You are on page 1of 7

PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI BUAH PINANG (Areca catechu L.

) UNTUK
MEMPERPANJANG WAKTU SIMPAN IKAN KEMBUNG
(Rastrelliger catagurna)
TAHUN 2013

Vina Anggina Hutasuhut1 ; Wirsal Hasan2 ; Devi Nuraini Santi2


1
Program Sarjana Fakultas Kesahatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
2
Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Email: vinaanggina@yahoo.com

Abstract

Seeds areca extract (Areca catechu L.) was result of percolation of Seeds areca. Seeds areca extract
(Areca catechu L.) could be used as natural preservative. Areca seed extract contains polyphenols
which delay the growth of microbial spoilage. The purpose of this study was to determine the
ability of Areca seeds extract (Areca catechu L.) in extending the shelf life of mackerel
(Rastrelliger catagurna). This study used quasi experiment with Pre and Post Test Design. The
object of this research was mackerel. This experiment was conducted with four treatments: without
immersion (control), immersion using areca seed extract with a concentrations of 0,5%, 1%, 1,5%,
and 2% in 1 L of water and any treatment carried out four repetations. The average preserving time
of mackarel at concentrations 0%, which is 5 hours 45 minutes, a concentrations 0,5% which is 7
hours 45 minutes, the concentrations of 1% 9 hours 15 minutes, the concentrations of 1,5% which is
9 hours 37 minutes, and the concentrations 2% that is 10 hours 37 minutes. The result of this study
showed that there were differences in durability mackerel without soaking and after soaking Areca
seeds extract. The results showed that the durability of mackerel without soaking and soaking the
fish were given seeds areca extract at different concentrations. Mackerel using seeds areca extract
2% produces the most durable fish, but has a bitter taste after being fried. While the mackerel using
seeds areca extract 1% had retentiontime not too long, but do not have a bitter taste when fried, and
fish without soaking faster slimy and foul smelling

Keyword: Areca (Areca catechu L.), mackerel fish (Rastrellinger catagurna), Preservative.
Pendahuluan komponen yang memiliki manfaat bagi
kesehatan (sihombing, 2000).
Bahan pengawet merupakan salah satu bahan
tambahan pangan paling tua penggunaannya. Perikanan laut Indonesia dicirikan oleh tiga
Pada permulaan peradaban manusia, pengasap karakteristik utama, yakni berkaitan dengan
telah digunakan pada ikan, daging, dan sumberdaya ikan yang multi jenis, model
jagung. Demikian pula pengawetan penangkapan yang yang multi-tangkap, dan
menggunakan garam, asam, dan gula telah usaha perikanan berskala kecil (Puslitbang
dikenal sejak dulu kala.Kemudian dikenal perikanan,2000).
penggunaan bahan pengawet untuk
mempertahankan bahan pangan dari gangguan Ikan merupakan salah satu bahan yang
mikroba sehingga bahan pangan awet seperti mengandung berbagai nutrisi yang
semula (Cahyadi, 2006). dibutuhkan tubuh.Ikan menurut habitat
hidupnya terdiri dari ikan air tawar dan ikan
Teknik pengawetan umumnya digunakan air laut. Data statistik perikanan menunjukkan
untuk mengawetkan bahan pangan yang bahwa produksi perikanan Indonesia
bersifat mudah rusak atau busuk, karena meningkat rata – rata sebesar 3,39% dari
pengawetan dapat menghambat atau tahun 1999 – 2000, dengan peningkatan
memperlambat proses fermentasi, 3.682.444 ton pada tahun 1999 dan 3.807.191
pengasaman dan peruraian yang disebabkan ton pada tahun 2000 (Puslitbang
oleh mikroba. Namun belakangan ini, tidak perikanan,2000).
jarang produsen yang mengawetkan bahan
pangan dengan bahan pengawet kimia yang Ikan selain memiliki kandungan protein tinggi
sangat berbahaya bagi kesehatan seperti dan mempunyai nilai biologis yang tinggi
formalin (Afrianto, 2005). yakni mencapai 80%, jaringan pengikatnya
sedikit, umumnya berdaging tebal dan putih
Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi sehingga memungkinkan dijadikan berbagai
menguntungkan karena dengan bahan bahan olahan (Adawyah, 2008).
pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan
dari kehidupan mikroba baik yang bersifat Pada ikan dengan kadar air 40%, bakteri pada
pathogen yang dapat menyebabkan keracunan ikan sudah tidak aktif, namun sporanya masih
atau masalah kesehatan lainnya maupun tetap hidup. Spora tersebut akan tumbuh dan
mikrobial yang menyebabkan pembusukan aktif kembali jika kadar air naik kembali.
(Cahyadi, 2006). kadar air dapat naik dengan cepat apabila
proses yang dilakukan tidak dilakukan dengan
Bahan pengawet dan antioksidan alami baik, misalnya cara pengepakan dan
hampir terdapat pada semua tumbuh penyimpanan yang tidak baik (Afrianto,
tumbuhan dan buah-buahan tersebar di 2005).
seluruh tanah air.Sebagai contoh, asam sitrat
yang bersumber dari jeruk nipis untuk Ikan merupakan bahan pangan yang mudah
menunda pembusukan daging dan ikan. rusak (membusuk). Hanya dalam waktu
Selain itu, gambir dan buah pinang kaya akan sekitar 8 jam sejak ikan ditangkap dan
senyawa polifenol yang mampu menghambat didaratkan akan timbul proses perubahan
proses oksidasi dari bahan makanan yang yang mengarah pada kerusakan. Karena itu
berlemak (Anonimous, 2012). agar ikan dan hasil perikanan lainnya dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin, perlu
Buah pinang mengandung polifenol, tanin, dijaga kondisinya (Adawyah, 2008).
lemak, gula, air, dan minyak yang
mengandung alkoloid. Beberapa penelitian Ikan selain memiliki kandungan protein tinggi
yang telah dilakukan, diketahui bahwa tanin dan mempunyai nilai biologis yang tinggi
dan alkoloid dalam minyak biji pinang adalah yakni mencapai 80%, jaringan pengikatnya
sedikit, umumnya berdaging tebal dan putih
sehingga memungkinkan dijadikan berbagai tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/
bahan olahan (Adawyah, 2008). penampungan ekstrak) hingga diperoleh
ekstrak (perkolat).
Pada ikan dengan kadar air 40%, bakteri pada
ikan sudah tidak aktif, namun sporanya masih Data yang diperoleh dari hasil perlakuan
tetap hidup. Spora tersebut akan tumbuh dan disajikan dalam bentuk tabel kemudian
aktif kembali jika kadar air naik kembali. dianalisis secara bivariat untuk mengetahui
kadar air dapat naik dengan cepat apabila efektifitas tentang penggunaan ekstrak biji
proses yang dilakukan tidak dilakukan dengan buah pinang untuk memperlama waktu
baik, misalnya cara pengepakan dan simpan ikan dengan perendaman selama
penyimpanan yang tidak baik (Afrianto, setengah jam mengunakan konsentrasi ekstrak
2005). biji buah pinang 0% (sebagai kontrol), 0,5%,
1%, 1,5%, dan 2%

Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Jenis penelitian ini adalah pra eksperimen
dengan desain pre test-post test yang Hasil penelitian yang dilakukan
menggambarkan penggunaan ekstrak biji mengenai penggunaan ekstrak biji buah
buah pinang untuk memperlama waktu pinang untuk memperpanjang masa simpan
simpan pada ikan kembung (Rastrelliger ikan kembung dengan melakukan
catagurna). perendaman pada ikan kembung
menggunakan ekstrak biji buah pinang selama
Percobaan dilakukan dengan perlakuan setengah jam menggunakan 5 konsentrasi
perendaman selama setengah jam berbeda, yaitu 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%
menggunakan 5 konsentrasi yang berbeda masing-masing tiap perlakuan dilakukan
yaitu ekstrak biji buah pinang 0% 0,5%, 1%, pengulangan sebanyak 4 kali. Hasil tiap
1,5%, 2% dan dilakukan 4 kali pengulangan. perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan ini.
Februari- Juni 2013
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Ikan
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kembung (Restrellinger
Kesehatan Daerah Jalan Willem Iskandar catagurna) Tanpa Perendaman
Pasar V Barat I No 4 Medan dan Dengan Perendaman
Ekstrak Biji Buah Pinang
Adapun objek penelitian adalah ikan (Areca catechu L)
kembung (Rastrelliger catagurna) segar yang
akan diperpanjang masa simpannya dengan Waktu Simpan
ekstrak biji buah pinang. Dalam penelitian ini, Ikan Kembung Rata-rata
NO Perlakuan (menit)
pengambilan sampel sesuai dengan kebutuhan
penelitian sebanyak 20 ekor, dimana setiap I II III IV
perlakuan masing-masing terdiri atas 4 ekor 1. 0% 330 330 360 360 5 jam 45 menit
ikan kembung(Rastrelliger catagurna) dalam
2. 0,5% 480 480 450 450 7 jam 45 menit
satu wadah.
3. 1% 570 540 570 540 9 jam 15 menit
Ekstrak biji buah pinang diperoleh 4. 1,5% 600 570 570 570 9 jam 37 menit
dari proses perkolasi yakni sejenis ekstraksi 5. 2% 600 660 630 660 10 jam 37 menit
dengan menggunakan pelarut organik yang
selalu baru dan dilakukan secara perlahan
hingga penyaringan sempurna yang umumnya Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
dilakukan pada suhu kamar. Tahapan dalam bahwa rata – rata waktu simpan ikan yang
perkolasi meliputi tahap maserasi antara, tidak diberi perendaman ekstrak biji buah
pinang adalah selama 5 jam 45 menit. Pada 28.723 dengan nilai probabilitas 0.272,
ikan yang diberikan perendaman ekstrak biji dimana p = (0.272>0,05) yang artinya Ho
buah pinang 0,5% selama setengah jam waktu diterima. Hal ini menunjukkan distribusi data
simpannya bertambah menjadi 7 jam 45 waktu simpan ikan yang direndam pada
menit. Pada ikan yang diberikan perendaman konsentrasi 2% berdistribusi normal.
ekstrak biji buah pinang 1% selama setengah
jam waktu simpannya 9 jam 15 menit. Ikan Tabel 4.3. Hasil Uji Kesamaan Varians
dengan perendaman ekstrak biji buah pinang Waktu Simpan Ikan kembung
1,5% selama setengah jam waktu simpannya (Restrellinger Catagurna)
9 jam 37 menit, dan Ikan dengan perendaman Dengan Menggunakan
ekstrak biji buah pinang 2% selama setengah Berbagai Konsentrasi Ekstrak
jam waktu simpannya 10 jam 37 menit. Biji Buah Pinang (Areca
Catechu L)
Berdasarkan hasil bivariat Pengaruh
Penambahan Pinang (Areca catechu L) Uji Levene df1 df2 Sig.
Terhadap Waktu Simpan Ikan kembung
(Restrellinger catagurna) dapat dilihat 1.636 4 15 0.217
sebagai berikut,
Pada tabel 4.3. di atas diketahui bahwa nilai
Tabel 4.2. Hasil Uji Shapiro wilk Waktu signifikansi atau probabilitasnya adalah 0,217
Simpan Ikan kembung dimana p = (0,217) > 0,05 yang artinya Ho
(Restrellinger catagurna) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa varians
Dengan Menggunakan data populasi darimana data sampel ditarik
Berbagai Konsentrasi Ekstrak seragam (homogen).
Biji Buah Pinang (Areca
catechu L) Tabel 4.4. Hasil Uji Kruskal Wallis Waktu
Simpan Ikan kembung
Standart (Restrellinger Catagurna)
NO Perlakuan Sig.
deviasi Dengan Menggunakan
1 0% 17.321 0.024 Berbagai Konsentrasi Ekstrak
Biji Buah Pinang (Areca
2 0,5% 17.321 0.024 Catechu L)
3 1% 17.321 0.024
Chi Square df Sig.
4 1,5% 15.000 0.001
5 2% 28.723 0.272
17.961 4 0.001
Pada tabel 4.2. diketahui bahwa perlakuan
perendaman dengan konsentasi 0%, 0,5%,
Pada tabel 4.4. didapatkan nilai probabilitas
dan 1% memiliki nilai standar deviasi 17. 321
0,001 yang dapat diasumsikan adanya
sedangkan konsentrasi 1,5% memiliki standar
perbedaan rata – rata waktu simpan ikan
deviasi 15.000. Pada tabel tersebut diperoleh
kembung pada berbagai perendaman
bahwa nilai signifikansi atau probabilitas pada
menggunakan ekstrak biji buah pinang
konsentrasi 0%, 0,5%, dan 1% secara
menggunakan masing – masing konsentrasi.
bersamaan p = (0.24<0.05), dan nilai
probabilitas konsentrasi 1,5% adalah 0,001,
dimana p = (0.001<0,005) yang artinya Ho
ditolak. Hal ini menunjukkan distribusi data
waktu simpan ikan pada konsentrasi 0%,
0,5%, 1%, dan 1,5% tidak berdistribusi
normal. Sedangkan pada perendaman
konsentrasi 2% memiliki standar deviasi
semakin lama proses perubahan fisik ikan
Tabel 4.5. Hasil Uji Mann Whitney Waktu yang mengarah kerusakan dapat ditunda.
Simpan Ikan kembung
(Restrellinger Catagurna) Hasil perlakuan pada masing – masing
Dengan Menggunakan perendaman ikan menggunakan berbagai
Berbagai Konsentrasi Ekstrak konsentrasi ekstrak biji buah pinang
Biji Buah Pinang (Areca didapatkan ikan kembung yang direndam
Catechu L) menggunakan ekstrak biji buah pinang 2%
menghasilkan waktu simpan ikan yang paling
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi Beda Nyata (I- Sig. lama, artinya ikan yang direndaman
Lengkuas Lengkuas J)
0% 0,5% -120.000(*) 0,018
menggunakan konsentrasi 2% memiliki
1% -210.000(*) 0,018 kondisi fisik yang baik.
1,5% -232.000(*) 0,017
2% -292.500(*) 0,019
Secara fisik, ikan yang direndam
0,5% 0% 120.000(*) 0,018
1% -90.000(*) 0,018 menggunakan ekstrak biji buah pinang 2%
1,5% -112.500(*) 0,017 memang memiliki waktu simpan yang paling
2% -172.500(*) 0,019
1% 0% 210.000(*) 0,018 lama, namun saat dilakukan uji rasa ikan
0,5% 90.000(*) 0,018 setelah dilakukan penggorengan terlebih
1,5% -22.500 0,096
2% -82.300(*) 0,019 dahulu ikan yang direndam menggunakan
1,5% 0% 232.500(*) 0,017 ekstrak biji buah pinang 1,5% dan 2%
0,5% 112.500(*) 0,017
1% 22.500 0,096 mengalami perubahan rasa, dimana pada
2% -60.000(*) 0,025 konsentrasi keduanya menghasilkan ikan
2% 0% 292.500(*) 0,019
0,5% 172.500(*) 0,019 yang memiliki rasa pahit yang berasal dari
1% 82.500(*) 0,019 pinang itu sendiri. Sedangkan ikan yang
1,5% 60.000(*) 0,025
direndam menggunakan ekstrak biji buah
pinang 1%, dan 0,5% tidak memiliki
Dari hasil uji Mann Whitney yang
perubahan rasa ataupun penambahan rasa
membandingkan antar konsentrasi didapatkan
apapun.
adanya perbedaan rata rata secara nyata pada
masing – masing konsentrasi yang berarti
ikan yang dihasilkan pada masing - masing
konsentrasi memiliki perbandingan waktu Kesimpulan dan Saran
yang cukup nyata kecuali pada perbandingan
konsentrasi 1% terhadap konsentrasi 1,5% Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dan sebaliknya yang artinya ikan yang diperoleh penggunaan ekstrak biji pinang
dihasilkan pada perendaman menggunakan (Areca catechu L) untuk memperpanjang
ekstrak biji buah pinang 1% tidak memiliki masa simpan ikan kembung (Rastrellger
perbedaan waktu yang signifikan dengan ikan catagurna) tahun 2013 di Medan dapat
yang direndam menggunakan ekstrak biji disimpulkan sebagai berikut :
buah pinang 1,5%. Terdapat perbedaan rata-rata waktu simpan
dari tiap-tiap ikan yang direndam selama
Berdasarkan pengamatan fisik didapatkan setengah jam menggunakan berbagai
urutan perubahan fisik pada masing – masing konsentrasi ekstrak biji pinang. Pada ikan
ikan pada berbagai konsentrasi hampir sama, kontrol memiliki rata-rata waktu simpan 5
yaitu dimulai pada perubahan kondisi mata jam 45 menit. Untuk ikan yang direndam
menjadi buram, insang berlendir, elastisitas menggunakan 0,5% ekstrak biji pinang
tekstur daging turunm insang kecokelatan, memiliki waktu simpan 7 jam 45 menit. Ikan
lalu mengeluarkan bau busuk yang direndam menggunakan 1% ekstrak biji
pinang selama setengah jam bertahan hingga
Namun bukan berarti urutan perubahan fisik 9 jam 15 menit. Ikan yang direndam ekstrak
pada ikan pada masing – masing konsentrasi biji pinang masih awet hingga 9 jam 37 menit,
terjadi secara bersamaan. Dari hasil penelitian dan untuk ikan yang direndam ekstrak biji
yang dilakukan didapatkan, semakin tinggi pinang 2% memiliki waktu simpan 10 jam 37
kadar konsentrasi ekstak biji buah pinang, menit.
Dengan pengujian statistik terbukti bahwa ada catatan/metoda-ekstraksi.html .
perbedaan waktu simpan ikan yang direndam pada tanggal 30 September 2012
menggunakan berbagai konsentrasi ekstrak
biji pinang dengan nilai p = 0,001 , 2012. Pemanfaatan Bahan
Pengawet dan Antioksidan Alami
Perendaman ikan menggunakan ekstrak biji pada Industri Bahan Makanan.
buah pinang yang paling lama menambah Diakses dari
waktu simpan ikan kembung adalah ikan http://avisditya.blogspot.com
kembung yang direndam menggunakan /2012/04/pemanfaatan-bahan-
ekstrak biji buah pinang 2%, namun pengawet-dan.html. pada tanggal 10
perendaman ikan pada konsentrasi ini September 2012.
menyebabkan perubahan rasa pada ikan
tersebut. Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek
Kesehatan Bahan Tambah
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk Makanan. Bumi Aksara. Jakarta.
menghilangkan rasa pahit yang dihasilkan
ekstrak biji pinang agar dapat dimanfaatkan Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan
sebaik-baiknya. Lingkungan. EGC. Jakarta.

Bagi peneliti selanjutnya dapat dicoba Hanafiah, K. A. 2003. Rancangan Percobaan


mengawetkan makanan dengan menggunakan Teori dan Aplikasi. Raja Gravindo
bahan alami yang lain yang lebih murah, Persada, Jakarta.
mudah didapatkan di alam.

Harborne, J.B 1996. Metode Fitokimia:


DAFTAR PUSTAKA Penuntun Cara Modern
Menganalisa Tumbuhan, Penerbit
Adawiyah, R. 2008. Pengolahan dan ITB. Bandung
Pengawetan Ikan. Bumi Aksara.
Jakarta. Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan.
Penebar Swadaya. Jakarta
Afriyanto, E & Liviawaty, E. 2005.
Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Pusat penelitian dan pengembangan
Kanistus. Jakarta.. perikanan. 1997. Estimasi Potensi
dan Tingkat Pemanfaatan
Anonimous, 2008. Budidaya Pinang. Diakses Sumberdaya Ikan Laut Indonesia.
dari http://cerianet-agricultur. tahun 1997. Kementerian perikanan
blogspot.com/2008/12/budidaya-
pinang.html diakses 160912. pada Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci
tanggal 16 September 2012. Identifikasi Ikan, Jilid I. bina cipta.
Bandung.
, 2009. Minyak Pinang. Diakses
dari Sihombing, T. 2000. Pinang: Budidaya dan
http://forperta.co.cc/articles.php? Prospek Bisnis. Penebar swadaya.
article_id=10. Pada tanggal 19 Jakarta.
Septmber 2012 Suyono & Budiman. 2010. Ilmu Kesehatan
, 2011. Manfaat Polifenol. Diakses
Masyarakat dalam Konteks
dari Kesehatan Lingkungan. EGC.
http://masterherbal.wordpress.com/
Jakarta
tag/manfaat-polifenol/. Pada tanggal Widodo, J & Suadi. 2006. Pengolahan
28 Septmber 2012.
Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah
_______, 2012. Metoda Ekstraksi. Diakses mada University press. Yogyakarta.
dari http://catatankimia.com/
Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya di Balik
Lezatnya Makanan. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Yunizar, Y. 2010. Efektifitas Air Kubis
(Brassica oleracea) dalam
Mengawetkan Ikan kembung
(Scomber canagorta) di Medan
tahun 2010. Departemen Kesehatan
Lingkungan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sumatera
Utara.

You might also like