You are on page 1of 16

PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Nofinawati
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Padangsidimpuan
Jl. T. Rizal Nurdin Km. 4,5 Sihitang, Padangsidimpuan 22733
e-mail: nofinawatiseima@yahoo.com

Abstract: Sharia banking in Indonesia has approached 24 years of age. This age implies that it
such sharia banking has shifted to maturity phase. It has developed significantly
compared to that of previous years. It can be observed from its average growth of its
assets, DPK, PYD which is 45% higher than the years of 2000 up to 2014.
However, it is expected that it must able to make use of opportunities which are
presently available to encounter challenges in the future, Consequently, it should be able
to take advantage of supports and contributions of other such related parties as
government, ulama, society, academicians, and students majoring in sharia banking as
well.

Kata kunci: development, sharia banking, Indonesia

PENDAHULUAN tahannya dari terpaan krisis.


Lembaga-lembaga keuangan syariah
P erkembangan perbankan
syariah di Indonesia telah
menjadi tolak ukur keberhasilan
tetap stabil
keuntungan,
dan memberikan
kenyamanan serta
eksistensi ekonomi syariah. Bank keamanan bagi para pemegang
Muamalat Indonesia sebagai bank sahamnya, pemegang surat
syariah pertama dan menjadi pioneer berharga, para nasabah pembiayaan
bagi bank syariah lainnya, dan telah dan para nasabah penyimpan dana
lebih dahulu menerapkan sistem ini di bank-bank syariah.
di tengah menjamurnya bank-bank Hal ini dapat dibuktikan dari
konvensional. Krisis moneter yang keberhasilan Bank Muamalat
terjadi pada tahun 1998 telah Indonesia melewati krisis yang
menenggelamkan bank-bank terjadi pada tahun 1998 dengan
konvensional dan banyak yang menunjukkan kinerja yang semakin
dilikuidasi karena kegagalan sistem meningkat dan tidak menerima
bunganya. Sementara perbankan sepersen pun bantuan dari
yang menerapkan sistem syariah pemerintah dan pada krisis
dapat tetap eksis dan mampu keuangan tahun 2008, Bank
bertahan. Muamalat Indonesia bahkan mampu
Tidak hanya itu, di tengah- memperoleh laba Rp. 300 miliar
tengah krisis keuangan global yang lebih. Perbankan syariah sebenarnya
melanda dunia pada penghujung dapat menggunakan momentum ini
akhir tahun 2008, lembaga keuangan untuk menunjukkan bahwa
syariah kembali membuktikan daya perbankan syariah benar-benar

67
Nofinawati, Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia… 169

tahan dan kebal krisis dan mampu Islam, bahkan sejak zaman
tumbuh dengan signifikan. Rasulullah SAW (Adiwarman A.
Karim, 2007: 18).
Praktik-praktik dari fungsi
PRAKTIK PERBANKAN DI
perbankan tersebut masih dilakukan
ZAMAN RASULULLAH SAW
oleh individu-individu. Contohnya:
Secara umum, bank adalah Rasulullah SAW dan Khadijah
lembaga yang melaksanakan tiga pernah mempraktikkan akad
fungsi utama yaitu menghimpun mudharabah semasa hidup mereka.
dana, menyalurkan dana, melayani Khadijah bertindak sebagai shahibul
jasa keuangan lainnya. Ketiga fungsi maal dan Rasulullah SAW bertindak
utama tersebut merupakan fungsi sebagai mudharib (pengelola dana).
utama dari bank konvensional yang Dana tersebut dikelola oleh
menggunakan sistem bunga (riba) Rasulullah SAW dalam bentuk
dalam kegiatan operasionalnya. usaha perdagangan. Setelah
Namun bank syariah memiliki Rasulullah SAW memperoleh hasil
empat fungsi dalam kegiatan dari usahanya, maka Rasulullah
operasionalnya. Selain dari ketiga akan memberikan bagi hasil kepada
fungsi utama di atas, satu fungsi Khadijah sesuai dengan kesepakatan
utama lainnya yang ada pada bank mereka di awal akad. Dengan
syariah adalah fungsi sosial dalam demikian dapat dipahami bahwa
bentuk kegiatan penghimpunan dan lembaga perbankan belum ada pada
penyaluran dana zakat, infak dan masa Rasullah SAW, namun praktik
sedekah serta penyaluran dana perbankan secara individu telah
dalam bentuk pinjaman kebajikan menjadi tradisi umat Islam.
(qardul hasan).
Di dalam sejarah perekonomian
umat Islam, pembiayaan yang SEJARAH BERDIRINYA BANK
dilakukan dengan akad yang sesuai SYARIAH
syariah telah menjadi bagian dari Gagasan mengenai bank yang
tradisi umat Islam sejak zaman menggunakan sistem bagi hasil telah
Rasulullah SAW. Praktik-praktik muncul sejak lama, ditandai dengan
seperti menerima titipan harta, banyaknya pemikir-pemikir muslim
meminjamkan uang untuk keperluan yang menulis tentang keberadaan
konsumsi dan untuk keperluan bank syariah, misalnya Anwar
bisnis, serta melakukan pengiriman Qureshi (1946), Naiem Siddiqi
uang telah lazim dilakukan sejak (1948), dan Mahmud Ahmad (1952).
zaman Rasulullah SAW. Dengan Kemudian uraian yang lebih
demikian, fungsi-fungsi utama terperinci tentang gagasan itu ditulis
perbankan modern, yaitu menerima oleh Mawdudi (1961). Demikian juga
deposit atau simpanan, menyalurkan dengan tulisan-tulisan Muhammad
dana dan melakukan transfer dana Hamidullah yang ditulis pada 1944,
telah menjadi bagian yang tidak 1955, 1957, dan 1962, bisa
terpisahkan dari kehidupan umat dikategorikan sebagai gagasan
170 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

pendahulu mengenai perbankan riba itu sedikit atau banyak


Islam (Heri Sudarsono, 2007: 28). hukumnya haram.
Perbankan yang mulanya 2. Diusulkan supaya dibentuk suatu
hanya ada di daratan Eropa bank syariah yang bersih dari
kemudian menyebar ke Asia Barat. sistem riba dalam waktu secepat
Sejalan dengan perkembangan mungkin.
daerah jajahan, maka perbankan pun 3. Sementara menunggu berdirinya
ikut dibawa ke negara jajahan bank syariah, bank-bank yang
mereka. Di Indonesia juga tidak menerapkan bunga diperbolehkan
terlepas dari penjajahan Belanda beroperasi. Namun jika benar--
yang mendirikan beberapa bank benar dalam keadaan darurat.
seperti De Javasche Bank, De Post Paar
Pembentukan bank syariah
Bank dan lainnya serta bank-bank
semula memang banyak diragukan,
milik pribumi, Cina, Jepang, dan sebab:
Eropa seperti Bank Nasional
1. Banyak yang beranggapan bahwa
Indonesia, Batavia Bank, dan sistem perbankan bebas bunga
Iainnya. Di zaman kemerdekaan (interest free) adalah suatu yang
perbankan Indonesia sudah semakin tak mungkin dan tidak lazim.
maju, mulai dari bank pemerintah 2. Adanya pertanyaan tentang
maupun bank swasta (Andri bagaimana bank akan membiayai
Soemitra, 2009: 62). operasinya. Tetapi di lain pihak,
Sejarah perkembangan bank bank Islam adalah satu alternatif
syariah modern tercatat di Pakistan sistem ekonomi Islam.
dan Malaysia sekitar tahun 1940,
yaitu upaya pengelolaan dana Untuk lebih mempermudah
jamaah haji secara non- berkembangnya bank syariah di
konvensional. Rintisan bank syariah negara-negara muslim perlu ada
lainnya adalah dengan berdirinya usaha bersama di antara negara
Mit Ghamr Lokal Saving Bank pada muslim. Maka pada bulan Desember
tahun 1963 di Mesir oleh Dr. Ahmad 1970, pada Sidang Menteri Luar
el-Najar. Secara kolektif gagasan Negeri negara-negara Organisasi
berdirinya bank syariah di tingkat Konferensi Islam (OKI) di Karachi,
internasional, muncul dalam Pakistan, delegasi Mesir mengajukan
konferensi negara-negara Islam sebuah proposal untuk mendirikan
sedunia, di Kuala Lumpur, Malaysia bank syariah. Proposal tentang
pada tanggal 21-27 April 1969, yang Pendirian Bank Islam Internasional
diikuti oleh 19 negara peserta. untuk Perdagangan dan
Konferensi tersebut memutuskan Pembangunan (International Islamic
beberapa hal, yaitu: (Heri Sudarsono, Bank for Trade and Development) dan
2007: 28 ) proposal pendirian Federasi Bank
1. Tiap keuntungan haruslah tunduk Islam (Federation of Islamic Bank)
kepada hukum untung dan rugi, dikaji para ahli dari delapan belas
jika tidak ia termasuk riba dan negara Islam.
Nofinawati, Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia… 171

Pada Sidang Menteri Luar International Holding Companies (M.


Negeri OKI di Benghazi, Libya, Syafi’i Antonio, 1999: 232).
Maret 1973 usulan tersebut kembali Pesatnya perkembangan bank
diagendakan. Sidang kemudian syariah menimbulkan ketertarikan
memutuskan agar OKI mempunyai bank konvensional untuk
bidang yang khusus menangani menawarkan produk-produk bank
masalah ekonomi dan keuangan. syariah. Hal tersebut tercermin dari
Bulan Juli 1973, komite ahli yang tindakan beberapa bank
mewakili negara-negara Islam konvensional yang membuka sistem
penghasil minyak bertemu di tertentu di dalam masing-masing
Jeddah, Arab Saudi untuk bank dalam menawarkan produk
membicarakan pendirian bank bank syariah, misalnya “Islamic
syariah. Rancangan pendirian bank windows" di Malaysia, "the Islamic
tersebut, berupa anggaran dasar dan transactions" di cabang Bank Mesir,
anggaran rumah tangga, dibahas dan "the Islamic services" di cabang-
pada pertemuan kedua, Mei 1974. cabang bank perdagangan Arab
Pada sidang Menteri Keuangan OKI Saudi. Sementara itu Citibank
di Jeddah, 1974, disetujui rancangan mendirikan Citi Islamic Investment
pendirian Bank Pembangunan Islam Bank pada tahun 1996 di Bahrain
atau Islamic Development Bank (IDB) yang merupakan wholly-owned
dengan modal l2 miliar dinar atau subsidiary.
ekuivalen 2 miliar SDR (special
drawing right) IMF (International
PERKEMBANGAN BANK
Monetary Fund).
SYARIAH DI INDONESIA
Berdirinya IDB memotivasi
negara-negara Islam untuk Gagasan untuk mendirikan
mendirikan lembaga keuangan bank syariah di Indonesia
syariah. Pada akhir periode 1970-an sebenarnya sudah muncul sejak
dan awal dekade 1980-an, lembaga pertengahan tahun 1970-an. Hal ini
keuangan syariah bermunculan di dibicarakan pada seminar nasional
Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Hubungan Indonesia-Timur Tengah
Pakistan, Iran, Malaysia, serta Turki pada 1974 dan pada tahun 1976
termasuk Indonesia pada periode dalam seminar internasional yang
1990-an (M. Ridwan, 2004: 69). Selain diselenggarakan oleh Lembaga Studi
itu, ada negara-negara non-muslim Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK)
yang mendirikan bank Islam, seperti dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika.
Inggris, Denmark, Bahamas (Benon), Namun, ada beberapa alasan yang
Swiss, dan Luxemburg. Secara garis menghambat terealisasinya ide ini:
besar, lembaga-lembaga keuangan 1. Operasi bank syariah yang
syariah tersebut dimasukkan dalam menerapkan prinsip bagi hasil
dua kategori, yaitu bank Islam belum diatur, dan karena itu,
komersial (Islamic Comersial Bank) tidak sejalan dengan UU Pokok
dan lembaga investasi dalam bentuk Perbankan yang berlaku, yakni
UU No 14/1967.
172 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

2. Konsep bank syariah dari segi tahun 1992 yang memungkinkan


politis berkonotasi ideologis, berdirinya bank yang sepenuhnya
merupakan bagian dari atau melakukan kegiatan berdasarkan
berkaitan dengan konsep negara prinsip syariah (Sutan Remy
Islam, dan karena itu tidak Syahdeini, 2014: 97) BMI lahir
dikehendaki pemerintah. sebagai hasil kerja tim Perbankan
3. Masih dipertanyakan, siapa yang MUI tersebut di atas. Akte pendirian
bersedia menaruh modal dalam PT Bank Muamalat Indonesia
ventura semacam itu, sementara ditandatangani pada tanggal 1
pendirian bank baru dari Timur November 1991. Pada saat akte
Tengah masih dicegah, antara lain pendirian ini terkumpul komitmen
pembatasan bank asing yang pembelian saham sebanyak Rp. 84
ingin membuka kantornya di miliar. Pada tanggal 3 Nopember
Indonesia. 1991, dalam acara silaturahmi
Presiden di Istana Bogor, dapat
Akhirnya gagasan mengenai
dipenuhi dengan total komitmen
bank syariah itu muncul lagi sejak
modal disetor awal sebesar Rp.
tahun 1988, di saat pemerintah
106.126.382.000,-. Dana tersebut
mengeluarkan Paket Kebijakan
berasal dari presiden dan wakil
Oktober (Pakto) yang berisi
presiden, sepuluh menteri Kabinet
liberalisasi industri perbankan. Para
Pembangunan V, juga Yayasan Amal
ulama pada waktu itu berusaha
Bakti Muslim Pancasila, Yayasan
untuk mendirikan bank bebas
Dakab, Supersemar, Dharmais,
bunga, tapi tidak ada satupun
Purna Bhakti Pertiwi, PT PAL, dan
perangkat hukum yang dapat
PT Pindad. Selanjutnya, Yayasan
dirujuk, kecuali bahwa perbankan
Dana Dakwah Pembangunan
dapat saja menetapkan bunga
ditetapkan sebagai yayasan
sebesar 0%. Setelah adanya
penopang bank syariah. Dengan
rekomendasi dari lokakarya ulama
terkumpulnya modal awal tersebut,
tentang bunga bank dan perbankan
pada tanggal 1 Mei 1992, Bank
di Cisarua, Bogor tanggal 19-22
Muamalat Indonesia (BMI) mulai
Agustus 1990, yang kemudian
beroperasi.
dibahas lebih mendalam pada
Keberadaan BMI ini semakin
Musyawarah Nasional (Munas) IV
diperkuat secara konstitusi dengan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang
munculnya Undang-Undang (UU)
berlangsung di Hotel Sahid Jaya,
Jakarta, 22-25 Agustus 1990, No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan,
di mana perbankan bagi hasil
dibentuklah kelompok kerja untuk
mendirikan bank syariah di diakomodasi. Dalam UU tersebut,
pasal 13 ayat (c) menyatakan bahwa
Indonesia (Frianto Pandia, 2005: 189
salah satu usaha Bank Perkreditan
).
Bank Muamalat Indonesia Rakyat (BPR) menyediakan
Pembiayaan bagi nasabah
adalah bank syariah pertama di
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
Indonesia yang lahir sebelum
dengan ketentuan yang ditetapkan
lahirnya Undang-undang Nomor 7
Nofinawati, Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia… 173

dalam peraturan pemerintah. 1. Memenuhi kebutuhan jasa


Menanggapi Pasal tersebut, perbankan bagi masyarakat yang
pemerintah pada tanggal 30 Oktober tidak menerima konsep bunga.
1992 telah mengeluarkan Peraturan Dengan ditetapkannya sistem
Pemerintah (PP) No. 72 tahun 1992 perbankan syariah yang
tentang bank berdasarkan prinsip berdampingan dengan sistem
bagi hasil dan diundangkan pada perbankan konvensional,
tanggal 30 Oktober 1992 dalam mobilitas dana masyarakat dapat
lembaran negara Republik Indonesia dilakukan secara lebih luas
No. 119 tahun 1992 (Syukri Iska, terutama dari segmen yang
2012: 253) selama ini belum dapat tersentuh
Pendirian Bank Muamalat ini oleh sistem perbankan
diikuti oleh Bank Perkreditan Rakyat konvensional yang menerapkan
Syariah (BPRS). Namun demikian, sistem bunga.
keberadaan dua jenis lembaga 2. Membuka peluang pembiayaan
keuangan tersebut belum sanggup bagi pengembangan usaha
menjangkau masyarakat Islam berdasarkan prinsip kemitraan.
lapisan bawah. Oleh karena itu, Dalam prinsip ini, konsep yang
dibentuklah lembaga-lembaga diterapkan adalah hubungan
keuangan mikro syariah yang investor yang harmonis (mutual
disebut Baitul Maal Wattamwil investor relationship). Sementara,
(BMT). Setelah dua tahun beroperasi, dalam bank konvensional konsep
Bank Muamalat mensponsori yang diterapkan adalah hubungan
berdirinya asuransi Islam, Syarikat debitur dan kreditur (debitor to
Takaful Indonesia (STI) dan menjadi creditor relationship).
salah satu pemegang sahamnya. Tiga 3. Memenuhi kebutuhan akan
tahun kemudian, yaitu 1997, Bank produk dan jasa perbankan yang
Muamalat mensponsori lokakarya memiliki beberapa keunggulan
ulama tentang reksadana syariah komparatif berupa peniadaan
yang kemudian diikuti dengan pembebanan bunga yang
beroperasinya Reksadana Syariah berkesinambungan (perpectual
oleh PT Danareksa Investment interest effect) membatasi kegiatan
Management. spekulasi yang tidak produktif
Pada tahun 1998 muncul UU (unproductive speculation),
No. 10 tahun 1998 tentang pembiayaan ditujukan kepada
perubahan UU No. 7 tahun 1992 usaha-usaha yang lebih
tentang Perbankan. Dalam UU ini mcmperhatikan unsur moral.
terdapat beberapa perubahan yang Pemberlakuan UU No. 10
memberikan peluang yang lebih tahun 1998 tentang perubahan UU
besar bagi pengembangan No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan
perbankan syariah. Dari UU tersebut yang diikuti dengan dikeluarkannya
disebutkan bahwa sistem perbankan sejumlah ketentuan pelaksanaan
syariah dikembangkan dengan dalam bentuk SK Direksi BI/
tujuan: Peraturan Bank Indonesia, telah
174 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

memberikan landasan hukum yang Perbankan Syariah dan telah


lebih kuat bagi pengembangan diundangkan hingga saat ini antara
perbankan syariah di Indonesia. lain:
Peraturan-peraturan tersebut 1. PBI No.10/16/PBI/2008 tentang
memberikan kesempatan yang luas Perubahan Atas PBI No.
untuk mengembangkan jaringan 9/19/PBI/2007 tentang
perbankan syariah antara lain Pelaksanaan Prinsip Syariah
melalui izin pembukaan Kantor dalam Kegiatan Penghimpunan
Cabang Syariah (KCS) oleh bank Dana dan Penyaluran Dana serta
konvensional. Dengan kata lain, Pelayanan Jasa Bank Syariah.
bank umum dapat menjalankan dua 2. PBI No.10/17/PBI/2008 tentang
kegiatan usaha, baik secara Produk Bank Syariah dan Unit
konvensional maupun berdasarkan Usaha Syariah.
prinsip syariah (Heri Sudarsono, 3. PBI No.10/18/PBI/2008 tentang
2007: 30-34). Restrukturisasi Pembiayaan Bank
Pada tanggal 16 Juli 2008, UU Syariah.
No. 21 Tahun 2008 tentang 4. PBI No.l0/23/PBI/2008 tentang
Perbankan Syariah disahkan yang Perubahan Kedua Atas PBI No.
memberikan landasan hukum 6/21/PBI/2004 tentang Giro
industri perbankan syariah nasional Wajib Minimum dalam Rupiah
dan diharapkan mendorong dan Valuta Asing bagi Bank
perkembangan bank syariah yang Umum yang Melaksanakan
selama lima tahun terakhir asetnya Kegiatan Usaha Berdasarkan
tumbuh lebih dari (>5% per tahun Prinsip Syariah.
namun pasarnya (market share) secara 5. PBI No.10/24/PBI/2008 tentang
nasional masih di bawah 5%. Perubahan Kedua Atas PBI No.
Undang-undang ini mengatur secara 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian
khusus mengenai perbankan Kualitas Aktiva Bank Umum yang
syariah, baik secara kelembagaan Melaksanakan Kegiatan Usaha
maupun kegiatan usaha. Beberapa Berdasarkan Prinsip Syariah.
lembaga hukum baru diperkenalkan 6. PBI No. 10/32/PBI/2008 tentang
dalam UU No. 21 Tahun 2008, antara Komite Perbankan Syariah.
lain yakni menyangkut pemisahan 7. PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang
(spin-off) UUS baik secara sukarela Bank Umum Syariah.
maupun wajib dan Komite Perbank- Agustianto juga
an Syariah (Undang-undang Nomor mengemukakan bahwa
21 tahun 2008 tentang Perbankan perkembangan perbankan syariah di
Syariah, 2008). Indonesia makin pesat dan
Selain itu terdapat beberapa berkembang secara fantastis. Krisis
PBI yang diamanahkan oleh UU No. keuangan global di satu sisi telah
21/ 2008. Adapun PBI yang secara membawa hikmah bagi
khusus merupakan peraturan perkembangan perbankan syariah.
pelaksana dari Undang-Undang Hal ini dikarenakan masyarakat
Nomor 21 Tahun 2008 tentang dunia, para pakar, dan pengambil
Nofinawati, Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia… 175

kebijakan ekonomi, tidak saja melirik dikategorikan sebagai jenis industri


tetapi lebih dari itu mereka ingin baru yang mempunyai daya tarik
menerapkan konsep syariah ini cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
secara serius (Agustianto, dari banyaknya pemain baru yang
http://www.pelita.or.id, akses 07 bermain, tidak hanya dalam bentuk
Desember 2015). bank umum dan BPRS, tetapi juga
Di Indonesia prospek dalam bentuk UUS (Iman Hilman,
perbankan syariah makin cerah dan dkk., 2003: 38). Untuk lebih jelasnya,
menjanjikan. Bank syariah di negeri di bawah ini akan penulis paparkan
ini, diyakini akan terus tumbuh dan perkembangan kelembagaan dan
berkembang di masa depan. kinerja perbankan syariah di
Perbankan syariah dapat Indonesia sebagai berikut :
Tabel 1
Perkembangan Kelembagaan dan Kinerja Perbankan Syariah Indonesia
Indikator 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

BUS 2 2 2 2 3 3 3 3 5 6 11 11 11 11 12

UUS 3 3 6 8 15 19 20 26 27 25 23 24 24 23 22

BPRS 79 81 83 84 88 92 105 114 131 138 150 155 158 163 163

Jaringan kantor 146 182 229 337 443 550 693 802 1,069 1,258 1,763 2,101 2,663 2,990 2,910

Aset (miliar Rp) 1,790 2,719 4,045 8,152 15,803 21,502 27,618 37,754 49,555 66,090 97,519 145,467 195,018 242,276 272,343

DPK (miliar Rp) 1,029 1,806 2,918 5,910 12,129 15,933 21,193 28,730 36,852 52,271 76,036 115,415 147,512 183,534 217,858

PYD (miliar Rp) 1,271 2,050 3,277 5,723 11,821 15,688 21,060 28,837 38,195 46,886 68,181 102,655 147,505 184,122 199,330

Sumber : Data Statistik Perbankan Syariah OJK (OJK, http://www.ojk.go.id, akses 07


Desember 2015)

Perkembangan industri bertambah dua Bank Umum Syariah


lembaga keuangan perbankan yaitu unit Usaha Syariah yang
syariah di atas semakin melakukan spin-off (BRI Syariah dan
menunjukkan keunggulannya dalam Bank Syariah Bukopin), pada tahun
memperkuat stabilitas sistem 2009 bertambah satu lagi Bank
keuangan nasional. Jika dilihat dari Umum Syariah di Indonesia yaitu
jumlah Bank Umum Syariah di BNI Syariah. Pada tahun 2010 s.d.
Indonesia dari tahun 2000 s.d. 2014 sekarang terjadi perkembangan yang
perbankan syariah mengalami pesat dengan pertambahan 6 Bank
pertumbuhan pesat. Dari tahun 1992 Umum Syariah di Indonesia yaitu
s.d. 1999 hanya ada satu Bank BJB Banten Syariah, Bank Viktoria
Umum Syariah di Indonesia yaitu Syariah, Bank Panin Syariah, BCA
Bank Muamalat Indonesia (BMI). Syariah, Maybank Syariah Indonesia,
Kemudian dari tahun 2000 s.d. 2003 BTPN Syariah.
Bank Umum Syariah bertambah satu
yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM). Diagram 1
Pertumbuhan BUS, UUS, BPRS
Kemudian dari tahun 2004 s.d. 2007
Bank Umum Syariah bertambah satu
lagi yaitu Bank Syariah Mega BUS
Indonesia (BSMI). Pada tahun 2008
Unit

UUS
BPRS

Tahun
176 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

Berdasarkan diagram di atas,


pertumbuhan jumlah jaringan kantor
perbankan syariah dari tahun ke
tahun selalu bertambah dengan
Berdasarkan diagram di atas, pertumbuhan rata-rata 24,4%,
dapat dilihat bahwa pertumbuhan namun berfluktuasi. Seperti
perbankan syariah dari segi pertumbuhan jaringan kantor bank
lembaganya selalu mengalami syariah pada tahun 2001 yaitu 24,7%,
peningkatan. Walaupun pada tahun 2002 yaitu 25,8%.
peningkatannya perlahan, namun Namun pada tahun 2003
pertumbuhan yang paling pesat pertumbuhannya meningkat
terjadi pada tahun 2008 s.d. 2013, menjadi 47,2%. Kemudian pada
setelah disyahkannya UU nomor 21 tahun 2004 pertumbuhannya
tahun 2008 tentang perbankan berkurang menjadi 31,5%, pada
syariah. Jika dilihat dari jumlah Unit tahun 2005 berkurang lagi menjadi
Usaha Syariah di Indonesia dari 24,2%. Namun pada tahun 2006
tahun 2000 s.d. tahun 2014 pertumbuhan bank syariah
perbankan syariah juga selalu meningkat lagi menjadi 26%. Namun
mengalami peningkatan. Begitu juga pada tahun 2007 pertumbuhannya
dengan jumlah Bank Pembiayaan berkurang lagi menjadi 15,7%. Pada
Rakyat Syariah selalu mengalami tahun 2008 pertumbuhannya
perningkatan dari tahun 2000 s.d. meningkat lagi menjadi 33,3%.
2014. Namun pada tahun 2009
pertumbuhannya berkurang lagi
Diagram 2 menjadi 17,7%.
Pertumbuhan Jaringan Kantor2000
Sedangkan pada tahun 2010
2001 pertumbuhannya meningkat lagi
2002 menjadi 40,1%. Namun pada tahun
2003
2011 pertumbuhannya menurun lagi
menjadi 19,2%. Pada tahun 2012
2004
pertumbuhan jaringan kantor
2005 meningkat lagi menjadi 26,7%.
2006 Namun pada tahun 2013
2007 pertumbuhannya menurun lagi
menjadi 12,3%. Jaringan kantor
2008
tersebut telah menjangkau
2009
masyarakat di 33 propinsi dan di
2010 hampir 100 kabupaten/kota. Namun
2011 pada tahun 2014 perkembangan
2012 perbankan syariah dari jumlah
jaringan kantor mengalami
2013
penurunan 2,7% dengan
2014
Nofinawati, Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia… 177

berkurangnya 80 jaringan kantor peningkatan menjadi 36,7%.


dari tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2008
pertumbuhan asset mengalami
penurunan lagi menjadi 31,3%.
Kemudian pada tahun 2009, 2010
dan 2011 pertumbuhan asset
mengalami peningkatan lagi
menjadi 33,4%, 47,6% dan 49,2%.
Namun pada tahun 2012, 2013
dan 2014 pertumbuhan asset
mengalami penurunan lagi
menjadi 34,1%, 24,2% dan 12,4%.
Pertumbuhan asset
Dari aspek penghimpunan perbankan syariah mengalami
dana dan penyaluran dana, fluktuasi dari tahun 2000 s.d.
perbankan syariah di Indonesia 2014. Pertumbuhan asset
menunjukkan kinerja yang sangat perbankan syariah terbesar terjadi
bagus. Hal itu terlihat pada data pada tahun 2003 dengan
statistik perbankan syariah yang pertumbuhan 101,5%. Sedangkan
dipublikasikan oleh Otoritas Jasa pertumbuhan asset perbankan
Keuangan, di mana pertumbuhan syariah yang paling kecil terjadi
jumlah asset, jumlah DPK (Dana pada tahun 2014 dengan
Pihak Ketiga), dan jumlah PYD pertumbuhan 12,4%. Walaupun
(Pembiayaan yang Disalurkan) demikian, pertumbuhan rata-rata
selalu mengalami peningkatan dari asset perbankan syariah di
tahun ke tahun. Indonesia dari tahun 2000 s/d
1. Pertumbuhan Asset 2014 mencapai 45% per tahun.
Pertumbuhan asset pada Jika pencapaian asset Bank
tahun 2001 mencapai 51,9% dari Umum Syariah di Indonesia pada
tahun sebelumnya. Pada tahun akhir tahun 2014 sejumlah Rp.
2002 pertumbuhan asset 272,343 triliun dibandingkan
mengalami penurunan menjadi dengan pencapaian Bank Umum
48,8%. Kemudian pada tahun 2003 Konvensional di Indonesia pada
pertumbuhan asset mengalami akhir tahun 2014 sejumlah
peningkatan yang pesat menjadi Rp. 5.615,150 triliun, maka
101,5% dari tahun sebelumnya. diperoleh market share perbankan
Namun pada tahun 2004 syariah di Indonesia pada akhir
pertumbuhan asset mengalami tahun 2014 masih berada di
penurunan menjadi 93,9%. Begitu bawah 5% yaitu hanya mencapai
juga pada tahun 2005 dan 2006 4,63%.
pertumbuhan asset mengalami 2. Pertumbuhan DPK
penurunan menjadi 36,1% dan Pertumbuhan DPK
28,4%. Pada tahun 2007 perbankan syariah Indonesia pada
pertumbuhan asset mengalami tahun 2001 mengalami
178 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

peningkatan sebesar 75,5%. peningkatan sebesar 61,3%.


Namun pada tahun 2002 Namun pada tahun 2002
pertumbuhan DPK mengalami pertumbuhan PYD mengalami
penurunan menjadi 61,6%. penurunan menjadi 59,9%.
Kemudian pada tahun 2003 dan Kemudian pada tahun 2003 dan
2004 pertumbuhan DPK 2004 pertumbuhan PYD
mengalami peningkatan menjadi mengalami peningkatan menjadi
102,5% dan 105,2%. Namun pada 74,6% dan 104,6%. Namun pada
tahun 2005 pertumbuhannya tahun 2005 pertumbuhan PYD
mengalami penurunan lagi mengalami penurunan lagi
menjadi 31,4%. Kemudian pada menjadi 32,7%. Kemudian pada
tahun 2006 dan 2007 tahun 2006 dan 2007
pertumbuhan DPK mengalami pertumbuhan PYD mengalami
peningkatan lagi menjadi 33% dan peningkatan lagi menjadi 34,2%
35,6%. Namun pada tahun 2008 dan 36,9%. Namun pada tahun
pertumbuhan DPK mengalami 2008 dan 2009 pertumbuhan PYD
penurunan lagi menjadi 28,3%. mengalami penurunan lagi
Kemudian pada tahun 2009, 2010, menjadi 32,5% dan 30,6%.
dan 2011 pertumbuhan DPK Kemudian pada tahun 2010 dan
mengalami peningkatan lagi 2011 pertumbuhan PYD
menjadi 41,8%, 45,5% dan 51,8%. perbankan syariah mengalami
Namun pada tahun 2012, 2013, peningkatan lagi menjadi 36,7%
dan 2014 pertumbuhan DPK dan 50,6%. Namun pada tahun
selalu mengalami penurunan 2012, 2013 dan 2014 pertumbuhan
menjadi 27,8 %, 24,4% dan 18,7%. PYD selalu mengalami penurunan
Pertumbuhan DPK menjadi 43,7%, 24,8% dan 8,3%.
perbankan syariah Indonesia Pertumbuhan PYD
mengalami fluktuasi dari tahun perbankan syariah Indonesia juga
2000 s.d. 2014. Pertumbuhan DPK mengalami fluktuasi dari tahun
perbankan syariah terbesar terjadi 2000 s.d. 2014. Pertumbuhan PYD
pada tahun 2003 dan 2004 dengan perbankan syariah terbesar terjadi
pertumbuhan 102,5% dan 105,2%. pada tahun 2004 dengan
Sedangkan pertumbuhan DPK pertumbuhan 104,6%. Sedangkan
perbankan syariah yang paling pertumbuhan asset perbankan
kecil terjadi pada tahun 2014 syariah yang paling kecil terjadi
dengan pertumbuhan 18,7%. pada tahun 2014 dengan
Walaupun demikian, pertumbuhan 8,3%. Walaupun
pertumbuhan rata-rata DPK demikian, pertumbuhan rata-rata
perbankan syariah di Indonesia asset perbankan syariah di
dari tahun 2000 s.d. 2014 Indonesia dari tahun 2000 s.d.
mencapai 48,8% per tahun. 2014 mencapai 45,2% per tahun.
3. Pertumbuhan PYD Perkembangan praktik
Pada tahun 2001 perbankan syariah dari berbagai
pertumbuhan PYD mengalami aspeknya telah menunjukkan catatan
Nofinawati, Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia… 179

pertumbuhan, baik dari sisi jumlah tahan yang kuat dan teruji
asset, DPK dan PYD cukup ketangguhannya dari direct hit krisis
menggembirakan. Pertumbuhan keuangan global. Secara makro,
perbankan syariah di Indonesia jika perbankan syariah dapat
dilihat dari sisi asset, DPK dan PYD, memberikan daya dukung terhadap
maka pertumbuhan yang paling terciptanya stabilitas sistem
besar terjadi pada tahun 2003 dan keuangan dan perekonomian
2004 dengan pertumbuhan di atas nasional. Ketiga, sistem bagi hasil
100%. Namun posisi asset perbankan (profit and loss sharing) yang menjadi
syariah pada akhir tahun 2011 telah ruh perbankan syariah akan
mencapai Rp 145,467 triliun. Dengan membawa manfaat yang lebih adil
posisi itu, pada tahun 2011 bagi semua pihak, baik bagi pemilik
perbankan syariah Indonesia dana selaku deposan, pengusaha
menduduki posisi keempat di dunia selaku debitur maupun pihak bank
setelah Iran, Malaysia, dan Arab selaku pengelola dana.
Saudi (Halim Alamsyah, makalah Selain itu ada juga beberapa
yang disampaikan pada Milad ke-8 faktor pendukung dan beberapa
IAEI: 2012). Namun pada tiga tahun tantangan yang dihadapi dalam
terakhir dari sekarang pertumbuhan mengembangkan perbankan syariah
asset, DPK dan PYD selalu di Indonesia, diantaranya adalah
mengalami penurunan. sebagai berikut: (Halim Alamsyah,
Selaku regulator, Bank makalah yang disampaikan pada
Indonesia yang telah dialihkan ke Milad ke-8 IAEI: 2012)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 1. Faktor pendukung perkembangan
tahun 2014, telah memberikan perbankan syariah.
perhatian yang serius dan Terdapat beberapa faktor
bersungguh-sungguh dalam yang secara signifikan menjadi
mendorong perkembangan pendorong peningkatan kinerja
perbankan syariah. Semangat ini industri perbankan syariah, baik
dilandasi oleh keyakinan bahwa dalam kegiatan penghimpunan
perbankan syariah akan membawa dana maupun penyaluran
‘maslahat’ bagi peningkatan ekonomi pembiayaan.
dan pemerataan kesejahteraan a. Ekspansi jaringan kantor
masyarakat. Pertama, bank syariah perbankan syariah mengingat
lebih dekat dengan sektor riil karena kedekatan kantor dan
produk yang ditawarkan, kemudahan akses menjadi
khususnya dalam pembiayaan, salah satu faktor yang
senantiasa menggunakan underlying mempengaruhi pilihan nasabah
transaksi di sektor riil sehingga dalam membuka rekening di
dampaknya lebih nyata dalam bank syariah.
mendorong pertumbuhan ekonomi. b. Gencarnya program edukasi
Kedua, tidak terdapat produk- dan sosialisasi kepada
produk yang bersifat spekulatif masyarakat mengenai produk
(gharar) sehingga mempunyai daya dan layanan perbankan syariah
180 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

semakin meningkatkan implementasi dari UU Sukuk


kesadaran dan minat menambah outlet penempatan
masyarakat. dana perbankan syariah dalam
c. Upaya peningkatan kualitas rangka pengelolaan likuiditas.
layanan (service excellent) Sedangkan pemberlakukan UU
perbankan syariah agar dapat No. 42 tahun 2009 merupakan
disejajarkan dengan layanan ‘tax neutrality’ atas transaksi
perbankan konvensional. Salah murabahah yang dilakukan
satunya adalah pemanfaatan oleh perbankan syariah di
akses teknologi informasi, mana sebelumnya dikenakan
seperti layanan Anjungan pajak dua kali (double tax).
Tunai Mandiri (ATM), mobile Perlakuan pajak tersebut sangat
banking maupun internet merugikan perbankan syariah
banking. Untuk mendukung karena membuat pembiayaan
hal ini, secara khusus Bank dengan akad murabahah
Indonesia mendorong bank menjadi lebih mahal, sementara
konvensional yang menjadi pembiayaan murabahah
induk bank syariah agar mempunyai porsi yang
mendorong pengembangan dominan dengan rata-rata
jaringan teknologi informasi 56,8% dalam lima tahun
bagi BUS dan UUS yang terakhir.
menjadi anak usahanya. 2. Tantangan pengembangan
d. Pengesahan beberapa produk perbankan syariah
perundangan yang Di tengah perkembangan
memberikan kepastian hukum industri perbankan syariah yang
dan meningkatkan aktivitas pesat tersebut, perlu disadari
pasar keuangan syariah, masih adanya beberapa
seperti: (i) UU No. 21 tahun tantangan yang harus diselesaikan
2008 tentang Perbankan agar perbankan syariah dapat
Syariah; (ii) UU No. 19 tahun meningkatkan kualitas
2008 tentang Surat Berharga pertumbuhannya dan
Syariah Negara (sukuk); dan mempertahankan akselerasinya
(iii) UU No. 42 tahun 2009 secara berkesinambungan.
tentang Amandemen Ketiga Tantangan yang harus
UU No. 8 tahun 1983 tentang diselesaikan perbankan syariah di
PPN Barang dan Jasa. Lahirnya Indonesia antara lain sebagai
UU Perbankan Syariah berikut: (Halim Alamsyah,
mendorong peningkatan makalah yang disampaikan pada
jumlah BUS dari sebanyak 5 Milad ke-8 IAEI: 2012)
BUS menjadi 11 BUS dalam a. Pemenuhan gap sumber daya
kurun waktu kurang dari dua insani (SDI), baik secara
tahun (2009-2010). kuantitas maupun kualitas.
Sementara penerbitan Ekspansi perbankan syariah
sukuk oleh pemerintah sebagai
yang tinggi ternyata tidak
Nofinawati, Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia… 181

diikuti oleh penyediaan SDI kekhususan kebutuhan


secara memadai sehingga masyarakat. Kompetisi di
secara akumulasi diperkirakan industri perbankan sudah
menimbulkan gap mencapai sangat ketat sehingga bank
20.000 orang. Hal ini syariah tidak dapat lagi sekedar
dikarenakan masih sedikitnya mengandalkan produk-produk
lembaga pendidikan standar untuk menarik
(khususnya perguruan tinggi) nasabah. Pengembangan
yang membuka program studi produk dan layanan perbankan
keuangan syariah. Selain itu, syariah tidak boleh hanya
kurikulum pendidikan maupun sekedar ‘mengimitasi’ produk
materi pelatihan di bidang perbankan konvensional. Bank
keuangan syariah juga belum syariah harus berinovasi untuk
terstandarisasi dengan baik menciptakan produk dan
untuk mempertahankan layanan yang mengedepankan
kualitas lulusannya. uniqueness dari prinsip syariah
Untuk mengatasi dan kebutuhan nyata dari
kesenjangan tersebut, masyarakat. Namun disadari
diperlukan suatu terobosan, bahwa lifecycle dari suatu
yang mungkin dapat dilakukan inovasi produk dan layanan
oleh lembaga-lembaga perbankan syariah sangat
pendidikan dan perguruan pendek karena dengan mudah
tinggi yang dapat dan segera dapat ditiru oleh
mengahasilkan SDI dalam bank-bank lainnya sehingga
jumlah yang besar (Amir mengurangi minat bank untuk
Machmud dan Rukmana, 2010: berinovasi.
63). Dengan kata lain hal Untuk itu, perlu dibentuk
tersebut merupakan dukungan semacam working group yang
kalangan akademis termasuk beranggotakan praktisi
Kementrian Pendidikan untuk perbankan syariah untuk
mendorong pembukaan memikirkan secara bersama-
program studi keuangan sama inovasi produk yang
syariah. Industri perbankan dapat dikembangkan.
syariah secara bersama-sama Mekanisme lain yang dapat
juga dapat melakukan diambil untuk mendorong
penelitian untuk inovasi produk dan layanan
mengidentifikasi jenis keahlian adalah memberikan patent
yang dibutuhkan sehingga selama beberapa tahun agar
dapat dilakukan ‘link and tidak ditiru oleh bank yang
match’ dengan dunia lain.
pendidikan. c. Kelangsungan program
b. Inovasi pengembangan produk sosialisasi dan edukasi kepada
dan layanan perbankan syariah masyarakat. Kegiatan untuk
yang kompetitif dan berbasis menggugah ketertarikan dan
182 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

minat masyarakat untuk cukup menggembirakan. Namun


memanfaatkan produk dan perkembangan tersebut tidak luput
layanan perbankan syariah dari berbagai faktor pendukung dan
harus terus dilakukan. Namun tantangan di atas.
disadari bahwa kegiatan ini Hal itu menunjukkan bahwa
merupakan cost center bagi upaya keras dari seluruh stake holders
bank syariah. Selama ini industri keuangan syariah sangat
kegiatan sosialisasi dan edukasi dibutuhkan untuk mendukung
perbankan syariah didukung perkembangan bank syariah di
oleh Bank Indonesia melalui Indonesia. Perlu keterpaduan
program ‘iB Campaign’ baik langkah dari para praktisi, akademisi
melalui media masa (iklan maupun asosiasi agar
layanan masyarakat), syariah pengembangan menjadi lebih efektif.
expo, penyelenggaraan Untuk itu, peran semua pihak, baik
workshop/seminar, dsb. Peran pemerintah, ulama, IAEI, akademisi,
Bank Indonesia dalam hal ini dan masyarakat dalam
akan berkurang seiring dengan mempelopori dan mendorong
pengalihan kewenangan keterpaduan langkah untuk
pengaturan dan pengawasan menjawab berbagai tantangan
sektor perbankan (termasuk tersebut sangat diperlukan sehingga
perbankan syariah) kepada industri keuangan syariah nasional
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). semakin berkualitas, berkembang
Untuk itu, industri secara berkelanjutan dan mampu
perbankan syariah perlu bersaing dalam kancah persaingan
meningkatkan ‘kemandirian’, global, khususnya dalam
baik dalam hal formulasi menyambut MEA 2015.
program maupun
pembiayaannya sehingga
program ‘iB Campaign’ dapat DAFTAR KEPUSTAKAAN
terus berlangsung secara Adiwarman A. Karim. 2007. Bank
berkelanjutan. Islam Analisis Fiqh dan
Keuangan, Jakarta: PT. Raja
PENUTUP Grafindo Persada.

Perkembangan praktik Amir Machmud dan Rukmana. 2010.


perbankan syariah di Indonesia dari Bank Syariah: Teori, Kebijakan
berbagai aspeknya telah dan Studi Empiris di Indonesia,
menunjukkan catatan pertumbuhan, Jakarta: Erlangga.
baik dari sisi jumlah Bank Umum Andri Soemitra. 2009. Bank dan
Syariah, jumlah Unit Usaha Syariah, Lembaga Keuangan Syariah,
jumlah BPRS beserta dengan Jakarta: Kencana.
jaringan kantornya, jumlah DPK
Frianto Pandia. 2005. “Lembaga
dan jumlah pembiayaan yang
Keuangan”, Jakarta: PT. Rineka
disalurkan, serta jumlah asset yang
Cipta.
Nofinawati, Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia… 183

Halim Alamsyah (Deputi Gubernur


BI), “Perkembangan dan Prospek
Perbankan Syariah Indonesia :
Tantangan dalam Menyongsong
MEA 2015”, (Makalah yang
disampaikan pada Milad ke-8
IAEI, 2012)
Heri Sudarsono. 2007. Bank dan
Lembaga Keuangan Syariah,
Yogyakarta: Ekonisia.
http://www.ojk.go.id, Statistik
Perbankan Syariah tahun 2014
http://www.pelita.or.id,
Agustianto, Perkembangan dan
Proyeksi Bank Syariah 2009
Iman Hilman, dkk., 2003. Perbankan
Syariah Masa Depan, Jakarta:
Senayan Abadi Publishing.
M. Ridwan. 2004. Manajemen Baitul
maal wa Tamwil (BMT),
Yogyakarta: UII Press.
M. Syafi’i Antonio. 1999. Bank
Syariah Suatu Pengenalan Umum,
Jakarta: Gema Insani
Sutan Remy Syahdeini. 2014.
Perbankan Syariah: Produk-
produk dan Aspek Hukumnya,
Jakarta : Kencana.
Syukri Iska. 2012. Sistem Perbankan
Syariah di Indonesia dalam
Perspektif Fikih Ekonomi,
Yogyakarta : Fajar Media Press.
Undang-undang Nomor 21 tahun
2008 tentang Perbankan
Syariah.

You might also like