You are on page 1of 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Anemia

a. Pengertian

Ada beberapa pengertian anemia, diantaranya :

i. Menurut Mochtar (2011) Seseorang disebut menderita anemia bila

kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%, di sebut anemia berat

atau bila kurang dari 6gr% .

ii. Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah

merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin

normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk

pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin

kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin

kurang dari 12,0 gram/100ml (Proverawati, 2011).

iii. Disebut anemia bila kadar Hb kurang dari 10 gr/dl, disebut anemia

sedang jika Hb 7-8 gr/dl, disebut anemia berat, atau bila kurang

dari 6 gr/dl disebut anemia gravis (Nugraheny, 2010).

Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi

ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu

rendah. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah

merah mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan

tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk

kelelahan dan stress pada organ tubuh. Memiliki kadar sel darah merah

yang normal dan mencegah anemia membutuhkan kerjasama antara


ginjal, sumsum tulang, dan nutrisi dalm tubuh. Jika ginjal atau sumsum

tulang tidak berfungsi, atau tubuh kurang gizi, maka jumlah sel darah

merah dan fungsi normal mungkin sulit untuk dipertahankan

(Proverawati, 2011)

b. Jenis – Jenis Anemia

Secara umum, ada tiga jenis utama anemia, diklasifikasikan untuk

menurut ukuran sel darah merah :

1) Jika sel darah merah lebih kecil dari biasanya, ini disebut anemia

mikrostik. Penyebab utama dari jenis ini anemia defisiensi besi (besi

tingkat rendah) dan thalassemia (kelainan bawaan hemoglobin).

2) Jika ukuran sel darah merah normal dalam ukuran (tetapi rendah

dalam jumlah), ini disebut anemia normositik, seperti anemia yang

menyertai penyakit kronis atau anemia yang berhubungan dengan

penyakit ginjal.

3) Jika sel darah merah lebih besar dari normalnya, maka disebut

anemia makrositik. Penyebab utama dari jenis ini adalah anemia

pernisiosa dan anemia yang berhubungan dengan alkoholisme

(Proverawati, 2011)

c. Penyebab Anemia

Anemia dapat disebabkan banyak hal, tetapi tiga mekanisme utama

tubuh yang menyebabkan adalah :

1) Penghancuran sel darah merah yang berlebihan

a) Masalah dengan sumsum tulang seperti limfoma, leokimia, atau

multiplemyeloma.
b) Masalah dengan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan

kerusakan sel–sel darah (anemia hemolitik)

c) Kemoterapi

d) Penyakit kronis: AIDS

Anemia disebabkan oleh penghancuran sel darah merah :

a) Anemia Hemolitik

b) Anemia selsabit

c) Talasemia

d) Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD)

e) Spherocytosis herediter

f) Kehilangan darah

2) Kehilangan darah dapat disebabkan oleh :

a) Perdarahan : menstruasi, persalinan

b) Penyakit : malaria

c) Penyakit kronis seperti kanker, kolitis ulserativa, atau

rheumatoid arthritis

d) Kehilangan darah (misalnya dari periode menstruasi berat atau

borok lambung)

3) Penurunan produksi sel darah merah

Jumlah sel darah yang diproduksi dapat menurun ketika terjadi

kerusakan pada daerah sumsum tulang atau bahan dasar produksi

tidak tersedia. Penurunan produksi sel darah dapat terjadi akibat :

a) Obat-obatan atau racun (obat penekan sumsum tulang:

kortikosteroid, alkohol)

b) Diet yang rendah, vegetarian ketat


c) Gagal ginjal

d) Genetik –beberapa bentuk anemia, seperti talasemia

e) Kehamilan

f) Operasi untuk lambung atau usus yang mengurangi penyerapan

zat besi, Vitamin B12, atau asam folat

d. Tanda dan Gejala Anemia

1) Anemia ringan

Karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan

berkurangnya pengiriman oksigen kesetiap jaringan dalam tubuh,

anemia dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Hal ini juga

bisa membuat buruk hampir semua kondisi medis lainnya yang

mendasari. jika anemia ringan, biasanya tidak menimbulkan gejala

apapun. Jika anemia secara perlahan terus menerus (kronis), tubuh

dapat beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini

mungkin tidak ada gejala apapun sampai anemia menjadi lebih berat.

Gejala anemia mungkin termasuk yang berikut :

a) Kelelahan

b) Penurunan energi

c) Kelemahan

d) Sesak napas

e) Ringan

f) Palpitasi (rasa jantung balap atau pemukulan tidak teratur)

g) Tampak pucat
2) Anemia berat

Anemia berat beberapa tanda-tanda yang mungkin

menunjukkan anemia berat pada seseorang dapat mencangkup:

a) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan

berbau busuk, berwana merah marun, atau tampak berdarah jika

anemia karena kehilangan darah melalui saluran pencernaan

b) Denyut jantung cepat

c) Tekanan darah rendah

d) Frekuensi pernapasan cepat

e) Pucat atau kulit dingin

f) Kulit kuning jika anemia karena kerusakan sel darah merah

g) Pembesaran limpa dengan penyebab anemia tertentu

h) Nyeri dada

i) Pusing (terutama ketika berdiri atau dengan tenaga )

j) Kelelehan atau kekurangan energi

k) Sakit kepala

l) Tidak bisa berkonsentrasi

m)Sesak nafas (khususnya selama latihan)

n) Nyeri dada, angina, atau serangan jantung

o) Pingsan

Beberapa jenis anemia mungkin memiliki gejala yang lainnya,

seperti :

a) Sembelit

b) Daya konsentrasi rendah

c) Kesemutan
d) Rambut rontok

e) Malaise (rasa umum merasa tidak sehat),

f) Memburuknya masalah jantung (Proverawati, 2010).

e. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas

1) Keguguran

2) Partus prematurus

3) Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah

4) Atonia uteri

5) Syok

6) Afibrinogemia dan hipofribinogemia

7) Infeksi intrapartum dan nifas

7) Bila terjadi anemia gravis terjadi payah jantung

(Nugraheny, 2010).

f. Pengobatan dan Pencegahan Anemia

1) Pengobatan Anemia

Pengobatan harus ditujukan pada penyebab anemia dan mungkin

termasuk:

a) Tranfusi darah

b) Kortikosteroid atau obat-obatan lainnya yang menekan system

kekebalan tubuh

c) Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang membuat

sel-sel darah

d) Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan

mineral lainnya (Proverawati, 2009).


2) Pencegahan Anemia

Beberapa bentuk umum dari anemia yang paling mudah

dicegah dengan makan makanan yang sehat dan membatasi

penggunaan alkohol. Semua jenis anemia sebaiknya dihindari

dengan memeriksakan diri kedokter secara teratur dan ketika

masalah itu timbul. Darah para lanjut usia secara rutin

diperintahkan oleh dokter untuk selalu dikontrol, bahkan jika tidak

ada gejala, sehingga dapat terdeteksi adanya anemia dan meminta

dokter untuk mencari penyebab yang mendasari (Proverawati,

2010).

3. Anemia pada kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan dengan anemia merupakan keadaan menurunnya

kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit dibawah nilai yang normal

(Pudiastuti, 2012). Faktor resiko anemia defisiensi besi pada

kehamilan adalah kurangnya asupan besi dalam diet (Nugroho, 2012)

Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang

membahayakan bagi ibu dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat

meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila anemia

terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya

persalinan prematur (Proverawati, 2009).

Anemia pada ibu hamil adalah dimana seorang ibu hamil

dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin dalam

darahnya kurang dari 12 g/100 ml. Pengaruh anemia pada masa

kehamilan adalah memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya.

Berbagai penyulit dapat timbul akibat anemia, seperti:

1) Abortus

2) Partus prematurus

3) Partus lama karena inertia uteri

4) Perdarahan postpartum karena atonia uteri

5) Syok

6) Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum

7) Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100 ml dapat

menyebabkan dekompensasi kordis (Prawirohardjo, 2009).

b. Penyebab Anemia dalam Kehamilan.

Anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita

yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia

reproduktif dapat terjadi hormon penyulit dalam kehamilan:

1) Makanan yang kurang bergizi.

2) Gangguan pencernaan dan malabsorpsi.

3) Kurangnya zat besi dalam makanan (kurang zat besi dalam diit)

4) Kebutuhan zat yang meningkat

5) Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan

lain-lain

6) Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria

dan lain-lain. (Proverawati, 2009)

7) Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah

(hyperemia/hipervolumia) karena sel darah tidak sebanding

pertambahannya dengan plasma darah. Secara fisiologis


pengenceran darah ini membantu meringankan kerja jantung

(Nugraheny, 2010)

c. Faktor Resiko dalam Kehamilan

Tubuh berada resiko tinggi untuk menjadi anemia selama kehamilan

jika:

1) Mengalami dua kehamilan yang berdekatan

2) Hamil dengan lebih dari satu anak

3) Sering mual muntah karena sakit pagi hari

4) Tidak mengkonsumsi cukup zat besi

5) Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan

6) Hamil saat masi remaja

7) Kehilangan banyak darah (misalnya, dari cedera atau selama

operasi) (Proverawati, 2011)

d. Tanda dan Gejala Anemia pada Kehamilan

Tanda dan gejala ibu hamil dengan anemia yaitu keluhan lemah,

pucat, mudah pingsan, sementara tensi masi dalam batas normal (perlu

dicurigai anemia defisiensi), mengalami malnutrisi, cepat lelah, sering

pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan

turun (anoreksia), kosentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia

parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda

(Proverawati, 2009)

e. Diagnosis Anemia pada Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi dapat

dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan

cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan


mual muntah pada hamil mudah. Pada pemeriksaan dan pengawasan

Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan

minimal 2 kali selama kehamilan pada penderita anemia yaitu

trimester 1 dan III, sedangkan untuk kehamilan tanpa anemia dapat

dilakukan pemeriksaan sebanyak 2 kali pada trisemester I dan III.

Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai

berikut:

1) Hb 11 gr% : Tidak anemia

2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

3) Hb 7-8 gr% : Anemia sedang

4) Hb <7gr% : Anemia berat (Proverawati, 2009).

f. Penatalaksanaan Anemia Kehamilan

Menurut Setiawan Y (2006), dijelaskan bahwa pencegahan

dan terapi anemia pada kehamilan berdasarkan klasifikasi anemia

adalah sebagai berikut

1) Anemia Zat Besi Bagi Wanita Hamil

Kebutuhan zat besi pada setiap trimester berbeda.

Terutama pada trimester kedua dan ketiga wanita hamil

memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, oleh karena itu pada

trimester kedua dan ketiga harus mendapatkan tambahan zat besi.

Sebaiknya wanita hamil diberi sulfas ferrossus atau glukonas

ferrosus, cukup 1 tablet sehari, selain itu wanita dinasihatkan pula

untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang banyak

mengandung mineral serta vitamin. Terapinya adalah :


a) Oral (pemberian ferro sulfat 60 mg / hari menaikkan kadar Hb

1,00 gr% dan kombinasi 60 mg besi + 500 mcg asam folat) dan

parenteral (pemberian ferrum dextran sebanyak 1000 mg (20

ml)

b) Intravena atau 2 x 50 ml gr diberikan secara intramuskular pada

gluteus maksimus dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat

yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24 jam). Pemberian parentral zat

besi mempunyai indikasi kepada ibu hamil yang terkena anemia

berat). Sebelum pemberian rencana parenteral harus dilakukan

test alergi sebanyak 0,50 cc / IC.

2) Anemia Megaloblastik

Pencegahannya adalah apabila pemberian zat besi tidak berhasil

maka ditambah dengan asam folat, adapun terapinya adalah :

a) Asam folat 15-30 mg / hari

b) vitamin B12 1,25 mg / hari

c) sulfas ferrosus 500 mg / hari

d) pada kasus berat dan pengobatan per oral lambat sehingga

dapat diberikan transfusi darah

3) Anemia Hipoplastik, ini dianggap komplikasi kehamilan dimana

pengobatannya adalah tranfusi darah

4) Anemia Hemolitik pengobatannya adalah tranfusi darah.

5) Anemia Lain dengan pemeriksaan darah dilakukan minimal dua

kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III. Dengan

pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia,

maka dilakukan pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet pada ibu


hamil di Puskesmas, artinya ibu hamil setiap hari mengkonsumsi 1

tablet besi.

g. Pengobatan Anemia Dalam Kehamilan.

Untuk menghitung terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil

melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui

data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam

pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk

pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit,

pengobatan infeksi untuk cacing relatif mudah dan murah. Pemerintah

telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat.

Contoh preparat Fe tersebut Arralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal dan

Hemaviton. Semua preparat tersebut dapat dibeli dengan bebas.

Mengonsumsi suplemen panambah zat besi juga bisa mampu

mencegah dan mengatasi anemia. Tetapi sebaiknya tidak bergantung

pada obat atau suplemen penambah zat besi saja, yang paling penting

adalah menjaga pola makan yang baik dengan mengonsumsi bahan

makanan yang kaya asam folat dan zat besi yang berperan dalam

pembentukan sel darah merah yang dapat diperoleh dari daging,

sayuran hijau dan susu.

h. Nutrisi untuk Penderita Anemia pada Kehamilan.

1) Nutrisi adalah makanan yang makanan yang mengandung cukup

nilai gizi dan tenaga untuk perkembangan dan pemeliharaan

kesehatan secara optimal.

2) Makanan yang dianjurkan bagi penderita anemia adalah yang

mengandung:
a) Zat besi, sangat penting karena pada masa kehamilan volume

darah meningkat 25 %, dan juga penting untuk bayi dalam

membangun persediaan darahnya. Zat besi dapat dijumpai di

hati, daging merah, sayuran hijau, wijen, buah-buahan, kuning

telur, serealia, dan sarden. Penyerapan zat besi dapat terbantu

dengan konsumsi vitamin C.

b) Asam folat, zat ini ada di dalam serealia, kacang-kacangan,

sayuran hijau, jamur, kuning telur, jeruk, pisang, dan lain-lain

c) Protein, dibedakan menjadi protein hewani dan protein

nabati. Protein yang berasal dari hewani seperti daging, ikan,

ayam, telur, susu, dan lain-lain disebut protein hewani,

sedangkan protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

seperti kacang-kacangan, tempe, dan tahu disebut protein

nabati (Proferawati, dan Siti 2009)

4. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil rasa keingintahuan

manusia terhadap sesuatu dan hasrat untuk meningkatkan harkat hidup

sehingga kehidupan menjadi lebih baik dan nyaman yang berkembang

sebagai upaya untuk memenuhi kebutuha manusia baik dimasa

sekarang maupun dimasa depan. Pengetahuan hanya sekedar menjawab

pertanyaan what misalnya apa alam, apa manusia, apa air dan lainnya

(Putri Ariani, A, 2014)

b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2010) pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif yang mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1) Know (Tahu)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh

sebab itu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di

pelajari antara lain dengan menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Comprehension (Memahami)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

3) Application (Aplikasi)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

pengunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

4) Analysis (Analisis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi/objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Synthesis (Sintesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan/menghubungkan bagan-bagan didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi -

formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan,

meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori

atau rumusan-rumusan yang telah ada

6) Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi iniberkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi/penilaian terhadap suatu materi/objek. Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri

atau mengguankan kriteria - kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara/angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

di ukur dari subjek penelitian/responden. Kedalaman pengetahuan

yang ingin kita ketahui/kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan diatas.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara

tradisional atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan

cara modern atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Lebih

jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut

1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:

a) Cara coba – salah ( Trial and Error)

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang

menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya

dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan

dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat terpecahkan.

b) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan

dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan

seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,

melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini

seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.


Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal maupun informal. Para

pemuka agama, pemegang pemerintahan dan lain sebagainya.

Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan

pada pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau

kekuasaan, baiktradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.

d) Berdasarkan pengalaman sendiri

Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman

itumerupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat

digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada

masa yang lalu.

e) Cara akal sehat ( common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah

dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak

orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

f) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus


diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan,

terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah


sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau

penyelidikan manusia.

g) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat

sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses

penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui

intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak

menggunakan cara yang rasional dan yang sistematis.

h) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan perkembangan

kebudayaan umat manusia cara manusia berfikir ikut

berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Induksi dan

deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran

secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang

dikemukan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui

pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum

dinamakan induksi sedangkan deduksia dalah pembuatan

kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.

i) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai

dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat

umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi


pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-

pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra kemudian

disimpulkan kedalam suatu konsep yang memungkinkan

seseorang untuk memahami suatu gejala.

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi

berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada

kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa

yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

2) Cara ilmiah atau modern

Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut

metode penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research

metodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang

mengembangkan metode berpikir induktif kemudian

dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang menyatakan bahwa

dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan

observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap

semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya.

Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :

a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan.


b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala

yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

d) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang, yaitu :

(1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam

dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka

seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,

baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin

banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas


pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa

seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan

tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi

juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.

Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan

perilaku seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan

menumbuhkan perilaku makin positif terhadap obyek

tersebut .

(2) Massa media / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka

pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana

komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan


kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai

tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan

yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini

seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut.

(3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau

buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

(4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun social.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi

timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.


(5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masalalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan

profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan

dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan

yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar

secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata

dalam bidang kerjanya.

(6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola

pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada

usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak

melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan

diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih

banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan


masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak

ada penurunan pada usia ini.

3) Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseoarng dapat diketahui

dan di interpresatsikan dengan skala yang bersifat yaitu kualitatif

a) Pengetahuan baik, jika persentase jawaban 76% - 100%

b) Pengetahuan cukup, jika persentase jawaban 56% - 75%

c) Pengetahuan kurang, jika persentase jawaban < 56%

B. Landasan Teori

Anemia pada ibu hamil adalah dimana seorang ibu hamil dinyatakan

menderita anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12

g/100 ml. Pengaruh anemia pada masa kehamilan adalah memberi pengaruh

kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas

dan masa selanjutnya berdasarkan hasil pemeriksaan Hb sahli dapat

digolongkan sebagai berikut:

a. Hb 11 gr% : Tidak anemia

b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

c. Hb 7-8 gr% : Anemia sedang

d. Hb <7gr% : Anemia berat (Proverawati, 2009).

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau

rangsangan yang telah di terima.


Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya. (Putri Ariani, Ayu, 2014)

C. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan tentang anemia

1. Tahu Ibu hamil


2. Memahami
3. Aplikasi

Gambar 1. Kerangka konsep

D. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil berdasarkan tingkat tahu

tentang anemia di wilayah Kerja Puskesmas Monta periode Oktober

tahun 2018 s.d Januari tahun 2019?

2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil berdasarkan tingkat paham

tentang anemia di wilayah Kerja Puskesmas Monta periode Oktober

tahun 2018 s.d Januari tahun 2019?

3. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil berdasarkan tingkat

aplikasi tentang anemia di wilayah Kerja Puskesmas Monta periode

Oktober tahun 2018 s.d Januari tahun 2019?

You might also like