You are on page 1of 12

Andy Setiawan/2008/Junior Auditor

Kesehatan bank, pentingkah?

Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara dalam
menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) kepada pihak yang membutuhkan
dan kekurangan dana (defisit) jadi bank merupakan lembaga intermediary atau perantara
penyalur dana. Sesuai dengan pengertian bank menurut PSAK No. 31 yaitu: “Suatu lembaga
yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit unit),
serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.”

Bank juga merupakan alternatif pilihan masyarakat dalam menyimpan uangnya karena
bank merupakan tempat yang aman dan terpercaya sebagai lembaga yang menyediakan fasilitas
yang memadai dalam pengelolaan dan penempatan dana.

Oleh karena itu, diperlukan faktor “kepercayaan” dari masyarakat, karena banyaknya
bank yang dilikuidasi membuat masyarakat harus cermat dalam memilih bank yang akan
dijadikan tempat untuk menyimpan uang karena tingkat kesehatan bank merupakan faktor
utama para nasabah sebelum menjadi nasabah bank tersebut.

Dengan pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia yang antara lain ditandai dengan
banyaknya bank-bank yang bermunculan, maka sangat diperlukan suatu pengawasan terhadap
bank-bank tersebut. Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank sentral memerlukan suatu
kontrol terhadap bank-bank untuk mengetahui bagaimana keadaan keuangan serta kegiatan usaha
masing-masing bank.

Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin kompleks dan
beragam akan meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi bank. Perubahan eksposur risiko
bank dan penerapan manajemen risiko akan mempengaruhi profil risiko bank yang selanjutnya
berakibat pada kondisi bank secara keseluruhan.

Oleh karena itu perkembangan metodologi penilaian kondisi bank senantiasa bersifat
dinamis sehingga sistem penilaian tingkat kesehatan bank harus diatur kembali agar lebih
mencerminkan kondisi bank saat ini dan di waktu yang akan datang. Pengaturan kembali tersebut

Fundamental Development Program (FDP) Bank Jatim


Andy Setiawan/2008/Junior Auditor

antara lain meliputi penyempurnaan pendekatan penilaian (kualitatif dan kuantitatif) dan
penambahan faktor penilaian.

Contohnya, saat Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor


13/24/PBI/2011 yang intinya menyatakan bahwa sistem penilaian analisis kesehatan bank
diubah dari CAMELS menjadi RGEC (Risk profile, Good corporate governance, Earnings, &
Capital), sekaligus menggantikan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004.

CAMELS VS RGEC

-CAMELS

Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode
dan saat tertentu sesuai dengan Standar Bank Indonesia. Penilaian tingkat kesehatan bank yang
selama ini dikenal dengan metode CAMEL yang terdiri atas Penilaian Kuantitatif dan atau
Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan (Capital), kualitas aset (Assets Quality),
manajemen (Management), rentabilitas (Earnings), dan likuiditas (Liquidity). Analisis rasio
CAMEL dalam menilai kinerja keuangan bank berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 meliputi:

1. Permodalan (Capital)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a. kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan


yang berlaku

b. komposisi permodalan

c. trend ke depan/proyeksi KPMM

d. aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank

Fundamental Development Program (FDP) Bank Jatim


Andy Setiawan/2008/Junior Auditor

e. kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan
(laba ditahan)

f. rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha;

g. akses kepada sumber permodalan

h. kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.

2. Kualitas Aset (Asset Quality)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a. aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif

b. debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit

c. perkembangan aktiva produktif bermasalah (non performing asset)dibandingkan dengan aktiva


produktif

d. tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)

e. kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif

f. sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif

g. dokumentasi aktiva produktif

h. kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

Fundamental Development Program (FDP) Bank Jatim


Andy Setiawan/2008/Junior Auditor

3. Manajemen (Management)

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:

a. manajemen umum

b. penerapan sistem manajemen risiko

c. kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan
atau pihak lainnya.

4. Rentabilitas (Earnings)

Penilaian factor rentabilitasmeliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a. return on assets (ROA)

b. return on equity (ROE)

c. net interest margin (NIM)

d. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional

e. perkembangan laba operasional

f. komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan

g. penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya

h. prospek laba operasional.

Fundamental Development Program (FDP) Bank Jatim


Andy Setiawan/2008/Junior Auditor

5. Likuiditas (Liquidity)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a. aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan

b. 1-month maturity mismatch ratio

c. Loan to Deposit Ratio (LDR)

d. proyeksi cash flow 3 bulan mendatang

e. ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti

f. kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management/ALMA)

g. kemampuan Bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-
sumber pendanaan lainnya

h. stabilitas dana pihak ketiga (DPK).

6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)

Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi :

a. kemampuan modal bank dalam meng-cover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi
(adverse movement) suku bunga dan nilai tukar

b. kecukupan penerapan manajemen risiko pasar

Fundamental Development Program (FDP) Bank Jatim


Andy Setiawan/2008/Junior Auditor

-RGEC

Per Januari 2012 seluruh Bank Umum di Indonesia sudah harus menggunakan pedoman
penilaian tingkat kesehatan bank yang terbaru berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mewajibkan Bank
Umum. Tatacara terbaru tersebut, kita sebut saja sebagai Metode RGEC, yaitu singkatan dari
Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital.

Pedoman perhitungan selengkapnya diatur dalam Surat Edaran (SE) Bank Indonesia
No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
tersebut merupakan petunjuk pelaksanaan dari Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011,
yang mewajibkan Bank Umum untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) Tingkat
Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik
secara individual maupun secara konsolidasi.

Mengacu ke SE tersebut, prinsip-prinsip umum penilaian tingkat kesehatan bank umum


yang menjadi landasan dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank adalah berorientasi Risiko,
Proporsionalitas, Materialitas/Signifikansi, dan Komprehensif/Terstruktur. Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank secara individual mencakup penilaian terhadap faktor-faktor berikut: Profil
Risiko, GCG, Rentabilitas, dan Permodalan.

1.Profil Risiko

Penilaian faktor Profil Risiko merupakan penilaian terhadap Risiko inheren dan
kualitas penerapan Manajemen Risiko dalam aktivitas operasional Bank. Risiko yang wajib
dinilai terdiri atas 8 (delapan) jenis Risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko
Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan
Risiko Reputasi. Dalam menilai Profil Risiko, Bank wajib pula memperhatikan cakupan
penerapan Manajemen Risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia
mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.

Fundamental Development Program (FDP) Bank Jatim


Andy Setiawan/2008/Junior Auditor

Salah satu perbedaan utama metode RGEC dan Metode CAMELS adalah perhitungan
profil risiko pada metode RGEC menggunakan dua dimensi penilaian, yaitu (1) Penilaian Risiko
Inheren dan (2) Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko.

2. Penilaian Good Corporate Governance (GCG)

Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen Bank atas
pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap
pelaksanaan prinsip-prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai
Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum No. 8/4/PBI/2006 dengan memperhatikan karakteristik dan
kompleksitas usaha bank.

3. Penilaian Rentabilitas (Earnings), meliputi:

a. evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber Rentabilitas, kesinambungan


(sustainability) rentabilitas, dan manajemen rentabilitas.

b. Penetapan peringkat faktor rentabilitas dilakukan berdasarkan analisis yang komprehensif dan
terstruktur terhadap parameter/indikator rentabilitas.

c. Penetapan faktor rentabilitas dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yakni peringkat 1,


peringkat 2, peringkat 3, peringkat 4, dan peringkat 5.

4. Penilaian Permodalan (Capital), meliputi:

a. evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan.

b. Dalam melakukan penilaian, bank perlu mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, dan
stabilitas permodalan dengan memperhatikan kinerja peer group serta kecukupan manajemen
permodalan bank.

Fundamental Development Program (FDP) Bank Jatim


Andy Setiawan/2008/Junior Auditor

c. Parameter/indikator dalam menilai permodalan meliputi kecukupan modal bank dan


pengelolaan permodalan bank

Metode Baru (RGEC), Lebih Komprehensif!

Sesuai dengan Peratuan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum, Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan
menggunakan pendekatan berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating). Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank dilakukan terhadap Bank secara individual maupun konsolidasi

Tahap-tahap penilaian bank pada RGEC boleh disebut model penilaian kesehatan bank
yang sarat dengan manajemen resiko. Menurut BI dalam PBI tersebut, Manajemen Bank perlu
memperhatikan prinsip-prinsip umum berikut ini sebagai landasan dalam menilai Tingkat
Kesehatan Bank: Berorientasi Risiko, Proporsionalitas, Materialitas dan Signifikansi, serta
Komprehensif dan Terstruktur. Tingkat kesehatan bank berdasarkan CAMELS, selama ini
telah efektif dalam memberikan gambaran kesehatan bank namun begitu, perlu
disempurnakan sesuai dengan perkembangan kompleksitas bisnis bank dan memenuhi
ekspektasi stakeholders yang semakin tinggi.

Dari pembahasan CAMELS sebelumnya terlihat, bahwa faktor-faktor dalam CAMELS


belum memberikan gambaran yang utuh tentang bagaimana bank dikelola. Masing-masing
komponen dan faktor dalam diagram masih dianalisis secara terpisah, dan belum mempehatikan
adanya keterkaitan antara satu parameter dengan parameter lainnya. Misalnya, faktor Capital dan
Earnings sangat dipengaruhi oleh faktor Asset Quality, karena Asset Quality yang buruk akan
menyebabkan kecukupan permodalan terganggu untuk mengantisipasi kerugian dimasa depan.

Selain dari belum adanya keterkaitan antara faktor dan komponen, CAMELS juga
belum memperhitungkan kinerja masa depan serta perbandingan bank dengan bank
sejenis (peer analysis). Misal dalam penilaian faktor Asset Quality, CAMELS belum
memperhitungkan potensi penurunan kualitas kredit / potensi peningkatan NPL. Hal-hal
tersebut, menjadi alasan mengapa perlu penyesuaian metode Penilaian Tingkat Kesehatan
dari CAMELS ke RBBR.

Fundamental Development Program (FDP) Bank Jatim


Andy Setiawan/2008/Junior Auditor

Updated Version.

Sebenarnya sistem penilaian kesehatan bank antara CAMEL tidak berbeda jauh
dengan RGEC. Beberapa bagian tampak masih sama seperti masih digunakannya sistem
penilaian permodalan dan rentabilitas. Adapun sistem penilaian manajemen pun diganti
menjadi Good Corporate Governance. Sedangkan untuk komponen kualitas asset dan
likuiditas dijadikan satu dalam komponen profil risiko. Hanya saja terdapat beberapa
perbedaan kecil yang sebenarnya merupakan penyempurnaan terbaru, namun sangat berpengaruh
diantara kedua metode tersebut. Berikut penjelasannya :

1. Capital CAMELS VS Capital RGEC

Untuk perhitungan CAR baik untuk CAMELS maupun RGEC menggunakan


rumus yang sama. Tetapi yang membedakan adalah terletak pada perhitungan ATMR (Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko. Pada CAMELS, yang masih menggunakan regulasi Basel I, hanya
memperhitungkan ATMR dengan menggunakan risiko kredit dan risiko pasar saja. Sedangkan
untuk perhitungan ATMR pada RGEC, dimana regulasi Basel II sudah digunakan, selain
menggunakan risiko kredit dan risiko pasar, maka ditambah dengan menggunakan risiko
operasional.

2. Asset Quality + Liquidity + Sensitifity to Market Risk = Risk Profile

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/24/PBI/2011, Risk Profile yang wajib
dinilai terdiri dari Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Operasional, Risiko Likuiditas,
Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi, yang mana
kesemuanya adalah faktor Asset Qualty, Liquidity, dan Sensitifity to Market Risk pada
metode CAMELS.

Dalam penilaian CAMELS, jika hasil peringkat suatu bank pada parameter atau indikator
pada Asset Quality, Liquidity, & Sensitifity to Market Risk buruk, maka dapat diprediksi bahwa
bank tersebut akan mengalami kebangkrutan. Tetapi dalam penilaian RGEC, jika hasil peringkat

Fundamental Development Program (FDP) Bank Jatim


Andy Setiawan/2008/Junior Auditor

suatu bank pada parameter atau indikator pada Risk Profile buruk, maka bank tersebut belum
dapat diprediksi akan mengalami kebangkrutan selama parameter penanganan risiko bank itu
sangat baik sehingga dapat mencegah atau meminimalisasi akan terjadinya kebangkrutan.

3. Kredit Asset Quality VS Kredit Risk Profile

Seperti halnya perbedaan Capital seperti penjelasan diatas, maka penilaian kredit pada
Asset Quality dan Risk Profile pun mengalami perbedaan yang terkait dengan adanya perubahan
regulasi juga yaitu adanya revisi PSAK No. 50 dan No. 55 pada tahun 2006 tentang Instrumen
Keuangan. Adanya revisi tersebut mengakibatkan adanya perubahan padanan PPAP menjadi
CKPN. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebenarnya PPAP sejenis dengan CKPN karena
sama-sama merupakan pencadangan pada kredit. Yang membedakan adalah perlakuannya,
dimana pencadangan kredit pada PPAP didasarkan pada ketentuan kolektibilitasnya sedangkan
untuk pecadangan kredit pada CKPN didasarkan pada data kerugian kredit yang telah terjadi.

4. Liquidity CAMELS VS Liquidity Risk Profile

Parameter atau indikator yang digunakan untuk memperhitungkan antara


Liquidity CAMELS dengan Liquidity Risk Profile sebagian besar memiliki persamaan.
Yang membedakan adalah bahwa pada parameter Liquidity CAMELS terdapat perhitungan rasio
LDR (Loan Deposits Ratio) sedangkan pada parameter Liquidity Risk Profile tidak terdapat
adanya perhitungan rasio tersebut.

5. Market Risk CAMELS VS Market Risk Profile

Perbedaan yang signifikan antara Market Risk CAMELS dengan Market Risk Profile
adalah adanya parameter atau indikator strategi dan kebijakan bisnis setiap masing-masing bank
pada penilaian pada Market Risk Profile. Sedangkan untuk Market Risk CAMELS lebih terfokus
pada penerapan sistem manajemen risiko pasar.

Fundamental Development Program (FDP) Bank Jatim


Andy Setiawan/2008/Junior Auditor

6. Management CAMELS VS Good Corporate Governance RGEC

Pada Management CAMELS, masih sama-sama menggunakan parameter atau


indikator Good Corporate Governance pada manajemen umum, namun pada RGEC
digunakan pula penerapan sistem manajemen risikonya serta kepatuhan bank terhadap peraturan-
peraturan yang berlaku, dimana pada komponen RGEC, kepatuhan tersebut terdapat dalam
penjelasan mengenai Risiko Kepatuhan pada Risk Profile.

7. Earnings CAMELS VS Earnings RGEC

Pada Earnings CAMELS, terdapat parameter atau indikator perhitungan BOPO (Beban
Operasional dibagi dengan Pendapatan Operasional), sedangkan Earnings RGEC tidak ada
perhitungan BOPO. Sebagai gantinya, pada Earnings RGEC terdapat parameter atau indikator
Beban Operasional dibagi dengan Total Aset dan Pendapatan Operasional yang juga dibagi
dengan Total Aset.

Old Generation (CAMELS) VS Young Generation (RGEC), Which one is the best?

CAMELS adalah metode kesehatan bank yang sudah sangat familiar namun metode
penilaian kesehatan bank dengan metode ini sudah bisa dibilang “Old Generation”, kenapa? –
Dulu, Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan
kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara
penilaian tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS yaitu Capital, Asset quality,
Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk. Kriteria sensitivity to market
risk merupakan aspek tambahan dari metode penilaian kesehatan bank yang sebelumnya, yaitu
CAMEL. CAMEL pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak dikeluarkannya Paket Februari
1991 mengenai sifat-sifat kehati-hatian bank. Paket tersebut dikeluarkan sebagai dampak
kebijakan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 1988). CAMEL berkembang menjadi
CAMELS pertama kali pada tanggal 1 Januari 1997 di Amerika. CAMELS berkembang di
Indonesia pada akhir tahuan 1997 sebagai dampak dari krisis ekonomi dan moneter. Analisis
CAMELS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian

Fundamental Development Program (FDP) Bank Jatim


Andy Setiawan/2008/Junior Auditor

tingkat Kesehatan Bank Umum dan Tahun 2007 untuk bank syariah. 2004-2012, +/- 8 Tahun
sudah metode CAMELS digunakan, dan selama periode itu pula perkembangan produk
dan jasa serta bisnis bank begitu pesat hingga perlu adanya perubahan/update pada
metode generasi lama tersebut. Per Januari 2012 seluruh Bank Umum di Indonesia sudah harus
menggunakan pedoman penilaian tingkat kesehatan bank yang terbaru berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011 atau sudah dikenal dengan metode penilaian
kesehatan bank RGEC yang merupakan “New Generation” yang mulai disosialisasikan
tahun 2011-2012 untuk menggantikan yang lama.

Lalu kenapa harus beralih kepada yang lebih baru? -Beralihnya CAMELS ke RGEC
sebagai penilaian kesehatan bank yang baru tentunya ditopang oleh Basel II untuk menciptakan
pendekatan lebih menyeluruh dalam mengantisipasi risiko dengan berpedoman Risk
Profile dan adanya PBI Peraturan Bank Indonesia yang terbaru nomor 13/1/PBI/2011. RGEC
mencakup komponen-komponen RISK PROFILE untuk menilai risiko (kredit yang terdiri dari
15 rasio dengan peringkat atau bobot yang telah ditetapkan Bank Indonesia, pasar yang terdiri
dari 17 rasio, likuiditas, operasional, hukum, strategi, kepatuhan, dan reputasi), GOOD
CORPORATE GOVERNANCE, EARNING, dan CAPITAL.

Mana yang terbaik? -Beberapa rasio yang ada dalam komponen CAMELS melebur ke
dalam RGEC bahkan ada yang masih tetap digunakan deperti komponen Earning dan Capital.
Ditambah dengan kemunculan beberapa indicator lain yang merupakan update terbaru untuk
mengimbangi perkembangan perkembangan masa kini yang menempatkan RGEC menjadi
lebih komprehensif dibandingkan CAMELS dalam menunjukkan tingkat kesehatan bank
dimasa kini, namun masih ada kelemahan dari metode RGEC ini, yaitu belum memasukkannya
Corporate Social Responsibility atau yang lebih dikenal dengan CSR dimana untuk menilai
pemberdayaanserta kontribusinya terhadap masyarakat, mengingat paradigma bisnis global
saat ini sudah mulai berubah dari dulunya yang lebih kepada aspek materiil menjadi
aspek social. Hal tersebut tidak terlepas dari suistainability perusahaan yang mana
keberlanjutan perusahaan untuk survive tidaknya di masa depan akan sangat tergantung
pada bagaimana perusahaan dapat memberikan nilai lebih kepada
masyarakat/lingkungan disekitarnya.

Fundamental Development Program (FDP) Bank Jatim

You might also like