You are on page 1of 18

MACAM-MACAM PENYELIDIKAN TANAH UNTUK PERENCANAAN

PONDASI

TUGAS

MATA KULIAH KONSTRUKSI BAJA II


DIAMPU OLEH Dr.RUNI ASMARANTO, ST., MT.

DISUSUN OLEH :

HARJUNA ARIF PURWANTO


NIM : 165060400111030

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
MALANG
2019
1. CONE PENETRATION TEST (SONDIR)
Pengujian sondir merupakan salah satu pengujian penetrasi yang bertujuan untuk
mengetahui daya dukung tanah pada setiap lapisan serta mengetahui kedalaman lapisan
pendukung yaitu lapisan tanah keras. Hal ini dimaksudkan agar dalam mendesain Pondasi
yang akan digunakan sebagai penyokong kolom bangunan diatasnya memiliki faktor
Keamanan (safety factor) yang tinggi sehingga bangunan diatasnya tetap kuat dan tidak
mengalami penurunan atau settlement yang dapat membahayakan dari sisi keselamatan akan
bangunan dan penghuni didalamnya.
Banyak terjadi kegagalan struktur (bangunan roboh/ runtuh) akibat tidak
diperhatikan pentingnya Pengujian Soil test ini, untuk itu sangat di sarankan untuk
melakukan pengujian tanah (sondir) ini, sehingga dapat didesain jenis pondasi yang aman dan
efektif sesuai dengan karakteristik tanah dari bangunan yang akan dibangun.
Sondir adalah alat berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus. Biasanya dipakai
adalah bi-conus type Begemann yang dilengkapi dengan selimut/jacket untuk mengukur
hambatan pelekat lokal (side friction) dengan dimensi sebagai berikut :
 Sudut kerucut conus : 60’
 Luas penampang conus : 10.00 cm²
 Luas selimut/jacket : 150 cm².
Dalam uji sondir, stang alat ini ditekan ke dalam tanah dan kemudian perlawanan tanah
terhadap ujung sondir (tahanan ujung) dan gesekan pada silimur silinder diukur. Alat ini telah
lama di Indonesia dan telah digunakan hampir pada setiap penyelidikan tanah pada pekerjaan
teknik sipil karena relatif mudah pemakaiannya, cepat dan amat ekonomis.
Sesungguhnya alat uji sondir ini merupakan representase atau model dari pondasi tiang
dalam skala kecil. Teknik pendugan lokasi atau kedalaman tanah keras dengan suatu batang
telah lama dipraktekan sejak zaman dulu. Versi mula-mula dari teknik pendugaan ini telah
dikembangkan di Swedia pada tahun 1917 oleh Swedish State Railways dan kemudian
oleh Danish Railways tahun 1927. Karena kondisi tanah lembek dan banyaknya penggunaan
pondasi tiang, pada tahun 1934 orang-orang Belanda memperkenalkan alat sondir sebagaimana
yang kita kenal sekarang (Barentseen, 1936).
Metode ini kemudian dikenal dengan berbagai nama seperti: “Static Penetration
Test” atau , Duch Cone Static Penetration Test dan secara singkat disebut sounding saja yang
berarti pendugaan. Di Indonesia kemudian dinamakan sondir yang diambil dari bahasa
Belanda. Uji sondir saat ini merupakan salah satu uji lapangan yang telah diterima oleh para
praktisi dan pakar geoteknik. Uji sondir ini telah menunjukkan manfaat untuk pendugaan profil
atau pelapisan (stratifikasi) tanah terhadap kedalaman karena jenis perilaku tanah telah dapat
diindentifikasi dari kombinasi hasil pembacaan tahanan ujung dan gesekan selimutnya.
Besaran penting yg diukur pada uji sondir adalah perlawanan ujung yg diambil sebagai
gaya penetrasi per satuan luas penampang ujung sondir (qc). Besarnya gaya ini seringkali
menunjukkan identifikasi dari jenis tanah dan konsistensinya. Pada tanah pasiran, tahanan
ujung jauh lebih besar daripada tanah butiran halus. Apa hubungan kuat dukung tanah dengan
data sondir (qc). Anda dapat melihat hubungan nilai tahanan konus (qc) terhadap konsistensi
tanah, sebagai berikut :
 Tanah yang sangat lunak nilai qc < 5 kg/cm²,
 Lunak 5-10 kg/cm²,
 Teguh 10-20 kg/cm²,
 Kenyal 20-40 kg/cm²,
 Sangat kenyal 40-80 kg/cm²,
 Keras 80-150 kg/cm², dan
 Sangat keras > 150 kg/cm².

Pelaksanaan test sondir ini mengacu pada prosedur ASTM.D.3441, dimana nilai
perlawanan conus (qc) dan nilai hambatan pelekat lokal atau side friction (fs) diamati setiap
interval kedalaman 20cm dengan kecepatan penetrasi saat pembacaan nilai qc dan fs,
diusahakan konstan yaitu kurang lebih 2cm/detik. Test ini dilaksanakan hingga mencapai
kemampuan maksimum alat, yakni nilai tekanan total atau qc = 250kg/cm2 atau hingga
mencapai kedalaman maksimum dibawah permukaan tanah setempat.
Hasil test sondir ini disajikan berupa diagram atau grafik hubungan antara kedalamaan dengan
qc, fs, total friction dan friction ratio.

Gambar 1. Grafik Tes Sondir


2. HAND BORING
Hand Boring adalah pekerjaan pengambilan sample tanah asli untuk mengetahui kondisi
tanah perlayer dan jika dimungkin sampai ke tanah keras. Dalam boring ini sekaligus dilakukan
dengan SPT (standard penetration test) disetiap interval 2,0m. Hal ini mengacu sesuai dengan
prosedur ASTM D.1586, dengan berat hammer adalah 63,5kg dan tinggi jatuh bebas hammer
adalah 76cm. Biasanya untuk pelaksanaan test digunakan Hammer Otomatis.
Contoh tanah yang diperoleh dari tabung SPT, dimasukan dalam kantong plastik dan
diberi label nama sesuai dengan nilai/jumlah pukulan, kedalaman dan nomor bornya. Contoh
tanah yang diperoleh dari SPT tsb bisa digunakan untuk visual description maupun test
laboratorium bila diperlukan.
Dalam Uji Laboratorium atas contoh tanah yang di peroleh dari pemboran meliputi antara
lain :
 Index Properties
 Water Content : Perbandingan berat kandungan air terhadap berat tanah kering
dinyatakan dalam persen.
 Wet Density : Nilai berat isi tanah (basah) yaitu perbandingan anatar berat tanah
lembab asli per sartuan volume, dalam gr/cm3.
 Dry Density : Nilai isi tanah (kering) yaitu perbandingan anatar berat tanah kering per
satuan volume, dalam gr/cm3.
 Specific Gravity (ASTM.D854) : Nilai berat jenis butiran.
 Degree of Saturation : Derajat kejenuhan tanah yaitu prosentase berat air yang mengisi
rongga atau pori-pori dalam persen.
 Atterberg Limits (ASTM D.4318) : Batas Cair (liquid limit), batas Plastis (plastic
limit), dan indeks plastis (plasticity index). Dari test ini juga bisa diketahui clasifikasi
tanah berdasarkan ketentuan USCS (unified soil classification system).
 Enginerring Properties
 Unconfined Compression (ASTM D.2166) : diperoleh nilai daya dukung tanah dalam
keadaan tanpa tekanan samping (uncofined) yang dinyatakan dalam satuan kg/cm2.
 Triaxial UU Test (ASTM D.2850) : Bertujuan untuk mendapatkan nilai kohesi c
(kg/cm2). Dan sudut gelincir dalam atau internal friction angel tanpa tekanan pori dan
dengan tekanan pori dinyatakan dalam derajat.
 Consolidation (ASTM D.2435) : untuk mendapatkan parameter koefisien konsolidasi
dan indeks konsolidasi untuk menghitung penurunan pondasi bangunan.
Metode pelaksanaan uji laboratorium ini disesuaikan dengan Standard ASTM untuk
setiap jenis test bersangkutan.
Gambar 2. Pelaksanaan Hand Boring

3. WATER CONTENT TEST


Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari butiran mineral-mineral padat yang
tidak tersementasi satu sama lainnya serta terletak diatas batuan batuan dasar. Ikatan butiran
relatif lemah yang disebabkan karena adanya ruang (rongga) diantara pertikel-pertikel butiran
pada tanah. Ruang tersebut berisi air dan udara malah bisa kedua duanya.
Apabila tanah sudah benar-benar kering maka tidak akan ada air sama sekali dalam
porinya. Keadaan ini jarang ditemukan di tanah yang masih dalam keadaan asli/tanah
dilapangan. Air hanya dapat dihilangkan dari tanah apabila kita ambil tindakan khusus untuk
maksud itu, misalnya dengan memanaskan didalam oven. Penyelidikan tanah yang memadai
merupakan suatu pekerjaan pendahuluan yang sangat penting pada perencanaan sebuah proyek.
Oleh sebab itu perlu dilakukan uji kadar air pada tanah agar derajat kejenuhan pada tanah jangan
sampai dikacaukan dengan kadar, yaitu perbandingan antara berat air dalam contoh tanah
dengan berat butir.
Segumpal tanah dapat terdiri dari 2 hingga 3 bagian.saat kondisi kering,. kondisi jenuh
air, tanah terdiri dari dua bagian yakni butiran tanah dan air pori. Pada kondisi natural, tanah
terdiri dari tiga bagian, yakni butir tanah, pori udara dan air pori. Hubungan berat dan volume
yang digunakan dalam mekanika tanah adalah : kadar air, porositas, angka pori, berat volume,
berat jenis derajat kejenuhan dan lain-lain.

Gambar 3. Proses Pengeringan pada Tes water content


4. SPESIFIC GRAVITY TEST
Pengujian (GS) ini bertujuan untuk mencari berat jenis butiran tanah (Gs). Berat jenis
tanah merupakan bandingan berat volume tanah dengan berat volum air. Pengujian berat jenis
tanah menggunakan standart ASTM D654-92 (1994). Berat jenis tanah dapat ditentukan dengan
cara membandingkan antara berat butir tanah tersebut dengan berat air (aquades) yang
mempunyai isi sama pada suhu standart. Berat jenis tanah dipengaruhi oleh :

1. Tekstur Tanah
Partikel tanah yang kasar, memiliki nilai berat jenis yang tinggi misalna pasir, ukuran
partikel pasir lebih besar daripada ukuran partikel liat sehingga berat jenis pasir lebih
tinggi daripada liat dan sebaliknya.
2. Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatangg yang
sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik tanah
memiliki berat jenis tanah. Semakin banyak kandungan bahan organik tanah,
menyebabkan semakin rendahnya berat jenis tanah.

Gambar 4. Uji Spesific Gravity

5. MECHANICAL GRAIN SIZE


Analisis saringan adalah menyaring dan menggetarkan contoh tanah melalui satu set
saringan dimana lubang-lubang saringan tersebut makin kecil secara berurutan. Sebaiknya,
dalam menggunakan standar untuk ukuran saringan, sfesifikasi saringan menggunakan ukuran
bukaan saringan sebenarnya daripada menggunakan nomor saringan. Contohnya, pilihlah untuk
menyatakan menggunakan saringan 2.00 mm daripada menyatakan menggunakan saringan No.
10. Sehingga tidak ada ambigu untuk ukuran saringan yang dimaksud.
Mula-mula sampel tanah dikeringkan terlebih dahulu, kemudian semua gumpalan
dipecah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dulu baru disaring dalam percobaan di
laboratorium. Setelah cukup waktu untuk mengayak dengan cara getaran, massa tanah yang
tertahan pada setiap saringan ditimbang. Untuk menganalisis tanah-tanah kohesif, barangkali
agak sulit untuk memecah gumpalan-gumpalan tanahnya menjadi partikel-partikel lepas yang
berdiri sendiri. Untuk itu, tanah tersebut perlu dicampur dengan air sampai menjadi lumpur
encer kemudian dibasuh seluruhnya melewati saringan-saringan tersebut. Bagian padat yang
tertahan pada setiap saringan dikumpulkan sendiri-sendiri. Kemudian masing-masing saringan
beserta tanahnya dikeringkan dalam oven, dan kemudian berat tanah kering tersebut ditimbang.
Hasil-hasil dari analisis saringan biasanya dinyatakan dalam presentase dari berat total.
Untuk mencari presentase tanah yang tertahan pada tiap saringan, yaitu :
% retained = (Berat tanah tertahan) / (Jumlah berat tanah tertahan) x 100%
Sedangkan untuk mencari presentase tanah yang lolos adalah :
% finer = 100 % – % retained
Dari perhitungan tersebut, kemudian plotkan kedalam grafik distribusi ukuran butir, sehingga
dapat diketahui apakah masuk ke dalam kategori bergradasi baik atau tidak. Dan dari grafik,
dapat kita tentukan coefficient of uniformity (cu) dan coefficient of curvature (cc).
cu = D60/D10
cc = 〖D30〗^2/(D60 x D10)
Dengan :
D60 = diameter yang bersesuaian dengan 60% lolos saringan yang didapatkan dari kurva
distribusi ukuran butir.
D10 = diameter yang bersesuaian dengan 60% lolos saringan.
D30 = diameter yang bersesuaian dengan 30% lolos saringan.

Tabel 1 Klasifikasi Grain Size

6. HYDROMETER TEST
Test analisa hidrometer diperlukan kalau 90 % atau lebih dari contoh yang ditest lolos
ayakan no 200; atau untuk manentukan harga activity tanah (apabila dari cotoh tanah yang lolos
ayakan no 200 kurang dari 90 %). Pada analisa hidrometer, contoh tanah yang ditest dilarutkan
dalam air; dalam keadaan dispersed butir-butir tanah akan turun mengendap dengan bebas ke
dasar bejana. Kecepatan menngendap butir-butir tanah berbeda-beda tergantung dari ukuran-
ukuran butir tanah tersebut. Butiran tanah yang terbesar akan mengendap lebih dahulu dengan
kecepatan mengandap yang lebih besar.
Gambar 5. Uji Hidrometer

7. ATTEBERG LIMITS TEST


Atterberg Limit diciptakan oleh Albert Atterberg seorang kimiawan Swedia, yang
kemudian diperbaharui oleh Arthur Casagrande. Limit ini adalah Perhitungan dasar dari tanah
butir halus. Apabila tanah butir halus mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat
di remas-remas (remolded) tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesif ini disebabkan karena
adanya air yang terserap di sekeliling permukaannya.
Atterberg mengenbangkan metode untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah butir halus
pada kadar air yang bervariasi. Berdasaarkan pada jumlah air pada tanah, tanah dapat
dipisahkan dalam 4 keadaan dasar : solid, semi-solid, plastis, dan cair.
Setiap tingkat mempunyai kepadatan dan tingkah laku tanah berbeda-beda dan begitu
juga properti teknisnya. Batas perbedaan antara setiap bentuk dapat ditentukan berdasarkan
perubahan kebiasaan tanah tersebut. Atterberg dapat digunakan antara silt dan clay, yang dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa bagian pada setiap jenisnya.
 PLASTIC LIMIT
Plastic Limit yaitu keadaan kadar air, dinyatakan dalam persen, dimana tanah mulai
berlaku seperti plastis. Apabila tanah digulung sampai dengan diameter 3 mm dan
menjadi retak. Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat keplastisan suatu
tanah. Cara pengujiannya sangat sederhana, yaitu dengan cara menggulung massa tanah
berukuran elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca datar.
 LIQUID LIMIT
Liquid limit adalah kadar air yang diperoleh pada jumlah pukulan 25 kali, yang bisa
diperoleh dengan bantuan flow curve yang telah dibuat.
 SHRINKAGE LIMIT
The shrinkage limit (SL) /batas susut adalah kandungan air kelolosan air tidak
menyebabkan penurunan volume. Tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnya
hilang perlahan dalam tanah. Dengan hilangnya air terus menerus, tanah akan mencapai
suatu keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak mengurangi volume.
Pengujian untuk menentukan shrinkage limit adalah ASTM International D427.
Shrinkage limit lebih jarang digunakan daripada liquid limit dan plastic limit.
SL = wi (%) - ∆w(%)
Dengan :
wi = kadar air tanah mula; dan ∆w = perubahan kadar air
Gambar 6. Alat untuk Uji Atteberg

8. UNCONFINED COMPRASSION TEST


Tujuan dari Unconfined Compression Test adalah untuk mengukur kuat tekan bebas
(unconfined compressive streght) dari lempung/lanau. Dari kuat tekan bebas dapat diketahui
kekuatan geser undrained (Cu), dan juga akan didapat klasifikasi tanah berdasrkan pada
keteguhan atau konsistensi tanah pada sampel uji. Pengujian unconfined-compression adalah
bentuk khusus dari uji UU yang umum dilakukan terhadap sampel tanah lempung. Pada uji ini
tegangan penyekap σ3 adalah nol. Tegangan aksial dilakukan terhadap benda uji secara
relatif cepat sampai mencapaikeruntuhan. Pada titik keruntuhan, harga tegangan total utama
kecil (total minor principal stress) adalah nol dan tegangan total utama besar adalah σ1. Karena
kekuatan geser kondisiair termampatkan dari tanah tidak tergantung pada tegangan penyekap,
maka (qu) atau kekuatan tekanan tanah kondisi tak tersekap adalah harga tegangan aksial
maksimum yang dapat ditahan oleh sampel uji silindris sebelum mengalami keruntuhan geser.
Nilai qu berhubungan dengan konsistensi tanah.

Tabel 2. Hubungan Nilai qu dengan Konsistensi Tanah

Gambar 7. Alat Unconfined Compression Test


9. DIRECT SHEAR TEST
Kekuatan geser tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut per satuan luas
terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah yang dimaksud. Uji
geser langsung merupakan pengujian yang sederhana dan langsung. Pengujian dilakukan
dengan menempatkan contoh tanah ke dalam kotak geser. Kotak ini terbelah, dengan setengah
bagian yang bawah merupakan bagian yang tetap dan bagian atas mudah bertranslasi. Kotak ini
tersedia dalam beberapa ukuran, tetapi biasanya mempunyai diameter 6.4 cm atau bujur sangkar
5,0 x 5,0 cm. Contoh tanah secara hati-hati diletakkan di dalam kotak, sebuah blok pembebanan,
termasuk batu-batu berpori bergigi untuk drainase yang cepat, diletakkan di atas contoh tanah.
Kemudian suatu beban normal Pv dikerjakan. Kedua bagian kotak ini akan menjadi sedikit
terpisah dan blok pembebanan serta setengah bagian atas kotak bergabung menjadi satu. Kuat
geser sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara lain :
1. Tekanan efektif atau tekanan antar butir.
2. Kemampuan partikel atau kerapatan.
3. Saling keterkuncian antar partikel: jadi, partikel-partikel yang bersudut akan lebih
saling terkunci dan memiliki kuat geser yang lebih tinggi Φ yang lebih besar) daripada
partikel-partikel yang bundar seperti pada tebing-tebing.
4. Sementasi partikel, yang terjadi secara alamiah atau buatan.
5. Daya tarik antar partikel atau kohesi.

Perhitungan pada pengujian kuat geser langsung :


1. Hitung gaya geser Ph
Ph = bacaan arloji x kalibrasi proving ring.
2. Hitung kekuatan geser.
3. Hitung tegangan normal (σn)
4. Gambarkan grafik hubungan ΔB/B versus τ , kemudian dari masing-masing benda uji
dapatkan τmax.
5. Gambarkan garis lurus melalui titik-titik hubungan τ versus σn dapatkan pula
parameter c dan Φ.
6. Untuk mendapat parameter c dan Φ dapat diselesaikan dengan cara matematis
(pesamaan regresi linear).

Kekuatan geser tanah dapat dianggap terdiri dari dua bagian atau komponen, yaitu :
1. Gesekan dalam, yang sebanding dengan tegangan efektif yang bekerja pada bidang
geser.
2. Kohesi yang tergantung pada jenis tanah dan kepadatannya tanah pada umumnya
digolongkan sebagai berikut :
 Tanah berkohesi atau berbutir halus (misal lempung)
 Tanah tidak berkohesi atau berbutir kasar (misal pasir)
 Tanah berkohesi-gesekan, ada c dan ф (misal lanau)

Tergantung dari jenis alatnya ,uji geser ini dapat dilakukan dengan cara tegangan geser
terkendali, dimana penambahan gaya geser dibuat konstan dan diatur, atau dengan cara
regangan terkendali dimana kecepatan geser yang diatur. Kelebihan pengujian dengan cara
regangan – terkendali adalah pada pasir padat, tahanan geser puncak (yaitu pada saat runtuh)
dan juga pada tahanan geser maksimumyang lebih kecil (yaitu pada titik setelah keruntuhan
terjadi) dapat diamati dan dicatat pada uji tegangan – terkandali, hanya tahanan geser puncak
saja yang dapat diamati dan dicatat.Juga harus diperhatikan bahwa tahanan geser pada uji
tegangan – terkendali besarnya hanya dapat diperkirakan saja., Ini disebabkan keruntuhan
terjadi pada tingkat tegangan geser sekitar puncak antara penambahan beban sebelum runtuh
sampai sesudah runtuh.
Kelemahan uji ini yaitu bidang gesernya tertekan dengan kondisi sebagai berikut :
 Bidang runtuh sudah ditentukan terlebih dahulu yaitu berupa bidang horisontal yang
belum tentu merupakan bidang yang terlemah.
 Jika dibandingkan dengan uji triaksial, dalam uji inI drainase tanah tidak terkontrol.
 Kondisi tegangan yang melewati benda uji tanah sangat komplek. Distribusi tegangan
normal dan tegangan geser meliputi permukaan longsor tidak seragam secara tipikal
ujung-ujungnya mengalami tegangan lebih besar daripada bagiaN pusat/tengah. Oleh
karena itu, bisa terjadi keruntuhan progresif pada benda uji yang sangat besar, misalnya
kuat geser tidak termobilisasi secara simultan.

Walaupun ada kelemahan, uji geser langsung masih tetap banyak digunakan karena
sederhana dan mudah dilaksanakan. Alat ini menggunakan jumlah tanah yang lebih kecil
daripada alat triaksial standar, sehingga waktu konsolidasi lebih singkat. Uji kotak geser
langsung (DS) dengan laju uji rendah akan memberikan nilai parameter kuat geser efektif c’
dan f‘ yang handal atau terpercaya.

Gambar 8. Alat Uji Direct Shear

10. TRIAXIAL COMPRESSION TEST


Salah satu cara menentukan parameter kekuatan geser tanah (kohesi c, dan sudut geser
dalam Φ) adalah uji Triaxial. Pada pengujian Triaxial, contoh tanah dibebani pada ketiga
sumbunya (sumbu Cartesius) dengan beban tekanan σ1, σ2, dan σ3. Pengujian bertujuan untuk
mensimulasikan kondisi yang sebenarnya di lapangan, yaitu bahwa suatu elemen tanah
menerima beban tekan dari atas (vertikal) yang terdiri dari beban tanah diatasnya
atau overburden pressure dan beban lainnya (σ1), serta tekanan tanah dari arah radial yang
mengekang (atau menghimpit) elemen tanah tersebut (σ2 dan σ3).
Tekanan yang diterima elemen tanah akibat kekangan dari tanah di sekelilingnya pada
umumnya merupakan tekanan radial (σr) yang mempunyai besaran sama pada semua arahnya,
sehingga σ2 sama dengan σ3. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu elemen
tanah akan menerima beban kekangan yang tidak sama besarnya (σ2 ≠ σ3), misalnya tekanan
radial pada elemen tanah di daerah dinding galian.
Berbeda dari pengujian unconfined, pengujian Triaxial memerlukan tekanan radial untuk
mengekang contoh tanah. Besarnya tekanan radial sering disebut sebagai σ3 (atau σmin pada
lingkaran Mohr), sedangkan besarnya tekanan yang mengakibatkan hancurnya contoh tanah
dinamakan tekanan maksimum (σ1).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengjian Triaxial adalah menjaga agar struktur butiran
contoh tanah tidak berubah selama proses persiapan pengujian, sehingga contoh tanah
mencerminkan kondisi sebenarnya dilapangan.
Untuk mensimulasikan kecepatan penambahan beban yang akan diterima elemn tanah di
lapangan, maka uji Triaxial dibagi menjadi tiga (3) metode. Ketiga cara tersebut adalah:
1. Unconsolidated Undrained (UU test atau quick test).
2. Consolidated Undrained (CU test)
3. Consolidated Drained (CD test)

Pengujian Unconsolidated Undrained dilakukan untuk mensimulasikan kondisi di


lapangan apabila penambahan/pemberian beban relatif cepat sehingga lapisan tanah belum
sempat terkonsolidasi (air di dalam pori tanah tidak sempat mengalir ke luar selama proses
pemberian beban), oleh karena itu pengujian ini juga dinamakan quick test. Sebagai contoh
dalam kasus ini adalah suatu lapisan tanah yang menerima beban relatif cepat seperti beban
urugan yang berlangsung relatif singkat.
Pengujian Consolidated Undrained dilakukan untuk mensimulasikan kondisi lapisan
tanah yang telah terkonsolidasi dan kemudian menerima penambahan beban yang relatif cepat.
Pada kasus ini mula-mula air di dalam pori tanah dibiarkan mengalir keluar akibat proses
konsolidasi, dan setelah tanah terkonsolidasi sempurna (100%), lapisan tanah tersebut
menerima tambahan beban yang relatif cepat sehingga air di dalam pori tanah pada saat
penambahan beban tidak sempat mengalir ke luar. Sebagai contoh pada kasus ini adalah beban
tanki yang didirikan di atas suatu urugan pada tanah lempung yang telah mengalami konsolidasi
100%.
Pengujian Consolidated Drained dilakukan untuk mensimulasikan kondisi pemberian
beban pada tanah yang telah terkonsolidasi dengan kecepatan yang relatif lambat dibandingkan
dengan keluarnya air dari pori tanah.
Parameter kekuatan geser tanah pada percobaan Triaxial ditentukan dengan bantuan
lingkaran Mohr. Parameter kekuatan geser tanah tersebut terdiri dari sudut geser dalam (Φ) dan
kohesi (c). selain itu, besarnya tekanan air di dalam pori tanah selama proses pembebanan pada
pengujian UU dan CU juga dapat ditentukan.
Gambar 9. Cara Kerja Alat Uji Triaxial

11. PERMEABILITY TEST


Pengujian untuk nilai permeabilitas tanah dilaboratorium biasanya dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan pengujian permeabilitas lapangan dan permeabilitas laboratorium. Untuk
pengujian permeabilitas laboratorium, ada dua metode yang digunakan, yaitu metode Constant
Head dan Falling Head. Metode Constant Head adalah metode pengujian permeabilitas yang
biasanya digunakan untuk tanah yang memiliki butiran kasar dan memiliki koefisien
permeabilitas yang tinggi, seperti pasir, kerikil atau beberapa campuran pasir dan lanau.
Kemudian untuk Metode Falling Head adalah metode pengujian permeabilitas yang biasanya
digunakan untuk tanah yang memiliki butiran halus dan memiliki koefisien permeabilitas yang
rendah seperti tanah lempung.

Gambar 10 Cara Kerja Uji Permeabilitas


12. CALIFORNIA BEARING RATION TEST
CBR (California Bearing Ratio) adalah percobaan daya dukung tanah yang
dikembangkan oleh California State Highway Departement. Prinsip pengujian ini adalah
pengujian penetrasi dengan menusukkan benda ke dalam benda uji. Dengan cara ini dapat
dinilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang dipergunakan untuk membuat perkerasan.
Kekuatan tanah diuji dengan uji CBR sesuai dengan SNI-1744-1989. Nilai kekuatan
tanah tersebut digunakan sebagai acuan perlu tidaknya distabilisasi setelah dibandingkan
dengan yang disyaratkan dalam spesifikasinya.
Pengujian CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan
standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Nilai CBR dihitung pada
penetrasi sebesar 0.1 inci dan penetrasi sebesar 0.2 inci dan selanjutnya hasil kedua perhitungan
tersebut dibandingkan sesuai dengan SNI 03-1744-1989 diambil hasil terbesar.
Nilai CBR adalah perbandingan (dalam persen) antara tekanan yang diperlukan untuk
menembus tanah dengan piston berpenampang bulat seluas 3 inch2 dengan kecepatan 0,05
inch/menit terhadap tekanan yang diperlukan untuk menembus bahan standard tertentu. Tujuan
dilakukan pengujian CBR ini adalah untuk mengetahui nilai CBR pada variasi kadar air
pemadatan. Untuk menentukan kekuatan lapisan tanah dasar dengan cara percobaan CBR
diperoleh nilai yang kemudian dipakai untuk menentukan tebal perkerasan yang diperlukan di
atas lapisan yang nilai CBRnya tertentu (Wesley,1977) Dalam menguji nilai CBR tanah dapat
dilakukan di laboratorium. Tanah dasar (Subgrade) pada kontruksi jalan baru merupakan tanah
asli, tanah timbunan, atau tanah galian yang sudah dipadatkan sampai mencapai kepadatan 95%
dari kepadatan maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai
kemampuan lapisan tanah memikul beban setelah tersebut tanah dipadatkan. CBR ini disebut
CBR rencana titik dan karena disiapkan di laboratorium, disebut CBR laborataorium. Makin
tinggi nilai CBR tanah (subgrade) maka lapisan perkerasan diatasnya akan semakin tipis dan
semakin kecil nilai CBR (daya dukung tanah rendah), maka akan semakin tebal lapisan
perkerasan di atasnya sesuai beban yang akan dipikulnya.
Ada dua macam pengukuran CBR yaitu :
1. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada 0.254 cm (0,1”) terhadap penetrasi Standard
besarnya 70,37 kg/cm2 (1000 psi). Nilai CBR = (PI/70,37) x 100 % ( PI dalam kg /
cm2 ).
2. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada penetrasi 0,508 cm (0,2”) terhadap penetrasi
standard yang besarnya 105,56 kg/cm2 (1500 psi). Nilai CBR =PI/105,56) x 100 %
( PI dalam kg / cm2 )

Dari kedua hitungan tersebut digunakan nilai terbesar. CBR laboratorium dapat
dibedakan atas 2 macam yaitu :
a. CBR laboratorium rendaman (soaked design CBR)
b. CBR laboratorium tanpa rendaman (Unsoaked Design CBR)
Pada pengujian CBR laboratorium rendaman pelaksanaannya lebih sulit karena
membutuhkan waktu dan biaya relatif lebih besar dibandingkan CBR laboratorium tanpa
rendaman. Sedang dari hasil pengujian CBR laboratorium tanpa rendaman sejauh ini selalu
menghasilkan daya dukung tanah lebih besar dibandingkan dengan CBR laboratorium
rendaman.
Gambar 11. Alat Uji CBR
DAFTAR PUSTAKA

https://dutapro.wordpress.com/2013/05/19/mengapa-uji-sondir-soil-test-itu-penting/

http://rangkumtekniksipil.blogspot.com/2017/07/metode-pengujian-berat-jenis-
specific.html
https://www.google.com/search?q=specific+gravity+test&rlz=1C1GCEA_enID817ID817
&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiq3vuzuMTgAhXOQ30KHcSJA
HMQ_AUIDigB&biw=1366&bih=608#imgrc=pO7fq5MzSNuhrM:
https://amelfaradila.wordpress.com/2013/09/01/uji-analisis-saringan/
https://www.google.com/search?q=grain+size&rlz=1C1GCEA_enID817ID817&source=l
nms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjm9pujvMTgAhXab30KHQZFBH8Q_AUI
DigB&biw=1366&bih=608#imgrc=MU0okMD3rOV0zM:
https://www.google.com/search?q=hidrometer&rlz=1C1GCEA_enID817ID817&source
=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjd5JaYvsTgAhXXfCsKHQNdBY8Q_AU
IDigB&biw=1366&bih=608#imgrc=8Wi-S_bV0otqfM:
http://kuliahinsinyur.blogspot.com/2012/05/atteberg-limits.html#.XGo67qIzbIU
https://www.academia.edu/9128581/Laporan_Praktikum_Unconfined_Compression_Te
st
https://zaradini.wordpress.com/2015/02/03/praktikum-mekanika-tanah-direct-shear-
gaya-geser-tanah/
http://kedaitekniksipil.blogspot.com/2016/06/uji-triaxial.html
https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/cbr-california-bearing-ratio

You might also like