Professional Documents
Culture Documents
Tanaman lokio (Allium schoenoprasum L.) merupakan salah satu anggota dari suku
Liliaceae, yang sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam masakan. Bentuk
tanaman lokio seperti bawang, dengan ujung tangkai yang lebih panjang, warna kehijauan.
Jadi mirip bawang daun berbentuk kecil panjang, seperti yang terlihat pada gambar 1
berikut ini.
Gambar
bawangan menunjukkan sisi positif perkembangan, seperti komoditas bawang merah dan
bawang putih, tetapi pertumbuhan budidaya lokio, masih perlu mendapat perhatian untuk
Divisio : Spermatophyta
Klas : Angiospermae
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Tanaman lokio merupakan merupakan salah satu anggota dari jenis bawang-
bawangan. Bentuknya mirip daun bawang, hanya saja bongkolnya lebih besar. Beberapa
genus allium yang cukup dikenal selain lokio, yaitu : bawang merah (Allium cepa L.),
bawang putih (Allium sativum L.), bawang perai (ampeloprasum L.), shallots (Allium
ascalonicum L.) dan bawang welsh (Allium fistulosum L.). Komponen utama genus ini
adalah flavonoid dan cytosolic sycteine (alliin) yaitu senyawa sulfur organik. Berdasarkan
genus allium tersebut, bawang putih merupakan tumbuhan yang paling dikenal dan sudah
terdapat di seluruh belahan dunia (Cobas, et al., 2010). Potensi antibakteri pada bawang
putih disebabkan oleh reaksi pertukaran antara senyawa sulfur dengan gugus thiol bebas
dari enzim bakteri seperti alkohol dehidrogenase, tioredoksin reduktase, tripsin, protease
lainnya dan RNA serta DNA polimerase (diperlukan untuk replikasi kromosom bakteri).
Perpecahan ini selanjutnya dapat menghentikan metabolisme sel dan pertumbuhan bakteri.
Antibakteri bawang putih memiliki spektrum yang luas karena efektif melawan bakteri
gram positif dan gram negatif. (Jonkers, et al., 1999; Bakri dan Douglas, 2005).
berbeda antara mikroflora usus yang menguntungkan dengan bakteri usus yang berbahaya
(Rees et al., 1998). Aktivitas antibakteri diamati berdasarkan diameter zona hambat pada
bakteri Escherichia Coli, dengan daya hambat 10 kali lebih baik daripada Lactobacillus
casei untuk konsentrasi dosis bawang putih yang sama (Skyme, 1997). Sifat ini kurang
allicin karena perbedaan komposisi dan peningkatan permeabilitas terhadap allicin dari
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bawang bombay memiliki diameter daya hambat
yang tertinggi yaitu pada konsentrasi 100% dengan diameter zona hambat 7,5 mm dan
diameter terendah yaitu 3,5 mm pada konsentrasi 40%. Bawang bombay, selain dikenal
untuk menambah rasa sedap pada jenis masakan tertentu, juga memiliki aktivitas
antimikroba dan dipercaya dapat meningkatkan kesehatan, yaitu untuk melancarkan sistem
peredaran darah. Salah satu zat penting yang terdapat dalam bawang bombay, yakni allisin,
sirkulasi/peredaran darah, diuretik, cocok untuk kasus encok, ginjal dan dapat mencegah
infeksi bakteri pada sistem pernafasan, membantu sistem percernaan, memperlancar kerja
Komponen bioaktif dari suatu bahan pangan memiliki peranan penting dalam
memberikan efek kesehatan. Komponen aktif yang terdapat pada bahan tanaman dikenal
dengan istilah fitokimia. Pengertian fitokimia adalah suatu bahan dari tanaman (phytos =
dapat digunakan untuk pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit (Sirait, 2007).
diperoleh dengan cara ekstraksi. Metode ekstraksi serta jenis pelarut, memiliki peranan
penting untuk memperoleh komponen bioaktif dari tanaman. Pada tanaman jenis bawang,
pelarut (solvent) yang sering digunakan adalah etanol, metanol, aseton, etilasetat dan air.
Komponen-komponen bioaktif yang terdapat pada bawang bekerja secara sinergis satu
Diantara beberapa komponen bioaktif yang terdapat pada tanaman jenis bawang
adalah senyawa sulfida. Senyawa-senyawa tersebut antara lain adalah dialil sulfida atau
dalam bentuk teroksidasi disebut dengan alisin. Sama seperti senyawa fenolik lainnya,
alisin mempunyai fungsi fisiologis yang sangat luas, termasuk diantaranya adalah
bahwa terdapat korelasi antara konsumsi bawang putih dengan penurunan penyakit
hipertensi.
Bawang putih juga terbukti dapat menghambat pertumbuhan dan respirasi fungi
patogenik. Daya antimikroba tinggi yang dimiliki bawang putih dan bawang bombay
dikarenakan kandungan alisin dan senyawa sulfide lain yang terkandung dalam minyak
atsiri bawang putih dan bawang bombay (Whitmore dan Naidu, 2000).
Pengujian aktivitas antimikroba bawang putih pertama kali dilakukan oleh Cavalito
dan Bailey pada tahun 1994. Dialil sulfide dan dialil polisulfida (komponen flavor utama
Penelitian yang dilakukan oleh Suharti (2004), yaitu meneliti tentang sifat
menghambat pertumbuhan bakteri yang setara dengan tetrasiklin 100 g/ml. Ekstrak etanol
bawang putih mempunyai aktivitas antibakteri lebih lemah dari tetrasiklin terhadap daya
masyarakat akan pentingnya hidup sehat dan berkembangnya pemikiran back to nature
suatu penyakit selain menyebabkan ketergantungan, juga harganya relatif mahal dan
tanaman.
jumlah kecil di dalam suatu bahan pangan. Senyawa tersebut banyak dipelajari secara
mempunyai karakter bau bersulfur yang khas. Bau khas bawang akan muncul bila jaringan
umbi bawang terluka. Penelitian sebelumnya mengenai bawang putih, ditemukan bahwa
aliin (substrat yang terkandung dalam jaringan tanaman akan berubah menjadi alisin
melalui reaksi enzimatis). Enzim yang bekerja pada reaksi ini dinamakan alliinase. Allisin
yang terbentuk bersifat kurang stabil sehingga segera terurai secara kimiawi menjadi
(eBookPangan.com, 2006).
Pada bawang merah juga ditemukan adanya alliin dan enzim allinase yang
pembentukan senyawa volatil serupa juga terjadi pada jenis bawang-bawangan lainnya.
karena komponen yang terkandung di dalamnya yaitu allisin, yang membentuk suatu
senyawa allithiamin dengan vitamin. Secara tradisional bawang juga digunakan sebagai
pengawet. Sifat bawang sebagai pengawet ini juga dikaitkan dengan kemampuan allisin
Bahan yang terkandung dalam beberapa jenis bawang, kadar airnya cukup tinggi,
komponen utamanya berupa protein, karbohidrat dan lemak. Komponen ini merupakan zat
organik yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia serta untuk
seperti kalsium, besi serta unsur kimia lainnya, bahkan jenis bawang tertentu mengandung
Menurut Dr. Paavo Airola, seorang peneliti gizi dan pendiri The International
komponen bioaktif dari bawang putih, yaitu allisin, yang merupakan senyawa aktif yang
memiliki daya hambat terhadap bakteri dan sebagai antiradang (eBookPangan.com, 2006).
Alliin, suatu asam amino yang bersifat antibiotik. Gurwithcrays, (sinar gurwich),
radiasi mitogenetik mampu merangsang pertumbuhan sel tubuh dan mempunyai daya
peremajaan (rejuvenating effect) pada semua fungsi tubuh. Antihemolytic factor, faktor
antilesu darah atau kekurangan sel darah merah. Antiarthritic factor (faktor antirematik)
yang dibuktikan dalam beberapa penelitian di Jepang, terutama di Rumah Sakit Angkatan
Darat, Jepang. Bawang putih terkenal kaya dengan kandungan sulfurnya. Beberapa
komponen sulfur penting yang terdapat pada bawang putih adalah : aliin (S-alil sistein
trisulfoksida), alisin (dialil tiosulfonat), dialil disulfida, alilpropil disulfida, dialil sulfida,
dimetil disulfida, dimetil disulfida, dimetil trisulfida, dipropil disulfida, alil merkaptan dan
ajone.
Asam amino sistein yang terdapat pada umbi bawang merupakan senyawa penentu
komponen bioaktif bawang putih. Sistein yang teralkilasi dan kemudian mengalami
sulfoksida. Aliin merupakan prekursor tidak berwarna dan tidak berbau pada bawang putih,
namun bila bawang putih diiris atau dihancurkan maka akan timbul aktivitas suatu enzim
yaitu aliinase. Enzim aliinase ini mengkonversi aliin menjadi alisin, senyawa yang
memberi bau khas pada bawang putih. Alisin bersifat sangat tidak stabil dan di udara bebas
akan berubah menjadi dialil disulfida yang merupakan senyawa sekunder penentu aroma
Beberapa produk volatil lainnya dari hasil dekomposisi lanjut komponen sulfur
pada bawang putih adalah dialil sulfida, dimetil trisulfida, metil alil disulfida, 1-propenil
alil disulfida, dimetil sulfida, alil metil disulfida, metil propil disulfida dan viniilditiin
(Amagase, 2006).
yang singkat. Ketika dirusak, misalnya oleh mikroba atau ketika didehidrat dan dilarutkan
dengan air, enzim allinase dengan cepat akan mengubah cytosolic sycteine sulfoxides
(alliin) menjadi bentuk sitotoksik dan odoriferous alkyl alkane-thiosulfinates seperti allicin
(Amagase, 2006). Perubahan senyawa kimia dalam bawang putih secara lengkap terdapat
pada Gambar 2.
γ-glutamylcysteine
NH2 H
γ-glutamyl
N
transpeptidase HOOC SH
(=sprouting reaction) O COOH
S
NH2 S-alk(en)ylcysteine sulfoxides
oxidase
S-allylcysteine sulfoxide isoaliin methiin
H 2O 2 =alliin
O
COOH
S
NH2
COOH
spontaneous
condensation -2H2O
S COOH
S
O
instantaneous S S
decomposition S S
of thiosulfinates S
within E-ajoene
S
24 h S O
DAS Z-ajoene
S
2-thioacroleins
DAS2 S
S
S S vinyldithiins
S DAS3 S S
S
S S DAS4 S
S S
Selain fakta tentang senyawa yang disebutkan di atas berkontribusi dalam sebagian
bioaktivitas bawang putih, bukti dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa dua
senyawa organosulfur paling penting dalam umbi bawang putih, yaitu asam amino non-
alliin. Dua senyawa di atas menjadi prekursor sebagian besar senyawa organosulfur
lainnya. Kadarnya dapat mencapai 82% dari keseluruhan senyawa organosulfur di dalam
enzimatis yang terjadi akan menghasilkan banyak senyawa turunan, melalui dua cabang
reaksi, yaitu jalur pembentukan thiosulfinat dan S-allil sistein. Pada saat umbi bawang
putih diiris-iris dan dihaluskan dalam proses pembuatan ekstrak atau bumbu masakan,
enzim allinase menjadi aktif dan menghidrolisis alliin menghasilkan senyawa intermediet
asam allil sulfenat (Song dan Milner, 2001). Kondensasi asam tersebut menghasilkan
kondisi pengolahan atau faktor eksternal lain seperti penyimpanan dan suhu. Hasil studi di
Jepang telah membuktikan bahwa Allicin menghambat agregasi platelet, pelepasan enzim
lisosomal dan neutrofil terstimulasi serta gerakan vasomotorik (Amagase et al., 2001).
Alisin dan komponen lain dari bawang putih dilaporkan secara tidak langsung berdampak
positif mengatasi kolesterol dan dapat mengatasi infeksi jamur maupun bakteri
(eBookPangan.com, 2006).
Senyawa Antimikroba
pertumbuhan bakteri atau kapang (bakteriostatik atau fungistatik) dan dapat pula bersifat
ekstrak bawang putih mempunyai sifat antibakteri dan antijamur (Purba, 2010).
terutama allisin. Komponen allisin dibentuk ketika bawang dipotong, dihancurkan dan
dikunyah. Pada saat itu enzim allinase dilepaskan dan mengkatalisis pembentukan asam
sulfenik dari cysteine sulfoxide. Asam sulfenik ini secara spontan saling bereaksi dan
membentuk senyawa yang tidak stabil yaitu thiosulfinate yang dikenal sebagai allisin
alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, steroid, glikosida, tannin, fenolik, antarkinon yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Purba, 2010). Pada ekstrak bawang putih
disamping allisin yang juga berfungsi sebagai antibakteri. Saponin adalah senyawa aktif
yang kuat dan mempunyai kemampuan sebagai antibakteri. Saponin memiliki molekul
yang dapat melarutkan lemak atau lipofilik dan memiliki molekul yang dapat menarik air
atau hidrofilik sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan sel yang akhirnya dapat
Flavonoid merupakan senyawa fenol yang bersifat desinfektan yang bekerja dengan
cara mendenaturasi protein, yang menyebabkan aktivitas metabolisme sel bakteri menjadi
bakteriostatik yang bekerja melalui penghambatan sintesis dinding sel bakteri (Robinson,
1995).
Senyawa antimikroba yang terdapat pada tanaman jenis bawang telah menunjukkan
Micrococcus, beberapa jenis bakteri uji ini secara efektif, pertumbuhannya dapat dihambat
oleh bawang putih. Bawang putih juga telah menunjukkan adanya daya hambat terhadap
(Cavallito dan Bailley, 1994; Jhonson dan Vaughn, 1969; Delaha dan Garagusi, 1985;
Tsao, et al.,2003).
Menurut Navaneethan dan Ralph (2011), diare secara umum didefinisikan sebagai
peningkatan frekuensi dari buang air besar yang tidak normal atau cair, sehingga penderita
yang mengalami diare banyak kehilangan cairan dari dalam tubuhnya. Secara normal
makanan yang terdapat di dalam lambung dicerna menjadi bubur (chymus), kemudian
diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim. Setelah terjadi
resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-sisa makanan yang sukar
dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri yang biasanya selalu berada di kolon
mencerna kembali sisa-sisa serat tersebut, sehingga sebagian besarnya dapat diserap
selama perjalanan melalui usus besar dan airnya direabsorpsi kembali, sehingga isi usus
Tetapi apabila terjadi peristaltik usus yang meningkat dimana pelintasan chymus
menjadi dipercepat dan masih mengandung banyak air, maka akan menyebabkan
terjadinya diare (Priece dan Lorraine, 2005). Menurut Depkes (2007), berdasarkan ada atau
tidaknya infeksi, diare dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu : diare infeksi spesifik
dan non spesifik. Diare infeksi spesifik disebabkan oleh infeksi seperti virus, bakteri,
parasit dan enterotoksin. Sedangkan diare non spesifik tidak disebabkan oleh adanya
infeksi (diare dietetik), yang dapat disebabkan oleh alergi makanan atau minuman
(intoleransi), gangguan gizi serta efek samping dari obat. Cara pengobatannya, khusus
untuk diare jenis infeksi spesifik maka digunakan kemoterapeutik untuk terapi kausal yaitu
bakteri patogen, karena pemeriksaan terhadap bakteri ini kadang-kadang sulit dilakukan
atau hasil pemeriksaan datang terlambat. Antibiotik dapat diberikan dengan memperhatikan
umur penderita, perjalanan/riwayat penyakit, sifat tinja dan faktor pendukung lainnya
(Noerasid, 1988). Keracunan makanan oleh beberapa bakteri juga dapat menyebabkan
diare. Bakteri tersebut umumnya merupakan gram negatif, seperti yang tercantum dalam
Staphylococcus aureus
merupakan bakteri gram positif. Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus
adalah 35-37o C, dengan suhu minimum 6,7o C dan suhu maksimum 45,5o C. Bakteri ini
dapat tumbuh pada pH 4,0 sampai 9,8 dengan pH optimum sekitar 7,0-7,5 (Fardiaz dan
Jenie, 1989).
Hampir semua orang pernah mengalami beberapa tipe infeksi S. aureus sepanjang
hidupnya dan penyebabnya bervariasi, mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit
ringan sampai infeksi berat yang mengancam jiwa. Bakteri S. aureus merupakan bakeri
patogen pada manusia. Bakteri ini bersifat gram positif dan hampir setiap orang pernah
mengalami infeksi yang disebabkan oleh spesies ini. Bakteri S. aureus merupakan bakteri
keemasan. Bakteri ini bersifat anaerobik, berbentuk bulat berukuran diameter 0,5-1,5 µm
keracunan tipe intoksikasi. Gejala keracunan disebabkan oleh tertelannya suatu toksin yang
disebut enterotoksin yang mungkin terdapat di dalam makanan setelah diproduksi oleh
Toksin ini disebut enterotoksin karena dapat menyebabkan gastroenteritis atau inflamasi
pada saluran usus (Fardiaz dan Jenie, 1989). Bakteri Staphylococcus aureus merupakan
darah). Gejala umum penyakitnya adalah banyak mengeluarkan ludah, mual, muntah,
kejang perut (kram), diare berdarah dan mengandung mucus, sakit kepala, kejang otot,
berkeringat dingin, lemas, nafas pendek dan suhu tubuh di bawah normal. Produk pangan
yang sering tercemar oleh Staphylococcus aureus adalah daging unggas, daging merah dan
produknya, ikan dan produknya serta susu dan produknya (Nurwantoro dan Djarijah,
panas tetapi eksotoksin yang dilepaskan ke dalam pangan lebih tahan terhadap panas dan
dapat bertahan sampai 30 menit pada titik didih air (Gardjito, et al., 1992).
Escherichia coli
Escherichia coli adalah bakteri yang temasuk kedalam grup Enterobacteriaceae,
berbentuk batang dengan panjang 1-3 µm dan lebar 0,4-0,7 µm. Bersifat gram negatif,
tidak berkapsula dan dapat bergerak aktif. Escherichia coli biasanya digunakan sebagai
indikator terhadap kontaminasi kotoran pada air dan susu. Bakteri ini dapat tumbuh pada
suhu 10-40o C, dengan suhu optimum 37o C. Pertumbuhan optimum terjadi pada pH 7,0-
7,5 dengan kisaran antara 4,0 dan 9,0. Bakteri ini relatif sangat sensitif terhadap panas dan
dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi makanan atau selama pemasakan makanan
Jenis Escherichia hanya mempunyai satu spesies yaitu Escherichia coli, dan
disebut koliform fekal karena ditemukan di dalam saluran usus hewan dan manusia,
sehingga sering terdapat di dalam feses. Bakteri ini sering digunakan sebagai indikator
kontaminasi kotoran (Fardiaz, 1992). Escherichia coli umumnya diketahui terdapat secara
normal dalam alat pencernaan manusia dan hewan. Escherichia coli yang menyebabkan
penyakit pada manusia disebut Entero Pathogenic Escherichia coli (EPEC). Terdapat dua
golongan Escherichia coli penyebab penyakit pada manusia. Golongan pertama disebut
Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC) yang mampu menghasilkan enterotoksin dalam
usus kecil dan menyebabkan penyakit seperti kolera. Waktu inkubasi penyakit ini 8-24 jam
dengan gejala diare, muntah-muntah dan dehidrasi serupa dengan kolera. Golongan kedua
disebut Entero Invasive Escherichia coli (EIEC), dimana sel-sel Escherichia coli mampu
menembus dinding usus dan menimbulkan kolitis (radang usus besar) atau gejala seperti
Waktu inkubasi 8-44 jam (rata-rata 26 jam), dengan gejala demam, sakit kepala,
kejang perut dan diare berdarah. Walaupun Escherichia coli adalah bagian flora normal
saluran usus, Escherichia coli bertahun-tahun dicurigai sebagai penyebab diare tipe sedang
sampai gawat yang kadang-kadang timbul pada manusia dan hewan. Infeksi dengan
Escherichia coli mungkin menyebabkan infeksi gawat dan sering fatal pada anak-anak
Shigella dysenteriae
Shigella adalah suatu bakteri patogen yang dapat menyebabkan gejala penyakit
yang disebut shigellosis atau sering disebut disentri basiler. Shigella merupakan bakteri
gram negatif berbentuk batang yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Bakteri
Shigella yang berbahaya misalnya Shigella dysenteriae. Bakteri ini dapat dipindahkan dari
satu penderita atau pembawa ke orang lainya melalui makanan dan air, kadang-kadang
Shigella dapat tumbuh pada suhu antara 10-40o C dengan suhu optimum 37o C.
Bakteri ini sensitif terhadap panas dan tahan terhadap konsentrasi garam 5-6 %. Bakteri
Shigella bersifat gram negatif dan berbentuk batang. Bakteri ini menyerupai genus
makanan lebih banyak berasal dari air yang digunakan untuk mengolah makanan tersebut.
Shigella tidak tahan terhadap panas dan akan mati pada suhu pasteurisasi makanan
Wabah penyakit yang disebabkan oleh Shigella disebut shigellosis. Masa inkubasi
penyakit ini adalah 1-7 hari (rata-rata kurang dari 4 hari) dengan gejala demam (sampai 40o
C), kejang perut, diare campur darah dan nanah serta lendir. Manusia dapat terinfeksi
Shigella melalui makanan yang terkontaminasi. Shigella tetap terlokalisasi dalam usus dan
akibatnya shigellosis akan melemahkan sebagian besar usus disebabkan oleh kehilangan
penyebab dari penyakit shigellosis pada manusia, bakteri ini juga dapat menyebabkan
penyakit pada primata lainnya, tetapi tidak pada mamalia lainnya (Volk dan Wheeler,
1989).
Lactobacillus acidophilus
Lactobacillus acidophilus adalah salah satu dari delapan genera umum dari bakteri
asam laktat. Tiap genus dan spesiesnya mempunyai karakteristik yang berbeda. Namun,
secara umum mereka merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus atau batang, bersifat
nonmotil dan nonspora yang memproduksi asam laktat sebagai produk utama dari
metabolisme fermentasi dan menggunakan laktosa sebagai sumber karbon utama dalam
oksigen dan bakteri ini dapat hidup pada lingkungan yang sangat asam sekalipun, seperti
pada pH 4-5 atau di bawahnya dan bakteri ini merupakan bakteri homofermentatif yaitu
bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai satu-satunya produk akhir. Pada umumnya
bakteri ini ditemukan di dalam gastro intestinal manusia dan hewan (Rahayu dan Djaafar,
2009).
Bakteri asam laktat (BAL) dikenal memiliki peran penting pada kehidupan
jalur intestin. Kemampuan bakteri ini untuk tumbuh di jalur intestin dapat digunakan untuk
menjaga keseimbangan mikroflora intestin. Sehingga tubuh tidak mudah terserang infeksi
patogen interik. Potensi inilah yang menjadi alasan bakteri asam laktat, khususnya
Metode Ekstraksi
Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik, antara lain
(Voight, 1995) :
Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang
disimpan terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau
perubahan warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari). Waktu lamanya
teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin
besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil
Perkolasi
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut (perkulator) yang
memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstaksi yang dialirkan secara
kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya
berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi
proses maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi
sempurna dari simplisia oleh karena akan terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan
dalam seldengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui simplisia bahan
pelarut segar perbedaan kosentrasi tadi selalu dipertahankan. Dengan demikian ekstraksi
total secara teoritis dimungkinkan dan jumlah bahan yang dapat diekstraksi mencapai 95 %
(Voight, 1995).
Sokletasi
Pada metode ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi
digunakan untuk simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap
pemanasan. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap atau
mempunyai titik didih yang rendah. Cara kerja sokletasi yaitu serbuk kering yang akan
diekstraksi berada di dalam kantong sampel yang diletakkan pada alat ekstraksi (tabung
soklet). Tabung soklet yang berisi kantong sampel diletakkan diantara labu destilasi dan
bagian atas alat soklet dan pemanas dihidupkan, pelarut dalam labu didih menguap dan
mencapai pendingin, berkondensasi dan menetes ke atas kantong sampel sampai mencapai
tinggi tertentu/maksimal, pelarut beserta zat yang tersari di dalamnya akan turun ke labu
didih melalui pipa kapiler. Pelarut beserta zat yang tersari pada labu didih akan menguap
lagi dan peristiwa ini akan terjadi berulang-ulang sampai seluruh zat yang ada dalam
sampel tersari sempurna (ditandai dengan pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak
berwarna dan dapat diperiksa dengan pereaksi yang cocok). Larutan berkumpul di dalam
wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan
kedalam labu, sehingga zat yang terekstraksi terakumulasi melaui penguapan bahan pelarut