Professional Documents
Culture Documents
PONDASI
TUGAS
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
MALANG
2019
1. CONE PENETRATION TEST (SONDIR)
Pengujian sondir merupakan salah satu pengujian penetrasi yang bertujuan untuk
mengetahui daya dukung tanah pada setiap lapisan serta mengetahui kedalaman lapisan
pendukung yaitu lapisan tanah keras. Hal ini dimaksudkan agar dalam mendesain Pondasi
yang akan digunakan sebagai penyokong kolom bangunan diatasnya memiliki faktor
Keamanan (safety factor) yang tinggi sehingga bangunan diatasnya tetap kuat dan tidak
mengalami penurunan atau settlement yang dapat membahayakan dari sisi keselamatan akan
bangunan dan penghuni didalamnya.
Banyak terjadi kegagalan struktur (bangunan roboh/ runtuh) akibat tidak
diperhatikan pentingnya Pengujian Soil test ini, untuk itu sangat di sarankan untuk
melakukan pengujian tanah (sondir) ini, sehingga dapat didesain jenis pondasi yang aman dan
efektif sesuai dengan karakteristik tanah dari bangunan yang akan dibangun.
Sondir adalah alat berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus. Biasanya dipakai
adalah bi-conus type Begemann yang dilengkapi dengan selimut/jacket untuk mengukur
hambatan pelekat lokal (side friction) dengan dimensi sebagai berikut :
Sudut kerucut conus : 60’
Luas penampang conus : 10.00 cm²
Luas selimut/jacket : 150 cm².
Dalam uji sondir, stang alat ini ditekan ke dalam tanah dan kemudian perlawanan tanah
terhadap ujung sondir (tahanan ujung) dan gesekan pada silimur silinder diukur. Alat ini telah
lama di Indonesia dan telah digunakan hampir pada setiap penyelidikan tanah pada pekerjaan
teknik sipil karena relatif mudah pemakaiannya, cepat dan amat ekonomis.
Sesungguhnya alat uji sondir ini merupakan representase atau model dari pondasi tiang
dalam skala kecil. Teknik pendugan lokasi atau kedalaman tanah keras dengan suatu batang
telah lama dipraktekan sejak zaman dulu. Versi mula-mula dari teknik pendugaan ini telah
dikembangkan di Swedia pada tahun 1917 oleh Swedish State Railways dan kemudian
oleh Danish Railways tahun 1927. Karena kondisi tanah lembek dan banyaknya penggunaan
pondasi tiang, pada tahun 1934 orang-orang Belanda memperkenalkan alat sondir sebagaimana
yang kita kenal sekarang (Barentseen, 1936).
Metode ini kemudian dikenal dengan berbagai nama seperti: “Static Penetration
Test” atau , Duch Cone Static Penetration Test dan secara singkat disebut sounding saja yang
berarti pendugaan. Di Indonesia kemudian dinamakan sondir yang diambil dari bahasa
Belanda. Uji sondir saat ini merupakan salah satu uji lapangan yang telah diterima oleh para
praktisi dan pakar geoteknik. Uji sondir ini telah menunjukkan manfaat untuk pendugaan profil
atau pelapisan (stratifikasi) tanah terhadap kedalaman karena jenis perilaku tanah telah dapat
diindentifikasi dari kombinasi hasil pembacaan tahanan ujung dan gesekan selimutnya.
Besaran penting yg diukur pada uji sondir adalah perlawanan ujung yg diambil sebagai
gaya penetrasi per satuan luas penampang ujung sondir (qc). Besarnya gaya ini seringkali
menunjukkan identifikasi dari jenis tanah dan konsistensinya. Pada tanah pasiran, tahanan
ujung jauh lebih besar daripada tanah butiran halus. Apa hubungan kuat dukung tanah dengan
data sondir (qc). Anda dapat melihat hubungan nilai tahanan konus (qc) terhadap konsistensi
tanah, sebagai berikut :
Tanah yang sangat lunak nilai qc < 5 kg/cm²,
Lunak 5-10 kg/cm²,
Teguh 10-20 kg/cm²,
Kenyal 20-40 kg/cm²,
Sangat kenyal 40-80 kg/cm²,
Keras 80-150 kg/cm², dan
Sangat keras > 150 kg/cm².
Pelaksanaan test sondir ini mengacu pada prosedur ASTM.D.3441, dimana nilai
perlawanan conus (qc) dan nilai hambatan pelekat lokal atau side friction (fs) diamati setiap
interval kedalaman 20cm dengan kecepatan penetrasi saat pembacaan nilai qc dan fs,
diusahakan konstan yaitu kurang lebih 2cm/detik. Test ini dilaksanakan hingga mencapai
kemampuan maksimum alat, yakni nilai tekanan total atau qc = 250kg/cm2 atau hingga
mencapai kedalaman maksimum dibawah permukaan tanah setempat.
Hasil test sondir ini disajikan berupa diagram atau grafik hubungan antara kedalamaan dengan
qc, fs, total friction dan friction ratio.
1. Tekstur Tanah
Partikel tanah yang kasar, memiliki nilai berat jenis yang tinggi misalna pasir, ukuran
partikel pasir lebih besar daripada ukuran partikel liat sehingga berat jenis pasir lebih
tinggi daripada liat dan sebaliknya.
2. Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatangg yang
sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik tanah
memiliki berat jenis tanah. Semakin banyak kandungan bahan organik tanah,
menyebabkan semakin rendahnya berat jenis tanah.
6. HYDROMETER TEST
Test analisa hidrometer diperlukan kalau 90 % atau lebih dari contoh yang ditest lolos
ayakan no 200; atau untuk manentukan harga activity tanah (apabila dari cotoh tanah yang lolos
ayakan no 200 kurang dari 90 %). Pada analisa hidrometer, contoh tanah yang ditest dilarutkan
dalam air; dalam keadaan dispersed butir-butir tanah akan turun mengendap dengan bebas ke
dasar bejana. Kecepatan menngendap butir-butir tanah berbeda-beda tergantung dari ukuran-
ukuran butir tanah tersebut. Butiran tanah yang terbesar akan mengendap lebih dahulu dengan
kecepatan mengandap yang lebih besar.
Gambar 5. Uji Hidrometer
Kekuatan geser tanah dapat dianggap terdiri dari dua bagian atau komponen, yaitu :
1. Gesekan dalam, yang sebanding dengan tegangan efektif yang bekerja pada bidang
geser.
2. Kohesi yang tergantung pada jenis tanah dan kepadatannya tanah pada umumnya
digolongkan sebagai berikut :
Tanah berkohesi atau berbutir halus (misal lempung)
Tanah tidak berkohesi atau berbutir kasar (misal pasir)
Tanah berkohesi-gesekan, ada c dan ф (misal lanau)
Tergantung dari jenis alatnya ,uji geser ini dapat dilakukan dengan cara tegangan geser
terkendali, dimana penambahan gaya geser dibuat konstan dan diatur, atau dengan cara
regangan terkendali dimana kecepatan geser yang diatur. Kelebihan pengujian dengan cara
regangan – terkendali adalah pada pasir padat, tahanan geser puncak (yaitu pada saat runtuh)
dan juga pada tahanan geser maksimumyang lebih kecil (yaitu pada titik setelah keruntuhan
terjadi) dapat diamati dan dicatat pada uji tegangan – terkandali, hanya tahanan geser puncak
saja yang dapat diamati dan dicatat.Juga harus diperhatikan bahwa tahanan geser pada uji
tegangan – terkendali besarnya hanya dapat diperkirakan saja., Ini disebabkan keruntuhan
terjadi pada tingkat tegangan geser sekitar puncak antara penambahan beban sebelum runtuh
sampai sesudah runtuh.
Kelemahan uji ini yaitu bidang gesernya tertekan dengan kondisi sebagai berikut :
Bidang runtuh sudah ditentukan terlebih dahulu yaitu berupa bidang horisontal yang
belum tentu merupakan bidang yang terlemah.
Jika dibandingkan dengan uji triaksial, dalam uji inI drainase tanah tidak terkontrol.
Kondisi tegangan yang melewati benda uji tanah sangat komplek. Distribusi tegangan
normal dan tegangan geser meliputi permukaan longsor tidak seragam secara tipikal
ujung-ujungnya mengalami tegangan lebih besar daripada bagiaN pusat/tengah. Oleh
karena itu, bisa terjadi keruntuhan progresif pada benda uji yang sangat besar, misalnya
kuat geser tidak termobilisasi secara simultan.
Walaupun ada kelemahan, uji geser langsung masih tetap banyak digunakan karena
sederhana dan mudah dilaksanakan. Alat ini menggunakan jumlah tanah yang lebih kecil
daripada alat triaksial standar, sehingga waktu konsolidasi lebih singkat. Uji kotak geser
langsung (DS) dengan laju uji rendah akan memberikan nilai parameter kuat geser efektif c’
dan f‘ yang handal atau terpercaya.
Dari kedua hitungan tersebut digunakan nilai terbesar. CBR laboratorium dapat
dibedakan atas 2 macam yaitu :
a. CBR laboratorium rendaman (soaked design CBR)
b. CBR laboratorium tanpa rendaman (Unsoaked Design CBR)
Pada pengujian CBR laboratorium rendaman pelaksanaannya lebih sulit karena
membutuhkan waktu dan biaya relatif lebih besar dibandingkan CBR laboratorium tanpa
rendaman. Sedang dari hasil pengujian CBR laboratorium tanpa rendaman sejauh ini selalu
menghasilkan daya dukung tanah lebih besar dibandingkan dengan CBR laboratorium
rendaman.
Gambar 11. Alat Uji CBR
DAFTAR PUSTAKA
https://dutapro.wordpress.com/2013/05/19/mengapa-uji-sondir-soil-test-itu-penting/
http://rangkumtekniksipil.blogspot.com/2017/07/metode-pengujian-berat-jenis-
specific.html
https://www.google.com/search?q=specific+gravity+test&rlz=1C1GCEA_enID817ID817
&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiq3vuzuMTgAhXOQ30KHcSJA
HMQ_AUIDigB&biw=1366&bih=608#imgrc=pO7fq5MzSNuhrM:
https://amelfaradila.wordpress.com/2013/09/01/uji-analisis-saringan/
https://www.google.com/search?q=grain+size&rlz=1C1GCEA_enID817ID817&source=l
nms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjm9pujvMTgAhXab30KHQZFBH8Q_AUI
DigB&biw=1366&bih=608#imgrc=MU0okMD3rOV0zM:
https://www.google.com/search?q=hidrometer&rlz=1C1GCEA_enID817ID817&source
=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjd5JaYvsTgAhXXfCsKHQNdBY8Q_AU
IDigB&biw=1366&bih=608#imgrc=8Wi-S_bV0otqfM:
http://kuliahinsinyur.blogspot.com/2012/05/atteberg-limits.html#.XGo67qIzbIU
https://www.academia.edu/9128581/Laporan_Praktikum_Unconfined_Compression_Te
st
https://zaradini.wordpress.com/2015/02/03/praktikum-mekanika-tanah-direct-shear-
gaya-geser-tanah/
http://kedaitekniksipil.blogspot.com/2016/06/uji-triaxial.html
https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/cbr-california-bearing-ratio