Professional Documents
Culture Documents
TERJEMAHAN JURNAL
Divisi Bedah Pediatri, Departemen Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Pennsylvania,
AS
Abstrak
Apendisitis akut adalah salah satu keadaan darurat yang paling umum dalam
bedah pediatrik di seluruh dunia. Diagnosis dan penatalaksanaan apendisitis pada
anak melibatkan serangkaian pemeriksaan khusus dan khas oleh dokter. Meskipun
penegakan diagnosis dapat diperoleh terutama melalui klinis penderita, namun
dengan pemanfaatan pencitraan dan pemeriksaan laboratorium dapat membantu
pemeriksa dalam membuat diagnosis yang lebih cepat, mencegah komplikasi
apendisitis menjadi appendisitis perforasi dan mengurangi tingkat appendektomi.
Pada anak-anak telah ditekankan untuk meminimalkan paparan radiasi akibat
pencitraan, dengan demikian terdapat beberapa pencitraan yang digunakan dalam
membantu diagnosis yaitu MRI dan ultrasound (USG).
Kini telah dikembangkan bebrapa langkah berupa algoritma dalam
mengelompokkan pasien dengan apendisitis akut ke dalam beberapa kategori,
diantaranya risiko rendah, menengah, dan tinggi. Setelah didiagnosis, pengobatan
apendisitis akut dibedakan menjadi simple apendisitis (tanpa komplikasi),
mendapat penanganan berupa pengangkatan dengan laparoskopi, sedang
apendisitis dengan komplikasi berupa perforasi ditangani dengan pembedahan
primer atau drainase perkutaneus dengan appendektomi bertahap.
Baru-baru ini, terdapat beberapa ketertarikan pengobatan simple apendicitis (tanpa
komplikasi) dengan menggunakan antibiotik. Pada jurnal ini, kami akan mengulas
bukti yang telah ada dan membahasnya untuk kepentingan dimasa yang akan
datang.
Pendahuluan
Apendisitis akut adalah kegawatdaruratan bedah pediatrik yang paling umum di seluruh
dunia. Evaluasi dan manajemen yang cepat sangat penting demi meminimalkan tingkat
komplikasi. Terlepas dari prevalensinya, masih menjadi kontroversi antara strategi
manajemen apendisitis dengan adanya kemunculan teknik bedah yang lebih baru,
belakangan ini terdapat perhatian pada terapi non-operasi yang berpotensi sebagai
alternatif terapi dalam kasus-kasus tertentu, dan mulai diperdebatankan tentang
manajemen terbaik pada apendisitis dengan komplikasi.
Tujuan dari tinjauan jurnal ini yaitu untuk memberikan pembaruan pengetahuan
mengenai apendisitis pada populasi anak (pediatri), yang berfokus khusus pada
patogenesis, diagnosis, dan strategi manajemen saat ini.
Epidemiologi
Pertahunnya apendisitis akut meningkat dari satu menjadi enam per 10.000 untuk usia
sejak lahir hingga empat tahun, 19-28 per 10.000 untuk anak-anak di bawah usia 14
tahun dengan tingkat risiko sebesar 9% untuk laki-laki dan 7% untuk perempuan dan
insiden puncaknya terjadi antara usia 11 dan 12 tahun 1-3.
Apendisitis jarang terjadi pada usia dibawah lima tahun dengan prevalensi kasus sebesar
5% 4. Dengan tingkat prevalensi tersebut meningkatkan kesulitan diagnosis pada
mereka, dibuktikan dengan peningkatan angka apendisitis perforasi.
Tingkat perforasi menurun dengan bertambahnya usia, dengan tingkat hampir 100%
pada usia satu tahun, 50-69% pada usia lima tahun, dan lebih bervariasi lagi, tetapi
umumnya kurang dari 30% pada anak yang usianya lebih tua 1,4- 6.
Belum diketahui atau ditemukan adanya faktor mutasi genetik yang berperan secara
langsung dalam peningkatan risiko apendisitis, meskipun telah diperkirakan bahwa
adanya gangguan regulasi pada sistem imunitas usus dikarenakan oleh faktor genetik
7,8
dapat berperan dalam patogenesis apendisitis . Studi telah menunjukkan bahwa
walaupun faktor genetik dapat menjelaskan hingga 30% dari risiko seumur hidup untuk
9-11
apendisitis, namun risiko terbesar adalah disebabkan oleh faktor lingkungan . Di
Amerika Serikat, studi baru-baru ini telah menemukan tingkat apendisitis perforasi yang
lebih tinggi pada anak-anak Afrika-Amerika dan Hispanik. Meskipun perbedaan ras
dalam pemberian perawatan mungkin ada, hal demikian tidak sepenuhnya disebabkan
oleh keterlambatan perawatan 12-14.
Variasi musiman kejadian apendisitis akut telah dicatat dalam beberapa penelitian dari
berbagai daerah geografis. Tingkat apendisitis meningkat pada bulan-bulan terjadinya
15-19
musim panas ketika suhu lebih hangat dan ada peningkatan kelembaban . Masih
belum jelas apakah adanya efek langsung dari suhu dan kelembaban yang dapat
memainkan peranan dalam patogenesis apendisitis atau apakah hal tersebut terkait
dengan variasi musiman polutan udara atau peningkatan infeksi gastrointestinal pada
bulan-bulan musim panas 20.
Diagnosa
Diagnosis kelainan abdomen pada anak-anak dapat menjadi sebuah tantangan.
Pemanfaatan pencitraan dan studi laboratorium dapat membantu pemeriksa dalam
membuat diagnosis yang lebih cepat, mencegah komplikasi dari perforasi appendiks dan
mengurangi tingkat appendektomi. Tidak ada satupun tes dengan sensitivitas dan
spesifisitas tinggi untuk mendiagnosis apendisitis akut, dan dengan demikian pencitraan
dan studi laboratorium harus selalu dipertimbangkan dalam hubungan nya dengan
riwayat pasien dan hasil temuan pada pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan Laboratorium
Penanda laboratorium bermanfaat untuk melengkapi temuan klinis pada pasien anak-
anak. Yang paling diperhatikan adalah jumlah sel darah putih (WBC), tingkat protein
C-reaktif, dan tingkat prokalsitonin. Jumlah WBC bervariasi berdasarkan usia, dan dapat
meningkat pada gastroenteritis, adenitis mesenterika, dan kondisi infeksi lainnya.
Jumlah WBC meningkat hingga 96% pada anak-anak dengan apendisitis dengan
sensitivitas variabel (68-79%) dan spesifisitas (80-96%) telah dilaporkan 6,35,36.
Dalam suatu penelitian terbaru, pasien anak-anak dengan kombinasi tingkat C-reaktif
protein lebih besar dari 3 mg / dL (tingkat normal kurang dari 3 mg / dL) dan jumlah
WBC lebih besar dari 12.000 / mm3 (normal antara 4.500 dan 10.000 / mm3 ) memiliki
rasio odds 7,75 prediktif apendisitis akut 37.
Prokalsitonin, berupa prekursor kalsitonin yang dikeluarkan oleh sel K di paru-paru dan
sel C kelenjar tiroid yang jarang terdeteksi dalam serum, tetapi meningkat sebagai
respons terhadap endotoksin dan sitokin inflamasi. Tingkat prokalsitonin tidak
digunakan secara rutin di sebagian besar pusat kesehatan. Penelitian telah menunjukkan
bahwa pemeriksaan tersebut spesifik (97%) tetapi tidak sensitif (80%) dengan nilai
prediksi positif 72% untuk apendisitis perforasi, menunjukkan bahwa ia mungkin
memiliki kegunaan dalam membedakan apendisitis dengan komplikasi dan yang tidak
38,39
.
Modalitas Pencitraan
Tujuan dari studi pencitraan ada dua: tujuan pertama adalah untuk mengkonfirmasi
atau menyingkirkan diagnosis apendisitis akut, dan yang kedua adalah untuk
membedakan apendisitis tanpa komplikasi, non-perforasi dengan yang perforasi atau
yang mengalami suatu keadaan komplikasi, yang dapat berpengaruh pada
penatalaksanaan. Pada anak-anak, telah ditekankan secara khususuntuk meminimalkan
paparan radiasi, dan dengan demikian modalitas pencitraan yang berbeda telah
dipelajari lebih lanjut.
Ultrasonografi Transabdominal
Pada anak-anak, USG merupakan pemeriksaan lini pertama yang berguna. Alat ini
tersedia dengan cepat tanpa risiko radiasi dan mudah, dapat diikuti dengan pencitraan
diagnostik lainnya jika perlu. Akurasi USG tergantung pada visualisasi apendiks, yang
mungkin sulit karena faktor operator, bentuk tubuh pasien, dan gas usus di atasnya.
Dalam sebuah studi multicenter baru-baru ini, sensitivitas dan spesifisitas USG dalam
diagnosis apendicitis yaitu masing-masing sebesar 98% ketika apendiks dapat
divisualisasikan dan 92% atau lebih rendah jika apendiks tidak dapat diidentifikasi 40
USG non-diagnostik dalam konteks klinis pasien tanpa leukositosis mungkin setara
41
dengan USG negatif dalam kemampuannya untuk menyingkirkan apendisitis ,
menyoroti peningkatan akurasi menggabungkan alat diagnostik.