You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

Abses ovarium tuba adalah komplikasi penyakit radang panggul (PID) yang
diketahui terjadi pada sepertiga pasien yang dirawat di rumah sakit karena salpingitis
akut. Abses tubo-ovarium (TOA) adalah massa menular yang kompleks dari adnexa
yang terbentuk sebagai sekuel dari penyakit radang panggul.3
Abses tuba ovarium (ATO) yang merupakan komplikasi dari PID terjadi pada
sekitar 15% kasus dan 33% kasus PID yang akhirnya menjadi ATO. Kematian
akibat ATO sangat menurun dengan dratis selama 50 tahun ini. Namun, angka
kesakitan (morbidity) yang berhubungan dengan ATO meningkat secara signifikan
dengan komplilasi termasuk infertilitas, kehamilan ektopik, chronic pelvic pain,
pelvic thrombophlebitis dan ovarian vein thrombosis.10
Abses tubo-ovarium (TOA) adalah komplikasi yang dikenal dan serius dari
penyakit radang panggul yang tidak diobati (PID). TOA juga dapat terjadi sekunder
dari patologi intraabdomen lainnya seperti radang usus buntu, divertikulitis atau
pielonefritis dan dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi langsung atau
hematogen.3,4,5,6

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Tuba dan Ovarium


Tuba Fallopii adalah penghubung ovarium dengan uterus dan bermuara ke
dalam rongga uterus sehingga terjadi hubungan langsung dari rongga peritoneal
dengan rongga uterus. Tuba ini memilki panjang 10 – 14cm dan memiliki beberapa
bagian :

- Infundibulum tubae uterinae : panjang 1 – 2 cm, terdiri dari muara ke Pstium


abdominale tubae uterinae dan fimbriae (Fimbriae tubae uterinae) untuk
pengumpulan ova yang diovulasi
- Ampula tubae uterinae : panjang 7 – 8 cm, Berbentuk sabit disekitar ovarium
- Isthmus tubae uterinae : panjang 3 – 6 cm, mengalami konstriksi pada transisi
menjadi uterus
- Bagian intramural (Pars uterine tubae), masuk uterus (Ostium Uterinum)1,2

Mukosa tuba terdiri dari epitel selapis silindris bersilia dan tidak bersilia yang
terletak di atas jaringan ikat longgar lamina propria.

Ovarium berukuran 3 x 1,5 x 1 cm dan berbentuk oval, dan dibedakan menjadi


extremitas tubaria dan extremitas uterine. Pada perempuan dewasa, ovarium
berkembang dan melepaskan sel telur (oogenesis) dan menghasilkan hormon-hormon
steroid : estrogen-estrol (E1), estradiol (E2), dan estriol (E3) dan androgen serta
progesterone.1,2

2
Gambar 1. Anatomi uterus2

B. Definisi
Abses ovarium tuba adalah komplikasi penyakit radang panggul (PID) yang
diketahui terjadi pada sepertiga pasien yang dirawat di rumah sakit karena salpingitis
akut. Abses tubo-ovarium (TOA) adalah massa menular yang kompleks dari adnexa
yang terbentuk sebagai sekuel dari penyakit radang panggul. Secara klasik, TOA
bermanifestasi dengan massa adneksa, demam, peningkatan jumlah sel darah putih,
nyeri perut-panggul bagian bawah, dan / atau keputihan.3

C. Epidemiologi
TOA paling sering terjadi pada wanita usia reproduksi berusia 20-49 tahun dan
memiliki risiko morbiditas, mortalitas sesekali, dan sekuele jangka panjang yang
signifikan, yang mungkin termasuk nyeri panggul kronis dan infertilitas.4,5
Abses tuba ovarium (ATO) yang merupakan komplikasi dari PID terjadi pada
sekitar 15% kasus dan 33% kasus PID yang akhirnya menjadi ATO. Kematian
akibat ATO sangat menurun dengan dratis selama 50 tahun ini. Namun, angka
kesakitan (morbidity) yang berhubungan dengan ATO meningkat secara signifikan
dengan komplilasi termasuk infertilitas, kehamilan ektopik, chronic pelvic pain,
pelvic thrombophlebitis dan ovarian vein thrombosis.10

3
Perkiraan insiden tahunan abses pelvis oleh karena berbagai penyebab di
Amerika Serikat mencapai sekitar 100.000 kasus pertahun. ATO umumnya terjadi
pada wanita umur 20 hingga 40 tahun. Lebih tua dari pada puncak prevalensi pelvic
inflamasi disease (PID). Alat kontrasepsi IUD dilaporkan berhubungan dengan
peningkatan risiko ATO.11

D. Etiologi
Abses tubo-ovarium (TOA) adalah komplikasi yang dikenal dan serius dari
penyakit radang panggul yang tidak diobati (PID). TOA juga dapat terjadi sekunder
dari patologi intraabdomen lainnya seperti radang usus buntu, divertikulitis atau
pielonefritis dan dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi langsung atau hematogen.
Infeksi pada TOA biasanya polimikroba dengan campuran organisme aerob dan
anaerob. Bakteri yang paling umum yaitu Escherichia coli, Bacteroides fragilis,
spesies lain Bacteroides, Peptostreptococcus, Peptococcus, dan streptokokus aerobik.
3,4,5,6

Ada beberapa faktor resiko, yaitu :


- Multiple partner
- Penyakit menular seksual
- Riwayat menggunakan AKDR
- Riwayat PID 5

E. Patofisiologi
Abses tuba ovarium (ATO) primer umumnya sebagai komplikasi PID, selain
karena operasi pelvis. Infeksi pelvis bukan merupakan komplikasi umum akibat
pengobatan hormonal untuk infertilitas (0,4% dari 1500 kasus pengambilan oosit
transvaginal pada sebuah studi, tetapi ATO dapat ditemukan pada beberapa pasien
dengan hiperstimulasi ovarium). ATO sekunder berasal dari perforasi usus
(apendisitis, diverkulitis) dengan penyebaran infeksi intraperitonial, atau akibat
keganasan pelvis. Penggolongan klinis antara ATO primer dan sekunder kadang

4
sangat sulit. ATO primer merupakan diagnosis umum pada wanita premenopausal,
akan tetapi pada wanita pasca menopause, adanya keganasan ginekologi atau patologi
pelvis lain penyebab ATO sekunder tidaklah umum dan harus segera disingkirkan.7,8
Pelvic inflamasi disease (PID) berasal dari penyebaran patogen melalui lumen
organ reproduksi dan kedalam kavum peritonial pelvis melalui ostium tuba. Jika
mikroorganisme tidak dapat diatasi oleh imunitas tubuh atau pengobatan medis maka
akan merusak jaringan tubuh. Infeksi permukaan, aglutinasi,dan abses terbentuk saat
bakteri, leukosit dan cairan terakumulasi pada suatu ruangan tertutup. Perfusi abses
ke dinding dalam sangat berbahaya, menimbulkan lingkungan anaerobik sehingga
kuman anaerobik asli ataupun fakultatif dapat berkembang biak.8
Ovarium dapat melekat dengan fimbrie dari tuba yang terinfeksi (pyosalphing)
dan menjadi dinding abses, atau infeksi ovarium primer, yang dapat berlanjut menjadi
abses. Usus, peritonium parientale, uterus dan omentum biasanya menjadi melekat.
Abses dapat membesar dan mengisi kavum douglas, atau bocor dan menimbulkan
abses metastasis.9
Jika pertahanan tubuh mampu mengatasi, maka infeksi kemudian menjadi
steril. Proses ini mencakup drainase spontan ke dalam celah viskus. Akan tetapi, jika
terjadi ruptur intraperitonial, infeksi dapat menyebar cepat dan timbul bakteremia.
Pembentukan abses merupakan keadaan terakhir pertahanan tubuh dan infeksi yang
mencapai keadaan ini sangat berat dan berbahaya. ATO merupakan bentuk
komplikasi paling berbahaya dari PID.8,9

F. Gejala Klinik
Beberapa gambaran klinik dari TOA :
Faktor klinis (pada saat masuk indeks): nyeri perut, keputihan, demam, nyeri tekan
serviks, nyeri tekan adneksa, sel darah putih (WBC) dan jumlah neutrofil, protein C-
reaktif (CRP)8

5
G. Diagnosis
Diagnosis pleuritis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
tepat. Selain itu, dibutuhkan juga pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium maupun radiologi.
Anamnesis dan pemeriksaan fisis
Pada anamnesis ditanyakan mengenai riwayat nyeri abdomen merupakan
gejala yang paling khas, cenderung memberat, konstan dan difus disekitar abdomen
bagian bawah, seperti berapa lama, dan pengobatan apa yang telah dilakukan. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan nyeri pada perut bagian bawah.4,12
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri pelvis, nyeri lepas dan defance
muscular merupakan penemuan yang khas untuk peradangan peritoneum. Bising usus
sering hipoaktif atau tidak ada, distensi disebabkan oleh ileus paralitik. Abses pelvis
yang besar dapat terpalpasi pada abdomen.12

Pemeriksaan Penunjang Radiologi


a) USG
Ultrasonografi adalah studi diagnostik pilihan untuk TOA, dengan sensitivitas
sedang (56-93%) dan spesifisitas tinggi (86-98%) di antara studi yang dilakukan
radiologi.TOA dapat didiagnosis dengan USG, muncul sebagai massa padat / kistik
yang kompleks. Ini bisa unilateral atau bilateral. Pyosalpinx dapat dilihat sebagai
massa yang memanjang, berdilatasi, berisi cairan dengan septa parsial dan dinding
tebal. Septa tidak lengkap di dalam tabung adalah tanda sensitif peradangan tuba atau
abses. Mungkin ada tanda 'cogwheel' yang dihasilkan dari lipatan endosalpingeal
yang menebal (Gambar 2). Tanda cogwheel ini adalah penanda sensitif dari suatu
TOA; memang, Timor-Tritsch et al. percaya bahwa tanda ini adalah patognomonik
peradangan tuba akut. Ovarium yang meradang dapat memperoleh penampilan
polikistik reaktif (karena edema), dan akhirnya menjadi patuh pada tabung. Ini
disebut kompleks tubo-ovarium (Gambar 3). Kompleks ini biasanya terletak di
kantong Douglas POD dibandingkan dengan tumor ovarium yang sering terletak

6
anterior dan lebih unggul dari uterus. Mungkin ada cairan bebas yang kompleks di
kantong Douglas, seringkali dengan penampilan echogenik. Rahim dapat tampak
membesar dengan batas dan endometrium yang tidak jelas.4,7

Gambar 2. Gambaran USG transvanginal : tampak massa padat / kistik yang


kompleks, massa yang memanjang, berdilatasi, berisi cairan dengan septa parsial
dan dinding tebal dan ada tanda 'cogwheel' yang dihasilkan dari lipatan
endosalpingeal yang menebal.7

Gambar 3. Tubo-ovarian complex : Ovarium yang meradang dengan penampilan


polikistik reaktif.7

7
b) CT-Scan
Temuan CT yang paling umum adalah massa panggul dengan dinding yang seragam,
tebal, dan septasi internal. Pergeseran anterior mesosalpinx yang menebal juga
merupakan temuan umum dan menunjukkan bahwa massa tersebut berasal dari
adneksa. Lesi tubular berisi cairan dengan peningkatan, dinding tebal adalah temuan
pyosalpinx dan sering terlihat berdekatan dengan atau dalam sebagian dari TOA.
Penebalan ligamentum uterosakral terlihat ketika peradangan meluas ke posterior.
Gelembung gas internal, indikator kuat TOA saat ini, jarang ditemukan. Usus
rektosigmoid dan ureter adalah organ yang paling umum yang dapat terlibat oleh
TOA.8

8
Gambar 4. TOA Khas. (a) Pemindaian CT dengan kontras yang ditingkatkan pada seorang
wanita berusia 40 tahun menunjukkan massa kistik bilateral (panah) di daerah adneksa.
Massa memiliki dinding tebal dan penopang. Ketebalan dinding dan septa umumnya
seragam. (b) CT scan ditingkatkan kontras dari seorang wanita 43 tahun menunjukkan massa
yang kompleks, padat dan kistik (panah putih) di wilayah adneksa kanan. Perhatikan
mesosalpinx yang menebal dengan perpindahan anterior (panah hitam). Lesi kistik (panah) di
posterior uterus adalah bagian dari TOA lain di adneksa kiri. (c) Pemindaian CT dengan
kontras yang ditingkatkan pada seorang wanita berusia 41 tahun menunjukkan massa kistik
(panah putih) di wilayah adneksa kanan. Massa terdiri dari beberapa lesi tubular (panah
hitam) dengan dinding yang tebal dan meningkatkan, temuan menunjukkan pyosalpinx. (d)
CT scan diperoleh pada tingkat panggul bawah (pasien yang sama seperti pada c)
menunjukkan penebalan bilateral ligamen uterosakral (panah).8

9
c) MRI
MRI memiliki sensitivitas diagnostik 100% dan spesifisitas 90%. Biasanya
terlihat sebagai massa panggul berisi cairan berdinding tebal
 T1: konten abses biasanya hypointense
 T2: isi abses biasanya sinyal heterogen atau hiper-intens5,17

Gambar 4. Abses tubo-ovarium pada wanita 35 tahun. a) Axial TI-tertimbang MRI


(650/11) menunjukkan massa yang besar, berdinding tebal di cul-de-sac, penuh
dengan nanah. Isinya isointense pada otot dan miometrium di sekitarnya kecuali
perdarahan fokal (H) hiperintensitas. Tipis, hyperintense (+) terlihat di bagian paling
dalam dari dinding abses. Ada untaian linear "mesh-like" di ruang para dan perirectal.
b) Gambar MR aksial T2-tertimbang (1 800/80) menunjukkan tepi tipis dinding abses
dan perdarahan fokus dalam abses menjadi hipointensia.18

10
Gambar 5. Abses tubo-ovarium pada wanita berusia 39 tahun. a) Gambar MRI aksial
T1 (417/17) menunjukkan massa hypointense (A) dengan margin yang tidak jelas dan
tingkat cairan udara di wilayah adneksa kiri. “Mesh-like” dengan untai linear (panah)
di bidang lemak di sekitar abses. b) Gambar aksial T2 (1800/80) menunjukkan
shading (panah) di pinggiran hyperintense, rongga abses yang berisi nanah serta
tingkat cairan udara. c) Gambar yang ditingkatkan kontras (750/11) menunjukkan
peningkatan tebal pada tepi tipis dinding abses.18

2.7 Diagnosis Banding


Hydrosalphinx
Hydrosalpinx adalah kondisi dimana terjadi sumbatan pada saluran telur
wanita (tuba fallopii) dan terisi cairan (hidro). Melebarnya tuba akibat cairan ini bisa
bervariasi dalam ukuran tergantung jumlah cairan yang ada. satu atau kedua tuba
falopii mungkin terpengaruh. Hidrosalping merupakan hasil dari akumulasi sekresi
ketika tabung tersumbat di ujung distal (obstruksi segmen ampula) atau kedua
ujungnya.

Beberapa penyebab terjadinya hydrosalphinx, yaitu :

a. endometriosis (sering hematosalpinx)


b. induksi ovulasi

11
c. penyakit radang panggul (mis. Infeksi klamidia atau gonokokal): hidrosalping
adalah yang paling sering merupakan kelanjutan dari perlengketan akibat
penyakit radang panggul
d. pasca-histerektomi (tanpa salpingo-ooforektomi)
 Hidrosalpinx unilateral atau bilateral juga dapat terjadi pada wanita
setelah histerektomi ketika hanya saluran tuba yang tersisa untuk
melindungi suplai darah ke ovarium.
 Ini berasal dari akumulasi sekresi tuba yang disebabkan oleh
penyumbatan bedah secara proksimal dan penyumbatan terkait adhesi
secara distal
e. ligasi tuba
f. keganasan tuba: tumor primer atau sekunder dari tuba falopii

Gambar 6. Gambaran hydrosalphinx : dinding tipis atau tebal, struktur memanjang


atau terlipat seperti membentuk pinggang atau membentuk “cogwheel”.15

Lipatan longitudinal yang ada dalam tuba falopii normal dapat menjadi menebal
dengan adanya hidrosalping. Lipatan dapat menghasilkan penampilan "cogwheel"
yang khas ketika dicitrakan secara melintang. Lipatan ini adalah patognomonik dari
hidrosalpinx. Lekukan pada sisi dinding yang berlawanan disebut sebagai tanda
pinggang yang merupakan prediktor kuat hidrosalping. Tanda pinggang yang

12
dikombinasikan dengan massa kistik berbentuk tubular telah ditemukan bersifat
patognomonik dari hidrosalping. Septa yang tidak lengkap juga dapat memberikan
tanda "manik-manik pada tali".15

Gambar 7. Gambaran hydrosalphinx yang bersepta-septa tidak lengkap


sehingga memberikan tanda manik manik pada tali.15

Kadang-kadang tuba fallopi yang dilatasi mungkin tidak menunjukkan lipatan


memanjang. Jika sifat lipatan yang memanjang ini tidak diketahui, mereka mungkin
keliru sebagai nodul mural dari massa kistik ovarium. Hydrosalpinx bekas luka yang
signifikan dapat hadir sebagai massa kistik multi-lokular dengan beberapa septa
(sering tidak lengkap) yang menciptakan banyak kompartemen. Septa ini umumnya
tidak lengkap, dan kompartemen dapat dihubungkan. Namun, dengan jaringan parut
yang lebih jelas, diferensiasi dari massa ovarium mungkin tidak dapat dilakukan.15

13
PID

Penyakit radang panggul (PID) adalah istilah luas yang mencakup spektrum
infeksi dan radang saluran genital perempuan bagian atas, yang mengakibatkan
berbagai kelainan. PID didefinisikan sebagai sindrom klinis akut yang terkait dengan
peningkatan penyebaran mikroorganisme, yang tidak terkait dengan kehamilan atau
pembedahan. Infeksi umumnya naik dari vagina atau serviks ke endometrium
(endometritis), kemudian ke tuba falopi (salpingitis), dan kemudian ke dan / atau
struktur yang berdekatan (abses tubo-ovarium). Hal ini dapat disebabkan beberapa
faktor :

a. umum
 Chlamydia trachomatis: infeksi klamidia panggul
 Neisseria gonorrhoeae: infeksi gonokokal panggul
 Infeksi polimikroba: dapat menyebabkan ~ 35% dari kasus 3
b. kurang umum
 Mycobacterium tuberculosis: infeksi TBC panggul
 Actinomyces spp .: infeksi pelvic actinomyces

14
Gambar 5. PID ditemukan tuba fallopi yang menebal dan melebar, terdapat cairan
echogenic, dan berbentuk “cogwheel”16

Ultrasonografi seringkali hanya menunjukkan cairan asites di rongga


peritoneum atau penebalan non-spesifik dan peningkatan vaskularisasi endometrium .
Pada kasus yang paling parah, USG dapat menunjukkan massa adneksa dengan pola
gema yang heterogen.

Beberapa tanda sonografi yang terkait dengan peradangan tuba termasuk:

a. tuba fallopi yang menebal / melebar


 septa tidak lengkap dalam tabung
 peningkatan vaskularisasi di sekitar tabung
 cairan echogenik dalam tabung (pyosalpinx)
b. tanda roda gigi/ “cogwheel”
c. manik-manik pada tanda string16

H. Tatalaksana
Pemberian antibiotika yang poten, penegakkan diagnosis dan penanganan medis
sedini mungkin, memberikan outcome yang baik pada pasien. Umumnya para klinisi
merekomendasikan sekurang-kurangnya waktu 24 jam observasi bagi pasien dengan

15
abses tuboovarial. Perawatan medis dari TOA dengan antibiotik dapat efektif hingga
70%. Awalnya, antibiotik spektrum luas intravena yang mencakup patogen penyebab
paling umum diperlukan.4,13
Hingga saat ini sebenarnya belum ada standar terapi untuk ATO. Akan tetapi
beberapa ahli merekomendasikan terapi medikamentosa yang meliputi antimikroba
untuk bakteri anaerob. Angka keberhasilan terapi dengan pemberian 2 janis antibiotik
yang dikombinasi mencapai sekitar 90%. Rekomendasi terbaik adalah dengan
pemberian ceftriakson dan doksisiklin atau gentamisin dan klindamisin dimana
kombinasi keduanya memiliki efektivitas hingga 91% sedangkan kombinasi
gentamisin dan metronidazole memiliki efektivitas yang sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan dua kombinasi diatas yaitu 89%.13
Pada pasien yang menunjukkan hasil yang baik terhadap protokol medikamentosa
ini, maka antibiotika ini harus dilanjutkan selama 10-14 hari. Evaluasi harus terus
dilakukan setiap minggu selama 3-4 minggu berikutnya. Antibiotik harus diubah
menjadi sediaan oral dan dilanjutkan selama 14 hari.4,14
Jika terapi medikamentosa gagal atau ditemukan abses besar, maka prosedur
drainase perlu dilakukan meskipun tatalaksana pembedahan masih menjadi
kontroversi hingga saat ini.14

16
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas
 Nama : Ny.Julina
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 56 Tahun
 Alamat :-
 Pekerjaan : IRT
 Pendidikan terakhir : SMA
 Tanggal Pemeriksaan : 8 Maret 2019
 Ruangan : Rajawali Bawah

B. Anamnesis
 Keluhan Utama : Nyeri seluruh bagian perut
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien perempuan masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat pada seluruh
bagian perut terutama pada bagian bawah perut. Nyeri dirasakan sudah 3 hari, nyeri
dirasakan terus menerus dan semakin memberat satu hari sebelum masuk rumah
sakit. Sebelumnya pasien juga mengeluhkan nyeri saat berkemih yang sudah dialami
selama sebulan dengan warna urine kuning. pasien merasakan sakit kepala, demam(-)
, mual(-), muntah(-). BAB normal dan BAK terasa sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat DM (-)
Riwayat HT (-)
Riwayat Kolesterol (-)
Riwayat Jantung (-)

17
 Kebiasaan (lifestyle) :
Riwayat merokok (-)
Riwayat minum Alkohol (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.

C. PEMERIKSAAN FISIS
 Keadaan umum :
Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg Pernapasan : 26 kali/menit
Nadi : 109 kali/menit Suhu : 36,7 0C
Kepala
 Bentuk : Normocephal
 Rambut : lepek, tidak mudah dicabut
 Mata : Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-, edema palpebral -
/-, pupil isokor kanan dan kiri. Reflek cahaya +/+
 Telinga : Bentuk normal, otthorae -/-.
 Mulut : Hiperemis (-), Ulkus (-), Lidah kotor (-).
Leher
 KGB : Pembesaran (-)
 Tiroid : Pembesaran (-)
 JVP : normal
 Massa Lain : Tidak ada

Kulit
Turgor kulit baik

18
Thoraks
 Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris, retraksi dinding dada (-),
 Palpasi : Vocal fremitus kanan menurun
 Perkusi : Redup lapangan paru kanan bagian basal, Sonor lapang paru
kiri
 Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, Wheezing -/-,
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
 Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba jari lateral linea midclavicula
sinistra
 Perkusi Batas jantung :
- Batas kanan atas SIC II linea parasternalis dextra.
- Batas kanan bawah SIC IV Linea parasternalis dextra.
- Batas kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra.
-Batas kiri bawah SIC VI linea midclavicula sinistra.
 Auskultasi : BJ S1 dan S2 murni regular, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
 Inspeksi : Perut kesan datar
 Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
 Perkusi : Timpani (+)
 Palpasi : Nyeri tekan (+), Hepatomegali (-), splenomegaly (-).
Anggota gerak
 Atas : akral hangat (+/+) edema (-/-), tidak ada hambatan gerak
 Bawah : akral hangat (+/+) edema (-/-), tidak ada hambatan gerak

19
D. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

DARAH LENGKAP NILAI RUJUKAN

WBC 22,1 x 103/mm3 4,00-10,00


RBC 4,16 x 106/mm3 4,00-6.00
HGB 14,0 g/dl 12-16
MCV 100 um3 80-100
MCH 33,6 pg 27-32
MCHC 33,6 g/dl 32-36
HCT 41,5% 37.0-47.0
PLT 203 x 103/mm3 150-400

PEMERIKSAAN DARAH NILAI RUJUKAN

Glukosa sewaktu 103 80-199 mg / dl


Glukosa puasa 80 – 125mg/dl

ELEKTROLIT

NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN


DARAH
1 K+ 3.08 3,48-5,50 mmol/L
2 Na+ 136,35 135,37-145.00 mmol/L
3 Cl- 99.93 96.00-106.00 mmol/L

20
4 CALSIUM 1.12-1,32 mmol/L
5 MAGNESIUM 1,8-2,6 mg/dl

Foto USG Abdomen

Hasil USG abdomen :


- Hepar : ukuran dan echo parenkim dalam batas normal, tidak
tampak dilatasi vaskuler maupun bile duct, tidak tampak echo mass
- GB : dinding tidak menebal, tidak tampak echo batu
- Lien dan pancreas : ukuran dan echo parenkim dalam batas normal, tidak
tampak echo mass
- Ginjal kanan : ukuran dalam batas normal, tidak tampak dilatasi
PCS, tidak tampak echo batu maupun mass

21
- Ginjal kiri : ukuran dalam batas normal, tidak tampak dilatasi
PCS, tidak tampak echo batu maupun mass
- VU : Dinding tidak menebal, tidak tampak echo batu

Tampak lesi slight hipoechoic berbatas tegas pada adnexa kanan deng VF yang
prominent pada dindingnya

Kesan : Sugestis TOA dextra

E. Penatalaksanaan:
• Ivfd RL 20 Tpm
• Ciprofloxacin 200mg/12jam
• PCT 500mg 3x1
• Omeprazole/24jam

I. Analisi Kasus
Berdasarkan analisis kasus didapatkan bahwa pasien masuk rumah sakit
dengan keluhan nyeri pada seluruh bagian perut terutama bagian bawah perut.

Berdasarkan pemeriksaan fisis yang dilakukan didapatkan kondisi pasien sedang,


tidak ditemukan bising jantung. Nyeri tekan pada perut dan terutama pada bagian
bawah perut. Tanda vital didapatkan Tekanan darah 110/80 mmHg, Pernapasan
26x/menit, Nadi 109x/menit, suhu badan 36.7oC.

Berdasarkan pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan nilai WBC


22,1x103/mm3, HGB 14,0 g/dL, RBC 4,16x106/uL, HCT 41,5%, MCV 100fL,
MCH 33,6 pg, dan MCHC 33,6 g/dl. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
mengalami infeksi karena nilai WBC yang meningkat

22
Selain itu juga berdasarkan pemeriksaan usg ditemukan Tampak lesi slight
hipoechoic berbatas tegas pada adnexa kanan deng VF yang prominent pada
dindingnya.

23
BAB IV

KESIMPULAN

Pasien perempuan masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat pada seluruh
bagian perut terutama pada bagian bawah perut. Nyeri dirasakan sudah 3 hari, nyeri
dirasakan terus menerus dan semakin memberat satu hari sebelum masuk rumah
sakit. Sebelumnya pasien juga mengeluhkan nyeri saat berkemih yang sudah dialami
selama sebulan dengan warna urine kuning. pasien merasakan sakit kepala, demam(-)
, mual(-), muntah(-). BAB normal dan BAK terasa sakit. Tidak ada riwayat
hipertensi, riwayat penyakit jantung disangkal. Di dalam keluarga pasien tidak ada
yang mengalami hal serupa. Diagnosis pada pasien ini adalah Tubo-ovarial dextra.

24

You might also like