Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Abses ovarium tuba adalah komplikasi penyakit radang panggul (PID) yang
diketahui terjadi pada sepertiga pasien yang dirawat di rumah sakit karena salpingitis
akut. Abses tubo-ovarium (TOA) adalah massa menular yang kompleks dari adnexa
yang terbentuk sebagai sekuel dari penyakit radang panggul.3
Abses tuba ovarium (ATO) yang merupakan komplikasi dari PID terjadi pada
sekitar 15% kasus dan 33% kasus PID yang akhirnya menjadi ATO. Kematian
akibat ATO sangat menurun dengan dratis selama 50 tahun ini. Namun, angka
kesakitan (morbidity) yang berhubungan dengan ATO meningkat secara signifikan
dengan komplilasi termasuk infertilitas, kehamilan ektopik, chronic pelvic pain,
pelvic thrombophlebitis dan ovarian vein thrombosis.10
Abses tubo-ovarium (TOA) adalah komplikasi yang dikenal dan serius dari
penyakit radang panggul yang tidak diobati (PID). TOA juga dapat terjadi sekunder
dari patologi intraabdomen lainnya seperti radang usus buntu, divertikulitis atau
pielonefritis dan dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi langsung atau
hematogen.3,4,5,6
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mukosa tuba terdiri dari epitel selapis silindris bersilia dan tidak bersilia yang
terletak di atas jaringan ikat longgar lamina propria.
2
Gambar 1. Anatomi uterus2
B. Definisi
Abses ovarium tuba adalah komplikasi penyakit radang panggul (PID) yang
diketahui terjadi pada sepertiga pasien yang dirawat di rumah sakit karena salpingitis
akut. Abses tubo-ovarium (TOA) adalah massa menular yang kompleks dari adnexa
yang terbentuk sebagai sekuel dari penyakit radang panggul. Secara klasik, TOA
bermanifestasi dengan massa adneksa, demam, peningkatan jumlah sel darah putih,
nyeri perut-panggul bagian bawah, dan / atau keputihan.3
C. Epidemiologi
TOA paling sering terjadi pada wanita usia reproduksi berusia 20-49 tahun dan
memiliki risiko morbiditas, mortalitas sesekali, dan sekuele jangka panjang yang
signifikan, yang mungkin termasuk nyeri panggul kronis dan infertilitas.4,5
Abses tuba ovarium (ATO) yang merupakan komplikasi dari PID terjadi pada
sekitar 15% kasus dan 33% kasus PID yang akhirnya menjadi ATO. Kematian
akibat ATO sangat menurun dengan dratis selama 50 tahun ini. Namun, angka
kesakitan (morbidity) yang berhubungan dengan ATO meningkat secara signifikan
dengan komplilasi termasuk infertilitas, kehamilan ektopik, chronic pelvic pain,
pelvic thrombophlebitis dan ovarian vein thrombosis.10
3
Perkiraan insiden tahunan abses pelvis oleh karena berbagai penyebab di
Amerika Serikat mencapai sekitar 100.000 kasus pertahun. ATO umumnya terjadi
pada wanita umur 20 hingga 40 tahun. Lebih tua dari pada puncak prevalensi pelvic
inflamasi disease (PID). Alat kontrasepsi IUD dilaporkan berhubungan dengan
peningkatan risiko ATO.11
D. Etiologi
Abses tubo-ovarium (TOA) adalah komplikasi yang dikenal dan serius dari
penyakit radang panggul yang tidak diobati (PID). TOA juga dapat terjadi sekunder
dari patologi intraabdomen lainnya seperti radang usus buntu, divertikulitis atau
pielonefritis dan dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi langsung atau hematogen.
Infeksi pada TOA biasanya polimikroba dengan campuran organisme aerob dan
anaerob. Bakteri yang paling umum yaitu Escherichia coli, Bacteroides fragilis,
spesies lain Bacteroides, Peptostreptococcus, Peptococcus, dan streptokokus aerobik.
3,4,5,6
E. Patofisiologi
Abses tuba ovarium (ATO) primer umumnya sebagai komplikasi PID, selain
karena operasi pelvis. Infeksi pelvis bukan merupakan komplikasi umum akibat
pengobatan hormonal untuk infertilitas (0,4% dari 1500 kasus pengambilan oosit
transvaginal pada sebuah studi, tetapi ATO dapat ditemukan pada beberapa pasien
dengan hiperstimulasi ovarium). ATO sekunder berasal dari perforasi usus
(apendisitis, diverkulitis) dengan penyebaran infeksi intraperitonial, atau akibat
keganasan pelvis. Penggolongan klinis antara ATO primer dan sekunder kadang
4
sangat sulit. ATO primer merupakan diagnosis umum pada wanita premenopausal,
akan tetapi pada wanita pasca menopause, adanya keganasan ginekologi atau patologi
pelvis lain penyebab ATO sekunder tidaklah umum dan harus segera disingkirkan.7,8
Pelvic inflamasi disease (PID) berasal dari penyebaran patogen melalui lumen
organ reproduksi dan kedalam kavum peritonial pelvis melalui ostium tuba. Jika
mikroorganisme tidak dapat diatasi oleh imunitas tubuh atau pengobatan medis maka
akan merusak jaringan tubuh. Infeksi permukaan, aglutinasi,dan abses terbentuk saat
bakteri, leukosit dan cairan terakumulasi pada suatu ruangan tertutup. Perfusi abses
ke dinding dalam sangat berbahaya, menimbulkan lingkungan anaerobik sehingga
kuman anaerobik asli ataupun fakultatif dapat berkembang biak.8
Ovarium dapat melekat dengan fimbrie dari tuba yang terinfeksi (pyosalphing)
dan menjadi dinding abses, atau infeksi ovarium primer, yang dapat berlanjut menjadi
abses. Usus, peritonium parientale, uterus dan omentum biasanya menjadi melekat.
Abses dapat membesar dan mengisi kavum douglas, atau bocor dan menimbulkan
abses metastasis.9
Jika pertahanan tubuh mampu mengatasi, maka infeksi kemudian menjadi
steril. Proses ini mencakup drainase spontan ke dalam celah viskus. Akan tetapi, jika
terjadi ruptur intraperitonial, infeksi dapat menyebar cepat dan timbul bakteremia.
Pembentukan abses merupakan keadaan terakhir pertahanan tubuh dan infeksi yang
mencapai keadaan ini sangat berat dan berbahaya. ATO merupakan bentuk
komplikasi paling berbahaya dari PID.8,9
F. Gejala Klinik
Beberapa gambaran klinik dari TOA :
Faktor klinis (pada saat masuk indeks): nyeri perut, keputihan, demam, nyeri tekan
serviks, nyeri tekan adneksa, sel darah putih (WBC) dan jumlah neutrofil, protein C-
reaktif (CRP)8
5
G. Diagnosis
Diagnosis pleuritis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
tepat. Selain itu, dibutuhkan juga pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium maupun radiologi.
Anamnesis dan pemeriksaan fisis
Pada anamnesis ditanyakan mengenai riwayat nyeri abdomen merupakan
gejala yang paling khas, cenderung memberat, konstan dan difus disekitar abdomen
bagian bawah, seperti berapa lama, dan pengobatan apa yang telah dilakukan. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan nyeri pada perut bagian bawah.4,12
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri pelvis, nyeri lepas dan defance
muscular merupakan penemuan yang khas untuk peradangan peritoneum. Bising usus
sering hipoaktif atau tidak ada, distensi disebabkan oleh ileus paralitik. Abses pelvis
yang besar dapat terpalpasi pada abdomen.12
6
anterior dan lebih unggul dari uterus. Mungkin ada cairan bebas yang kompleks di
kantong Douglas, seringkali dengan penampilan echogenik. Rahim dapat tampak
membesar dengan batas dan endometrium yang tidak jelas.4,7
7
b) CT-Scan
Temuan CT yang paling umum adalah massa panggul dengan dinding yang seragam,
tebal, dan septasi internal. Pergeseran anterior mesosalpinx yang menebal juga
merupakan temuan umum dan menunjukkan bahwa massa tersebut berasal dari
adneksa. Lesi tubular berisi cairan dengan peningkatan, dinding tebal adalah temuan
pyosalpinx dan sering terlihat berdekatan dengan atau dalam sebagian dari TOA.
Penebalan ligamentum uterosakral terlihat ketika peradangan meluas ke posterior.
Gelembung gas internal, indikator kuat TOA saat ini, jarang ditemukan. Usus
rektosigmoid dan ureter adalah organ yang paling umum yang dapat terlibat oleh
TOA.8
8
Gambar 4. TOA Khas. (a) Pemindaian CT dengan kontras yang ditingkatkan pada seorang
wanita berusia 40 tahun menunjukkan massa kistik bilateral (panah) di daerah adneksa.
Massa memiliki dinding tebal dan penopang. Ketebalan dinding dan septa umumnya
seragam. (b) CT scan ditingkatkan kontras dari seorang wanita 43 tahun menunjukkan massa
yang kompleks, padat dan kistik (panah putih) di wilayah adneksa kanan. Perhatikan
mesosalpinx yang menebal dengan perpindahan anterior (panah hitam). Lesi kistik (panah) di
posterior uterus adalah bagian dari TOA lain di adneksa kiri. (c) Pemindaian CT dengan
kontras yang ditingkatkan pada seorang wanita berusia 41 tahun menunjukkan massa kistik
(panah putih) di wilayah adneksa kanan. Massa terdiri dari beberapa lesi tubular (panah
hitam) dengan dinding yang tebal dan meningkatkan, temuan menunjukkan pyosalpinx. (d)
CT scan diperoleh pada tingkat panggul bawah (pasien yang sama seperti pada c)
menunjukkan penebalan bilateral ligamen uterosakral (panah).8
9
c) MRI
MRI memiliki sensitivitas diagnostik 100% dan spesifisitas 90%. Biasanya
terlihat sebagai massa panggul berisi cairan berdinding tebal
T1: konten abses biasanya hypointense
T2: isi abses biasanya sinyal heterogen atau hiper-intens5,17
10
Gambar 5. Abses tubo-ovarium pada wanita berusia 39 tahun. a) Gambar MRI aksial
T1 (417/17) menunjukkan massa hypointense (A) dengan margin yang tidak jelas dan
tingkat cairan udara di wilayah adneksa kiri. “Mesh-like” dengan untai linear (panah)
di bidang lemak di sekitar abses. b) Gambar aksial T2 (1800/80) menunjukkan
shading (panah) di pinggiran hyperintense, rongga abses yang berisi nanah serta
tingkat cairan udara. c) Gambar yang ditingkatkan kontras (750/11) menunjukkan
peningkatan tebal pada tepi tipis dinding abses.18
11
c. penyakit radang panggul (mis. Infeksi klamidia atau gonokokal): hidrosalping
adalah yang paling sering merupakan kelanjutan dari perlengketan akibat
penyakit radang panggul
d. pasca-histerektomi (tanpa salpingo-ooforektomi)
Hidrosalpinx unilateral atau bilateral juga dapat terjadi pada wanita
setelah histerektomi ketika hanya saluran tuba yang tersisa untuk
melindungi suplai darah ke ovarium.
Ini berasal dari akumulasi sekresi tuba yang disebabkan oleh
penyumbatan bedah secara proksimal dan penyumbatan terkait adhesi
secara distal
e. ligasi tuba
f. keganasan tuba: tumor primer atau sekunder dari tuba falopii
Lipatan longitudinal yang ada dalam tuba falopii normal dapat menjadi menebal
dengan adanya hidrosalping. Lipatan dapat menghasilkan penampilan "cogwheel"
yang khas ketika dicitrakan secara melintang. Lipatan ini adalah patognomonik dari
hidrosalpinx. Lekukan pada sisi dinding yang berlawanan disebut sebagai tanda
pinggang yang merupakan prediktor kuat hidrosalping. Tanda pinggang yang
12
dikombinasikan dengan massa kistik berbentuk tubular telah ditemukan bersifat
patognomonik dari hidrosalping. Septa yang tidak lengkap juga dapat memberikan
tanda "manik-manik pada tali".15
13
PID
Penyakit radang panggul (PID) adalah istilah luas yang mencakup spektrum
infeksi dan radang saluran genital perempuan bagian atas, yang mengakibatkan
berbagai kelainan. PID didefinisikan sebagai sindrom klinis akut yang terkait dengan
peningkatan penyebaran mikroorganisme, yang tidak terkait dengan kehamilan atau
pembedahan. Infeksi umumnya naik dari vagina atau serviks ke endometrium
(endometritis), kemudian ke tuba falopi (salpingitis), dan kemudian ke dan / atau
struktur yang berdekatan (abses tubo-ovarium). Hal ini dapat disebabkan beberapa
faktor :
a. umum
Chlamydia trachomatis: infeksi klamidia panggul
Neisseria gonorrhoeae: infeksi gonokokal panggul
Infeksi polimikroba: dapat menyebabkan ~ 35% dari kasus 3
b. kurang umum
Mycobacterium tuberculosis: infeksi TBC panggul
Actinomyces spp .: infeksi pelvic actinomyces
14
Gambar 5. PID ditemukan tuba fallopi yang menebal dan melebar, terdapat cairan
echogenic, dan berbentuk “cogwheel”16
H. Tatalaksana
Pemberian antibiotika yang poten, penegakkan diagnosis dan penanganan medis
sedini mungkin, memberikan outcome yang baik pada pasien. Umumnya para klinisi
merekomendasikan sekurang-kurangnya waktu 24 jam observasi bagi pasien dengan
15
abses tuboovarial. Perawatan medis dari TOA dengan antibiotik dapat efektif hingga
70%. Awalnya, antibiotik spektrum luas intravena yang mencakup patogen penyebab
paling umum diperlukan.4,13
Hingga saat ini sebenarnya belum ada standar terapi untuk ATO. Akan tetapi
beberapa ahli merekomendasikan terapi medikamentosa yang meliputi antimikroba
untuk bakteri anaerob. Angka keberhasilan terapi dengan pemberian 2 janis antibiotik
yang dikombinasi mencapai sekitar 90%. Rekomendasi terbaik adalah dengan
pemberian ceftriakson dan doksisiklin atau gentamisin dan klindamisin dimana
kombinasi keduanya memiliki efektivitas hingga 91% sedangkan kombinasi
gentamisin dan metronidazole memiliki efektivitas yang sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan dua kombinasi diatas yaitu 89%.13
Pada pasien yang menunjukkan hasil yang baik terhadap protokol medikamentosa
ini, maka antibiotika ini harus dilanjutkan selama 10-14 hari. Evaluasi harus terus
dilakukan setiap minggu selama 3-4 minggu berikutnya. Antibiotik harus diubah
menjadi sediaan oral dan dilanjutkan selama 14 hari.4,14
Jika terapi medikamentosa gagal atau ditemukan abses besar, maka prosedur
drainase perlu dilakukan meskipun tatalaksana pembedahan masih menjadi
kontroversi hingga saat ini.14
16
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny.Julina
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 56 Tahun
Alamat :-
Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 8 Maret 2019
Ruangan : Rajawali Bawah
B. Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri seluruh bagian perut
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien perempuan masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat pada seluruh
bagian perut terutama pada bagian bawah perut. Nyeri dirasakan sudah 3 hari, nyeri
dirasakan terus menerus dan semakin memberat satu hari sebelum masuk rumah
sakit. Sebelumnya pasien juga mengeluhkan nyeri saat berkemih yang sudah dialami
selama sebulan dengan warna urine kuning. pasien merasakan sakit kepala, demam(-)
, mual(-), muntah(-). BAB normal dan BAK terasa sakit.
17
Kebiasaan (lifestyle) :
Riwayat merokok (-)
Riwayat minum Alkohol (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.
C. PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum :
Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg Pernapasan : 26 kali/menit
Nadi : 109 kali/menit Suhu : 36,7 0C
Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : lepek, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-, edema palpebral -
/-, pupil isokor kanan dan kiri. Reflek cahaya +/+
Telinga : Bentuk normal, otthorae -/-.
Mulut : Hiperemis (-), Ulkus (-), Lidah kotor (-).
Leher
KGB : Pembesaran (-)
Tiroid : Pembesaran (-)
JVP : normal
Massa Lain : Tidak ada
Kulit
Turgor kulit baik
18
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris, retraksi dinding dada (-),
Palpasi : Vocal fremitus kanan menurun
Perkusi : Redup lapangan paru kanan bagian basal, Sonor lapang paru
kiri
Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, Wheezing -/-,
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba jari lateral linea midclavicula
sinistra
Perkusi Batas jantung :
- Batas kanan atas SIC II linea parasternalis dextra.
- Batas kanan bawah SIC IV Linea parasternalis dextra.
- Batas kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra.
-Batas kiri bawah SIC VI linea midclavicula sinistra.
Auskultasi : BJ S1 dan S2 murni regular, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Perut kesan datar
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+), Hepatomegali (-), splenomegaly (-).
Anggota gerak
Atas : akral hangat (+/+) edema (-/-), tidak ada hambatan gerak
Bawah : akral hangat (+/+) edema (-/-), tidak ada hambatan gerak
19
D. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
ELEKTROLIT
20
4 CALSIUM 1.12-1,32 mmol/L
5 MAGNESIUM 1,8-2,6 mg/dl
21
- Ginjal kiri : ukuran dalam batas normal, tidak tampak dilatasi
PCS, tidak tampak echo batu maupun mass
- VU : Dinding tidak menebal, tidak tampak echo batu
Tampak lesi slight hipoechoic berbatas tegas pada adnexa kanan deng VF yang
prominent pada dindingnya
E. Penatalaksanaan:
• Ivfd RL 20 Tpm
• Ciprofloxacin 200mg/12jam
• PCT 500mg 3x1
• Omeprazole/24jam
I. Analisi Kasus
Berdasarkan analisis kasus didapatkan bahwa pasien masuk rumah sakit
dengan keluhan nyeri pada seluruh bagian perut terutama bagian bawah perut.
22
Selain itu juga berdasarkan pemeriksaan usg ditemukan Tampak lesi slight
hipoechoic berbatas tegas pada adnexa kanan deng VF yang prominent pada
dindingnya.
23
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien perempuan masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat pada seluruh
bagian perut terutama pada bagian bawah perut. Nyeri dirasakan sudah 3 hari, nyeri
dirasakan terus menerus dan semakin memberat satu hari sebelum masuk rumah
sakit. Sebelumnya pasien juga mengeluhkan nyeri saat berkemih yang sudah dialami
selama sebulan dengan warna urine kuning. pasien merasakan sakit kepala, demam(-)
, mual(-), muntah(-). BAB normal dan BAK terasa sakit. Tidak ada riwayat
hipertensi, riwayat penyakit jantung disangkal. Di dalam keluarga pasien tidak ada
yang mengalami hal serupa. Diagnosis pada pasien ini adalah Tubo-ovarial dextra.
24