You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini meningitis merupakan salah satu penyakit serius yang harus segera
ditangani dengan benar karena letaknya dekat dengan otak dan tulang belakang
sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus,
bakteri, jamur atau parasit yang menyebar dalam darah dan cairan otak.
Meningitis juga dapat disebabkan oleh tindakan medis. 0,8 sampai 1,5%
pasien yang menjalani craniotomy mengalami meningitis. 4 sampai 17% pasien
yang memakai I.V. Cath. mengalami meningitis. 8% pasien yang memakai E. V.
Cath. mengalami meningitis. 5% pasien yang menjalani lumbar catheter mengalami
meningitis. Dan meningitis terjadi 1 dari setiap 50.000 kasus pasien yang menjalani
lumbar puncture (van de Beek, 2010). Secara keseluruhan, mortality rate pasien
meningitis adalah 21%, dengan kematian pasien pneumococcal meningitis lebih
tinggi dari pasien meningococcal meningitis (van de Beek, 2004).
Angka kejadian meningitis mencapai 1-3 orang per 100.000 orang (Centers
for Disease Control and Prevention). Angka kejadian meningitis pada laki-laki
lebih tinggi daripada perempuan terutama pada periode natal. Angka kesakitan
tertinggi terjadi setelah meningitis mengenai anak-anak pada neonates hingga umur
dibawah 5 tahun.Pada anak usia lebih dari 2 bulan 95% meningitis disebabkan oleh
Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus. Hemofilus influenza
merupakan organism yang paling dominan menyerang pada anak-anak di usia 3
bulan sampai 3 tahun. Infeksi Escherichia coli jarang terjadi pada anak-anak
dengan usia lebih dari satu tahun. Meningitis meningococus terjadi pada bentuk
epidemic dan ditularkan melalui infeksi droplet dari sekresi nasofaring.Meningitis
ini sering terjadi pada anak-anak usia sekolah dan adolesens.
Oleh karena itu mengingat jumlah penyebaran penyakit infeksi meningitis
semakin hari semakin meningkat, kami bermaksud untuk mengulas lebih lanjut
mengenai penyakit Meningitis melalui makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari Meningitis?
1.2.2 Apa etiologi dari Meningitis?
1.2.3 Apa saja klasifikasi dari Meningitis?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi Meningitis?
1.2.5 Bagaimana manifestasi klinis Meningitis?
1.2.6 Bagaimana pemeriksaan diagnostic untuk mendeteksi meningitis?
1.2.7 Bagaimana penatalaksaan medis meningitis?
1.2.8 Apa saja komplikasi yang dapat terjadi akibat meningitis?
1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan meningitis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian meningitis.
1.3.2 Untuk mengetahui etilogi meningitis.
1.3.3 Untuk mengetahui klasifikasi meningitis.
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi meningitis.
1.3.5 Untuk mengetahui manifestas klinis meningitis.
1.3.6 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic untuk mendeteksi meningitis.
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan medis klien dengan meningitis.
1.3.8 Untuk mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat meningitis.
1.3.9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan meningitis.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Meningitis

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur(Smeltzer, 2001). Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan
piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh


salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok,
Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada selaput otak.Selaput otak


merupakan lapisan yang encer/tipis sebagai sebuah pelindung atau pelapis otak dan
jaringan saraf pada tulang punggung. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme seperti virus dan bakteri. Peradangan yang terjadi pada selaput
otak ini dapat mengakibatkat eksudasi berupa pus atau serosa akibat bakteri dan
virus.

2.2 Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan
dengan wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan

Dari berbagai etiologi diatas dapat menyerang manusia dengan klasifikasi


usia sebagai berikut :

1. Neonatus
Pada bayi baru lahir biasanya meningitis disebabkan oleh bakteri
sepertiEserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria
monositogenes.
2. Anak di bawah 4 tahun
Pada usia ini biasanya meningitis disebabkan olehHemofilus influenza,
meningococcus, Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa
Pada anak usia diatas 4 tahun dan orang dewasa, meningitis dapat terjadi
karena bakteri seperti Meningococcus, Pneumococcus.

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi Meningitis adalah sebagai berikut:
1. Meningitis Kriptikokus
Meningitis kriptikokus adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur
kriptokokus.Jamur kriptokokkus ini bisa masuk ke tubuh manusia saat
menghirup debu atau tahi burung yang kering. Kriptokokus ini dapat
menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain. Gejala pada meningitis ini
muncul secara perlahan.Gejala pertama yang muncul termasuk demam,
kelelahan, pegal-pegal pada leher, sakit kepala, kebingungan, penglihatan
mulai kabur, mual dan muntah.Sakit kepala yang ditimbulkan sangat sulit untuk
ditoleransi, bahkan tidak mampu diredakan oleh paracetamol.
Untuk menentukan diagnosis harus dilakukan tes laboratorium.Tes ini
menggunakan darah atau cairan sumsum tulang belakang. Tes untuk
kriptokokus ini ada dua cara yatu tes CRAG dan tes biakan. Pada tes CRAG,
mencari antigen (protein) yang dihasilkan oleh jamur kriptokokus. Tes ini cepat
dilakukan dan hasilnya dapat dilihat pada hari yang sama.Sedangkan pada tes
biakan, mencoba menumbuhkan jamur kriptokokkus.Tes ini membutuhkan
waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil yang positif (Yayasan
Spiritia, 2006).
2. Viral meningitis
Viral meningitis termasuk penyakit ringan.Penyebab meningitis viral di
dunia termasuk enterovirus, virus campak, VZV, danHIV. Meningitis ini
memiliki gejala yang hampir mirip dengan sakit flu biasa, dan gejala pertama
yang muncul hampir sama dengan gejala meningitis kriptokokus. Biasanya
demam yang terjadi sering pada 38-40 derajat dan diikuti kejang.
Untuk mengetahui diagnose meningitis viral harus dilakukan pungsi
lumbal, dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium yaitu
pemeriksaan hematologi dan kimia, pemeriksaan CSF, dan CT Scan.
3. Bacterial meningitis
Bacterial meningitis merupakan penyakit yang serius.Salah satu bakteri
penyebab meningitis bakterial adalah meningococcal bacteria.Gejala yang
ditumbulkan seperti timbul bercak kemerahan atau kecoklatan pada kulit.
Bercak kemerahan yang timbulakan berkembang menjadi memar yang dapat
mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh sehingga berakibat
fatal dan menyebabkan kematian.
4. Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Meningitis ini disebabkan oleh kuman mikobakterium tuberkulosa
varian hominis.gejala pertama yang ditimbulkan meliputi demam, obstipasi,
muntah dan mual, kelelahan, dan ditemukan tanda-tanda perangsangan
meningen seperti kaku kuduk, abdomen tampak cekung, gangguan saraf otak
dan suhu badan yang tidak stabil. Untuk menentukan diagnose harus dilakukan
pemeriksaan cairam seperti cairan otak, darah, radiologi, dan tes tuberculin.
5. Meningitis Purulenta
Penyebab meningitis purulenta diantaranya Diplococcus pneumonia
(pneumokok), Neisseria meningitides (meningokok), Stretococcus
haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia
coli, Klebsiella pneumoniae, Pneudomonas aeruginosa.Gejala yang dapat
timbul pada meningitis purulenta yaitu demam tinggi, menggigil, kaku kuduk,
tingkat kesadaran menurun, nyeri kepala, mual dan mntah serta nyeri pada
punggung dan sendi.Pada diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan cairan otak,
antigen bakteri pada cairan otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test
kepekaan sumber infeksi, radiologik, pemeriksaan EEG. (Harsono., 2003)
2.4 Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru,
trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring
posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran
vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan
bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di
dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen
dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke
dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada
darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK (
tekanan intracranial).
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-
Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh
darah yang disebabkan oleh meningokokus.

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :


1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan
koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut :
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan
fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut
dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah
satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang
berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-
tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur,
sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler
diseminata.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah
sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip
terhadap beberapa jenis bakteri.
b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya
negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi
bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
10. Pemeriksaan Rasangan Meningeal
a. Pemeriksaan kaku kuduk
Pasien terlentang dan dilakukan gerakan pasif seperti fleksi dan rotasi
kepala.Kaku kuduk positif (+) jika terjadi kekakuan dan tahanan pada
pergerakan fleksi kepala disertai nyeri dan spasme otot.Dagu tidak bisa
menyentuh dada, tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.
b. Pemeriksaan tanda kering
Pasien dalam posisi terlentang, tangan diangkat, melakukan gerakan fleksi
pada panggul, kemudian ekstensi tungkai bawah sendi lutut yang jauh tanpa
disertai nyeri. Tanda kering positif (+) jika saat ekstensi sendi lutut pasien
tidak bisa mencapai sudut 135 dengan disertai spasme otot pada dan nyeri.
c. Pemeriksaan tanda Brudzinski I (pada leher)
Posisi pasien terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya di bawah
kepala pasien dan tangan kan di atas dada pasien kemudian melakukan
fleksi kepala dengan cepat ke arah dada. Tes Brudzinski positif (+) jika saat
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
d. Pemeriksaan tanda Brudzinski II (pada kontra lateral tungkai)
Posisi pasien terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul.Tanda brudzinski II positif (+) jika tungkai yang satunya ikut
terfleksi juga.

2.7 Penatalaksaan Medis

Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu


menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna
sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan
pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati barier
darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk
menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin
generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian
antimikroba lebih efektif digunakan.

Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg


selama 1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama
3 bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):

1. Sefalosporin generasi ketiga


2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:

1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-


0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau
Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat
digunakan untuk mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena.

2.8 Komplikasi
1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder

You might also like