You are on page 1of 5

BAB II

ANALISA OBAT DALAM CAIRAN HAYATI

I. Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami langkah-langkah analisis obat didalam
cairan hayati
II. Dasar Teori
Parameter farmakoterapi obat diperoleh berdasarkan hasil pengukuran
kadar obat utuh dan / metabolitnya didalam cairan hayati ( darah, urin, saliva,
atau cairan tubuh lainnya). Dalam praktikum ini dilakukan penentuan jangka
waktu larutan obat yang memberikan resapan tetap (khusus untuk reaksi
warna), pembuatan kurva baku, perhitingan nilai perolehan kembali,
kesalahan acak dan kesalahan sistemik.

III. Alat dan bahan


1. Bahan:
a. Natrium salisilat
b. Asam klorida 1 n
c. Na2 EDTA
d. Ferri nitrat
e. Antikoagulan ( larutan kalium oksalat 2% dengan dosis 20 mg kalium
oksalat / 10 ml darah)
f. Pengendapan protein dan perwarna: 8 gram hgcl2, 8 gram ferri nitrat,
24 ml hcl 1 N dan aquades ad 200 ml.
g. TCA 10%
h. Sampel darah mencit
2. Alat:
a. Labu takar
b. Pepet volume 1 dan 10 ml
c. Spektrofotometri dan cuvet
d. Tabung reaksi
e. Skapel/silet
f. Sentrifuge
g. Rak tabung reaksi
h. Stopwatch
i. Spuit 3 ml dan 5 ml

IV. Cara kerja


a. Pembuatan kurva baku
ambil ± 4 ml asam salisilat

dibaca pada spektrofotometri uv vis dengan λ 256 nm

b. Pembuatan Blanko
Ambilah 1 ml Na2EDTA

+ 0.5 ml darah, + 5 ml TCA 10% (untuk deproteinsasi)

sentrifuk 3000 ppm ( 15 menit)

ambilah supernata

amati pada spektrofotometer uv vis λ246 nm

c. Perlakuan
Ambilah 1 ml Na2EDTA

+ 0.5 ml darah, +1 ml sampel ( asam salisilat)

5 ml TCA 10% (untuk deproteinsasi)+

sentrifuk 3000 ppm ( 15 menit)

ambilah supernata

amati pada spektrofotometer uv vis λ246 nm

V. perhitungan
kurva baku As. salisilat

Konsentrasi Nilai
ABS
100 0,277
200 0,588
300 0,811
400 1,083

a. kurva baku
a= 0,0295
b= 2, 641 x 10 -3
r= 0,998

persamaan kurva baku


y= bx + a
y= 0,002641 x 0,0295

Replikasi Konsentrasi Abs Kadar P% K.t K.a


(ppm)
terukur(ppm)
1 200 0.140
2 200 0.145
3 200 0.150

1 400 0.100
2 400 0.105
3 400 0.120
VI. Pembahasan
Praktikum ini menggunakan sampel darah tikus. Darah tersebut
ditambahkan Na2EDTA dengan tujuan untuk koagulasi darah agar tidak
mengental. Digunakan cuplikan darah, karena darah sangat relevan.
Semua proses obat dalam tubuh melibatkan darah sebagai media, suatu
alat ukur dari organ satu ke organ lain seperti absorbsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi. Penambahan TCA berfungsi untuk
memberikan suasana asam bagi reaksi diazotasi, sebagai donor proton
untuk reaksi selanjutnya, serta merupakan senyawa yang dapat
menghentikan kerja enzim yang dapat memetabolisme obat sekaligus akan
menyebabkan denaturasi protein plasma. TCA akan mengikat protein dan
mengendapkannya saat sentrifugasi sehingga keberadaan protein tidak
mengganggu pembacaan absorbansi (Lethe dan Syahruddin, 2006).
Setelah disentrifuge akan didapatkan supernatan cairan bening. Cairan
bening yang diambil harus tanpa endapan. Hal ini bertujuan untuk
mengambil obat yang bebas dari protein plasma karena obat yang terikat
pada protein plasma tidak akan aktif secara farmakologik sehingga tidak
memiliki efek terapeutik atau dengan kata lain akan dapat menyebabkan
data hasil pengamatan tidak valid (Anggraeni, 2010). Penentuan operating
time digunakan untuk megetahui kapan waktu pembacaan yang dapat
menghasilkan absorbansi maksimum yang menunjukan reaksi sempurna.
penetapan maksimun untuk memperoleh yang memberikan serapan
maksimal dalam rentan 500-580 nm. Sedangkan pembuatan kurva baku
serapan vs kadar untuk perhitungan kadar dengan persamaan y= bx+a.
kurva baku yang baik jika nilai r -nya mendekati 1.

Pada sampel 200 saat dilakukan pengecekkan kadar menggunakan


spektrofotometer λ246 nm didapatkan nilai absorbansi -0.10, sedangkan
pada sampel 400 didapat nilai absorbansi 0.14 jadi nilai r dari kurva baku
yaitu 0.998 ( hampir mendekati 1).
sampel yang digunakan yaitu asam salisilat.asam salisilat merupakan
salah satu obat yang perlu dilakukan TDM, terutama dalam fungsinya sebagai
antirematik, dimana penggunaannya memerlukan dosis yang cukup tinggi dan
dalam jangka lama. Menurut Roberts& Morrow(2001); Agrawal(2011) perlunya
dilakukan TDM pada penggunaan salisilat ini disebabkan karena Salisilat dalam
plasma terikat dengan protein plasma (albumin), dimana kapasitas pengikatan
ini terbatas sehingga pada kadar tertentu maka lebih banyak obat yang bebas,
akibatnya efek obat lebih sulit dikontrol.

You might also like