi kekebalan tubuh. Organ
utama dalam sistem kekebalan tubuh adalah sumsum tulang, timus, limpa dan
kelenjar getah bening.
2.2.1. Organ Utama (Organ Limfatik Primer)
1) Sumsum tulang.
Sumsum tulang merupakan jaringan limfatik karena memproduksi
limfosit muda yang akan diproses pada timus atau tempat- tempat lainnya
untuk menjadi limfosit T atau limfosit B.Sumsum tulang berada di dalam
bagian rongga interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian
sel darah baru. Ada dua jenis sumsum, yaitu sumsum merah yang
memproduksi sel darah merah, trombosit, dan sebagian besar sel darah
putih; dan sumsum kuning yang menghasilkan sedikit jenis sel darah
putih.
Semua sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia terbentuk pada sumsum
tulang, ditemukan dalam tulang, dengan proses yang disebut
hematopoiesis. Dari proses hematopoiesis, satu sel berdiferensiasi menjadi
berbagai jenis sel, termasuk sel-sel mieloid dalam fagosit dan granulosit,
dan sel-sel limfoid menjadi sel B, sel T, dan sel-sel pembunuh alami.
Begitu mereka telah sepenuhnya dibedakan, limfosit keluar dari sumsum
darah dan melakukan perjalanan ke organ kekebalan tubuh lainnya: sel T
ke timus, dan sel B ke limpa. Di sini, mereka akan menjalani proses
pematangan lebih lanjut. Kemudian, sebagian besar lainnya meninggalkan
sumsum tulang sel-sel dewasa yang berfungsi penuh. Sumsum tulang
bertanggung jawab untuk produksi sel sistem kekebalan yang penting
seperti sel B, granulosit, sel-sel pembunuh alami dan timosit dewasa. Hal
ini juga menghasilkan sel-sel darah merah dan platelet.
6

2) Kelenjar Timus Kelenjar


Timus merupakan suatu jaringan limfatik yang terletak di
sepanjang trakea di rongga dada bagian atas dan paling aktif memproduksi
sejumlah limfosit selama masa kanak-kanak. Fungsi utama dari kelenjar
timus adalah memproses limfosit muda menjadi T limfosit (menghasilkan
sel T matang). Sel-sel yang belum matang diproduksi di sumsum tulang,
bermigrasi dan datang ke timus, di mana proses pematangan berlangsung.
Proses pematangan ini adalah salah satu hal yang luar biasa, karena
memungkinkan hanya sel-sel T menguntungkanlah yang akan dirilis ke
dalam aliran darah. Sedangkan sel T yang membangkitkan respon
autoimun yang merugikan mendapatkan dieliminasi. Proses ini juga dienal
sebagai seleksi thymus. Setelah proses selesai, sel T dewasa sepenuhnya
dan mulai beredar dalam aliran darah. 3. Limpa Limpa adalah organ
sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari sel-T, sel-B, sel-sel pembunuh
alami, makrofag, sel dendritik dan sel darah merah. Limpa terdiri dari 2
bagian, yaitu pulp merah dan pulp putih. Limfosit yang baru dibuat di pulp
putih mula-mula dipindahkan ke pulp merah, lalu mengikuti aliran darah.
Tugas limpa, seperti berkontribusi pada produksi sel, fagositosis,
perlindungan sel darah merah, dan pembangunan kekebalan.
3) Limpa
Limpa bertindak sebagai filter imunologi darah dan menjebak benda asing,
yaitu antigen dari aliran darah yang melewati limpa. Ketika makrofag dan
sel dendritik membawa antigen ke limpa melalui aliran darah, sel-sel B
dalam limpa bisa diaktifkan dan menghasilkan antibodi dalam tingkat
yang besar. Dengan demikian, limpa juga dapat dikenal sebagai pusat
konferensi imunologi. Selain itu, limpa juga membentuk lokasi
kehancuran sel darah merah yang lama. Dalam kedua kasus, limfosit akan
mati jika mereka mengenali antigen diri yang membantu untuk
menghilangkan kemungkinan bahwa sistem akan menghasilkan sel yang
reaktif pada diri sendiri (ketika sistem ini gagal, hasilnya mungkin
penyakit autoimun).
7

a. Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin
pada orang dewasa juga masih mengerjakannya bila sumsum tulang
rusak.
b. Sel darah merah yang sudah rusak dipisahkan dari sirkulasi.
c. Limpa juga menghasilkan limfosit.
d. Diperkirakan juga limpa bertuigas menghancurkan sel darah putih dan
trombosit. Sebagai bagian dari sistema retikulo endoteleal ,limpa juga
terlibat dalam perlindungan terhadap penyakit dan menghasilkan zat-zat
antibodi. 4. Kelenjar Getah Bening Kelenjar getah bening adalah
benjolan kecil jaringan yang putus-putus sepanjang sistem limfatik.
Kelenjar adalah pusat kegiatan dimana limfosit terus beredar dari
jaringan ke kelenjar getah bening dan kembali lagi, melalui aliran darah
dan pembuluh limfatik. Sama seperti cara limpa menyaring darah,
kelenjar getah bening ini, menyaring cairan interstitial yang hadir
antara sel-sel tubuh manusia. Kelenjar getah bening yang terletak di
seluruh sistem limfatik tubuh dan tidak lain hanyalah agregasi jaringan.
Kelenjar getah bening yang terdiri dari sebagian besar sel-B, sel-T,
makrofag dan sel dendritik. Mereka bertindak sebagai filter imunologi
dan menguras getah bening dari sebagian besar jaringan tubuh dan
menyaring antigen hadir di dalamnya, sebelum mengizinkan getah
bening untuk kembali ke sirkulasi. Jika limfosit mengenali antigen,
mereka menjadi aktif. Mereka berhenti beredar di seluruh tubuh dan
sebaliknya, tinggal di kelenjar getah bening dan mulai memperbanyak,
sehingga melepaskan respon imun. Hal ini adalah mengapa kelenjar
getah bening menjadi bengkak dan lembut sebagai akibat dari infeksi.
2.2.2. Organ Lain dari Sistem Imun
1) Adenoid
Adenoids terletak di belakang rongga hidung, di mana bagian dari rongga
hidung memenuhi faring. Adenoids muncul sebagai satu rumpun dari
jaringan spons yang membentuk garis pertahanan pertama dalam tubuh.
Fungsi adenoids adalah untuk menghentikan bakteri dan organisme
8

penyebab infeksi lainnya dari menginfeksi organ tubuh lainnya. Ini terdiri
dari jaringan limfoid terutama yang bertindak sebagai filter dalam tubuh,
dengan menjebak bakteri dan virus. Antibodi yang hadir didalam adenoids
membantu melawan infeksi. Pada anak-anak organ ini sangat bermanfaat,
namun, itu menyusut pada saat anak memasuki remaja dan tidak ada pada
orang dewasa.
2) Amandel atau Tonsil
Merupakan jaringan limfatik yang terdiri dari kumpulan-kumpulan
limposit. Ada dua massa jaringan kelenjar lembut di kedua sisi bagian
belakang mulut. Mereka terlihat pada cermin. Tonsil bukan merupakan
kelenjar karena tidak memiliki pembuluh limfa afferent, oleh sebab itu
tonsil tidak menyaring cairan limfa. Seiring dengan adenoid, amandel juga
membentuk garis pertahanan pertama terhadap infeksi. Tonsil terletak
pada: - Dinding dalam nosopharynx (tonsila pharingea) - Fosa tonsilaris di
samping belakang lidah (tonsil palatina) - Di bawah lidah (tonsila liqualis)
Fungsi utama amandel adalah untuk menjebak bakteri dan virus dari udara
yang dihirup. Limfosit dan antibodi hadir di dalamnya membantu
membunuh bakteri, sehingga memainkan peran penting dalam melindungi
tubuh. Fungsi lainnta adalah untuk memproduksi limfatik dan antibodi
yang kemudian akan masuk ke dalam cairan limfa. Amandel mencapai
kematangan saat remaja.

2.3. Fungsi Sistem Imun


Fungsi sistem imun dalam kehidupan yaitu :
1) Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.
2) Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
3) Kemampuannya untuk mengenali benda-benda asing seperti bakteri, virus,
parasit, jamur, sel kanker, dll. Fungsi ini sangat penting, karena harus bisa
membedakan mana kawan (bakteri yang menguntungkan dan sel tubuh yang
baik) mana lawan (virus, bakteri jahat, jamur, parasit, radikal bebas dan sel-sel
9

yang bermutasi yang bisa menjadi tumor/kanker) dan mana yang orang biasa
(alergen, pemicu alergi) yang harus dibiarkan lewat.
4) Bisa bertindak secara khusus untuk menghadapi serangan benda asing itu
5) Sistem Imun mengingat penyerang-penyerang asing itu (rupa & rumus kimiawi
antibodi yang digunakan untuk mengalahkan mereka yang disimpan didalam
Transfer Factor tubuh) sehingga bisa dengan cepat menolak serangan ulang di
masa depan.
6) Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit dengan menghancurkan dan
menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh.
7) Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.
8) Sasaran utama yaitu bakteri patogen dan virus. Leukosit merupakan sel imun
utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast). Sistem imun yang sehat
adalah sistem imun yang seimbang yang bisa meningkatkan kemampuan tubuh
dalam melawan penyakit.
2.4. Macam-Macam Sistem Imun
Pertahanan lapis pertama: Pertahanan fisik (physical barrier) Ada 2 sistem kekebalan
tubuh yaitu Sistem kekebalan nonspesifik (alami) (innate immune system) dan
Sistem kekebalan spesifik (didapat/buatan/adaptif) (learned/adaptive immune
system) Perbedaan Respon Imun Non-spesifik dan Respon Imun Spesifik Respon
Imun Non- Spesifik Respon Imun Spesifik Natural/Innate/Alamiah
Adaptif/Acquired/Didapat
Pertahanan terdepan = Primer Memori = Sekunder Untuk semua mikroorganisme
Spesifik untuk mikroorganisme yang merangsang Komponen terbentuk sejak lahir
Komponen terbentuk THD Ag Terdiri dari: fisik, mekanik, biokimia, humoral, sel
Terdiri dari humoral, Seluler Sel utama: Fagosit, Sel NK, Sel K Sel utama: Limfosit
Molekul: Lisozim, Komplemen, CRP, IFN Molekul: Antibodi, Sitokin
1) Sistem Kekebalan Non-spesifik (Kekebalan Alamiah)
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau
innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan
hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas
10

alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non
spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.
Kekebalan alami diperoleh ketika sakit; dimana antibodi tetap dalam darah untuk
mencegah serangan lain penyakit yang sama. Jika tubuh terserang suatu penyakit,
misalnya campak, tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan campak.
Dibentuknya antibodi ini menyebabkan tubuh menjadi kebal (imun) terhadap
campak. Kekebalan (imunitas) terhadap suatu penyakit yang dimiliki tubuh tanpa
perlakuan tertentu ini dinamakan kekebalan alami/kekebalan perolehan (aquired
immune). Contoh kekebalan alami yang lain adalah kebalnya bayi terhadap
beberapa penyakit setelah menyusu pada hari pertama. Di dalam air susu ibu
tersebut terkandung kolostrum yang kaya antibodi dan mineral. Kekebalan bayi
ini bertahan beberapa hari sampai beberapa minggu. Bagaimana tubuh dapat
mengingat dan mengenali antigen yang pernah menyerang sebelumnya? Ternyata
ada sel-sel khusus yang bertugas untuk mengingat dan mengenal antigen yang
disebut sel-sel memori. Inilah ciri khas sistem kekebalan tubuh:
pengingatan/pengenalan dan pengkhususan. Pengenalan artinya sel-sel memori
mampu mengingat dan mengenal antigen yang pernah menyerang tubuh.
Sedangkan kekhususan berarti satu antibodi hanya cocok untuk satu antigen
tertentu. Sebagai contoh antibodi cacar hanya cocok untuk antigen cacar dan tidak
cocok untuk antigen lainnya.
Macam- macam Pertahanan Lapis Pertama :
a) Kulit yang utuh menjadi salah satu garis pertahanan pertama karena sifatnya
yang impermeabel terhadap infeksi berbagai organisme.
b) Membran mukosa yang melapisi permukaan bagian dalam tubuh mensekresi
mukus untuk menjebak mikroba dan partikel asing lainnya serta menutup jalur
masuknya ke sel epitel.
c) Faktor mekanik seperti gerak silia, batuk, bersin, aliran air mata, saliva dan urin
juga turut berperan dalam perlindungan. Yang termasuk dalam sistem
kekebalan non-spesifik adalah reaksi inflamasi/peradangan. inflamasi
merupakan respons jaringan terhadap cedera akibat infeksi, pungsi, abrasi,
terbakar, objek asing, atau toksin. Inflamasi meliputi rangkaian peristiwa
11

kompleks yang dapat bersifat akut (jangka pendek) atau kronik. Tanda-tanda
lokal respons inflamasi meliputi kemerahan, panas, pembengkakan, dan nyeri.
Gejala kelima yang kadang terjadi adalah hilangnya fungsi, bergantung luas
area cedera.
Rangkaian peristiwa pada inflamasi:
 Produksi faktor-faktor kimia vasoaktif (histamin, serotonin, derivatif asam
arakidonat, dan kinin) oleh sel rusak di area cedera. Faktor-faktor ini
mengakibatkan: - Vasodilatasi/pelebaran diameter pembuluh darah pada
area yg terinfeksi meningkatkan aliran darah dan menyebaban
RUBOR/kemerahan (eritema), nyeri berdenyut, dan CALOR/panas. -
Peningkatan permeabilitas kapiler & venul yang terinfeksi terhadap protein
meningkat difusi protein & filtrasi air ke interstisial sehingga menyebabkan
bengkak atau edema dan nyeri - Pembatasan area cedera yang terjadi akibat
lepasnya fibrinogen dari plasma ke dalam jaringan. Fibrinogen diubah
menjadi fibrin untuk membentuk bekuan bekuan yang akan mengisolasi
lokasi yang rusak dari jarinan yang masih utuh.
 b) Kemotaksis (gerakan fagosit ke area cedera), terjadi dalam satu jam
setelah permulaan proses inflamasi). - Marginasi adalah perlekatan fagosit
(neutrofil dan monosit) ke dinding endotelial kapilar pada area yang rusak.
- Diapedesis adalah migrasi fagosit melalui dinding kapilar menuju area
cedera. Yang pertama kali sampai di area yang rusak adalah neutrofil;
monosit menyusul ke dalam jaringan dan menjadi makrofag.
 c) Fagositosis agens berbahaya terjadi pada area cedera.
 d) Pemulihan melalui regenerasi jaringan atau pembentukan jaringan parut
merupakan tahap akhir proses inflamasi.
2) Sistem Kekebalan Spesifik (Kekebalan Buatan) Mekanisme pertahanan tubuh
spesifik atau disebut juga komponen adaptif atau imunitas didapat adalah
mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen,
karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan
pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus
kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan
12

terbentuk. Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia


kontak dengan antigen.
Tahap: Deteksi & mengenali benda asing
1. Komunikasi dgn sel lain untuk berespons
2. Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
3. Destruksi atau supresi penginvasi
Sistem kekebalan spesifik ini dapat menghancurkan patogen yang lolos dari
sistem kekebalan non-spesifik. Mencakup:
a. Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivasi sel B dan produksi antibodi yang
beredar di dalam plasma darah dan limfa. Antibodi yang beredar sebagai
respons humoral, bekerja melawan bakteri, virus, dan toksin yang ada di
dalam cairan tubuh. Untuk melawan antigen, limfosit B dengan antibodi
tertentu akan membelah dan berdiferensiasi menjadi dua bagian, yaitu sel
plasma dan sel B memori. Sel plasma dapat memproduksi antibodi dengan
kecepatan ±120.000 molekul/menit, dengan umur sel plasma sekitar 5 hari.
Imunoglobulin (Ig) Ada 5 kelas: 1) Ig M berperan sbg reseptor permukaan
sel B & disekresi pd tahap awal respons sel plasma 2) Ig G Ig terbanyak di
darah, diproduksi jika tubuh berespons thd antigen yg sama Ig M & IgG
berperan jika tjd invasi bakteri & virus serta aktivasi komplemen 3) Ig E
melindungi tubuh dr infeksi parasit & mrp mediator pd reaksi alergi;
melepaskan histamin dari basofil & sel mast 4) Ig A ditemukan pd sekresi
sistem perncernaan, pernapasan, & perkemihan (cth: pd airmata & ASI) 5)
Ig D terdapat pada banyak permukaan sel B; mengenali antigen pd sel B
Untuk dalam bentuk Biokimia :
 lisozim (keringat, ludah, air mata, ASI) untuk menghancurkan dinding
sel kuman gram positif
 Laktoferin & asam neuraminik (ASI) untuk anti bakterial E coli &
staphylococus
 HCl, enzim proteolitik, empedu untuk lingkungan untuk cegah infeksi
bakteri
13

 Laktoferin & transferin (dr makrofag) untuk ikat zat besi


 Lisozim (dr makrofag) untuk hancurkan kuman gram negative
b. Kekebalan Selular Kekebalan selular melibatkan sel-sel yang bereaksi
langsung terhadap sel-sel asing atau jaringan yang terinfeksi. Kekebalan ini
merupakan kekebalan yang ditunjang oleh sel T. Berbeda dengan sel B, sel
T tidak memproduksi molekul antibodi. Kekebalan buatan diberikan
kepada anak-anak dan orang yang berpergian untuk mencegah mereka
terkena penyakit yang serius atau fatal. Suntikan mikroorganisme mati atau
hidup diberikan dan tubuh berespons dengan menghasilkan antibodi.
Dengan cara ini imun aktif dibuat. Kekebalan buatan ini sengaja dibuat
atau ditumbuhkan melalui pemberian vaksin. Vaksin adalah bibit penyakit
(kuman/antigen) yang telah dilemahkan. Proses pemberian vaksin dalam
tubuh disebut vaksinasi. Contohnya jika menginginkan tubuh memproduksi
antibodi tetanus,
maka seseorang disuntik bakteri tetanus yang telah dilemahkan. Vaksin
tetanus yang masuk tersebut akan dianggap tubuh sebagai antigen sehingga
tubuh akan memproduksi antibodi. Akibatnya tubuh menjadi kebal
terhadap tetanus jika suatu saat penyakit tersebut menyerang. Kekebalan
yang dibuat oleh tubuh dengan pemberian vaksin ini dinamakan kekebalan
buatan dan termasuk kekebalan aktif karena tubuh membentuk antibodi
sendiri. Cara lain untuk menumbuhkan kekebalan pada tubuh adalah
dengan menyuntikkan serum. Serum adalah plasma darah yang telah
mengandung antibodi untuk melawan antigen tertentu. Pembuatan serum
dilakukan dengan menyuntik kuda atau kelinci dengan vaksin tertentu.
Setelah tubuh kelinci atau kuda membentuk antibodi, kemudian plasma
darah yang mengandung antibodi diisolasi. Umumnya pemberian serum
dilakukan untuk pengobatan dan bukan pencegahan. Misalnya seseorang
yang digigit ular berbisa ditolong dengan menyuntikkan serum anti bisa
ular. Pemberian serum seperti ini disebut dengan kekebalan pasif karena
tubuh tidak membentuk antibodi sendiri. Semua langkah untuk membuat
tubuh menjadi kebal (imun) baik dengan vaksinasi maupun pemberian
14

serum seperti di atas disebut dengan imunisasi. Dengan memahami sistem


kekebalan di atas, kita tahu ada 2 jenis imunisasi, yaitu imunisasi alamiah
dan imunisasi buatan. Seseorang yang pernah terinfeksi suatu penyakit dan
akhirnya memperoleh kekebalan disebut memperoleh imunisasi alamiah.
Sebaliknya jika memperoleh kekebalan karena pemberian vaksin atau
serum disebut imunisasi buatan (artifisial). Kekebalan karena vaksinasi
biasanya memiliki jangka waktu tertentu, sehingga permberian vaksin
harus diulang lagi setelah beberapa lama. Hal ini dilakukan karena jumlah
antibodi dalam tubuh semakin berkurang sehingga imunitas tubuh juga
menurun. Beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi
antara lain cacar, tuberkulosis, dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio,
tifus, campak, dan demam kuning. Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya
diproduksi dalam skala besar sehingga harganya dapat terjangkau oleh
masyarakat. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein
mikroorganisme.
Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
1) Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan campak.
Vaksin ini terbuat dari mikroorganisme yang telah dilemahkan
2) Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari
mikroorganisme yang telah dimatikan.
3) Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari toksin (racun)
mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.

2.5. Sel-sel Yang Terlibat Dalam Respons Imun


Sel-sel imun non spesifik Sel sistem imun non spesifik bereaksi tanpa memandang
apakah agen pencetus pernah atau belum pernah dijumpai. Reaksinya pun tidak perlu
diaktivasi terlebih dahulu seperti pada sistem imun spesifik. Lebih jauh lagi respon
imun non spesifik merupakan lini pertama pertahanan terhadap berbagai faktor yang
mengancam. Sel-sel yang berperan dalam sistem imun nonspesifik adalah sel fagosit
(fagosit agranulosit dan fagosit garnulosit), sel nol, dan sel mediator.
a. Sel Fagosit Agranulosit (Fagosit mononuclear)
15

1) Sel Monosit Adalah sel yang berasal dan matang di sum-sum tulang dimana
setelah matang akan bermigrasi ke sirkulasi darah dan berfungsi sebagai
fagosit . Persentase sel monosit dalam sel darah putih berkisar 5%. Monosit
bersirkulasi dalam darah hanya selama beberapa jam, kemudian bermigrasi ke
dalam jaringan, dan berkembang menjadi makrofag (macrophage) besar
(pemangsa besar).
2) Sel Makrofag
Makrofag adalah sel darah putih yang berukuran besar yang fungsinya sebagai
sistem imun dengan melakukan fagositosis terhadap bahan-bahan asing atau
bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Proses fagositosis terjadi dengan cara
mengelilingi, kemudian memakan dan menghancurkan antigen tersebut, proses
ini merupakan bagian dari reaksi peradangan. Untuk mengatasi infeksi
terkadang makrofag berinteraksi dengan limfosit. Makrofag dapat mencerna
mikroba, antigen, dan zat-zat asing lainnya. Antigen adalah setiap zat yang bisa
merangsang suatu respon kekebalan; antigen bisa merupakan bakteri, virus,
protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun. Sel-sel ini menjulurkan kaki
semu (psedopodia) yang panjang yang dapat menempel ke polisakarida pada
permukaan mikroba dan menelan mikroba itu, sebelum kemudian dirusak oleh
enzim-enzim di dalam lisosom makrofaga itu. . Makrofag tidak ditemukan di
dalam darah, tetapi terdapat di tempat-tempat strategis, dimana organ tubuh
berhubungan dengan aliran darah atau dunia luar. Beberapa makrofag
bermigrasi ke seluruh tubuh, sementara yang lain tetap tinggal secara permanen
dalam jaringan tertentu, yaitu di dalam paru-paru (makrofaga alveoli), hati (sel-
sel Kupffer), ginjal (sel-sel mesangial), otak (sel-sel mikroglia), jaringan ikat
(histiosit), dan pada limpa, nodus limfa, serta jaringan limfatik.
Mikroorganisme, fragmen mikroba, dan molekul asing yang memasuki darah
menghadapi makrofag ketika mereka terjerat dalam bangun limpa yang mirip
dengan jarring, sementara yang berada dalam cairan jaringan mengalir ke
dalam limfa dan disaring melalui nodus limfa. Namun, beberapa mikroba telah
mengevolusikan mekanisme untuk menghindari perusakan oleh sel fagositik.
Beberapa bakteri mempunyai kapsul bagian luar yang tidak dapat ditempeli
16

makrofaga. Contoh bakteri tersebut adalah Mycobacterium tuberculosis, yang


bersifat resisten terhadap perusakan oleh lisosom dan bahkan dapat
bereproduksi di dalam makrofaga.
b. Sel Fagosit Garnulosit
1) Sel Neutrofil
Neutrofil adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang dapat mencerna
mikroba dan antigen lainnya. Neutrofil memiliki granula yang mengandung
enzim untuk menghancurkan antigen yang makan olehnya. Neutrofil
ditemukan di dalam darah dan dapat masuk ke dalam jaringan dengan adanya
rangsangan khusus. Jumlahnya sekitar 60-70% dari semua sel darah putih
(leukosit). Neutrofil adalah fagosit pertama yang tiba, diikuti oleh monosit
darah, yang berkembang menjadi makrofaga besar dan aktif. Sel-sel yang
dirusak oleh mikroba yang menyerang membebaskan sinyal kimiawi yang
menarik neutrofil dari darah untuk datang. Neutrofil itu akan memasuki
jaringan yang terinfeksi, lalu menelan dan merusak mikroba yang ada disana.
Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama; makrofag memulai suatu
respon kekebalan dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil bergabung
dengannya di daerah yang mengalami gangguan. Jika neutrofil telah tiba,
mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya. Di dalam
neutrofil terdapat enzim lisozim dan laktoferin untuk menghancurkan bakteri
atau benda asing lainnya yang telah difagositosis.Setelah memfagositosis 5-20
bakteri, neutrofil mati dengan melepaskan zat-zat limfokin yang mengaktifasi
makrofag. Biasanya, neutrofil hanya berada dalam sirkulasi kurang dari 48 jam
karena neutrofil cenderung merusak diri sendiri ketika mereka merusak
penyerang asing.
2) Sel Eusinofil
Sama seperti sel fagosit lainnya, sel eosinofil berasal dari sel bakal
myeloid.Ukuran sel ini sedikit lebih besar daripada neutrofil dan berfungsi juga
sebagai fagosit.Eosinofil berjumlah 2-5% dari sel darah putih.Peningkatan
eosinofil di sirkulasi darah dikaitkan dengan keadaan-keada an alergi dan
infeksi parasit internal (contoh, cacing darah atau Schistosoma mansoni).
17

Walaupun kebanyakan parasit terlalu besar untuk dapat difagositosis oleh


eosinofil atau oleh sel fagositik lain, namun eosinofil dapat melekatkan diri
pada parasit melalui molekul permukaan khusus, dan melepaskan bahan-bahan
yang dapat membunuh banyak parasit. Selain itu, eosinofil juga memiliki
kecenderungan khusus untuk berkumpul dalam jaringan yang memiliki reaksi
alergi.Kecendrungan ini disebabkan oleh faktor kemotaktik yang dilepaskan
oleh sel mast dan basofil yang menyebabkan eosinofil bermigrasi kearah
jaringan yang meradang. Sel fagosit terutama makrofag dan neutrofil; memiliki
peran besar dalam proses peradangan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut sel
fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun spesifik lainnya.
c. Sel Nol Sel Natural Killer (Sel NK)
Merupakan golongan limfosit tapi tidak mengandung petanda seperti pada
permukaan sel B dan sel T. Oleh karena itu disebut sel nol. Sel ini beredar dalam
pembuluh darah sebagai limfosit besar yang khusus, memiliki granular spesifik
yang memiliki kemampuan mengenal dan membunuh sel abnormal, seperi sel
tumor dan sel yang terinfeksi oleh virus. Sel NK berperan penting dalam imunitas
nonspesifik pada patogen intraseluler. Sel jenis khusus mirip limfosit yang
diproduksi di dalam sumsum tulang ini juga tersedia di limpa, nodus limfa, dan
timus dan merupakan 10% – 20% bagian dari limfosit perifer. Bentuknya lebih
besar dari limfosit B dan limfosit T.
d. Sel Mediator
Sel yang termasuk sel mediator adalah sel basofil, sel mast, dan trombosit.Sel
tersebut disebut sebagai mediator dikarenakan melepaskan berbagai mediator
yang berperan dalam sistem imun.
1) Sel basofil dan sel mast
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya dan diduga juga
dapat berfungsi sebagai fagosit. Sel basofil secara struktural dan fungsional
mirip dengan sel mast, yang tidak pernah beredar dalam darah tapi tersebar di
jaringan ikat di seluruh tubuh . Awalnya sel basofil dianggap berubah menjadi
sel mast dengan bermigrasi dari sistem sirkulasi, tapi para peneliti
membuktikan bahwa basofil berasal dari sumsum tulang sedangkan sel mast
18

berasal dari sel prekursor yang terletak di jaringan ikat. Ada dua macam sel
mast yaitu terbanyak sel mast jaringan dan sel mast mukosa.Yang pertama
ditemukan di sekitar pembuluh darah dan mengandung sejumlah heparin dan
histamine. Sel mast yang kedua ditemukan di saluran cerna dan napas.
Proliferasinya dipacu IL-3 dan IL-4 dan ditingkatkan pada infeksi parasit. Baik
sel basofil maupun sel mast memiliki reseptor untuk IgE dan karenanya dapat
diaktifkan ole h alergen spesifik yang berkaitan dengan antibodi IgE.
Kemudian bila terdapat alergen spesifik berikutnya yang bereaksi dengan
antibodi, maka perlekatan keduanya menyebabkan sel mast atau basofil rupture
dan melepaskan banyak sekali histamin, bradikinin, serotonin, heparin,
substansi anafilaksis yang bereaksi lambat, dan sejumlah enzim
lisosomal.Bahan-bahan inilah yang menyebabkan manifestasi alergi.Selain itu
keduanya pun dapat membentuk dan menyimpan heparin dan histamin.
2) Trombosit
Trombosit adalah fragmen sel yang berasal dari megakariosit besar di sumsum
tulang belakang. Trombosit berperan dalam pembatasan daerah yang
meradang, dimana apabila terpajan ke tromboplastin jaringan di jaringan yang
cedera maka fibrinogen, yang telah diaktifkan melalui proses berjenjang yang
melibatkan pengaktifan suksesif faktor-faktor pembekuan, diubah menjadi
fibrin. Fibrin inilah yang membentuk bekuan cairan interstitiumdi ruang-ruang
di sekitar bakteri dan sel yang rusak.
2.6. Sel-sel Sistem Imun Spesifik
a. Sel Limfosit
Limfosit adalah sel utama dari sistem kekebalan tubuh, dan bertanggung jawab
atas keragaman, spesifisitas dan penciptaan memori. Semua limfosit dibentuk di
sumsum tulang, tetapi mereka mengalami penuaan di dua tempat yang berbeda.
Limfosit yang mengalami penuaan di sumsum tulang disebut limfosit B atau sel
B. Limfosit ini membuat zat antibodi yang beredar melalui darah dan cairan tubuh
lain. Limfosit T atau sel T mengalami penuaan di timus. Limfosit T yang disebut
sitotoksik (sel beracun) atau limfosit T pembunuh. Sel T secara langsung dapat
membinasakn sel-sel yang mempunyai antigen spesifik pada bagian
19

permukaannya yang sudah dkenali oleh sel T sebelumnya. Limfosit sel T


penolong mengontrol kekuatan dan kualitas dari semua respon imun. Sel-sel
limfosit dewasa secara konstan bergerak sepanjang darah meuju kelenjar getah
bening dan kembali ke darah lagi untuk memonitor tubuh terhadap substansi-
substansi penyerbu secara terus-menerus. Limfosit memiliki ukuran yang relatif
lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Neutrofil berumur tidak lebih dari 7-
10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun bahkan sampai berpuluh-
puluh tahun. Sel T, Sel-sel ini diproduksi di sumsum tulang, tetapi berkembang
dan matang pada timus. Atas dasar molekul khusus hadir di permukaan mereka.
Sel T memproduksi zat aktif secara imunologis yang disebut limfokin. Subtipe
limfosit T berfungsi untuk membantu limfosit B merespons antigen, membunuh
sel-sel asing tertentu, dan mengatur respons imun. Sel T juga menunjukkan
spesifitas antigen dan akan berpoliferasi jika ada antigen, tapi sel ini tidak
memproduksi antibodi. Penanda Permukaan: mempunyai resptor sel yang dapat
dibedakan dengan yang lain. a) Macam-macam sel T o T11 = Penanda bahwa sel
T sudah matang o T 4 dan T8 = T4 berfungsi sebagai pengenalan molekul kelas II
MHC dan T8 dalam pengenalankelas I MHC o T3 = resptor yang diperlukan
untuk perangsangan sel T o TcT (Terminal deoxyribonuckleotidyl Transferase) =
enzim yang diperlukan untuk menemukan pre T cell o Penanda Cluster
Differentiation (CD) = berperan dalam meneruskan sinyal aktivasi yang datang
dari luar sel ke dalam sel (bila ada interaksi antara antigen molekul MHC dan
reseptor sel T) o Penanda fungsional = Mitogen dan lectin merupakan alamiah
yang berkemampuan mengikat dan merangsang banyak klon limfoid untuk
proliferasi dan diferensiasi.
1) Karakteristik Sel T
 Sel T tidak mengeluarkan antibodi. Sel –sel ini harus berkontak langsung
dengan sasaran suatu proses yang dikenal sebagai immunitas yang
diperantarai oleh sel (cell- mediated immunity, imunitas seluler).
 Bersifat klonal dan sangat spesifik antigen. Di membran plasmanya, setiap
Sel T memiliki protein-protein reseptor unik.
20

 Sel T diaktifkan oleh antigen asing apabila antigen tersebut disajikan di


permukaan suatu sel yang juga membawa penanda identitas individu yang
bersangkutan, yaitu, baik antigen asing maupun antigen diri harus terdapat
di permukaan sel sebelum sel T dapat mengikuti keduanya.
 Tidak semua turunan sel T yang teraktivasi menjadi sel T efektor.
Sebagian kecil tetap dorman, berfungsi sebagai cadangan sel T pengingat
yang siap merespon secara lebih cepat dan kuat apabila antigen asing
tersebut muncul kembali di sel tubuh.
 Selama pematangan di timus, sel T mengenal antigen asing dalam
kombinasi dengan antigen jaringan individu itu sendiri, suatu pelajaran
yang diwariskan ke semua turunan sel T berikutnya.
 Diperlukan waktu beberapa hari setelah pajanan antigen tertentu sebelum
sel T teraktivasi besiap untuk melancarkan serangan imun seluler.
2) Subpopulasi sel T
Ketika sel T terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari sel klon sel T
komplementer berproliferisai dan berdiferensiasi selama beberapa hari,
menghasilkan sejumlah besar sel T teraktivasi yang melaksanakan berbagai
respons imunitas seluler.Terdapat tiga subpopulasi sel T, tergantung pada peran
mereka setelah diaktifkan oleh antigen.
a) Sel Tc (cytotocic/Pembunuh) Sel T yang mengenali dan menghancurkan sel
yang memperlihatkan antigen asing pada permukaannya, misalnya sel tubuh
yang dimasuki oleh virus, sel kanker, dan sel cangkokan. Sel T sitotoksik
meninggalkan jaringan limfoid dn bermigrasi menuju lokasi sel targetnya. Di
sini sel mengikat sel target dan menghancurkannya. Karena reseptor sel T pada
sel T sitotoksik mengenali antigen asing sel target hanya jika sel T juga
mengenali antigen yang dikodekan MHC permukaan sel normalnya, maka
fungsi sel T sitotoksik disebut sebagai MHC terestriksi.
b) Sel Th (helper/Pembantu) Sel ini tidak berperan langsung dalam pembunuhan
sel. Sel ini mengenali MHC kelas II yang ada dalam sel B dan makrofag, dan
harus ‘melihat’ antigen tersebut teraktivasi. Setelah aktivasi oleh makrofag
pembawa antigen, sel T berperan menolong sel B dalam memproduksi
21

antibodi, memperkuat aktivitas sel T sitotoksik dan sel T penekan (supresor)


yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag.
c) Sel Ts (supperssor) Sel T yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas
sel T sitotoksik dan penolong. Sebagian besar dari milyaran Sel T diperkirakan
tergolong dalam subpopulasi penolong dan penekan, yang tidak secara
langsung ikut serta dalam destruksi patogen secara imunologik. Kedua
subpopulasi tersebut disebut sel T regulatorik, karena mereka memodulasi
aktivitas sel B dan Sel T sitotoksik serta aktivitas mereka sendiri dan aktivitas
makrofag.
d) Sel Tdh (delayed hypersensitivity) Merupakan sel yang berperan pada
pengerahan makrofag dan sel inflamasi lainnya ketempat terjadinya reaksi
hipersensitivitas tipe lambat. Dalam fungsinya, sel Tdh sebenarnya menyerupai
sel Th.
e) Limfokin Dalam biakan sel limfosit T dapat ditemukan berbagai bahan yang
mempunyai efek biologis. Bahan-bahan tersebut disebut limfokin dan dilepas
sel T yang disensitisasi. Limfokin adalah suatu jenis zat yang diproduksi oleh
sel T yang berfungsi untuk memodifikasi respons imun. Beberapa jenis
limfokin yaitu: interleukin, interferon, factor supresor, factor penolong , dan
sebagainya.
b. Sel B
Sel B merupakan sel yang berproliferasi untuk merespons antigen tertentu dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mampu membentuk dan melepan antibody
atas pengaruh sel T. Jumlah sel B adalah 5-15 % dari jumlah seluruh limfosit dalam
sirkulasi. Sel-sel ini berkembang dan matang dalam sumsum tulang dan bertanggung
jawab untuk sintesis protein yang disebut antibodi. Mereka didefinisikan sebagai
protein khusus yang secara khusus mengenali dan mengikat antigen tertentu.
Fungsi utamanya ialah memproduksi antibodi. Macam-macam antibodi yang
dihasilkan antara lain:
 Ig G : berjumlah 75% dari seluruh Imunoglobin, terdapat dalam jaringan &
serum (darah, cairan SSP)ม mengaktifkan sistem komplemen sehingga berperan
dalam imunitas selularม Ig G dapat menembus plasenta masuk k fetus
22

 Ig A: berjumlah 15% dari seluruh Imunoglobin, terdapat dalam cairan tubuh


(darah,saliva,air mata, ASI, sekret paru, GI, dll), Ig A dpt menetralisir toksin &
mencegah terjadinya kontak antara toksin dgn sel sasaran
 Ig M : berjumlah 10% dari seluruh Imunoglobin, Merupakan antibodi pertama
yang dibentuk dalam respon imun, kebanyakan sel B mengandung IgM pada
permukaannya sebagai reseptor antigen, dapat mencegah gerakan
mikroorganisme, memudahkan fagositosis & aglutinator kuat terhadap antigen
 Ig D : berjumlah 0,2% dari seluruh Imunoglobin, merupakan komponen utama
pada permukaan sel B & penanda dari diferensiasi sel B yang lebih matang,
Ditemukan dgn kadar rendah dlm sirkulasi.
 Ig E : berjumlah 0,004% dari seluruh Imunoglobin, Ig dengan jumlah tersedikit
namun sangat efisien, terdapat dalam serum, mudah diikat oleh mast cell,
basofil & eosinofil yang pada permukaannya memiliki reseptor untuk fraksi Fc
dr Ig E. Sel B ditandai dengan adanya immunoglobulin yang dibentuk didalam
sel dan kemudian dilepas, tetapi sebagian menempel pada permukaan sel yang
selanjutnya berfungsi sebagai reseptor antigen. Kebanyakan sel perifer
mengandung IgM dan IgD dan hanya beberapa sel yang mengandung IgG, IgA,
dan IgE, pada permukaannya. Sel B dengan IgA banyak ditemukan dalam usus.
Antibody permukaan tersebut dapat ditemukan dengan teknik imunofluoresen.
2.7. Cara Kerja Sistem Imun
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh
sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang
dalam tubuh. Ketika benda asing masuk ke dalam tubuh, segera dihasilkan zat yang
akan bereaksi dan membuat substansi tersebut tidak berbahaya. Protein sing disebut
antigen dan substansi yang dihasilkan untuk berespons terhadap antigen disebut
antibodi. Antigen dapat berupa benda asing, tetapi umumnya adalah
mikroorganisme, beberapa jenis obat (misalnya penisilin), protein hewani dan nabati,
23

termasuk serbuk sari, dan jaringan asing, seperti pada transplantasi organ. Reaksi
yang terjadi dapat disebut reaksi antigen-antibodi. Ketika reaksi terjadi sebagai
respons terhadap mikroorganisme, reaksi tersebut disebut imunitas. Keberadaan
mikroba patogen dapat menimbulkan dampak-dampak yang tidak diharapkan akan
memicu sistem imun untuk melakukan tindakan dengan urutan mekanisme sebagai
berikut: introduksi, persuasi, dan represi. Meskipun komplemen dapat diasosiasikan
sesuai artinya, yaitu pelengkap, namun sesungguhnya fungsinya amatlah vital.
Faktor komplemen bertugas untuk menganalisa masalah untuk selanjutnya
mengenalkannya kepada imunoglobulin, untuk selanjutnya akan diolah dan dipecah-
pecah menjadi bagian-bagian molekul yang tidak berbahaya bagi tubuh. Setelah itu
limfosit T bekerja dengan memakan mikroba patogen. Sel limfosit terdiri dari dua
spesies besar, yaitu limfosit T dan B. Bila limfosit B kelak akan bermetamorfosa
menjadi sel plasma dan selanjutnya akan menghasilkan imunoglobulin (G,A,M,D,E),
maka sel T akan menjadi divisi T helper, T sitotoksik, dan T supresor.
Dalam kondisi yang berat akan terjadi beberapa proses berikut : sel limfosit T akan
meminimalisasi efek patogenik dari mikroba patogen dengan cara bekerjasama
dengan antibodi untuk mengenali dan merubah antigen dari mikroba patogen
menjadi serpihan asam amino melalui sebuah mekanisme yang disebut Antibody
Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC). Selain itu sel limfosit T bersama dengan sel
NK (Natural Killer) dan sel-sel dendritik dapat bertindak langsung secara represif
untuk menghentikan kegiatan mikroba patogen yang destruktif melalui aktivitas
kimiawi zat yang disebut perforin. Dalam beberapa kondisi khusus, sel limfosit T
dapat memperoleh bantuan dari sel makrofag yang berperan sebagai Antigen
Presenting Cell (APC) alias sel penyaji antigen. Sedangkan Sel limfosit B bertugas
untuk membangun sistem manajemen komunikasi terpadu di wilayah cairan tubuh
(imunitas humoral). Bila ada antigen dari unsur asing yang masuk, maka sel limfosit
B akan merespon dengan cara membentuk sel plasma yang spesifik untuk
menghasilkan molekul imunoglobulin yang sesuai dengan karakteristik antigen dari
unsur asing tersebut.
24

2.8. Respons Imun


Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks
terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun memiliki
kemampuan untuk mengingat kembali kontak sebelumnya dengan suatu agens
tertentu, sehingga perjalanan berikutnya akan menimbulkan respons yang lebih cepat
dan lebih besar. Respons imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein,
terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi
secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan
non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik. Respons imun terhadap bakteri
ekstraseluler bertujuan untuk menetralkan efek toksin dan mengeliminasi bakteri.
Respons imun alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta
makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negatif dapat
mengaktivasi komplemen jalur alternatif tanpa adanya antibodi. Hasil aktivasi ini
adalah C3b yang mempunyai efek opsonisasi, lisis bakteri melalui serangan
kompleks membran dan respons inflamasi akibat pengumpulan serta aktivasi
leukosit. Endotoksin juga merangsang makrofag dan sel lain seperti endotel vaskular
untuk memproduksi sitokin seperti TNF, IL-1, IL-6 dan IL-8. Sitokin akan
menginduksi adesi neutrofil dan monosit pada endotel vaskular pada tempat infeksi,
diikuti dengan migrasi, akumulasi lokal serta aktivasi sel inflamasi. Kerusakan
jaringan yang terjadi adalah akibat efek samping mekanisme pertahanan untuk
eliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein fase akut.

2.9. Manfaat Sistem Imun


1) Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan &
menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
2) Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.
3) Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Sasaran utama: bakteri patogen
& virus
4) Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel
mast)
25

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Imunologi berasal dari kata Imunitas yang berarti kekebalan tubuh. Tubuh
memerlukan imunitas atau kekebalan agar tidak mudah terhindar dari serangan
penyakit yang dapat menghambat fungsi organ tubuh. Salah satu bentuk dari
imunitas yaitu adanya antibodi yang dihasilkan oleh sel- sel leukosit. Sistem imun
adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan
organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar,
sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang
dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor,
dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker. Organ utama dalam sistem kekebalan tubuh adalah sumsum
tulang, timus, limpa dan kelenjar getah bening. Sedangkan organ-organ lainnya
adalah adenoid dan tonsil/amandel. System imun terdiri dari 2 jenis, yaitu system
imun non-spesifik(alamiah) dan system imun spesifik (buatan).
3.2. Saran
1) Olahraga & istirahat yang cukup
2) Jaga kesehatan agar tidak mudah terkena penyakit
3) Jalani diet gizi seimbang
4) Bantu dengan suplemen penguat imun, seperti susu berkolostrum, Vit C
5) Tingkatkan solidararitas antara tenaga kesehatan dengan lingkungan disekitarnya.
6) Rawatlah pasien seperti kita merawat orang yang paling kita sayang agar pasien
merasa nyaman pada saat mereka sakit bukan menderita lagi.
7) Jangan pantang menyerah dan berputus asa dalam merawat pasien.
8) Menjadi perawat bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi kalau kita tidak
menacoba kita tidak akan pernah bisa. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin
kalau kita mempunyai tekad untuk melakukannya dengan gigih dan rajin.
26

DAFTAR PUSTAKA
http://khusnialinurse.blogspot.co.id/2014/06/makalah-sistem-imunologi.html
http://santidanleokelompok11.blogspot.co.id/2015/10/pertahan-tubuh-terhadap-
tantangan.html
http://veteriner-unhas.blogspot.co.id/2012/04/mekanisme-sistem-kekebalan-tubuh.html
Sloane, Ethel., Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula,Buku Kedokteran, Jakarta, 2004.
Watson, Roger., Anatomi & Fisiologi untuk Perawat, Buku Kedokteran, Jakarta, 2002.

You might also like