Professional Documents
Culture Documents
TESIS
TESIS
i Universitas Indonesia
ii Universitas Indonesia
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat
yang dilimpahkan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis sekaligus
pendidikan saya di Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa apa yang telah saya capai sampai saat ini, baik
selama mengerjakan tesis maupun selama menjalani proses pendidikan di
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, tidak terlepas dari bantuan, dukungan,
kerjasama, bimbingan, serta doa restu dari berbagai pihak. Oleh karena itu
izinkanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
Dr. dr. Imam Subekti, SpPD, K-EMD, sebagai Kepala Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI saat ini , dan Dr. dr. Czeresna Heriawan Soejono,
SpPD, K-Ger, M.Epid, FACP sebagai Kepala Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI terdahulu atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk
dapat mengikuti pendidikan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
dr. Aida Lydia, PhD, SpPD, K-GH, sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-I Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI saat ini, dan Dr. dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FACP sebagai
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-I Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI terdahulu serta kepada para staf koordinator
pendidikan, atas dukungan,bimbingan, dan perhatian yang diberikan
selama masa pendidikan saya di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Prof. Wiguno Prodjosudjadi Ph.D, SpPD-KGH, sebagai pembimbing
akademik saya terdahulu yang telah banyak membantu saya, baik
masukan, dukungan, bimbingan serta perhatian, beliau merupakan guru,
ayah dan juga sosok yang saya sangat hormati dan dr. Wismandari
Wisnu selaku pembimbing akademik saya saat ini, beliau banyak memberi
masukan, dukungan dan bimbingan dan perhatian selama masa pendidikan
saya di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
vi Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
xi
Universitas Indonesia
xii
TESIS ....................................................................................................................... i
TESIS ....................................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................... x
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
ABSTRACT .......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA ............................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian ............................................ 4
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 4
1.4 Hipotesis Penelitian..................................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.5.1.Tujuan Umum Penelitian ...................................................................... 4
1.5.2.Tujuan Khusus Penelitian ..................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
2.1. Pengenalan Kolonoskopi ............................................................................. 6
2.2. Indikasi Kolonoskopi .................................................................................. 6
2.3. Cara Kerja Obat Pencahar dalam Persiapan Kolonoskopi .......................... 9
2.3.1 Preparat Isoosmotik………………………………………………….10
2.3.2 Preparat Hiperosmotik………………………………………………..11
2.3.3 Preparat Stimulan…………………………………………………….11
2.4. Faktor – Faktor yang Berkaitan dengan Persiapan Kolonoskopi .............. 12
2.4.1 Edukasi Pasien, Profil Pasien dan Kaitannya dengan Persiapan
Kolonoskopi ........................................................................................ 12
2.5. Persiapan Kolonoskopi dan Kaitannya dengan Kualitas Bersihan Kolon 13
2.6. Perangkat Penilai Bersihan Kolon ............................................................ 14
2.7. Penelitian dalam Mendapatkan Preparat Bersihan Kolon yang Ideal ....... 16
2.7.1 Perbandingan Bersihan Kolon pada Pemakaian Polyethylene Glycol
dengan Sodium Phosphate…………………………………………...17
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KONSEP .................................................. 19
3.1. Kerangka Teori.......................................................................................... 19
3.2 Kerangka Konsep ...................................................................................... 20
3.3 Definisi Operasional.................................................................................. 20
Universitas Indonesia
xiii
Universitas Indonesia
xiv
Universitas Indonesia
xv
Universitas Indonesia
xvi
Universitas Indonesia
xvii
Universitas Indonesia
xviii
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sodium Phosphate akan memberikan hasil bersihan kolon yang lebih baik
dalam persiapan kolonoskopi dibandingkan dengan Polyethylene Glycol.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6
Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014
7
dilakukan dokumentasi prosedur dan ketika dilakukan prosedur yang tidak baku
maka harus diberikan keterangan di dalam lembaran laporan prosedur.1
Messmann, et al. menyatakan bahwa indikasi kolonoskopi ditujukan
terutama untuk diagnosis yang memerlukan informasi mengenai kondisi mukosa
kolon seperti kolitis, dengan gejala seperti nyeri perut, malabsorbsi, diare atau
perdarahan perianal. Kondisi lain yang dapat dievaluasi dengan kolonoskopi
antara lain ulkus, polip, tumor, divertikulum, malformasi vaskular, konstipasi
kronik atau striktur lumen intestinal. Meskipun adanya penebalan dari dinding
saluran cerna terkadang bisa dinilai dari sonografi, computed tomography, dan
magnetic resonance imaging akan tetapi ditemukannya perdarahan patologis dari
saluran cerna bisa menjadi salah satu indikasi dilakukannya kolonoskopi untuk
menemukan sebab atau memerlukan biopsi untuk mendapatkan ketepatan
diagnosis.27
Indikasi kolonoskopi lainnya yang banyak diterapkan di dunia
internasional adalah untuk mendeteksi dini dan prevensi dari adanya karsinoma
kolorektal pada populasi umum yang asimtomatik. Menurut rekomendasi dari
German Society of Digestive and Metabolic Diseases, kolonoskopi harus
dilakukan setiap 10 tahun pada individu yang berusia diatas 55 tahun. Hal senada
juga dikemukakan oleh berbagai guidelines baik dari ASGE, ESGE maupun yang
dipublikasikan pada jurnal-jurnal internasional lainnya.1, 2, 6-8, 11, 19, 27, 29, 30
Universitas Indonesia
A. Evaluasi dengan barium enema atau imaging lain yang memberikan gambaran abnormal
seperti penebalan dinding kolon atau keadaan abnormal lainya tetapi tidak signifikan
secara klinis, seperti filling defect atau striktur
B. Evaluasi dari perdarahan gastrointestinal yang belum diketahui penyebabnya
1. Hematoskezia
2. Melena setelah perdarahan saluran cerna bagian atas dieksklusi
3. Adanya darah samar pada feses
C. Anemia defisiensi besi yang belum jelas penyebabnya
D. Skrining dan surveilans untuk neoplasia kolon
1. Skrining dari pasien yang asimptomatik, berisiko sedang untuk terjadinya
neoplasia kolon
2. Pemeriksaan untuk mengevaluasi keseluruhan kolon dalam mencari kanker yang
berasal dari tempat yang sama atau polip neoplastik pada pasien dengan kanker
yang sudah ditatalaksana atau polip neoplastik
3. Kolonoskopi untuk mengangkat lesi neoplastik pada area yang sama atau
berkisar pada saat yang sama dilakukannya reseksi kuratif kanker yang diikuti
dengan kolonoskopi setelah 3 tahun dan 3-5 tahun sesudah terdeteksi kanker
yang metastasis
4. Setelah pembersihan adekuat dari polip neoplastik dilakukan evaluasi dengan
interval 3 – 5 tahun
5. Pasien dengan riwayat keluarga signifikan
i. Kanker kolorektal nonpoliposis herediter : kolonoskopi setiap 2 tahun
dimulai dari usia 25 tahun atau 5 tahun lebih muda dari usia paling dini
terdeteksi kanker kolorektal. Kolonoskopi tahunan dimulai dari usia 40
tahun.
ii. Sporadik kanker kolorektal sebelum usia 60 tahun : kolonoskopi setiap
5 tahun dimulai dari 10 tahun lebih dini dibandingkan dengan anggota
keluarga yang terkena atau setiap 3 tahun bila ditemukan adanya
adenoma
6. Pada pasien dengan pankolitis Crohn’s atau kolitis ulserativ selama 8 tahun atau
lebih atau kolitis pada sisi kiri selama 15 tahun atau lebih dan dilakukan biopsi
setiap 1-2 tahun untuk mendeteksi adanya displasia
E. Penyakit inflammatory bowel disease kronik kolon jika memerlukan diagnosis yang tepat
dan diperlukan tatalaksana secepatnya
F. Diare yang signifikan yang belum jelas penyebabnya
G. Identifikasi intraoperatif dari lesi yang tidak terlihat pada saat operasi (daerah
polipektomi, lokasi perdarahan)
H. Tatalaksana perdarahan dari lesi seperti malformasi vaskular, ulserasi, neoplasia, dan
lokasi polipektomi (seperti elektrokoagulasi, heater probe, terapi injeksi atau laser)
I. Pengambilan benda asing
J. Eksisi dari polip kolon
K. Dekompresi dari megakolon nontoksik akut atau volvulus sigmoid
L. Dilatasi balon dari lesi stenotik (contohnya striktur anastomosis)
M. Tatalaksana paliatif dari stenosis atau neoplasma yang berdarah (co : laser,
elektrokoagulasi, stent)
N. Menandai lokasi neoplasma
O. Konstipasi kronik
P. Nyeri perut yang belum diketahui penyebabnya
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
bisakodil menstimulasi motilitas kolon, dengan onset aksi berkisar 6 dan 10 jam.
Bahan lainnya yang sering digunakan adalah metoklopramid yang merupakan
antagonis reseptor dopamin sehingga meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap
asetilkolin dan meningkatkan kontraksi lambung dan persitaltik usus, preparat ini
memiliki waktu paruh 5 hingga 6 jam. Selain itu, regimen diet yang bervariasi,
cairan hidrasi elektrolit, enema, dan agen antigas juga dipakai sebagai preparat
tambahan kolonoskopi.29
European Society of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE) tidak
menyarankan penggunaan rutin dari preparat prokinetik seperti metoklopramid,
domperidon, cisapride, tegaserod sebagai tambahan dari persiapan kolonoskopi
standar hal ini disebabkan karena preparat tersebut tidak terbukti memberikan
tolerabilitas persiapan kolonoskopi ataupun kualitas terhadap kebersihan kolon
yang lebih tinggi.12
yang dilakukan Fayad et al. yang menyatakan bahwa indeks massa tubuh
merupakan faktor risiko independen persiapan kolonosokopi yang tidak adekuat.37
Studi lain yang dilakukan Singhal et al. menyatakan bahwa indeks massa tubuh
tidak berpengaruh terhadap persiapan kolonoskopi yang tidak adekuat, hasil ini
didapat setelah mengesampingkan demografik, kepatuhan terhadap instruksi
persiapan kolonoskopi dan faktor komorbid diabetes melitus, hipertensi, dan
penyakit jantung koroner pada pasien.38
Usia sebagai salah satu faktor yang berkaitan erat dengan persiapan tidak
adekuatnya kolonoskopi juga didapatkan dari berbagai penelitian. Hal ini terjadi
akibat waktu transit yang menjadi berkurang karena semakin bertambahnya
usia.22, 24, 34, 36, 39Akan tetapi hal yang berlawanan didapatkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Ness et al. dan Froehlich et al.23,14
Jenis kelamin sebagai salah satu faktor yang berpengaruh juga masih
merupakan kontroversi, karena dari berbagai studi didapatkan perbedaan hasil,
sebuah studi menyatakan wanita memiliki persiapan kolonoskopi yang lebih
buruk.24 Sedangkan studi lain menyatakan sebaliknya, bahkan sebuah studi
menyatakan seimbang antara pria dan wanita.22, 23, 34,14
Penelitian yang dilakukan oleh Chung et al. di Korea terhadap 362 pasien
yang dipersiapkan untuk kolonoskopi, menyatakan bahwa diabetes mempengaruhi
persiapan kolonoskopi sehingga didapatkan tidak adekuat, hal ini diperkirakan
karena motilitas usus yang menurun dan waktu transit yang lebih lama. Hasil
penelitian ini diperkuat oleh berbagai literatur lainnya.24,36, 40
1 – sangat baik (hanya ada sedikit cairan jernih atau lebih dari 95% persen
permukaan terlihat jelas)
2- baik (jumlah cairan jernih 5% hingga 25% permukaan tapi lebih dari
90% permukaan kolon terlihat)
3 – cukup (beberapa feses semisolid terlihat tapi bisa dibersihkan dengan
suction ataupun pemberian cairan dan kurang dari 90% permukaan kolon
terlihat),
4 – kurang baik (terdapat feses semisolid yang tidak bisa dibersihkan
ataupun disuction dan kurang dari 90% permukaan kolon yang terlihat),
5 – sangat kurang ( perlu persiapan kolon dan kolonoskopi ulang).
Skala lainnya adalah The Boston bowel preparation scale (BBPS [disebut
juga ‘‘bee-bops’’]) yang dikembangkan agar variabilitas antar pengamat dapat
dilimitasi pada tingkat kualitas dari persiapan kolon dan juga menilai kemampuan
membedakan derajat kebersihan kolon. Terminasi subyektif seperti “sangat baik”.
“baik”, “sedang” dan “tidak memuaskan” digantikan oleh sistem skoring 4 poin
yang diaplikasikan pada setiap bagian kolon yaitu sisi kanan kolon, termasuk
sekum dan kolon asenden, bagian kolon transversum termasuk fleksura hepatika
dan splenika, dan sisi kiri kolon termasuk kolon desenden, kolon sigmoid dan
rektum. Poin tersebut diterapkan sebagai berikut :
0 – mukosa segmen kolon tidak terlihat karena ada feses solid yang tidak
bisa dibersihkan.
1 - sebagian dari segmen mukosa kolon terlihat, tapi area lain dari segmen
tersebut tidak bisa dilihat dengan baik karena ada sisa feses atau
perlengketan feses di dinding dan atau cairan.
2 – ada sejumlah kecil residu cairan, fragmen kecil feses, dan atau cairan
akan tetapi mukosa dari segmen kolon terlihat dengan baik.
3 – seluruh mukosa segmen kolon terlihat dengan baik
Keseluruhan penilaian mukosa kolon memberikan skor total 0 hingga 9,
dengan skor kolon yang sempurna mendapatkan nilai 9 dan skor terendah untuk
persiapan kolon yang tidak baik adalah 0. Jika operator membatalkan prosedur
karena persiapan yang tidak baik, maka segmen kolon yang lain yang belum
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
19
Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014
20
Sodium phosphate
Bersihan
kolon
Polyethylene glycol
Usia Usia > 18 tahun14, 33, 34 Usia berdasarkan Kartu Tanda Ordinal
Penduduk atau identitas lainnya
Dibagi menjadi :
< 60 tahun
> 60 tahun
Tingkat Tingkat pendidikan subyek Anamnesis, dikelompokkan: Ordinal
Pendidikan penelitian34 < Sekolah Menengah Atas
(<SMA)
> SMA
37, 38
IMT Indeks massa tubuh Penilaian berdasarkan : Ordinal
berat badan (kilogram)
tinggi badan (meter) 2
penilaian dibagi menjadi:
Tidak berlebih
Berlebih :≥ 23 kg/m2
Jenis Kelamin Jenis Kelamin subyek Anamnesis, dikelompokkan: Nominal
penelitian22, 24, 34 perempuan
laki-laki
Kepatuhan Kepatuhan pasien dalam Anamnesis, pasien diminta Ordinal
Meminum meminum preparat yang membawa sisa preparat
Preparat disediakan46 Dikelompokkan menjadi :
<1/2 preparat
>1/2 preparat
Universitas Indonesia
Diabetes Jika didapati pasien sudah Anamnesis dan rekam medis Nominal
diketahui ada riwayat Dikelompokkan menjadi :
diabetes sebelumnya atau Diabetes
dalam pemeriksaan Tidak
didapatkan hasil dibawah
ini47:
GDS>200 disertai gejala 3P
GDS<200 / GDP >126
dalam dua kali pemeriksaan
yang berbeda
Preparat Lavage Preparat yang diberikan Anamnesis lisan menanyakan Nominal
Kolon untuk persiapan mengenai preparat yang
kolonoskopi16, 20, 48, 49 diberikan untuk persiapan dan
dikelompokkan :
Preparat isoosmotik
polyethylene glycol
Preparat hiperosmotik
sodium phosphate
Outcome Kondisi bersihan kolon Penilaian segmen kolon Ordinal
Bersihan Kolon pasien setelah memakai intraprosedur kolonoskopi
preparat lavage kolon dinilai dari video hasil
dinilai menggunakan kolonoskopi pasien penelitian
Boston Bowel Preparation oleh peneliti. Semua penilaian
Scale(BBPS)44 dilakukan per segmen kolon.
Dengan menghitung jumlah skor
dari 0-3 pada 3 segmen kolon
saat kolonoskopi. Pengamatan
bersihan kolon antara dua
preparat lavage kolon.
Dikategorikan sebagai :
1. BBPS >5 : adekuat
2. BBPS <5 : inadekuat
Universitas Indonesia
n1 n2
Z 2PQ Z P1Q2 2
P1 P2 2
Keterangan:
Zα : deviat baku alfa
Zβ : deviat baku beta
Universitas Indonesia
22
Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014
23
Nilai Zα= 1,96 dengan taraf kepercayaan 95%, dan untuk power tes 80% dengan
besar bersihan kolon untuk sodium phosphate sebesar 90% dari data sebelumnya
dan angka bersihan kolon untuk polyethylene glycol sebesar 68%.15 Untuk itu
dibutuhkan sampel 53 individu yang akan diberikan polyethylene glycol dan 53
individu untuk diberikan sodium phosphate dengan total sampel 106 individu.
Bila dipertimbangkan adanya drop out sebesar 10 % maka besar sampel dengan
koreksi drop out adalah 120 individu
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
29 Universitas Indonesia
Jenis Kelamin
Laki-laki 39 (62,9) 34 (57,6)
Perempuan 23 (37,1) 25 (42,4)
Usia
≥ 60 tahun 20 (32,3) 19 (32,2)
< 60 tahun 42 (67,7) 40 (67,8)
Tingkat Pendidikan
SD 8 (12,9) 11 (18,6)
SMP 10 (16,1) 9 (15,3)
SMA 27 (43,5) 26 (44,1)
Pendidikan Tinggi 17 (27,4) 13 (22,0)
IMT
Underweight : <18,5 9 (14,5) 8 (13,6)
Normoweight :18,5 – 22,9 19 (30,6) 21 (35,6)
Overweight : ≥ 23 34 (54,8) 30 (50,8)
KARAKTERISTIK KLINIK
Efek Samping
Mual 12 (19,4) 0 (0)
Muntah 1 (1,6) 0 (0)
Alergi 0 (0) 0 (0)
Rasa tidak enak 2 (3,2) 3 (5,1)
Diabetes Melitus
Ya 0 (0,0) 2 (3,4)
Tidak 62 (100,0) 57 (96,6)
Universitas Indonesia
Tabel 5.2. Perbandingan Bersihan Kolon antara Polyethylene Glycol dengan Sodium
Phosphate pada Masing – Masing Preparat
Penilaian bersihan kolon yang tidak adekuat dinyatakan sebagai event pada
penelitian ini dengan PEG merupakan kontrol terhadap SP sehingga didapatkan
nilai Control Event Rate (CER) pada kelompok PEG sebesar 7/62 (11,30%) dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Studi uji klinis acak tersamar tunggal dilakukan terhadap pasien yang
memiliki indikasi kolonoskopi baik pria dan wanita yang berusia diatas 18 tahun
dalam kurun waktu sejak bulan Maret 2014 sampai September 2014. Pasien
dengan obstruksi kolon, penyakit jantung, penyakit hati berat, penyakit ginjal,
riwayat operasi reseksi usus besar, alergi terhadap PEG atau SP dan tidak bersedia
mengikuti penelitian dieksklusi dari kriteria perekrutan subyek penelitian. Selama
rentang waktu tersebut didapatkan 135 individu yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi, tapi dalam perkembangannya didapatkan bahwa 14 diantaranya
terdapat kekurangan data baik dari data pasien maupun video kolonoskopi yang
akan dinilai sehingga hanya didapatkan 121 subyek penelitian yang memenuhi
kriteria untuk dilakukan analisis, dari 121 individu ini didapatkan sebanyak 59
diantaranya memakai SP dan 62 diantaranya memakai PEG.
33 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sehingga sudah tidak diikutsertakan dalam proses penelitian karena masuk kriteria
eksklusi. Hal yang berbeda dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nguyen et al.24 dimana diabetes melitus didapatkan pada 33 (11,3 %) dari 300
subyek sedangkan penelitian ini memiliki subyek sebanyak 121. Selain itu,
penelitian Nguyen juga tidak mengeksklusi pasien yang memiliki sakit ginjal,
hati, jantung karena studi ini merupakan studi retrospektif.24 Penelitian lain
dengan hasil yang tidak jauh berbeda dari penelitian ini dilakukan oleh Marmo et
al.51 melibatkan 868 individu subyek penelitian dan hanya 41 (4,7%) yang
memiliki diabetes. Diabetes berperan penting dalam proses persiapan yang
adekuat, dimana terdapat perbedaan yang signifikan dalam kualitas persiapan
yang jauh lebih baik pada yang non diabetes karena dengan adanya diabetes maka
terjadi dismotilitas gastrointestinal karena gastropati maupun neuropati yang
merupakan komplikasi dari adanya diabetes sehingga menyebabkan waktu transit
melambat.39, 40, 48
Aplikasi klinis pada penelitian ini dapat dipakai pada pasien
yang tidak memiliki diabetes, akan tetapi pada pasien dengan diabetes, masih
mungkin terjadi hasil yang berbeda dibandingkan dengan penelitian ini.
Pada penelitian ini, didapatkan 87,1% mengonsumsi > 90% PEG yang
diberikan, sedangkan pada kelompok SP sebesar 93,2%, sangat sedikit sekali yang
tidak menghabiskan preparat yang diberikan, serta instruksi yang jelas didapatkan
pada seluruh individu dalam kelompok PEG dan hanya 1 (1,7%) saja dalam
kelompok SP menyatakan instruksi tidak jelas. Berdasarkan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Kastenberg et al. sebesar 93,6% pada kelompok SP
menghabiskan preparatnya dan hanya 55,5% di kelompok PEG dengan p value
<0,001.46 Selain itu, Studi penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Liu et al. 35
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
karena reliabilitas antar pengamat dalam penilaian skor pada video yang sama
tidak banyak berbeda.
Keadekuatan bersihan dilakukan dengan skala Boston Bowel Preparation,
penelitian terdahulu ada yang memberikan hasil yang mendukung, akan tetapi
banyak pada penelitian sebelumnya penilaian adekuasi bersihan didapatkan secara
subyektivitas. Pada penelitian ini, skala BBPS memiliki nilai obyektif, dimana
penilaian skoring dilakukan dan kemudian dilakukan total skor.
Nilai skor BBPS bersihan kolon PEG dan SP yang tertinggi ada pada skor
6 dan 7. Pada kelompok PEG didapatkan skor 6 sebesar 38,7% dan skor 7 sebesar
42,4%, sedangkan pada kelompok SP didapatkan skor 6 sebesar 16,1% dan skor 7
sebesar 22%. Nilai pada bersihan sempurna dengan skor 9 didapatkan lebih baik
pada kelompok SP dibandingkan PEG (13,6% dengan 1,6%). Rerata skor BBPS
pada kelompok PEG didapatkan sebesar 5,89 dan pada kelompok SP sebesar 6,34.
Pada penilaian bersihan kolon didapatkan pada kelompok PEG sebesar 88,7%
memiliki bersihan adekuat dan 89,8% pada kelompok SP dengan nilai p sebesar
0,84, menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok
dari segi bersihan kolon secara statistik. Sedangkan dari segi klinis, dari hasil
penelitian terdahulu didapatkan bahwa sebesar 15% perbedaan bersihan yang
dianggap bermakna secara klinis oleh sebab itu hasil perbedaan bersihan kolon
pada penelitian ini tidak bermakna secara klinis. Pada penelitian ini didapatkan
CER sebesar 11,3% dan EER sebesar 10,17% dengan ARR sebesar 1,13%.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa angka kejadian bersihan kolon yang
tidak adekuat lebih banyak terjadi pada kelompok yang menggunakan PEG
dibandingkan SP dan dapat disimpulkan bahwa pemakaian SP menurunkan risiko
bersihan kolon yang tidak adekuat sebesar 1,13% dengan RRR sebesar 9,92%.
Hasil ini konsisten dengan hasil perbedaan rerata skor BBPS antar kelompok
dimana skor kelompok SP lebih tinggi dibanding kelompok PEG. Selain itu dari
hasil analisis didapatkan bahwa NNT sebesar 90 yang berarti bahwa diperlukan
sebanyak 90 subyek yang diberikan SP terlebih dahulu untuk mendapatkan 1
tambahan bersihan kolon yang adekuat. Nilai NNT pada penelitian ini masih
terlalu besar sehingga tidak memberikan gambaran manfaat yang terlalu besar
dibandingkan PEG
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
hasil yang diperoleh tidak bermakna. Bila kita tetap melakukan penghitungan
ulang power, maka didapatkan nilai power sebesar 7,3%. Berdasarkan penelitian
terdahulu53, secara klinis bersihan kolon dianggap bermakna bila ada perbedaan
sebesar 15 %, akan tetapi pada penelitian ini perbedaan bersihan kolon antara
kedua preparat hanya sebesar 1,13%, sehingga penyebab secara statistik tidak
bermakna bukan disebabkan karena power penelitian tapi karena perbedaan
proporsi antara kedua preparat yang sangat kecil sehingga menyebabkan tidak
bermakna secara klinis, bukan karena jumlah sampel yang kecil. Sehingga
walaupun penelitian ini dilanjutkan hingga besar sampel didapatkan sampai dua
kali dibanding seharusnya tetap tidak mungkin memperoleh perbedaan yang
secara klinis bermakna. Akan tetapi bila ingin mendapatkan nilai power yang
tinggi, maka penghitungan besar sampel ulang dilakukan. Didapatkan besar
sampel sebesar 10.000 subyek penelitian untuk masing – masing kelompok
preparat agar dapat memberikan power sebesar 80,7% sehingga bisa terjadi
perbedaan yang bermakna secara statistik yang belum tentu bermakna secara
klinis. Bila menilai dari besarnya jumlah NNT, ARR dan hasil perbedaan klinis
yang didapatkan dari penelitian ini, maka sebenarnya kedua preparat tidak
berbeda bermakna secara klinis dalam bersihan kolon, sehingga dapat
disimpulkan bahwa PEG dapat dianggap sama baik dengan SP.
Secara teori, SP dan PEG merupakan dua preparat yang memiliki sifat
berbeda, dengan SP yang merupakan preparat hiperosmotik maka diharapkan
terjadi peningkatan motilitas kolon sehingga bisa membantu evakuasi feses dan
membersihkan kolon, sedangkan PEG yang merupakan preparat isoosmotik
memakai efek mekanik dari jumlah yang diminum, dengan besarnya jumlah yang
diminum oleh PEG diharapkan memberikan efek mekanik sehingga evakuasi
kolon dalam jumlah besar bisa terjadi dan membersihkan kolon dari feses. Dalam
penelitian ini, dilakukan evaluasi sebab akibat dari hasil penelitian, dipikirkan
bahwa dengan adanya kedua efek yang berbeda oleh kedua preparat dalam
mekanisme pembersihan feses maka keduanya memiliki kelebihan tersendiri
dalam membersihkan kolon sehingga bisa memberikan hasil yang sama baiknya
seperti dalam penelitian ini.
Universitas Indonesia
Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan dalam aplikasi klinis sehari – hari
karena pasien yang menjadi subyek penelitian ini merupakan pasien yang dapat
merepresentasikan populasi dengan peranan peranan rumah sakit Cipto
Mangunkusumo sebagai rumah sakit pusat rujukan nasional, kemungkinan pasien
yang datang sangat bervariasi baik dari penyakit maupun segi karakteristik profil
pasien dibandingkan dengan pasien di rumah sakit lain di luar sehingga hasil yang
didapat bisa diaplikasikan terhadap populasi penduduk di Indonesia karena pasien
yang memiliki kasus dan profil pasien bervariasi dengan kemungkinan hingga
kompleks bisa mencapai adekuasi hingga 88 – 89 %. Preparat SP yang merupakan
preparat hiperosmotik membersihkan dengan berpusat pada peningkatan motilitas
sehingga bisa dipikirkan bahwa pasien dengan motilitas usus yang diperkirakan
baik sebelum dilakukan tindakan kolonoskopi akan memberikan hasil lebih baik
atau minimal tidak memberikan hasil yang buruk bila memakai preparat ini,
sedangkan pasien yang akan diberikan PEG dengan proses pembersihan feses
memakai sistem mekanik maka sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang
memiliki kemungkinan terhambatnya proses evakuasi yang mengandalkan jumlah
volume bersihan seperti kemungkinan adanya massa karena diperkirakan tidak
memberikan hasil yang maksimal.
Universitas Indonesia
preparat, dengan jumlah sampel yang cukup sehingga bisa menjawab pertanyaan
penelitian dengan baik karena bisa mempelajari hubungan antara bersihan kolon
dengan pemakaian preparat sehingga Penelitian ini bisa memberikan tambahan
pengetahuan dan landasan untuk manajemen pasien yang memerlukan
penanganan dengan kolonoskopi dan menjalani persiapan pembersihan kolon.
Kekurangan dalam penelitian ini adalah bersihan kolon dinilai pada pasien
yang tidak memiliki komorbid seperti gagal jantung, ginjal maupun liver sebagai
upaya dalam pembentukan kelompok yang homogen, akan tetapi untuk penilaian
kelainan hanya dilakukan secara laboratoris dan klinis saja pada saat pasien akan
dilakukan tindakan, penilaian secara struktural melalui alat bantu diagnostik tidak
dilakukan karena keterbatasan waktu dan dana yang harus lebih banyak
dikeluarkan, sedangkan alat bantu diagnostik penilaian struktural bukanlah
merupakan keharusan dalam persiapan kolonoskopi. Untuk mengantisipasi hal ini,
maka sebaiknya bila akan dilakukan penelitian kembali, maka disarankan untuk
dilakukan penilaian secara struktural agar lebih obyektif.
Pada penelitian ini tidak dilakukan pembagian yang lebih rinci mengenai
bersihan yang adekuat, seperti apakah adekuat sempurna, sedang atau optimal saja
karena peneliti tidak mendapatkan kisaran angka yang dinyatakan sedang, optimal
dari berbagai literatur yang sudah didapatkan. Untuk mengantisipasi hal ini,
disarankan pada penelitian selanjutnya untuk mencari titik potong yang dianggap
bersihan kolon sedang atau optimal.
Desain penelitian uji klinis ini dipikirkan sudah sesuai untuk menilai
bersihan kolon berdasarkan preparat yang diberikan, akan tetapi, karena indikasi
kolonoskopi pada subyek penelitian kadang tidak sama, sehingga akan lebih baik
bila penelitian selanjutnya dilakukan pada populasi yang memiliki penyakit yang
sama dengan penelitian ini sebagai dasar pembanding penelitian selanjutnya.
Keterbatasan lain pada penelitian ini adalah kemungkinan terjadinya recall
bias yang dilakukan oleh pasien dalam pelaporan jumlah cairan yang diminum,
untuk mengantisipasi kejadian ini, peneliti meminta subyek penelitian membawa
sisa cairan yang diminum, akan tetapi subyek mungkin saja melaporkan data yang
tidak sesuai kenyataan mengenai banyaknya jumlah preparat yang diminum
maupun kemungkinan membuang cairan yang harusnya diminum dan membawa
Universitas Indonesia
sisa yang sudah dibuang. Untuk mengantisipasi terjadinya pelaporan data yang
tidak sesuai, edukasi mengenai pentingnya untuk dilakukan tindakan secara baik
dan benar sehingga memberikan hasil yang terbaik untuk pasien dilakukan
kembali satu hari sebelum tindakan pada saat hari persiapan, kemudian selain itu
dimintakan kerja sama untuk memantau persiapan kolonoskopi pasien selama
berada di rumah oleh anggota keluarga yang tinggal bersama. Pasien juga
sebaiknya diminta untuk membawa sisa hasil cairan preparat untuk kemudian
dilakukan pengukuran secara manual oleh peneliti.
Selain itu bias lain yang mungkin terjadi adalah kemungkinan bahwa
instruksi yang kurang jelas bisa saja dirasakan oleh subyek penelitian akan tetapi
mungkin saja subyek penelitian tidak ingin menceritakan kepada peneliti, oleh
sebab itu untuk mengantisipasi terjadinya hal ini maka dalam pemberian instruksi
untuk persiapan tindakan umumnya pasien diminta mengulang instruksi yang
sudah diberikan dan diberitahu ulang bila masih terdapat kesalahan sehingga
diharapkan bisa mengatasi kondisi itu
Universitas Indonesia
terpenuhi akan tetapi hasil yang didapat tidak bermakna secara klinis, sehingga
sebenarnya penghitungan ulang power tidak usah dilakukan, akan tetapi jika kita
tetap menghitung ulang power dengan nilai perbedaan proporsi yang kecil maka
nilai power menjadi rendah hanya sebesar 7,3% sangat jauh dari power yang
diinginkan, dengan power ini jumlah pasien untuk bisa bermakna secara statistik
sangat kurang, akan tetapi perlu diingat bahwa secara klinis perbedaan proporsi
bersihan kolon antara kedua preparat tidak bermakna. Atas dasar ini, validitas
interna dari penelitian ini diperkirakan cukup baik.
Untuk validitas eksterna I, penilaian dilakukan terhadap representasi
subyek yang direkrut sesuai dengan kriteria pemilihan (intended sample) terhadap
populasi terjangkau (accessible population). Populasi terjangkau penelitian ini
adalah pasien rawat jalan dari poliklinik gastroenterologi atau rawat inap di RS.
Cipto Mangunkusumo yang akan dilakukan kolonoskopi di pusat endoskopi
saluran cerna (PESC). Teknik perekrutan subyek dari populasi terjangkau diambil
secara konsekutif yaitu semua pasien yang memenuhi kriteria penelitian. Teknik
perekrutan subyek ini merupakan jenis nonprobability sampling yang paling baik
untuk mempresentasikan populasi terjangkau. Sehingga validitas eksterna I
dianggap cukup baik karena dipikirkan dapat merepresentasikan populasi
terjangkau.
Terdapat bias dalam studi uji coba klinis ini karena pasien yang datang
untuk dilakukan kolonoskopi umumnya sebagian besar merupakan pasien rujukan
yang mungkin saja memiliki karakteristik berbeda dari pasien yang ada pada
umumnya di rumah sakit non rujukan, sehingga bisa saja terjadi bias dalam
penelitian ini, sehingga validitas eksterna II dari penelitian ini dianggap kurang
baik karena adanya bias yang sulit dihindari pada penelitian ini.
Universitas Indonesia
7.1. Simpulan
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dan klinis dalam
bersihan kolon dari kedua preparat yang sering diberikan untuk persiapan
kolonoskopi yaitu sodium phosphate dan polyethylene glycol.
7.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai bersihan kolon
berdasarkan kedua preparat yang diberikan ini dan dilakukan penilaian terhadap
faktor ketidaknyamanan pada penggunaan yang memungkinkan berpengaruh
terhadap bersihan kolon pada pasien seperti jumlah yang sanggup diminum,
alasan tidak habis bila memang ada, rasa yang tidak enak, jumlah waktu yang
diberikan untuk menghabiskan preparat hingga pemberian preparat yang
sebaiknya dijadikan dalam satu waktu atau dapat dipisah menjadi dua kali
pemberian sehingga dapat dipergunakan untuk memperbaiki pedoman pemberian
persiapan kolonoskopi.
Perlunya dilakukan penilaian batasan cairan yang optimal diberikan agar
mendapatkan hasil bersihan kolon yang adekuat, seperti jumlah volume cairan
yang diminum secara detail hingga ke cc volume cairan, jika perlu dengan titik
potong optimal agar penilaian jumlah cairan yang lebih detail didapatkan untuk
optimalisasi hasil bersihan.
Perlunya dilakukan studi lebih lanjut mengenai kemungkinan pemakaian
preparat pada pasien dengan kondisi khusus seperti gagal ginjal, liver ataupun
jantung dengan mempertimbangkan risiko terjadinya perubahan elektrolit,
maupun hasil laboratorium lain seperti ureum, kreatinin dan kemungkinan gejala
klinis lain yang dialami sebagai penelitian lanjutan, studi ini dapat menjadi dasar
untuk pembanding pada pasien yang tidak memiliki gangguan tersebut karena
pada studi ini pasien tidak memiliki faktor komorbid tersebut.
Universitas Indonesia
44
Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014
45
RINGKASAN
Bersihan kolon adekuat diperlukan untuk diagnosis dan terapi yang tepat
bagi pasien sehingga diperlukan gambaran mukosa kolon yang dapat dinilai
secara memadai oleh operator tindakan. Dua preparat yang umum digunakan di
Indonesia dalam persiapan kolonoskopi adalah polyethylene glycol (PEG) dan
sodium phosphate (SP). Penelitian terdahulu di dunia internasional masih
kontroversi antar kedua preparat dalam bersihan kolon yang adekuat. Hingga kini,
penelitian mengenai bersihan kolon adekuat diantara kedua preparat tersebut
belum pernah dilakukan pada populasi penduduk di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan desain studi uji klinis acak tersamar tunggal pada 121 pasien
berusia lebih dari 18 tahun di poliklinik atau rawat inap di RSCM yang akan
dilakukan kolonoskopi di PESC periode Maret – September 2014 yang tidak
menderita sakit ginjal, liver, jantung ataupun memiliki penyakit kolon obstruksi.
Diagnosis penyakit serta keterangan mengenai data diri pasien akan ditelusuri
melalui wawancara dan data pada rekam medik pasien. Bersihan kolon dinilai
menggunakan Boston Bowel Preparation Scale (BBPS) oleh dua orang yaitu
peneliti dan pengamat lain, kemudian dilakukan analisis reliabilitas antar
pengamat menggunakan kappa. Analisis dilakukan dengan intention to treat.
Bersihan kolon dinilai pada kelompok PEG dan SP dengan menggunakan
besar proporsi dan rerata skor BBPS yang kemudian dilanjutkan dengan analisis
bivariat uji chi-square untuk menentukan hubungan antara bersihan kolon dan
preparat yang digunakan. Selain itu, dilakukan pula analisis CER, EER, ARR,
RRR, dan NNT untuk menyatakan kepentingan penelitian. Bersihan kolon
adekuat kelompok PEG sebesar 88,7% dan SP 89,8% (nilai p=0,84). Nilai BBPS
sempurna kelompok PEG sebesar 1,6% dengan rerata skor 5,89. Sedangkan nilai
BBPS sempurna kelompok SP sebesar 13,6% dengan rerata skor 6,34. Nilai CER
dan EER didapatkan sebesar 11,3% dan 10,17% dengan ARR 1,13% dan RRR
9,92%. NNT untuk SP adalah 90 dengan IK95% antara -9,9% hingga 12,15%.
Efek samping paling sering pada PEG adalah mual (19,4%) dan pada SP adalah
rasa tidak enak (5,1%). Dapat disimpulkan dari penelitian ini tidak didapatkan
perbedaan bermakna antara PEG dan SP terhadap bersihan kolon.
Universitas Indonesia
SUMMARY
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1. Rex DK, Petrini JL, Baron TH, Chak A, Cohen J, Deal SE, et al. Quality
indicators for colonoscopy. Am J Gastroenterol. 2006 Apr;101(4):873-85.
2. Wexner SD, Beck DE, Baron TH, Fanelli RD, Hyman N, Shen B, et al. A
consensus document on bowel preparation before colonoscopy: prepared
by a task force from the American Society of Colon and Rectal Surgeons
(ASCRS), the American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE),
and the Society of American Gastrointestinal and Endoscopic Surgeons
(SAGES). Gastrointest Endosc. 2006 Jun;63(7):894-909.
3. Halbert CH, Barg FK, Guerra CE, Shea JA, Armstrong K, Ferguson M, et
al. Cultural, Economic, and Psychological Predictors of Colonoscopy in a
National Sample. J Gen Intern Med. 2011;26(11):1311-6.
4. Stock C, Haug U, Brenner H. Population-based prevalence estimates of
history of colonoscopy or sigmoidoscopy: review and analysis of recent
trends. Gastrointest Endosc. 2010 Feb;71(2):366-81 e2.
5. Heitman SJ, Manns BJ, Hilsden RJ, Fong A, et al. Cost-effectiveness of
computerized tomographic colonography versus colonoscopy for
colorectal cancer screening. CMAJ. 2005;173(8):877-81.
6. Pezzoli A, Matarese V, Rubini M, Simoni M, Caravelli GC, Stockbrugger
R, et al. Colorectal cancer screening: results of a 5-year program in
asymptomatic subjects at increased risk. Dig Liver Dis. 2007 Jan;39(1):33-
9.
7. Klabunde CN, Lanier D, Nadel MR, McLeod C, Yuan G, Vernon SW.
Colorectal cancer screening by primary care physicians: recommendations
and practices, 2006-2007. Am J Prev Med. 2009 Jul;37(1):8-16.
8. Liu X, Tavanapong W, Wong J, Oh J, de Groen PC. Automated
measurement of quality of mucosa inspection for colonoscopy. Procedia
Computer Science. 2010 May;1(1):951-60.
9. Lieberman D, Nadel M, Smith RA, Atkin W, Duggirala SB, Fletcher R, et
al. Standardized colonoscopy reporting and data system: report of the
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
29. Committee AT, Mamula P, Adler DG, Conway JD, Diehl DL, Farraye FA,
et al. Colonoscopy preparation. Gastrointest Endosc. 2009 Jun;69(7):1201-
9.
30. Winawer S, Fletcher R, Rex D, Bond J, Burt R, Ferrucci J, et al. Colorectal
cancer screening and surveillance: clinical guidelines and rationale-Update
based on new evidence. Gastroenterology. 2003 Feb;124(2):544-60.
31. Early DS, Ben-Menachem T, Decker GA, Evans JA, Fanelli RD, Fisher
DA, et al. Appropriate use of GI endoscopy. Gastrointest Endosc.
2012;75(6):1127-31.
32. Davis GR, Santa Ana CA, Morawski SG, Fordtran JS. Development of a
lavage solution associated with minimal water and electrolyte absorption
or secretion. Gastroenterology. 1980 May;78(5 Pt 1):991-5.
33. Aoun E, Abdul-Baki H, Azar C, Mourad F, Barada K, Berro Z, et al. A
randomized single-blind trial of split-dose PEG-electrolyte solution
without dietary restriction compared with whole dose PEG-electrolyte
solution with dietary restriction for colonoscopy preparation. Gastrointest
endosc. 2005;62(2):213-8.
34. Chan WK, Saravanan A, Manikam J, Goh KL, Mahadeva S. Appointment
waiting times and education level influence the quality of bowel
preparation in adult patients undergoing colonoscopy. BMC Gastroenterol.
2011;11:86.
35. Liu X, Luo H, Zhang L, Leung FW, Liu Z, Wang X, et al. Telephone-
based re-education on the day before colonoscopy improves the quality of
bowel preparation and the polyp detection rate: a prospective,
colonoscopist-blinded, randomised, controlled study. Gut. 2014
Jan;63(1):125-30.
36. Hassan C, Fuccio L, Bruno M, Pagano N, Spada C, Carrara S, et al. A
predictive model identifies patients most likely to have inadequate bowel
preparation for colonoscopy. Clin Gastroenterol Hepatol. 2012
May;10(5):501-6.
Universitas Indonesia
37. Fayad NF, Imperiale TF, Abd El-Jawad K, Shin A, Shah S, Lane KA, et
al. Su1335 Association of Body-Mass Index and Split Bowel Preparation
Quality- Interim Analysis. Gastrointestinal endoscopy. 2012;75(4):AB297.
38. Singhal S, Singh M, Basi PS, Mathur S, Bahga H, Momeni M, et al.
Tu1410 Does Obesity Have an Impact on Bowel Preparation for Screening
Colonoscopy? A Prospective Study Using the Boston Bowel Preparation
Score. Gastrointestinal endoscopy. 2011;73(4):AB399-AB400.
39. Chung YW, Han DS, Park KH, Kim KO, Park CH, Hahn T, et al. Patient
factors predictive of inadequate bowel preparation using polyethylene
glycol: a prospective study in Korea. J Clin Gastroenterol. 2009 May-
Jun;43(5):448-52.
40. Taylor C, Schubert ML. Decreased efficacy of polyethylene glycol lavage
solution (golytely) in the preparation of diabetic patients for outpatient
colonoscopy: a prospective and blinded study. Am J Gastroenterol. 2001
Mar;96(3):710-4.
41. Harewood GC, Sharma VK, de Garmo P. Impact of colonoscopy
preparation quality on detection of suspected colonic neoplasia.
Gastrointest Endosc. 2003 Jul;58(1):76-9.
42. Thomas-Gibson S, Rogers P, Cooper S, Man R, Rutter MD, Suzuki N, et
al. Judgement of the quality of bowel preparation at screening flexible
sigmoidoscopy is associated with variability in adenoma detection rates.
Endoscopy. 2006 May;38(5):456-60.
43. Lebwohl B, Kastrinos F, Glick M, Rosenbaum AJ, Wang T, Neugut AI.
The impact of suboptimal bowel preparation on adenoma miss rates and
the factors associated with early repeat colonoscopy. Gastrointest Endosc.
2011 6//;73(6):1207-14.
44. Lai EJ, Calderwood AH, Doros G, Fix OK, Jacobson BC. The Boston
bowel preparation scale: a valid and reliable instrument for colonoscopy-
oriented research. Gastrointest Endosc. 2009 Mar;69(3 Pt 2):620-5.
45. Rostom A, Jolicoeur E. Validation of a new scale for the assessment of
bowel preparation quality. Gastrointest Endosc. 2004 Apr;59(4):482-6.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Keterangan :
0 mukosa segmen kolon tidak terlihat, ada feses solid yang tidak bisa
dibersihkan.
1 Sebagian mukosa kolon terlihat, tapi area lain dari segmen tersebut tidak
bisa dilihat dengan baik karena ada sisa feses atau perlengketan feses di
dinding dan atau cairan.
2 Ada sejumlah kecil residu cairan, fragmen kecil feses, dan atau cairan akan
tetapi mukosa dari segmen kolon terlihat dengan baik.
3 Seluruh mukosa kolon terlihat dengan baik, tidak ada sisa cairan
maupun feses.
NB : Bila tidak dapat dilakukan kolonoskopi karena skop tidak bisa melihat
apapun, maka diberikan skor 0
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Universitas Indonesia
Lampiran 3
Lembar Informasi Penelitian kepada Pasien
Universitas Indonesia
Lampiran 3 (Lanjutan)
Lembar Informasi Penelitian kepada Pasien
Universitas Indonesia
Lampiran 4
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Universitas Indonesia