Professional Documents
Culture Documents
◦ Emmetropia
◦ Suatu keadaan dimana sinar paralel difokuskan tepat di retina saat mata relaksasi --->
Ketajaman penglihatan maksimal
◦ Ametropia
◦ Keadaan dimana sinar paralel tidak difokuskan tepat di retina saat mata relaksasi.
◦ Titik fokusnya bisa di depan atau di belakang retina
◦ Penatalaksanaan
◦ Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik
◦ Edukasi
◦ Konseling dengan keluarga bahwa penyakit ini harus dikoreksi dengan bantuan kaca
mata, karena jika tidak dapat menimbulkan komplikasi
Diagnosis
POAG →perubahan lapang pandang, perubahan diskus optikus tanpa peningkatan
TIO
CAG→ peningkatan TIO bermakna (40-90mmHg) disertai gejala hiperemi
konjungtiva, kornea berkabut,
5. Katarak Matur
◦ Seluruh kortex jadi keruh
◦ Visus sangat menurun sampai 1/300- 1/~
◦ Bayangan iris hilang
◦ Lensa tampak putih keabuan
Vision 6/9 - FC HM - PL HM – FC
Anterior Normal (shadow Normal (shallow Normal to deep
Chamber in intumescent) in intumescent)
Color of Lens Grayish white Pearly white Milky white(with
browm crescent of
nucleus) or chalky
white
Iris shadow Seen Not seen Not seen
Kelainan pd konjungtiva
◦ Benda asing di konjungtiva
◦ Konjungtivitis
◦ Pterigium
◦ Perdarahan subkonjungtiva
◦ Mata kering
◦ Derajat pterigium :
◦ Derajat I : hanya terbatas pada limbus
◦ Derajat II : Sudah melewati limbus tetapi tidak melebihi dari 2 mm melewati kornea
◦ Derajat III : jika telah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggir pupil mata
dalam keadaan cahaya (pupil dalam keadaan normal sekitar 3-4 mm)
◦ Derajat IV : Jika pertumbuhan pterygium sudah melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan
Penyebab
◦ Spontan, batuk,
◦ hipertensi
◦ Gangguan perdarahan yang diakibatkanoleh penyakit hati, diabetes, SLE, dan
kekurangan vitamin C, gangguan faktor pembekuan.
◦ Penggunaan antibiotik, NSAID, steroid, vitamin D, kontrasepsi.
◦ Infeksi sistemik yang menyebabkan demam seperti meningococcal septicemia,
scarlet fever, typhoid fever, cholera, rickettsia, malaria, dan virus (Gejala sisa dari
operasi mata.
◦ Trauma.
◦ Menggosok mata.
Pemeriksaan
◦ perdarahan di sklera dengan warna merah terang (tipis) atau merah tua (tebal).
◦ Tidak ada tanda peradangan, kalaupun adanya biasnya peradangan yang ringan.
◦ Lingkungan sekitar peradangan tampak normal.
◦ Pengobatan :
◦ Air mata buatan (sodium hialuronat, atau karboksimetil selulosa)
◦ Menghindari menggunakan makeup mata/ contact lens
◦ Mengatur lama kerja di depan komputer
BLEFARITIS SEBOROIK
gejala :
◦ iritasi, rasa panas & gatal
◦ pinggir kel. mata kemerahan
◦ sisik pada bulu mata & berminyak
terapi :
◦ keadaan umum diperbaiki
◦ krusta dilepas & dibersihkan
◦ antibiotik salep mata
◦ Terapi
1. Kompres Hangat
2. Atibiotik Oral Dan Topikal
3. Pembedahan
◦ Gejala :
1. Pembengkakan
2. Awalnya Mirip Hordeolum
3. Bila Besar & Lama dapat menyebabkan Astigmatisme
◦ Gejala trichiasis :
◦ Constant eye irritation
◦ Eye pain, redness and/or irritation
◦ Excessive or abnormal tearing
◦ Excessive sensitivity to light
◦ Lipatan kulit dari pangkal hidung ke ujung medial kelopak mata atas yang
menutupi tepi medial atas celah mata.
◦ Rasa nyeri yang berat pada skleritis dapat dibedakan dari rasa nyeri ringan yang
terjadi pada episkleritis yang lebih sering dideskripsikan pasien sebagai sensasi
benda asing di dalam mata.
◦ Selain itu terdapat pula mata merah berair, fotofobia, dan penurunan tajam
penglihatan.
◦ Suara akan dibawa melalui jendela oval melalui stapes→ ditransmisikan melalui perilimf
dan akhirnya menggetarkan membrane basiler
◦ Transduksi suara ini membuat silia sel rambut melekuk→ meneruskan sinyal ke serat
aferen di ganglion spiral Nervus cochlear
◦ Faktor risiko :
◦ Trauma kanalis auditorius, Berenang, Penggunaan alat bantu dengar
◦ Tatalaksana :
◦ Penggunaan antibiotik + steroid tetes telinga 3-4 tetes 4x sehari, kecuali bila
antibiotika derivat quinolon 2x sehari selama 5-7 hari
Key diagnostic criteria include ear pain that ◦ Membran timpani menjadi lebih opaque
interferes with activity or sleep, tympanic ◦ Penurunan atau tidak ada motilitas m.
membrane erythema (redness), and middle ear timpani
effusion.
Gambaran klinis :
◦ Otorea mukopurulen kronik (6-12 minggu), persisten atau hilang timbul
◦ Gangguan pendengaran
◦ Membran timpani perforasi
◦ Tatalaksana :
◦ Antibiotika
◦ Antibiotika golongan aminoglikosida atau flourokuinilon
◦ Ofloksasin 2 x 10 tetes per hari selama 14 hari
◦ Toilet telinga dengan H2O2 3%
◦ Klasifikasi Presbikusis :
◦ ·Sensorik → Lesi terbatas pada kokhlea, atrofiorgan corti, sel rambut berkurang.
◦ ·Neural → Sel neuron dan jaras auditorik berkurang.
◦ ·Metabolik → Fingsi sel dan keseimbangan biokimia kokhlea berkurang.
◦ ·Mekanik → Perubahan gerak mekanik pada duktus koklearis atrofi ligamentum
spiralis. Membaran basilaris lebih kaku.
Penatalaksanaan
◦ Pemasangan alat bantu dengar.
◦ Latihan membaca ujaran.
◦ Latihan mendengar.
◦ Kurangi paparan terhadap bising.
◦ Gunakan pelindung telinga untuk mengurangi kerusakan lebih lanjut.
◦ Berbicaralah pada pendengar presbikusis dengan nada rendah dan jelas.
◦ Terletak di permukaan bagian dalam setiap utricle dan saccule adalah area sensorik
kecil berdiameter sekitar 2 mm yang disebut makula yang merespons
keseimbangan statis kita
Tatalaksana
◦ Simptomatik
◦ Umumnya gejala akan hilang sendiri
Dasar diagnosis :
◦ Nyeri di lokasi sinus
◦ Sakit kepala
◦ Demam
◦ Tatalaksana :
◦ Antibiotik : amoksisilin 3 x 500 mg, anak 80-90 mg/kgBB/hari
◦ Analgesik-antipiretik