You are on page 1of 7

NAMA: RIKA SANDI ARIANTO (SMP AL-FURQAN JEMBER)

TUGAS: TUGAS AKHIR M3

Pengorganisasian Informasi/Pengetahuan Dalam Ingatan Manusia

I. PENDAHULUAN

Memori atau ingatan adalah retensi informasi dari waktu ke waktu yang
melibatkan encoding, penyimpanan dan pengambilan kembali. Para psikolog pendidikan
mempelajari bagaimana informasi diletakan atau disimpan dalam memori, bagaimana ia
dipertahankan atau disimpan setelah disandikan (encoded), dan bagaimana ia ditemukan atau
diungkapkan kembali untuk tujuan tertentu dikemudian hari. Memori membuat diri kita terasa
berkesinambungan. Tanpa adanya memori, kita tidak mampu menghubungkan apa yang terjadi
kemarin dengan apa yang sedang kita alami sekarang.
Otak merupakan perangkat yang paling kompleks di dunia. Trilyunan sel otak memiliki
fungsi spesifik tetapi saling berhubungan. Mengendalikan seluruh aspek fisik dan psikis manusia.
Baik secara sadar maupun tak sadar. Kapasitas penyimpanan memori di dalam otak jauh melebihi
kapasitas hardisk computer terbesar sekalipun.
Otak memiliki kemampuan menangani algoritma rumit secara bersamaan dalam jumlah tak
terbatas, jauh melebihi kemampuan prosesor komputer tercanggih sekalipun. Tapi sayangnya
manusia tidak mampu mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga otak tidak
memungkinkan semua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna, melainkan berangsur-
angsur akan menghilang. Tetapi ketika orang yang bersangkutan diminta untuk mengingat kembali
hal yang sudah diingatnya, terkadang mulai terlupakan sebagiannya.
Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan memori
seperti pengorganisasian, lupa, serta mempertajam ingatan.
II. PEMBAHASAN

2.1 Organisasi
Pengorganisasian atau penataan informasi di dalam memori kita, maka kita akan terbantu
dalam mengingat dan menghadirkannya kembali. Strategi penataan memori yang baik, yakni
dengan mengelompokkan atau “mengepak” informasi menjadi unit-unit “higher order” yang dapat
diingat sebagai satu unit tunggal disebut juga dengan chunking. Chunking dilakukan dengan
membuat sejumlah besar informasi menjadi lebih mudah dikelola dan lebih bermakna. Pada
bagian ini akan dibahas tentang tentang proses organisasi.

1. Konteks
Jalan lain yang dilakukan dalam pengorganisasian proses yang terlihat untuk
mengoperasikan memori adalah bagaimana pengaruh konteks dalam memori. Cara informasi
dikode dan disimpan dalam memori dapat dengan mudah dipengaruhi oleh konteks. Contohnya
kontek verbal dalam kata kemacetan dicodekan seperti strawberi versus kemacetan lalu lintas
akan menentukan jenis vitur yang dikodekan dalam memori. Aturan konteks bisa menseleksi fitur
tertentu yang ditujukan untuk pengkodean dan penyimpanan. Singkatnya konteks berfungsi untuk
membantu mengatur fitur tertentu dalam penempatannya di memori.

2. Proses Konstruktif
Secara umum, proses konstruktif merujuk pada tindakan bagaimana kita dapat
mengintegrasikan atau mengatur informasi dalam memori sebuah pola yang lebih kurang koheren
disebut skema. Dapat dipahami, sebuah skema dapat mempengaruhi bagaimana
informasi. informasi baru dapat diintegrasikan ke dalam memori jangka panjang.
Dalam sebuah penelitian, John Bransford dan Jeffrey Frank mengemukakan bahwa
manusia mengenal informasi meskipun itu tidak eksplisit di presentasikan untuk belajar. Mereka
disajikan dengan subjek daftar kalimat sederhana yang jika digabungkan akan mewakili sebuah
kalimat kompleks yang mengandung beberapa ide. Perhatikan kalimat berikut yang merupakan ide
kompleks: kucing takut berlari dari gonggongan anjing dan melompat di atas meja. Ide kompleks
ini dapat dibagi menjadi empat ide sederhana sebagai berikut:
a. Kucing itu takut b. Kucing itu berlari
c. Anjing itu menggonggong d. Kucing itu melompat di atas meja

3. Memori Semantik
Memori semantik adalah pengetahuan umum siswa tentang dunia. Memori ini mencakup:
1. Pengetahuan tentang pelajaran di sekolah (seperti pengetahuan geometri).
2. Pengetahuan tentang bidang keahlian yang berbeda (seperti pengetahuan catur).
3. Pengetahuan “sehari-hari” tentang makna kata, orang terkenal, tempat-tempat penting, dan
hal-hal umum.
Studi memori semantik menitik beratkan pada memori alami, yaitu memori yang
menyimpan apa-apa saja yang didapatkan dari pengalaman berbahasa. pandangan yang populer
tentang memori semantik yaitu beragam makna dari kata-kata yang saling berhubungan di dalam
memori dengan berbagai persetujuan dalam memori. Tidak semua link diantara kata- kata yang
terkait sama-sama penting. Kata-kata yang lebih kritis atau penting terkait dengan makna konsep
dianggap lebih dekat disbanding kata-kata lain.
Salah satu tes model jaringan seperti subjek di minta untuk menjawab pertanyaan tentang
apakah burung kenari berwarna kuning? Apakah burung kenari terbang?. Lama waktu yang
dibutuhkan seseorang untuk menjawab “ya” atau “tidak”. Hal ini berteori bahwa pencarian di
memori untuk pertanyaan ini memerlukan pengaktifan kode yang terlibat, seperti, kinari dan
kuning, kinari dan terbang, dan aktifitas kemudian menyebar keseluruh jaringan kompleks link
terkait. Jika diansumsikan bahwa antara kuning dan kenari lebih dekat dari pada hubungan antara
terbang dan burung kenari. Singkatnya waktu reaksi terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini
dianggap sebagai ukuran kekuatan sambungan atau waktu antara dua kode.

4. Pengelompokan persepsi dan memori


Ide penting yang berasal dari teori Gelstalt memori adalah bahwa hal-hal yang
dikelompokkan perceptual akan menentukan cara mereka akhirnya diselenggarakan di memori.
Informasi di lingkungan kita terkadang special atau temporal terorganisasi sehingga kita
menggunakan organisasi ini untuk mengkodekan dan menyimpan informasi. Misalnya nomor
telepon dikelompokkan menjadi dalam urutan tiga dijit dan empat digit.

2.2 Lupa
1. Pengertian
Lupa Menurut Nairne (2000) dalam Santrock adalah kegagalan dalam mengambil kembali
informasi karena kurangnya petunjuk pengambilan yang efektif. Jadi lupa juga dapat di artikan
peristiwa tidak dapat memproduksi tanggapan kita, sedangkan ingatan kita sehat.
Lupa bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penyimpanan, tetapi karena ada
informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat informasi yang kita inginkan. Bagi
siswa yang belajar untuk ujian (PAI), kemudian untuk ujian Sejarah dan kemudian dia menempuh
ujian PAI terlebih dahulu, maka informasi tentang Sejarah akan mencampuri ingatan tentang PAI.
jadi teori interferensi mengimplikasikan bahwa strategi belajar yang baik adalah mempelajari
terlebih dahulu ujian yang akan diberikan terakhir. jadi dari contoh diatas, siswa lebih baik
mempelajari Sejarah terlebih dahulu baru kemudian PAI.
2. Faktor-faktor Penyebab Lupa
Ada beberapa faktor yang menyebabkan individu lupa:
a. Gangguan konflik antara item-item informasi (materi) yang ada dalam sistem memori.
Gangguan konflik ini terjadi karena dua faktor yaitu proactive interverence dan retroactive
interverence.
1) Proactive Interverence
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran yang
sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi
pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi
pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam
tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat
sulit diingat adatu diproduksi kembali.
2) Retroactive Interverence
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi
pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama
yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam
hal ini, materi pejaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata
lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.
b. Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada,
baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya kemungkinan.
1) Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang
diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga
ke alam ketidaksadaran.
2) Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada,
jadi sama dengan fenomena retroaktif.
3) Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah
sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.

c. Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar
dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya mengenal atau
mempelajari hewan jerapah atau kuda Nil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya,
maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun
binatang.
d. Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar mengajar
dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi
sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan
mudah terlupakan.
e. Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau
dihafalkan siswa.
f. Lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang
penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak akan kehilangan
ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk
diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif,
karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua
orang maklum.
Apakah materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan
akalnya? Menurut pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak!” materi pelajaran itu masih terdapat
dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau diingat kembali.
Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah melakukan relearning (belajar
lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item
informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil
mencapai prestasi yang memuaskan.
3. Upaya mengurangi lupa
Lupa adalah bagian dari sifat manusia yang telah lumrah pada manusia, namun manusia
harus mengupayakan untuk mengurangi terjadinya lupa tersebut. cara-cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan memori, antara lain:

 Mnemonic: Menciptakan asosiasi antar hal yang harus diingat.


 Method of loci: Berusaha menciptakan gambaran seperti peta di benak kita dan
mengasosiasikan tempat-tempat dalam peta itu dengan hal yang ingin diingat.
 Peg word/ irama: Mengasosiasikan kata yang ingin diingat dengan kata lain yang
berirama.
 Menggunakan bayangan visual, misalnya John Conrad menggunakan bayangan visual
untuk mengingat pesanan makanan dari para tamu.
 Memahami hal yang harus diingat, dan tidak hanya menghafalkan di luar kepala. Hal yang
dipahami akan diingat lebih lama daripada hafalan luar kepala.
 Konteks ketika suatu hal sedang dipelajari sama dengan konteks ketika hal tersebut harus
diingat kembali (encoding specificity)
 Memori akan baik ketika individu merasa terlibat secara emosional, namun keterlibatan
emosional tidak terlalu tinggi.
 Menggunakan sebanyak mungkin cue ketika berusaha mengingat sesuatu.
 Memori akan lebih baik jika sesuatu dipelajari berulang kali walaupun masing-masing sesi
cukup pendek, daripada mempelajari sesuatu dalam satu sesi yang panjang. Jadi, lebih
baik mempelajari sesuatu dalam 3 sesi terpisah yang masing-masing lamanya 20 menit
daripada 1 sesi yang lamanya 1 jam.
 Memori akan lebih baik jika bahan pelajaran disimpan dalam beberapa cara, misalnya
mengingat suatu pelajaran baik dari segi visual maupun audio akan lebih baik daripada
hanya salah satu saja.

4. Model Memori Assosiatif Manusia


Salah satu jenis model jaringan memori manusia yang telah terkenal adalah model memori
assosiatif manusia yang dikembangkan oleh Jhon Anderson dan Gordon Bower pada tahun 1973.
Model ini menggambarkan memori sebagai kumpulan besar assosiasi terkait dalam jaringan yang
besar. Unit dasar dari model ini disebut sebagai proposisi yang merupakan hubungan bermakna
atau gramatikal unit yang dikodekan dari informasi yang tersimpan dalam memori.
III. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:


1. Pengorganisasian adalah cara lain untuk melihat proses berlangsungnya pengorganisasian
informasi di dalam memori adalah dengan melihat pengaruh kontek di dalam memori. Bentuk lain
dari proses kerja memori adalah constrative process yaitu mengacu kepada tindakan yang
dilakukan oleh manusia untuk mampu mengintegrasikan atau mengorganisasikan informasi di
dalam memori sehingga informasi tersebut menjadi lebih koheren.
2. Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk mengungkapkan kembali apa-apa yang dipelajari atau
yang diketahui sebelumnya. Salah satu penyebab kelupaan adalah kegagalan menggunakan
materi yang dipelajari, dalam arti kata terjadi karena perjalanan waktu, walaupun sebenarnya
perjalanan waktu tidak menyebabkan kelupaan, yang menyebabkan kelupaan adalah peristiwa
yang terjadi selam perjalanan waktu tersebut.

You might also like