You are on page 1of 8

Jurnal Kpendidikan Fisika “Lensa” Vol. 6 No.

1, ISSN 2338-4417
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING BERBANTUAN LKS TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS FISIKA SISWA SMAN 1 LINGSAR TAHUN AJARAN 2016/2017

Andi Fatimatul Islamiah1), Satutik Rahayu2), Ni Nyoman Sri Putu Verawati3)


1)
Pemerhati Program Studi Pendidikan Fisika,Universitas Mataram
2&3)
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika,Universitas Mataram
Email: andi.fatima4@gmail.com

Abstract: This research aims to know the effectiveness of the learning problem based learning
model assisted work sheet for the critical thinking ability of physics students of grade X SMAN 1
Lingsar inacademics year 2016/2017. This was an experiments research that using design research
Posttest-Only Control group Design. The population in this research were the whole grade X SMA
Negeri 1 Lingsar in academics year 2016/2017. Sampling taken with using cluster random
sampling technique with the students of class X. MIA. A as experiments class and grade X. MIA.
D as controls class. Research hypothesis was analysis with the t-test for one party (the party right).
Based on the hypothesis test results obtained tcount> ttableat significance level of 5%, then it can be
inferred that the model of learning problem based learning assisted work sheet effective for critical
thinking ability of physics students SMAN 1 Lingsar.

Keywords: Problem Based Learning, Critical Thingking Ability

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil wawancara yang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan dilakukan pada salah satu guru pelajaran fisika
tekhnologi yang pesat menuntut adanya di SMA Negeri 1 Lingsar diperoleh bahwa
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sejalan guru belum pernah mengukur kemampuan
dengan terus dikembangkannya kurikulum berpikir kritis karena masih terfokus terhadap
pendidikan di Indonesia. Kurikulum hasil belajar fisika. Guru tersebut tidak
pendidikan yang diberikan harus mampu menyadari bahwa sebenarnya telah mengukur
membekali peserta didik dalam mengikuti kemampuan berpikir kritis. Kemampuan
perubahan dan pertumbuhan di masyarakat berpikir kritis diantaranya dapat ditunjukkan
yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi, salah dari cara peserta didik menganalisis,
satunya yaitu membangun kemampuan berpikir mensintesis, memecahkan masalah,
kritis. Hal tersebut sesuai dengan menyimpulkan dan mengevaluasi suatu
diterapkannya Kurikulum 2013 dalam permasalahan fisika. Kemampuan berpikir
pembelajaran yang mencakup kompetensi kritis peserta didik masih lemah, hal ini di
sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam tunjukkan dari kurangnya pemahaman
pembelajaran. terhadap permasalahan yang diberikan karena
Proses pembelajaran diharapkan dapat rendahnya daya analisis yang ditunjukkan dari
menjadi perantara dalam mengembangkan cara mengidentifikasi masalah yang masih
kemampuan berpikir khususnya kemampuan rendah. Selain itu, perhitungan peserta didik
berpikir kritis untuk mencari, menemukan, dan masih lemah, padahal dalam pembelajaran
membangun pengetahuan peserta didik secara fisika perhitungan tersebut sangat penting
mandiri. Kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Sehingga,
merupakan kemampuan dasar yang sangat kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan
dibutuhkan khususnya pada pembelajaran karena bermanfaat untuk meningkatkan
fisika. Pembelajaran fisika bukan hanya kemampuan dalam menghubungkan
penguasaan kumpulan pengetahuan yang permasalahan fisika dengan kehidupan nyata,
berupa fakta, konsep atau prinsip saja tetapi untuk itu kemampuan berpikir kritis harus
pembelajarannya berkaitan dengan cara mulai ditekankan dengan cara melatih dan
mencari tahu tentang fenomena alam secara mengukur kemampuan berpikir kritis peserta
sistematis melalui permasalahan yang ada didik. Belajar untuk berpikir dengan cara kritis
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, analitis dan evaluatif berarti menggunakan
kemampuan berpikir kritis diperlukan peserta proses mental seperti perhatian, kategorisasi,
didik untuk memecahkan masalah yang seleksi, dan penilaian. Banyak orang memiliki
dihadapi. potensi untuk mengembangkan pemikiran kritis
Dikelola Oleh: Program Studi Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Mataram
Diterima Pada Bulan Mei 2018 28
Diterbitkan Pada Bulan juni 2018
Jurnal Kpendidikan Fisika “Lensa” Vol. 6 No.1, ISSN 2338-4417
yang lebih efektif tetapi terhambat karena autentik untuk menyusun pengetahuan mereka
berbagai alasan selain dari kurangnya sendiri, mengembangkan inkuiri, dan
kemampuan. Berpikirkritis adalah interpretasi kemampuan berpikir lebih tinggi,
dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap mengembangkan kemandirian, percaya diri,
observasi dan komunikasi, informasi dan serta siswa menggunakan keterampilannya
argumentasi (Fisher, 2007).Berpikir kritis seperti bekerja sama dalam menyelesaikan
adalah sebuah proses sistematis yang masalah (Trianto, 2010). Selain itu, model
memungkinkan siswa untuk merumuskan dan problem based learning merupakan suatu tipe
mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka pengelolaan kelas yang diperlukan untuk
sendiri. Berpikir kritis adalah sebuah proses mendukung pendekatan kontruktivisme dalam
terorganisasi yang memungkinkan siswa pengajaran dan belajar (Hariyanto, 2012).
mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa Model problem based learning
yang mendasari pernyataan orang lain adalah model pembelajaran yang
(Johnson, 2010).Pemikir kritis meneliti dengan menggunakan permasalahan pada dunia nyata
cermat proses berpikir orang lain untuk sebagai media pembelajarannya. Masalah
mendapatkan pemahaman yang paling lengkap. yang dikemukakan kepada siswa harus dapat
Mereka berusaha berpikir dengan berurutan membangkitkan pemahaman siswa terhadap
dan objektif serta menangguhkan prasangka masalah, kesadaran adanya kesenjangan,
dan emosi pribadi dalam mencari keyakinan pengetahuan, tujuan keinginan memecahkan
(Alwasilah, 2008). masalah, dan persepsi bahwa mereka mampu
Berdasarkan beberapa pendapat di memecahkan masalah tersebut (Rusman,
atas, peneliti menyimpulkan bahwa 2011).Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan peneliti menyimpulkan bahwa model
berpikir tingkat tinggi yang harus dibangun pembelajaran problem based learning adalah
pada peserta didik agar menjadi suatu watak pembelajaran yang di awali dari suatu
atau kepribadian yang dapat digunakan untuk permasalahan yang digunakan sebagai sarana
memecahkan segala persoalan dengan cara untuk investigasi peserta didik. Permasalah
menganalisis, mensintesis, memecahkan yang di sajikan di awal pembelajaran
masalah, mengevaluasi setiap informasi yang merupakan masalah yang autentik dan
diterimanya kemudian menyimpulkannya bermakna. Setiap peserta didik ataupun
secara sistematis. kelompok harus menyelesaikan permasalahan-
Keterampilan dasar berpikir kritis permasalahan tersebut secara mandiri. Dengan
berpikir kritis diantaranya yaitu: (a) berusaha memecahkan permasalahan secara
keterampilan berpikir analisis (b) keterampilan mandiri, diharapkan peserta didik mampu
berpikir sintesis (c) keterampilan memecahkan mendapatkan pengetahuannya dengan lebih
masalah (d) keterampilan menyimpulkan (e) bermakna. Hal ini diperkuat dengan hasil
keterampilan mengevaluasi atau menilai penelitian Rahmawati et al. (2015) yang
(Hendra, 2013). Salah satu model pembelajaran menyatakan bahwa model pembelajaran
yang dapat membangun kemampuan berpikir problem based learning efektif untuk
kritis adalah model pembelajaran problem meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
based learning. hasil belajar peserta didik. Hal ini karena,
Model pembelajaran tersebut dapat model pembelajaran problem based learning
diartikan sebagai suatu konsep yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis
menjelaskan proses pembelajaran, baik peserta didik dalam menyelesaikan masalah,
menjelaskan pola pikir maupun pola tindakan menarik minat peserta didik dalam
(Abidin, 2014). Selain itu, model pembelajaran pembelajaran dengan adanya interaksi antara
dapat diartikan sebagai pola yang digunakan peserta didik untuk mencari solusi, dan
untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, menuntut peserta didik untuk terlibat aktif
dan memberi petunjuk kepada guru di kelas dalam proses pembelajaran. Begitu juga
(Suprijono, 2012).Sehingga dapat disimpulkan menurut Azmi (2016) Model pembelajaran
bahwa model pembelajaran adalah pola atau berbasis masalah memberikan kesempatan
perencanaan yang digunakan sebagai pedoman kepada semua siswa untuk aktif dalam proses
dalam merencanakan kegiatan pembelajaran pembelajaran, terlebih lagi untuk
agar tujuan pembelajaran dapat menyelesaikan permasalahan yang disedikan
tercapai.Sedangkan problem based dalam proses pembelajaran dengan cara
learningyaitu model pembelajaran yang melakukan eksperimen dan diskusi sehingga
menuntut siswa mengerjakan permasalahan siswa dapat membuktikan sendiri dengan

Dikelola Oleh: Program Studi Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Mataram


Diterima Pada Bulan Mei 2018 29
Diterbitkan Pada Bulan juni 2018
Jurnal Kpendidikan Fisika “Lensa” Vol. 6 No.1, ISSN 2338-4417
melakukan sendiri proses percobaan untuk Jenis penelitian ini adalah true
membuktikan serta melakukan diskusi untuk experimental.Dikatakan true eksperimental
menyelesaikan permasalahan yang telah karena peneliti dapat mengontrol semua
disediakan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) variabel luar yang mempengaruhi jalannya
dan Lembar Diskusi Siswa (LDS), Hal ini eksperimen (Sugiono, 2014). Desain penelitian
tentunya memberikan pengaruh terhadap hasil yang digunakan yaitu Posttest-Only Control
belajar fisika siswa yang dapat dibuktikan Design.Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
dengan nilai rata-rata kedua sampel berada Januari 2016 sampai dengan bulan Januari
diatas KKM. 2017 di SMAN 1Lingsar. Populasi dalam
Proses pembelajaran yang baik harus penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
mampu memberikan kesempatan kepada SMA Negeri 1Lingsar. Sampel dalam
peserta didik untuk berperan aktif dalam setiap penelitian yang digunakan yaitu kelas X
pembelajaran yang dilakukan. Keaktifan dan MIA.A sebagai kelas eksperimen dan kelas X
kemandirian peserta didik harus tampak dalam MIA.D sebagai kelas kontrol. Teknik
setiap proses pembelajaran, maka dibutuhkan pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu
bantuan sumber belajar. Lembar Kerja Siswa dengan cluster random sampling.
(LKS) merupakan salah satu alternatif sumber Instrumen yang digunakan dalam
belajar yang dapat diterapkan karena dapat penelitian ini adalah tes uraian. Sebelum
membantu peserta didik untuk menambah diberikan pada siswa, instrumen diujicobakan
informasi tentang konsep yang di pelajari terlebih dahulu. Uji coba instrumen pada
melalui kegiatan belajar secara sistematis.LKS penelitian ini meliputi uji validitas, uji
biasanya berupa petunjuk, langkah untuk reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang beda.Data hasil kemampuan berpikir kritis
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus yang terkumpul kemudian dianalisis
jelas kompetensi dasar yang akan menggunakan uji prasyarat analisis yaitu uji
dicapainya.Selain itu, LKS adalah panduan homogenitas dengan menggunakan Uji F, uji
siswa yang digunakan untuk melakukan normalitas dengan menggunakan Uji Chi-
kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah Kuadratdan uji hipotesisdengan menggunakan
(Trianto, 2010).Sehingga dapat disimpulkan Uji t pihak kanan dengan taraf signifikan 5%.
bahwa LKS adalah lembar kerja yang berisi Tingkatkemampuan berpikir kritis siswa
permasalahan untuk mengasah kemampuan dapat dianalisis secara deskriptif dengan
berpikir kritis peserta didik yang dapat persentase untuk menggambarkan tingkat
mempermudah proses pembelajaran. pencapaian tiap indikator kemampuan berpikir
Berdasarkan uraian tersebut model kritis.
pembelajaran problem based learning
merupakan salah satu model pembelajaran 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
yang paling efektif untuk meningkatkan 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
keaktifan dan meningkatkan kemampuan
berpikir kritis fisika siswa. Salah satunya Setelah diperoleh hasil persentase
dengan berbantuan LKS. Berdasarkan uraian di kemampuan berpikir kritis siswa, peneliti
atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan menentukan kategori kemampuan berpikir
penelitian berjudul “Efektivitas Model kritis siswa.Pemberian kategori bertujuan
Pembelajaran Problem Based Learning untuk mengetahui kualifikasi persentase
berbantuan LKS terhadap Kemampuan kemampuan berpikir kritis siswa. Adapun
Berpikir Kritis Fisika Siswa SMAN 1 Lingsar kategori kemampuan berpikir kritis dibedakan
Tahun Ajaran 2016/2017”. menjadi 4kategori, yaitu:

METODE PENELITIAN
Tabel 1. Pedoman Kategori Berpikir Kritis
Skala Perolehan Kategori
81,25 < x ≤ 100 Sangat Kritis
62,50 < x ≤ 81,25 Kritis
43,75 < x ≤ 62,50 Kurang Ktitis
25,00 < x ≤ 43,75 Sangat Kurang Kritis
(Yuliati, 2011)

Dikelola Oleh: Program Studi Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Mataram


Diterima Pada Bulan Mei 2018 30
Diterbitkan Pada Bulan juni 2018
Jurnal Kpendidikan Fisika “Lensa” Vol. 6 No.1, ISSN 2338-4417
HASIL DAN PEMBAHASAN siswa SMAN 1Lingsar tahun pelajaran
Penelitian ini dilakukan di SMAN 2016/2017.
1Lingsar dengan menggunakan dua kelas Data hasil tes kelas eksperimen dan
sebagai sampel. Sampel pertama adalah kelas kelas kontrol terdiri dari hasilpost-test. Post-
MIA.A sebagai kelas eksperimen yang diberi test merupakan tes yang dilakukan setelah
perlakuan menggunakan model perlakuan diberikan kepada kelas eksperimen
pembelajaranproblem based learning maupun kelas kontrol yang bertujuan untuk
berbantuan LKS dan kelas X MIA.D kelas mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan
kontrol yang diberikan perlakuan kepada kelas eksperimen yang berupa model
menggunakan model konvensional yang biasa pembelajaranproblem based learning
diterapkan. Penelitian ini dilakukan untuk berbantuan LKS. Hasil post-test kelas
mengetahui efektivitas model pembelajaran eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada
problem based learning berbantuan LKS Tabel 2 dan Gambar 1 di bawah ini.
terhadap kemampuan berpikir kritis fisika

Tabel 2.Data Hasil Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Komponen Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah siswa 25 26
Nilai tertinggi 92,86 85,71
Nilai terendah 46,43 46,43
Rata-rata 70,29 61,54
Standar deviasi 8,97 10,13
Varians 84,44 102, 63
Uji homogenitas Homogen
Uji normalitas Normal Normal
Uji hipotesis 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,
H0 ditolak dan Ha diterima

100
90
80
Hasil Post-test

70
60
50
40
30
20
10
0
Nilai Nilai Rata-rata
Terendah Tertinggi

Eksperimen Kontrol

Gambar1.Nilai Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data hasil kemampuan berpikir kritis berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan
siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol siswa kelas kontrol yang dapat dilihat secara
yang dikelompokkan ke dalam jenjang rinci pada Tabel 3 dan gambar 2 dibawah ini.
kualifikasi, maka persentase kemampuan

Dikelola Oleh: Program Studi Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Mataram


Diterima Pada Bulan Mei 2018 31
Diterbitkan Pada Bulan juni 2018
Jurnal Kpendidikan Fisika “Lensa” Vol. 6 No.1, ISSN 2338-4417
Tabel 3.Data Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Komponen Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Sangat tidak kritis 0% 0%
Kurang Kritis 12% 46%
Kritis 72% 50%
Sangat Kritis 16% 4%
80%
72%
70%
60%
52%
48%
50%
40%
30%
20% 16%
12%
10% 4%
0% 0%
0%
sangat tidak kurang kritis kritis sangat kritis
kritis

eksperimen kontrol

Gambar2.Diagram Batang Kategori Kemampuan Berpikir Kritis Pada Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol

Berdasarkan data hasil posttest siswa kelas kontrol di setiap indikator dapat
kemampuan berpikir kritis siswa kelas dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 3 berikut ini.
eksperimen dan kemampuan berpikir kritis

Tabel 4.Data Setiap Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa


Komponen Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Analisis 67% 66%
Sintesis 76% 67%
Memecahkan masalah 73% 65%
Menyimpulkan 69% 66%
Mengevaluasi 63% 51%

Dikelola Oleh: Program Studi Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Mataram


Diterima Pada Bulan Mei 2018 32
Diterbitkan Pada Bulan juni 2018
Jurnal Kpendidikan Fisika “Lensa” Vol. 6 No.1, ISSN 2338-4417
80% 76% 73%
67% 67% 69%
70% 66% 65% 66% 63%
60% 51%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Eksperimen Kontrol

Gambar3.Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kedua Kelas Sampel di Setiap Indikator
Kemampuan Berpikir Kritis

Berdasarkan hasil penelitian kelas kontrol menggunakan model


menunjukkan adanya perbedaan rataan nilai pembelajarankonvensional.
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Model pembelajaran problem based
Padarekapitulasi nilai siswa yaitunilai rata-rata learning berbantuanLKS dalam proses
siswa kelas eksperimen 70,29dengan nilai pembelajarannya dapat menarik minat serta
tertinggi 92,86 dan nilai terendah 46,43. rasa ingin tahu siswa untuk menyelesaikan
Sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol masalah–masalah yang diberikan dalam bentuk
diperoleh nilai tertinggi 85,71 dan terendah LKS. Model pembelajaran problem based
46,43 dengan rata-rata 60,54. Berdasarkan uji learning memiliki 5 tahapan dengan setiap
statistik (uji-t) yang telah dilakukan, harga tahapan tersebut mendukung siswa agar dapat
thitung=2,36. Harga ini lebih besar dari harga mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
ttabel=1,678. Hal ini menunjukkan bahwa Tahap (1) yaitu mengorganisasikan siswa
terdapat pengaruh positif terhadap kemampuan kepada masalah sesuai dengan dunia nyata
berpikir kritis siswa yang mengikuti model siswa, kemampuan berpikir kritis siswa yang
pembelajaran problem based learning dikembangkan pada tahap ini yaitu
berbantuan LKS, dimana rata-rata kemampuan menganalisis suatu masalah yang dapat
berpikir kritis siswa secara keseluruhan ditunjukkan dari respon yang diberikan siswa.
ataupun pada setiap indikator kemampuan Respon yang ditunjukkan siswa pada kelas
berpikir kritis menunjukkan bahwa eksperimen lebih baik dibandingkan kelas
kemampuan berpikir kritis pada kelas kontrol yang menggunakan model
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas pembelajaran konvensional karena komunikasi
kontrol. Dengan kata lain, model pembelajaran antara siswa dengan siswa ataupun siswa
problem based learning berbantuan LKS lebih dengan guru berjalan lancar. Tahap (2) yaitu
efektif terhadap kemampuan berpikir kritis mengorganisasikan siswa mandiri maupun
siswa dari pada model pembelajaran dalam kelompok-kelompok untuk belajar,
konvensional. dalam pembelajarannya siswa dibagi menjadi 5
Perbedaan kemampuan berpikir kritis kelompok dimana setiap kelompok
siswa tersebut disebabkan oleh adanya beranggotakan 5 orang. Setiap kelompok
pemberian perlakuan yang tidak sama antara dituntut untuk belajar bekerja sama dalam
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Kelas menyelesaikan masalah-masalah yang
eksperimen diberikan perlakuan khusus yakni diberikan. Tahap (3) yaitu membantu
menggunakan model pembelajaranproblem penyelidikan mandiri ataupun kelompok,
based learning berbantuan LKS, sedangkan dalam tahap ini siswa didorong untuk
mengumpulkan informasi agar dapat

Dikelola Oleh: Program Studi Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Mataram


Diterima Pada Bulan Mei 2018 33
Diterbitkan Pada Bulan juni 2018
Jurnal Kpendidikan Fisika “Lensa” Vol. 6 No.1, ISSN 2338-4417
menyelesaikan masalah-masalah yang dengan kurang kritis, dan 0% siswa
diberikan. Indikator kemampuan berpikir kritis berkemampuan berpikir dengan sangat tidak
yang dapat dikembangkan pada tahap ini yaitu kritis. Hal ini karena, siswa hanya menerima
menganalisis, mensintesis dan memecahkan materi apa adanya tanpa mengumpulkan
masalah karena siswa ditekankan untuk informasi terlebih dahulu terkait materi yang
mengasah kemampuan berpikir kritisnya diajarkan. Selain itu, komunikasi baik antara
dengan berpikir secara terbuka agar dapat siswa dengan siswa maupun antara siswa
menganalisis, mensintesis, dan memecahkan dengan guru tidak berjalan karena siswa
masalah yang diberikan. Tahap (4) yaitu cendrung pasif dalam kegiatan
mengembangkan dan mempresentasikan hasil pembelajarannya. Hal inilah yang
karyanya, indikator kemampuan berpikir kritis menyebabkan pembelajaran konvensional
yang dapat dikembangkan yaitu dapat tersebut tidak efektif digunakan terhadap
menyimpulkan suatu permasalahan karena kemampuan berpikir kritis siswa.
siswa pada tahap ini dapat merencanakan dan Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
menyajikan hasil karyanya baik secara lisan Rahmawati et al. (2015) yang menyatakan
atau tulisan dengan cara memaparkan hasil bahwa model pembelajaran problem based
diskusinya. Tahap (5) yaitu menganalisis dan learning efektif untuk meningkatkan
mengevaluasi pembelajaran terkait hasil kemampuan berpikir kritis siswa karena, model
diskusi yang dipaparkan. Indikator kemampuan pembelajaranproblem based learning dapat
berpikir kritis yang dapat dikembangkan pada melatih kemampuan berpikir kritis siswa dalam
tahap ini yaitu menganalisis dan mengevaluasi menyelesaikan masalah, menarik minat siswa
suatu permasalahan karena siswa dituntut dalam pembelajaran dengan adanya interaksi
untuk menemukan keterkaitan masalah yang antara siswa untuk mencari solusi, dan
telah dipecahkan dengan konsep materi yang menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam
dikuasai. Kelima tahapan pada model proses pembelajaran. Selain itu, Santoso et
pembelajaran problem based learning tersebut al.(2015) juga menyatakan bahwa model
efektif untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran berbasismasalah berbantuan
berpikir kritis karena indikator kemampuan media komputer berpengaruh
berpikir kritis dapat tercapai. Hal ini yang terhadapkemampuan berpikir kritis siswa
mendasarimodel pembelajaran problem based karena, selama prosespembelajaransiswa di
learning berbantuanLKS efektif digunakan tuntut untukmemecahkanmasalah yang
terhadapkemampuan berpikir kritis siswa. diberikan dankemudianmenjelaskannya sesuai
Hal ini berbeda dengan pembelajaran dengankonsepnya, hal ini sejalan dengan
di kelas kontrol yaitu menggunakan model Fatimah (2016) yang menyatakan bahwa
pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran Dengan digunakan model pembelajaran
tersebut, guru dianggap sebagai sumber utama berbasis masalah dengan strategi konflik
pembelajaran, sedangkan siswa hanya menjadi kognitif, akan membuat peserta didik lebih
penerima pelajaran yang diberikan oleh guru aktif sehingga kemampuan berpikir kritisnya
tanpa memerlukan peralatan khusus. lebih tinggi dibandingkan dengan
Kemampuan berpikir kritis pada proses pembelajaran dengan model konvensional,
pembelajaran tersebut tidak tidak lebih efektif begitu juga menurut Herayanti (2015) Data
terhadap kemampuan berpikir kritis karena penelitian menunjukkan bahwa terjadi
data kemampuan berpikir kritis pada siswa peningkatan keterampilan berpikir kritis pada
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kedua kelas dengan persentase yang berbeda.
kelas kontrol. Adapun kemampuan siswa Untuk kelas eksperimen peningkatan terting
dalam berpikir kritis pada kelas eksperimen giterjadi pada indikator berkategori
terdiri dari 16% siswa berkemampuan berpikir Kemampuan menemukan persamaan dan
dengan sangat kritis, 72% siswa perbedaan sebesar 40% .
berkemampuan berpikir dengan kritis, 12% Berdasarkan uraian diatas peneliti
siswa berkemampuan berpikir dengan kurang menyimpulkan bahwa model pembelajaran
kritis, dan 0% siswa berkemampuan berpikir problem based learning berbantuan LKS
dengan sangat tidak kritis. Sedangkan pada efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
kelas kontrol, kategori kemampuan berpikir siswa.
kritis siswa terdiri dari 4% siswa
berkemampuan berpikir dengan sangat kritis, PENUTUP
50% siswa berkemampuan berpikir dengan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kritis, 46% siswa berkemampuan berpikir dilaksanakan, analisis data, dan uji hipotesisi

Dikelola Oleh: Program Studi Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Mataram


Diterima Pada Bulan Mei 2018 34
Diterbitkan Pada Bulan juni 2018
Jurnal Kpendidikan Fisika “Lensa” Vol. 6 No.1, ISSN 2338-4417
pada taraf signifikansi 5%dan pembahasan Herayanti, L., & Habibi, H. (2017). Model
maka dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Berbasis Masalah
pembelajaran problem based learning Berbantuan Simulasi Komputer untuk
berbantuan LKS efektif terhadap kemampuan Meningkatkan Keterampilan Berpikir
berpikir kritis fisika siswa SMAN 1 Lingsar Kritis Calon Guru Fisika. Jurnal
tahun ajaran 2016/2017. Pendidikan Fisika dan
Teknologi, 1(1), 61-66.
DAFTAR RUJUKAN
Abidin,Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Rahmawati, D., Sudarmin., & Novi R.D. 2015.
dalam Konteks Kurikulum 2013. Efektivitas Problem Based Learning
Bandung: PT. Refika Aditama. (PBL) pada Tema Bunyi dan
Pendengaran berbantuan Alat Peraga
Alwasilah, C. 2008. Contextual Teaching & Tiga Dimensi terhadap Kemampuan
Learning Menjadikan Kegiatan Berpikir Kritis Siswa SMP. Unnes
Belajar-Mengajar Mengasikkan dan Science Education Journal.4(3), 1031-
Bermakna.Bandung: MLC. 1040.

Azmi, M. K., Rahayu, S., & Hikmawati, H. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran
(2017). Pengaruh Model Problem MengembangkanProfesionalisme
Based Learning dengan Metode Guru. Jakarta: PT. Prajakrafindo
Eksperimen dan Diskusi Terhadap Persada.
Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari
Sikap Ilmiah Siswa Kelas X MIPA Santoso, R., Darmadi., & Darsikin. 2015.
SMA N 1 Mataram. Jurnal Pengaruh Model Pembelajaran
Pendidikan Fisika dan Berbasis Masalah berbantuan Media
Teknologi, 2(2), 86-94. Komputer terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMA Negeri 5
Fatimah, N., Gunawan, G., & Wahyudi, W. Palu. Jurnal Pendidikan Fisika
(2017). Pembelajaran Berbasis Tadulako. 4(1), 39-44.
Masalah Dengan Strategi Konflik
Kognitif Terhadap Penguasaan Sugiyono.2014.Metode Penelitian Pendidikan
Konsep Dan Kemampuan Berpikir Pendekatan Kuantitatif,Kualititatif,
Kritis Fisika Siswa Kelas XI SMKN 1 dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Lingsar Tahun Pelajaran
2015/2016. Jurnal Pendidikan Fisika Suprijono, A. 2012. Cooperative Learnig Teori
dan Teknologi, 2(4), 183-190. dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Fisher, A. 2007. Berpikir Kritis: Sebuah
Pengantar. Jakarta: Erlangga. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Hariyanto, M.S & Warsono, M. S. 2012. Media Group.
Pembelajaran Aktif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. Trianto. 2010. Model-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Hendra, S. 2013. Cara Belajar Orang Genius Jakarta: Prestasi Pustaka.
Study Hard Belumlah Cukup Tanpa
Didukung Study Smart. Jakarta: PT Yuliati, D.I., Yulianti, D., & Khanafiyah, S.
Elex Media Komentindo. 2011. Pembelajaran Fisika Berbasis
Hands On Activities Untuk
Johnson, E. B. 2010. Contextual Teaching & Menumbuhkan Kemampuan Berpikir
Learning Menjadikan Kegiatan Kritis dan Meningkatkan Hasil Belajar
Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika
Bermakna. Bandung: Kaifa. Indonesia. 7, 23-27.

Dikelola Oleh: Program Studi Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Mataram


Diterima Pada Bulan Mei 2018 35
Diterbitkan Pada Bulan juni 2018

You might also like