Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 2
1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Metode Penulisan 3
1.5 Sistematika Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sistem Imun dan Imunolog 4
2.2 Organ Yang Terkait Sistem Imun 4
2.3 Fungsi Sistem Imun 8
2.4 Macam-Macam Sistem Imun 9
2.5 Sel-sel Yang Terlibat Dalam Respons Imun 14
2.6 Sel-sel Sistem Imun Spesifik 18
2.7 Cara Kerja Sistem Imun 22
2.8 Respons Imun 24
2.9 Manfaat Sistem Imun 24
BAB III. RENCANA KEPERAWATAN
3.1 Kesimpulan 25
3.2 Saran 25
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Manusia mempunyai system untuk mempertahankan diri terhadap penyakit yang
dikenal dengan system imunitas atau system kekebalan tubuh. Kondisi system
kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Sekali senyawa beracun hadir dalam
tubuh, maka harus segera dikeluarkan. Dalam tubuh yang sehat terdapat system
kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit juga prima.
Pada bayi yang baru lahir, pembentukan system kekebalan tubuhnya belum
sempurna dan memerlukan ASI yang membawa system kekebalan tubuh sang ibu
untuk membantu daya tahan tubuh sang bayi. Semakin dewasa, sistem kekebalan
tubuh terbentuk sempurna. Namun pada orang lanjut usia, system kekebalan
tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit degenerative atau
penuaan. Pada pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat
dan instan. Hal ini berdampak juga pada pola makan. Sarapan didalam kendaraan,
makan siang serba tergesa, dan malam karena kelelahan tidak nafsu makan. Belum
lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga, dan stres.
Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh akan menurun, lesu, cepat lelah, dan
mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak orang yang masih muda mengidap
penyakit degenerative. Kondisi stress dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak
seimbang, dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan
kecukupan antibody. Gejala menurunnya daya tahan tubuh sering kali terabaikan,
sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia produktif. Pada
kali ini penulis akan membahas mengenai ‘Sistem Imunitas’ yang merupakan
pengetahuan dasar dalam mepelajari anatomi fisiologi tubuh manusia. Agar kita
semua bisa lebih paham dan mengetahui tentang system imunitas tubuh kita sendiri.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk memenuhi tugas dalam mata Kuliah Anatomi Fisiologi
b. Untuk mengetahui apa definisi dari Imunologi dan Sistem Imun
c. Untuk mengetahui apa saja fungsi dari sistem imun
d. Untuk mengetahui jenis-jenis dari sistem imun
e. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja sistem imun terhadap manusia
f. Untuk mengetahui manfaat dari adanya sistem imun
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Sistem Imun dan Imunologi
Sistem imun adalah sistem kompleks yang memberikan respons imun (humoral
dan selular) untuk menghadapi agens asing spesifik seperti bakteri, virus, toksin,
atau zat lain yang oleh tubuh dianggap “bukan bagian diri”. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan
virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya,
jika sistem kekebalan melemah maka kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.
Imunologi berasal dari kata Imunitas yang berarti kekebalan tubuh. Pengertian
Imunologi yaitu cabang ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau kekebalan
tubuh dan reaksi alergi atau sensitivitas terhadap sesuatu. Imunologi juga berarti
ilmu yang mempelajari kemampuan tubuh untuk melawan atau mempertahankan diri
dari serangan patogen atau organisme yang menyebabkan penyakit. Tubuh
memerlukan imunitas atau kekebalan agar tidak mudah terhindar dari serangan
penyakit yang dapat menghabat fungsi organ tubuh.
Salah satu bentuk dari imunitas yaitu adanya antibodi yang dihasilkan oleh sel-sel
leukosit atau sel darah putih. Sel darah putih bekerja dengan cara mengikat dan
kemudian menghancurkan sel-sel patogen atau penyebab penyakit. Imunologi antara
lain mempelajari antigen, antiobodi dan fungsi pertahanan tubuh host yang
diperantarai oleh sel, terutama yg berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit,
mempelajari reaksi biologis hipersensitifitas, alergi dan penolakan benda asing.
peranan fisiologi system imun yang baik dalam keadaan sehat maupun sakit
malfungsi system imun pada gangguan imunologi.
2.2. Organ Yang Terkait Sistem Imun
Berbagai organ sistem kekebalan tubuh bertanggung jawab untuk melindungi tubuh
dari parasit, bakteri, virus, infeksi jamur dan pertumbuhan sel tumor. Sistem
kekebalan tubuh terdiri dari organ sistem kekebalan tubuh, yang pada gilirannya
terdiri dari beberapa sel yang saling bergantung, yang membunuh tumor dan sel-sel
5
parasit, menghancurkan sel-sel virus yang terinfeksi dan menelan bakteri. Organ-
organ sistem kekebalan tubuh membuat sel-sel, yang baik berkontribusi dalam
respon imun, atau bertindak sebagai lokasi untuk fungsi kekebalan tubuh. Organ
utama dalam sistem kekebalan tubuh adalah sumsum tulang, timus, limpa dan
kelenjar getah bening.
2.2.1. Organ Utama (Organ Limfatik Primer)
1) Sumsum tulang.
Sumsum tulang merupakan jaringan limfatik karena memproduksi
limfosit muda yang akan diproses pada timus atau tempat- tempat lainnya
untuk menjadi limfosit T atau limfosit B.Sumsum tulang berada di dalam
bagian rongga interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian
sel darah baru. Ada dua jenis sumsum, yaitu sumsum merah yang
memproduksi sel darah merah, trombosit, dan sebagian besar sel darah
putih; dan sumsum kuning yang menghasilkan sedikit jenis sel darah
putih.
Semua sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia terbentuk pada sumsum
tulang, ditemukan dalam tulang, dengan proses yang disebut
hematopoiesis. Dari proses hematopoiesis, satu sel berdiferensiasi menjadi
berbagai jenis sel, termasuk sel-sel mieloid dalam fagosit dan granulosit,
dan sel-sel limfoid menjadi sel B, sel T, dan sel-sel pembunuh alami.
Begitu mereka telah sepenuhnya dibedakan, limfosit keluar dari sumsum
darah dan melakukan perjalanan ke organ kekebalan tubuh lainnya: sel T
ke timus, dan sel B ke limpa. Di sini, mereka akan menjalani proses
pematangan lebih lanjut. Kemudian, sebagian besar lainnya meninggalkan
sumsum tulang sel-sel dewasa yang berfungsi penuh. Sumsum tulang
bertanggung jawab untuk produksi sel sistem kekebalan yang penting
seperti sel B, granulosit, sel-sel pembunuh alami dan timosit dewasa. Hal
ini juga menghasilkan sel-sel darah merah dan platelet.
6
a. Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin
pada orang dewasa juga masih mengerjakannya bila sumsum tulang
rusak.
b. Sel darah merah yang sudah rusak dipisahkan dari sirkulasi.
c. Limpa juga menghasilkan limfosit.
d. Diperkirakan juga limpa bertuigas menghancurkan sel darah putih dan
trombosit. Sebagai bagian dari sistema retikulo endoteleal ,limpa juga
terlibat dalam perlindungan terhadap penyakit dan menghasilkan zat-zat
antibodi. 4. Kelenjar Getah Bening Kelenjar getah bening adalah
benjolan kecil jaringan yang putus-putus sepanjang sistem limfatik.
Kelenjar adalah pusat kegiatan dimana limfosit terus beredar dari
jaringan ke kelenjar getah bening dan kembali lagi, melalui aliran darah
dan pembuluh limfatik. Sama seperti cara limpa menyaring darah,
kelenjar getah bening ini, menyaring cairan interstitial yang hadir
antara sel-sel tubuh manusia. Kelenjar getah bening yang terletak di
seluruh sistem limfatik tubuh dan tidak lain hanyalah agregasi jaringan.
Kelenjar getah bening yang terdiri dari sebagian besar sel-B, sel-T,
makrofag dan sel dendritik. Mereka bertindak sebagai filter imunologi
dan menguras getah bening dari sebagian besar jaringan tubuh dan
menyaring antigen hadir di dalamnya, sebelum mengizinkan getah
bening untuk kembali ke sirkulasi. Jika limfosit mengenali antigen,
mereka menjadi aktif. Mereka berhenti beredar di seluruh tubuh dan
sebaliknya, tinggal di kelenjar getah bening dan mulai memperbanyak,
sehingga melepaskan respon imun. Hal ini adalah mengapa kelenjar
getah bening menjadi bengkak dan lembut sebagai akibat dari infeksi.
2.2.2. Organ Lain dari Sistem Imun
1) Adenoid
Adenoids terletak di belakang rongga hidung, di mana bagian dari rongga
hidung memenuhi faring. Adenoids muncul sebagai satu rumpun dari
jaringan spons yang membentuk garis pertahanan pertama dalam tubuh.
Fungsi adenoids adalah untuk menghentikan bakteri dan organisme
8
penyebab infeksi lainnya dari menginfeksi organ tubuh lainnya. Ini terdiri
dari jaringan limfoid terutama yang bertindak sebagai filter dalam tubuh,
dengan menjebak bakteri dan virus. Antibodi yang hadir didalam adenoids
membantu melawan infeksi. Pada anak-anak organ ini sangat bermanfaat,
namun, itu menyusut pada saat anak memasuki remaja dan tidak ada pada
orang dewasa.
2) Amandel atau Tonsil
Merupakan jaringan limfatik yang terdiri dari kumpulan-kumpulan
limposit. Ada dua massa jaringan kelenjar lembut di kedua sisi bagian
belakang mulut. Mereka terlihat pada cermin. Tonsil bukan merupakan
kelenjar karena tidak memiliki pembuluh limfa afferent, oleh sebab itu
tonsil tidak menyaring cairan limfa. Seiring dengan adenoid, amandel juga
membentuk garis pertahanan pertama terhadap infeksi. Tonsil terletak
pada: - Dinding dalam nosopharynx (tonsila pharingea) - Fosa tonsilaris di
samping belakang lidah (tonsil palatina) - Di bawah lidah (tonsila liqualis)
Fungsi utama amandel adalah untuk menjebak bakteri dan virus dari udara
yang dihirup. Limfosit dan antibodi hadir di dalamnya membantu
membunuh bakteri, sehingga memainkan peran penting dalam melindungi
tubuh. Fungsi lainnta adalah untuk memproduksi limfatik dan antibodi
yang kemudian akan masuk ke dalam cairan limfa. Amandel mencapai
kematangan saat remaja.
yang bermutasi yang bisa menjadi tumor/kanker) dan mana yang orang biasa
(alergen, pemicu alergi) yang harus dibiarkan lewat.
4) Bisa bertindak secara khusus untuk menghadapi serangan benda asing itu
5) Sistem Imun mengingat penyerang-penyerang asing itu (rupa & rumus kimiawi
antibodi yang digunakan untuk mengalahkan mereka yang disimpan didalam
Transfer Factor tubuh) sehingga bisa dengan cepat menolak serangan ulang di
masa depan.
6) Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit dengan menghancurkan dan
menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh.
7) Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.
8) Sasaran utama yaitu bakteri patogen dan virus. Leukosit merupakan sel imun
utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast). Sistem imun yang sehat
adalah sistem imun yang seimbang yang bisa meningkatkan kemampuan tubuh
dalam melawan penyakit.
2.4. Macam-Macam Sistem Imun
Pertahanan lapis pertama: Pertahanan fisik (physical barrier) Ada 2 sistem kekebalan
tubuh yaitu Sistem kekebalan nonspesifik (alami) (innate immune system) dan
Sistem kekebalan spesifik (didapat/buatan/adaptif) (learned/adaptive immune
system) Perbedaan Respon Imun Non-spesifik dan Respon Imun Spesifik Respon
Imun Non- Spesifik Respon Imun Spesifik Natural/Innate/Alamiah
Adaptif/Acquired/Didapat
Pertahanan terdepan = Primer Memori = Sekunder Untuk semua mikroorganisme
Spesifik untuk mikroorganisme yang merangsang Komponen terbentuk sejak lahir
Komponen terbentuk THD Ag Terdiri dari: fisik, mekanik, biokimia, humoral, sel
Terdiri dari humoral, Seluler Sel utama: Fagosit, Sel NK, Sel K Sel utama: Limfosit
Molekul: Lisozim, Komplemen, CRP, IFN Molekul: Antibodi, Sitokin
1) Sistem Kekebalan Non-spesifik (Kekebalan Alamiah)
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau
innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan
hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas
10
alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non
spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.
Kekebalan alami diperoleh ketika sakit; dimana antibodi tetap dalam darah untuk
mencegah serangan lain penyakit yang sama. Jika tubuh terserang suatu penyakit,
misalnya campak, tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan campak.
Dibentuknya antibodi ini menyebabkan tubuh menjadi kebal (imun) terhadap
campak. Kekebalan (imunitas) terhadap suatu penyakit yang dimiliki tubuh tanpa
perlakuan tertentu ini dinamakan kekebalan alami/kekebalan perolehan (aquired
immune). Contoh kekebalan alami yang lain adalah kebalnya bayi terhadap
beberapa penyakit setelah menyusu pada hari pertama. Di dalam air susu ibu
tersebut terkandung kolostrum yang kaya antibodi dan mineral. Kekebalan bayi
ini bertahan beberapa hari sampai beberapa minggu. Bagaimana tubuh dapat
mengingat dan mengenali antigen yang pernah menyerang sebelumnya? Ternyata
ada sel-sel khusus yang bertugas untuk mengingat dan mengenal antigen yang
disebut sel-sel memori. Inilah ciri khas sistem kekebalan tubuh:
pengingatan/pengenalan dan pengkhususan. Pengenalan artinya sel-sel memori
mampu mengingat dan mengenal antigen yang pernah menyerang tubuh.
Sedangkan kekhususan berarti satu antibodi hanya cocok untuk satu antigen
tertentu. Sebagai contoh antibodi cacar hanya cocok untuk antigen cacar dan tidak
cocok untuk antigen lainnya.
Macam- macam Pertahanan Lapis Pertama :
a) Kulit yang utuh menjadi salah satu garis pertahanan pertama karena sifatnya
yang impermeabel terhadap infeksi berbagai organisme.
b) Membran mukosa yang melapisi permukaan bagian dalam tubuh mensekresi
mukus untuk menjebak mikroba dan partikel asing lainnya serta menutup jalur
masuknya ke sel epitel.
c) Faktor mekanik seperti gerak silia, batuk, bersin, aliran air mata, saliva dan urin
juga turut berperan dalam perlindungan. Yang termasuk dalam sistem
kekebalan non-spesifik adalah reaksi inflamasi/peradangan. inflamasi
merupakan respons jaringan terhadap cedera akibat infeksi, pungsi, abrasi,
terbakar, objek asing, atau toksin. Inflamasi meliputi rangkaian peristiwa
11
kompleks yang dapat bersifat akut (jangka pendek) atau kronik. Tanda-tanda
lokal respons inflamasi meliputi kemerahan, panas, pembengkakan, dan nyeri.
Gejala kelima yang kadang terjadi adalah hilangnya fungsi, bergantung luas
area cedera.
Rangkaian peristiwa pada inflamasi:
Produksi faktor-faktor kimia vasoaktif (histamin, serotonin, derivatif asam
arakidonat, dan kinin) oleh sel rusak di area cedera. Faktor-faktor ini
mengakibatkan: - Vasodilatasi/pelebaran diameter pembuluh darah pada
area yg terinfeksi meningkatkan aliran darah dan menyebaban
RUBOR/kemerahan (eritema), nyeri berdenyut, dan CALOR/panas. -
Peningkatan permeabilitas kapiler & venul yang terinfeksi terhadap protein
meningkat difusi protein & filtrasi air ke interstisial sehingga menyebabkan
bengkak atau edema dan nyeri - Pembatasan area cedera yang terjadi akibat
lepasnya fibrinogen dari plasma ke dalam jaringan. Fibrinogen diubah
menjadi fibrin untuk membentuk bekuan bekuan yang akan mengisolasi
lokasi yang rusak dari jarinan yang masih utuh.
b) Kemotaksis (gerakan fagosit ke area cedera), terjadi dalam satu jam
setelah permulaan proses inflamasi). - Marginasi adalah perlekatan fagosit
(neutrofil dan monosit) ke dinding endotelial kapilar pada area yang rusak.
- Diapedesis adalah migrasi fagosit melalui dinding kapilar menuju area
cedera. Yang pertama kali sampai di area yang rusak adalah neutrofil;
monosit menyusul ke dalam jaringan dan menjadi makrofag.
c) Fagositosis agens berbahaya terjadi pada area cedera.
d) Pemulihan melalui regenerasi jaringan atau pembentukan jaringan parut
merupakan tahap akhir proses inflamasi.
2) Sistem Kekebalan Spesifik (Kekebalan Buatan) Mekanisme pertahanan tubuh
spesifik atau disebut juga komponen adaptif atau imunitas didapat adalah
mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen,
karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan
pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus
kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan
12
1) Sel Monosit Adalah sel yang berasal dan matang di sum-sum tulang dimana
setelah matang akan bermigrasi ke sirkulasi darah dan berfungsi sebagai
fagosit . Persentase sel monosit dalam sel darah putih berkisar 5%. Monosit
bersirkulasi dalam darah hanya selama beberapa jam, kemudian bermigrasi ke
dalam jaringan, dan berkembang menjadi makrofag (macrophage) besar
(pemangsa besar).
2) Sel Makrofag
Makrofag adalah sel darah putih yang berukuran besar yang fungsinya sebagai
sistem imun dengan melakukan fagositosis terhadap bahan-bahan asing atau
bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Proses fagositosis terjadi dengan cara
mengelilingi, kemudian memakan dan menghancurkan antigen tersebut, proses
ini merupakan bagian dari reaksi peradangan. Untuk mengatasi infeksi
terkadang makrofag berinteraksi dengan limfosit. Makrofag dapat mencerna
mikroba, antigen, dan zat-zat asing lainnya. Antigen adalah setiap zat yang bisa
merangsang suatu respon kekebalan; antigen bisa merupakan bakteri, virus,
protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun. Sel-sel ini menjulurkan kaki
semu (psedopodia) yang panjang yang dapat menempel ke polisakarida pada
permukaan mikroba dan menelan mikroba itu, sebelum kemudian dirusak oleh
enzim-enzim di dalam lisosom makrofaga itu. . Makrofag tidak ditemukan di
dalam darah, tetapi terdapat di tempat-tempat strategis, dimana organ tubuh
berhubungan dengan aliran darah atau dunia luar. Beberapa makrofag
bermigrasi ke seluruh tubuh, sementara yang lain tetap tinggal secara permanen
dalam jaringan tertentu, yaitu di dalam paru-paru (makrofaga alveoli), hati (sel-
sel Kupffer), ginjal (sel-sel mesangial), otak (sel-sel mikroglia), jaringan ikat
(histiosit), dan pada limpa, nodus limfa, serta jaringan limfatik.
Mikroorganisme, fragmen mikroba, dan molekul asing yang memasuki darah
menghadapi makrofag ketika mereka terjerat dalam bangun limpa yang mirip
dengan jarring, sementara yang berada dalam cairan jaringan mengalir ke
dalam limfa dan disaring melalui nodus limfa. Namun, beberapa mikroba telah
mengevolusikan mekanisme untuk menghindari perusakan oleh sel fagositik.
Beberapa bakteri mempunyai kapsul bagian luar yang tidak dapat ditempeli
16
berasal dari sel prekursor yang terletak di jaringan ikat. Ada dua macam sel
mast yaitu terbanyak sel mast jaringan dan sel mast mukosa.Yang pertama
ditemukan di sekitar pembuluh darah dan mengandung sejumlah heparin dan
histamine. Sel mast yang kedua ditemukan di saluran cerna dan napas.
Proliferasinya dipacu IL-3 dan IL-4 dan ditingkatkan pada infeksi parasit. Baik
sel basofil maupun sel mast memiliki reseptor untuk IgE dan karenanya dapat
diaktifkan ole h alergen spesifik yang berkaitan dengan antibodi IgE.
Kemudian bila terdapat alergen spesifik berikutnya yang bereaksi dengan
antibodi, maka perlekatan keduanya menyebabkan sel mast atau basofil rupture
dan melepaskan banyak sekali histamin, bradikinin, serotonin, heparin,
substansi anafilaksis yang bereaksi lambat, dan sejumlah enzim
lisosomal.Bahan-bahan inilah yang menyebabkan manifestasi alergi.Selain itu
keduanya pun dapat membentuk dan menyimpan heparin dan histamin.
2) Trombosit
Trombosit adalah fragmen sel yang berasal dari megakariosit besar di sumsum
tulang belakang. Trombosit berperan dalam pembatasan daerah yang
meradang, dimana apabila terpajan ke tromboplastin jaringan di jaringan yang
cedera maka fibrinogen, yang telah diaktifkan melalui proses berjenjang yang
melibatkan pengaktifan suksesif faktor-faktor pembekuan, diubah menjadi
fibrin. Fibrin inilah yang membentuk bekuan cairan interstitiumdi ruang-ruang
di sekitar bakteri dan sel yang rusak.
2.6. Sel-sel Sistem Imun Spesifik
a. Sel Limfosit
Limfosit adalah sel utama dari sistem kekebalan tubuh, dan bertanggung jawab
atas keragaman, spesifisitas dan penciptaan memori. Semua limfosit dibentuk di
sumsum tulang, tetapi mereka mengalami penuaan di dua tempat yang berbeda.
Limfosit yang mengalami penuaan di sumsum tulang disebut limfosit B atau sel
B. Limfosit ini membuat zat antibodi yang beredar melalui darah dan cairan tubuh
lain. Limfosit T atau sel T mengalami penuaan di timus. Limfosit T yang disebut
sitotoksik (sel beracun) atau limfosit T pembunuh. Sel T secara langsung dapat
membinasakn sel-sel yang mempunyai antigen spesifik pada bagian
19
termasuk serbuk sari, dan jaringan asing, seperti pada transplantasi organ. Reaksi
yang terjadi dapat disebut reaksi antigen-antibodi. Ketika reaksi terjadi sebagai
respons terhadap mikroorganisme, reaksi tersebut disebut imunitas. Keberadaan
mikroba patogen dapat menimbulkan dampak-dampak yang tidak diharapkan akan
memicu sistem imun untuk melakukan tindakan dengan urutan mekanisme sebagai
berikut: introduksi, persuasi, dan represi. Meskipun komplemen dapat diasosiasikan
sesuai artinya, yaitu pelengkap, namun sesungguhnya fungsinya amatlah vital.
Faktor komplemen bertugas untuk menganalisa masalah untuk selanjutnya
mengenalkannya kepada imunoglobulin, untuk selanjutnya akan diolah dan dipecah-
pecah menjadi bagian-bagian molekul yang tidak berbahaya bagi tubuh. Setelah itu
limfosit T bekerja dengan memakan mikroba patogen. Sel limfosit terdiri dari dua
spesies besar, yaitu limfosit T dan B. Bila limfosit B kelak akan bermetamorfosa
menjadi sel plasma dan selanjutnya akan menghasilkan imunoglobulin (G,A,M,D,E),
maka sel T akan menjadi divisi T helper, T sitotoksik, dan T supresor.
Dalam kondisi yang berat akan terjadi beberapa proses berikut : sel limfosit T akan
meminimalisasi efek patogenik dari mikroba patogen dengan cara bekerjasama
dengan antibodi untuk mengenali dan merubah antigen dari mikroba patogen
menjadi serpihan asam amino melalui sebuah mekanisme yang disebut Antibody
Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC). Selain itu sel limfosit T bersama dengan sel
NK (Natural Killer) dan sel-sel dendritik dapat bertindak langsung secara represif
untuk menghentikan kegiatan mikroba patogen yang destruktif melalui aktivitas
kimiawi zat yang disebut perforin. Dalam beberapa kondisi khusus, sel limfosit T
dapat memperoleh bantuan dari sel makrofag yang berperan sebagai Antigen
Presenting Cell (APC) alias sel penyaji antigen. Sedangkan Sel limfosit B bertugas
untuk membangun sistem manajemen komunikasi terpadu di wilayah cairan tubuh
(imunitas humoral). Bila ada antigen dari unsur asing yang masuk, maka sel limfosit
B akan merespon dengan cara membentuk sel plasma yang spesifik untuk
menghasilkan molekul imunoglobulin yang sesuai dengan karakteristik antigen dari
unsur asing tersebut.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://khusnialinurse.blogspot.co.id/2014/06/makalah-sistem-imunologi.html
http://santidanleokelompok11.blogspot.co.id/2015/10/pertahan-tubuh-terhadap-
tantangan.html
http://veteriner-unhas.blogspot.co.id/2012/04/mekanisme-sistem-kekebalan-tubuh.html
Sloane, Ethel., Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula,Buku Kedokteran, Jakarta, 2004.
Watson, Roger., Anatomi & Fisiologi untuk Perawat, Buku Kedokteran, Jakarta, 2002.