You are on page 1of 77

UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN BERSIHAN KOLON ANTARA


POLYETHYLENE GLYCOL DAN SODIUM PHOSPHATE
PADA PERSIAPAN KOLONOSKOPI: UJI KLINIS ACAK
TERSAMAR TUNGGAL

TESIS

INTAN AIRLINA FEBILIAWANTI


NPM : 0906646776

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT DALAM
JAKARTA
JANUARI 2015
UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN BERSIHAN KOLON ANTARA


POLYETHYLENE GLYCOL DAN SODIUM PHOSPHATE
PADA PERSIAPAN KOLONOSKOPI: UJI KLINIS ACAK
TERSAMAR TUNGGAL

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Spesialis-1
Ilmu Penyakit Dalam

INTAN AIRLINA FEBILIAWANTI


NPM : 0906646776

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT DALAM
JAKARTA
JANUARI 2015

i Universitas Indonesia
ii Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


iii Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


iv Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


v Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat
yang dilimpahkan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis sekaligus
pendidikan saya di Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa apa yang telah saya capai sampai saat ini, baik
selama mengerjakan tesis maupun selama menjalani proses pendidikan di
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, tidak terlepas dari bantuan, dukungan,
kerjasama, bimbingan, serta doa restu dari berbagai pihak. Oleh karena itu
izinkanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
 Dr. dr. Imam Subekti, SpPD, K-EMD, sebagai Kepala Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI saat ini , dan Dr. dr. Czeresna Heriawan Soejono,
SpPD, K-Ger, M.Epid, FACP sebagai Kepala Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI terdahulu atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk
dapat mengikuti pendidikan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
 dr. Aida Lydia, PhD, SpPD, K-GH, sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-I Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI saat ini, dan Dr. dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FACP sebagai
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-I Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI terdahulu serta kepada para staf koordinator
pendidikan, atas dukungan,bimbingan, dan perhatian yang diberikan
selama masa pendidikan saya di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
 Prof. Wiguno Prodjosudjadi Ph.D, SpPD-KGH, sebagai pembimbing
akademik saya terdahulu yang telah banyak membantu saya, baik
masukan, dukungan, bimbingan serta perhatian, beliau merupakan guru,
ayah dan juga sosok yang saya sangat hormati dan dr. Wismandari
Wisnu selaku pembimbing akademik saya saat ini, beliau banyak memberi
masukan, dukungan dan bimbingan dan perhatian selama masa pendidikan
saya di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

vi Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


 Dr.dr. Dadang Makmun, Sp.PD, K-GEH sebagai Ketua Divisi
Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, pembimbing
penelitian saya dan sosok guru yang saya hormati, yang telah memberikan
kesempatan dan kemudahan bagi saya untuk melakukan penelitian di
divisi yang beliau pimpin, serta menjadi sumber ide, memberi masukan,
arahan, dan dukungan selama proses penelitian dan pendidikan saya di
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
 dr. Achmad Fauzi, Sp.PD,K-GEH sebagai pembimbing penelitian saya
dan sosok guru yang saya hormati. Beliau telah banyak sekali memberikan
bimbingan, masukan, perhatian, dan dukungan kepada saya selama proses
penelitian dan pendidikan saya di Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI.
 Dr. dr. Hamzah Shatri, Sp.PD, K-Psi, M-Epid sebagai pembimbing
penelitian saya dan sosok guru yang saya hormati. Beliau telah banyak
sekali memberikan bimbingan, masukan, perhatian, dan dukungan kepada
saya selama proses penelitian dan pendidikan saya di Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
 Para guru besar dan staf pengajar di lingkungan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
telah menjadi guru dan teladan selama masa pendidikan saya di
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
 Para koordinator dan ketua divisi beserta staf di lingkungan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI yang telah memberikan
dukungan sarana dan prasarana selama proses pendidikan saya di
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
 Staf Divisi Gastroenterologi dan Pusat Endoskopi Saluran Cerna (Ibu
Linda, Ibu Mimi, Ibu Neni, Bapak Zul, Bapak Sorich), Staf Divisi
Geriatri (Bapak Iwa, Ibu Yanti), Staf Divisi Psikosomatik (Ibu Murti),
Staf Unit Epidemiologi (Ibu Utami, Bapak Bayu) serta staf
administrasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam (Ibu Yanti, Bapak
Heryanto, dan IbuAminah) yang telah banyak membantu kelancaran
pendidikan saya selama ini.

vii Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


 Para perawat, paramedis, petugas penata rekening, petugas farmasi,
dan pegawai RS CiptoMangunkusumo, RS Persahabatan, RS Fatmawati,
RSU Tangerang, RSPAD Gatot Subroto, dan RS Dharmais yang telah
menyertai perjalanan pendidikan saya hingga selesai.
 Para pasien di RS Cipto Mangunkusumo, RS Persahabatan, RS
Fatmawati, RSU Tangerang, RSPAD GatotSubroto, dan RS Dharmais
yang bersedia memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga kepada
saya selama proses pendidikan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
 Para subjek penelitian dan keluarganya yang bersedia turut serta dalam
penelitian saya, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, semoga
penelitian ini bermanfaat bagi kebaikan pasien nantinya.
 Para senior (dr.Hery Agung Samsu Alam, dr. kemal Fariz Kalista, dr.
Lusiana Kurniawati, SpPD, dr.Robert Sinto, SpPD, dr. Elizabeth
Yasmine Wardoyo, SpPD, dr.Griskalia Christine, SpPD, dr.Adeputri
Sp.PD, dr.Ken Ayu Mastini, Sp.PD) dan teman sejawat (dr. Paskalis,
dr. Ferry Valerian, dr. Suzy Maria, dr. Hari Sutanto, dr. Ika
Fitriana, dr. Deka Larasati, dr. Fandy, dr. Ahmad Fariz, dr. Irma
Wahyuni, dr. Laurentius Aswin Pramono, dr. Nikko darnindro, dr.
Oldi Dedya, dr. Ummu Habibah, dr. Dias Septalia, dr. Segal Abdul
Azis, dr. Jerry Nasarudin, dr. Perdana Aditya, dr. Virly Nanda, dr
Ummi Ulfah Madina, dr. Rezky Aulia, dr. Nur Ainun, dr. Larangga
Gempa) serta sesama peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis di
lingkungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam yang tidak bisa saya
sebtutkan satu persatu untuk dukungan dan kerjasamanya selama ini.
 Teman-teman Program Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Angkatan Januari 2010 : dr. Hendra Dwi Kurniawan, Sp.PD, dr.
Stephanie Dewi, dr. Lisa Safitri, dr. Rabbinu Rangga Pribadi, dr.
Petry, dr. Yeti Hariyati, dr. Hadiki Habib, Sp.PD, dr. Estie
Puspitasari, dr. Fendi, dr. Alisa Nurul Muthia, dr. Ariska Sinaga, dr.
Darmawan, dr. David Santosa, dr. Jaka Panca Satriawan, dr.
Lukman Zulkifli Amin, dr. Indhira Alimin, dr. Ridho Adriansyah, dr.

viii Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


ix Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


x Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


ABSTRAK

Nama : Intan Airlina Febiliawanti


Program Studi : Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Judul : Perbandingan Bersihan Kolon Antara Polyethylene Glycol
dan Sodium Phosphate Pada Persiapan Kolonoskopi : Uji
Klinis Acak Tersamar Tunggal

Latar belakang. Bersihan kolon yang adekuat berkaitan dengan persiapan


kolonoskopi yang baik namun hingga saat ini belum ada penelitian mengenai dua
preparat bersihan kolon yang paling umum digunakan di Indonesia yaitu
polyethylene glycol (PEG) dan sodium phosphate (SP).
Tujuan. Mengetahui perbandingan bersihan kolon antara PEG dan SP pada
pasien yang akan dilakukan kolonoskopi di Indonesia.
Metode. Uji klinis acak tersamar tunggal, satu sentral penelitian di pusat
endoskopi saluran cerna (PESC) RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada pasien
usia lebih dari 18 tahun yang menjalani kolonoskopi periode Maret – September
2014. Randomisasi manual, teknik sampling konsekutif dilakukan untuk
mengalokasikan preparat PEG dan SP, kemudian penilaian bersihan kolon secara
tersamar tunggal dilakukan oleh dua orang dengan Boston Bowel Preparation
Scale (BBPS). Nilai adekuat bila skor ≥ 5. Analisis dilakukan dengan intention to
treat.
Hasil. Dari 135 subyek yang dirandomisasi, dieksklusi 14 subyek sehingga yang
dianalisis 121 subyek (PEG n=62; SP n=59). Semua subyek menjalani penelitian
hingga selesai. Bersihan adekuat pada PEG 88,7% dengan rerata skor BPPS 5,89,
sedangkan pada SP 89,8% dengan rerata skor BPPS 6,34 (nilai p=0,84).
Didapatkan nilai Control Event Rate (CER) 11,3%, Experiment Event Rate (EER)
10,17%, Absolute Risk Reduction (ARR) 1,13%, Relative Risk Reduction (RRR)
9,92%, dan Number Needed to Treat (NNT) untuk SP sebesar 90 subyek. Efek
samping pada PEG adalah mual (19,4%), rasa tidak enak (3,2%), muntah (1,6%)
sedangkan pada SP hanya rasa tidak enak (5,1%). Kedua kelompok tidak
mengalami alergi.
Kesimpulan. Tidak ada perbedaan bermakna secara statistik dan klinis antara
PEG dan SP dalam bersihan kolon yang adekuat menggunakan skor BPPS.
Kata kunci :
Bersihan Kolon; Kolonoskopi; Polyethylene Glycol; Sodium Phosphate.

Universitas Indonesia

xi

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


ABSTRACT

Name : Intan Airlina Febiliawanti


Major : Department of Internal Medicine Faculty of Medicine
University of Indonesia
Title : Bowel Preparation for Colonoscopy with Polyethylene
Glycol versus Sodium Phosphate Based Lavage : A Single
Blind Randomized Clinical Trial

Background. Adequate clearance of the colon is associated with a good


preparation for colonoscopy. Up until now research on colon adequate clearance
by using two of the most commonly used preparations in Indonesia, namely
polyethylene glycol and sodium phosphate has not been done.
Aims. To compare the effectivity of PEG and SP in colon clearance for patients
undergoing colonoscopy in Indonesia.
Design and Methods. A single blind randomized clinical trial in one centre at
gastrointestinal endoscopy centre RSCM, was conducted on patients aged over 18
years old that had colonoscopy in the period from March to September 2014.
Consecutive manual randomization was performed to allocate the PEG and SP
lavage and assessment of adequate colon clearance will be evaluated by two
investigators using the Boston Bowel Preparation Scale (BBPS). Adequate score
if > 5. Analysis was done by intention to treat.
Results. From the 135 randomized subjects, 14 was excluded, and 121 subjects
obtained (PEG n=62; SP n=59). All subjects completed the research. Adequate
clearance in PEG was 88.7% with BPPS mean score 5.89. While, SP had adequate
clearance of 89.8% with BPPS mean score 6.34 (p value=0.84). Analysis resulted
in CER 11.3%, EER 10.17%, ARR 1.13%, RRR 9.92%, and NNT for SP was 90
subjects. Side effects in PEG participants were nausea (19.4%), unpleasant taste
(3.2%), vomit (1.6%) while in SP participants only experienced unpleasant taste
(5.1%). Both groups did not experience allergic reaction.
Conclusion. There was no significant difference in terms of adequate colon
clearance preparation between PEG and SP using BPPS score.
Keywords:
Colon clearance; Colonoscopy; Polyethylene Glycol; Sodium Phosphate.

Universitas Indonesia

xii

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


DAFTAR ISI

TESIS ....................................................................................................................... i
TESIS ....................................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................... x
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
ABSTRACT .......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA ............................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian ............................................ 4
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 4
1.4 Hipotesis Penelitian..................................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.5.1.Tujuan Umum Penelitian ...................................................................... 4
1.5.2.Tujuan Khusus Penelitian ..................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
2.1. Pengenalan Kolonoskopi ............................................................................. 6
2.2. Indikasi Kolonoskopi .................................................................................. 6
2.3. Cara Kerja Obat Pencahar dalam Persiapan Kolonoskopi .......................... 9
2.3.1 Preparat Isoosmotik………………………………………………….10
2.3.2 Preparat Hiperosmotik………………………………………………..11
2.3.3 Preparat Stimulan…………………………………………………….11
2.4. Faktor – Faktor yang Berkaitan dengan Persiapan Kolonoskopi .............. 12
2.4.1 Edukasi Pasien, Profil Pasien dan Kaitannya dengan Persiapan
Kolonoskopi ........................................................................................ 12
2.5. Persiapan Kolonoskopi dan Kaitannya dengan Kualitas Bersihan Kolon 13
2.6. Perangkat Penilai Bersihan Kolon ............................................................ 14
2.7. Penelitian dalam Mendapatkan Preparat Bersihan Kolon yang Ideal ....... 16
2.7.1 Perbandingan Bersihan Kolon pada Pemakaian Polyethylene Glycol
dengan Sodium Phosphate…………………………………………...17
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KONSEP .................................................. 19
3.1. Kerangka Teori.......................................................................................... 19
3.2 Kerangka Konsep ...................................................................................... 20
3.3 Definisi Operasional.................................................................................. 20

Universitas Indonesia

xiii

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 22
4.1. Desain penelitian ....................................................................................... 22
4.2. Waktu dan tempat penelitian ..................................................................... 22
4.3. Populasi dan sampel penelitian ................................................................. 22
4.4. Besar sampel ............................................................................................. 22
4.5. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Sampel Penelitian ............................ 23
4.6. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................. 23
4.7. Alur Penelitian .......................................................................................... 24
4.8. Cara Kerja ................................................................................................. 25
4.8.1.Pengumpulan Data : ............................................................................ 25
4.8.2.Instrumen yang Digunakan : ............................................................... 25
4.8.3.Prosedur Kerja :................................................................................... 25
4.9. Teknik Pemeriksaan .................................................................................. 26
4.10.Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 27
4.11 Etik Penelitian ........................................................................................... 28
4.12 Biaya Penelitian ........................................................................................ 28
BAB 5 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 29
5.1. Karakteristik Subyek Penelitian ................................................................ 30
5.2. Perbandingan Bersihan Kolon antara Polyethylene Glycol dengan Sodium
Phospate .................................................................................................... 31
BAB 6 PEMBAHASAN ...................................................................................... 33
6.1. Karakteristik Subyek Penelitian ................................................................ 33
6.2. Perbandingan Bersihan Kolon antara Polyethylene Glycol dengan Sodium
Phospate .................................................................................................... 36
6.3. Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian ..................................................... 40
6.4. Generalisasi Hasil Penelitian..................................................................... 42
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 44
7.1. Simpulan ................................................................................................... 44
7.2. Saran .......................................................................................................... 44
RINGKASAN ...................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 47

Universitas Indonesia

xiv

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikasi Kolonoskopi ............................................................................ 8


Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 20
Tabel 5.1 Karakteristik Subyek Penelitian .......................................................... 30
Tabel 5.2 Perbandingan Bersihan Kolon antara Polyethylene Glycol dengan
Sodium Phosphate pada Masing – masing Preparat ........................... 31

Universitas Indonesia

xv

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Diagram Alur Hasil Penelitian .......................................................... 29

Universitas Indonesia

xvi

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

AGA American Gastroenterology Association


ASA American Society of Anesthesiologists
ASGE American Society of Gastrointestinal Endoscopy
ARR Absolute Risk Reduction
BBPS Boston Bowel Preparation Scale
CER Control Event Rate
EER Experiment Event Rate
ESGE European Society of Gastrointestinal Endoscopy
FDA Food and Drug Administration
GDP Gula Darah Puasa
GDS Gula Darah Sewaktu
IK Interval Kepercayaan
KTP Kartu Tanda Penduduk
MCC Mikrokristalin Selulosa
NNT Number Needed to Treat
OBPS Ottawa Bowel Preparation Scale
PESC Pusat Endoskopi Saluran Cerna
RRR Relative Risk Reduction
SP Sodium Phosphate
< Lebih Kecil Dari
≤ Lebih Kecil Atau Sama Dengan Dari
> Lebih Besar Dari
≥ Lebih Besar Atau Sama Dengan Dari

Universitas Indonesia

xvii

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Boston Bowel Preparation Scale ....................................................... 53


Lampiran 2 Lembar Data Penelitian ..................................................................... 54
Lampiran 3 Lembar Informasi Penelitian kepada Pasien ..................................... 55
Lampiran 4 Keterangan Lolos Kaji Etik ............................................................... 57
Lampiran 5 Sertifikat CME BBPS Educational Program .................................... 58

Universitas Indonesia

xviii

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polip, tumor, inflamasi, perdarahan dan masalah kolon lainnya seringkali tidak
tampak jelas hanya dari pemeriksaan fisik. Walaupun dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang baik bisa memberikan gambaran tentang kemungkinan
diagnosis penyakit kolon tetapi untuk menegakkan diagnosis yang tepat
membutuhkan alat penunjang yang lebih akurat.1, 2
Salah satu yang paling berbahaya dan menyebabkan mortalitas yang tinggi
adalah kanker kolorektal. Kanker ini merupakan penyebab kematian tertinggi
kedua di Amerika Serikat dan menempati urutan ketiga kanker terbanyak di
Amerika Serikat. Padahal dengan penapisan dini dapat mengurangi angka
morbiditas maupun mortalitas.1, 3-9
Insiden dari kanker kolorektal menurun di Amerika Serikat dalam periode
1975-2007 berkisar 3% pertahun untuk pria dan 2,3% pertahun untuk wanita. Hal
ini disebabkan adanya peran serta dalam deteksi dan pengambilan lesi prakanker
pada saat dilakukan skrining kolorektal. Penurunan mortalitas akibat kanker
kolorektal sebesar 2,8% per tahun pada pria dan 2,6% pada wanita penduduk
Amerika Serikat.10
Guidelines dari American Gastroenterology Association (AGA)
merekomendasikan untuk dilakukan penapisan pada pasien berusia diatas 50
tahun dengan melakukan kolonoskopi setiap 10 tahun. Pemeriksaan tersebut dapat
menilai mukosa secara keseluruhan, melakukan biopsi, polipektomi apabila
ditemukan lesi prakanker atau kanker stadium dini. Untuk hal tersebut diperlukan
persiapan kolon yang baik agar pada saat pemeriksaan kolonoskopi, observasi
lumen kolon dapat dilakukan dengan jelas.1, 7, 11, 12
Sebuah studi dengan data epidemiologi menyatakan bahwa pengangkatan
polip adenoma dengan kolonoskopi dapat mengurangi insiden terjadinya kanker
kolorektal hingga 90%. Hal yang senada didapatkan pula dalam penelitian The
Minnesota trial yang mengikuti partisipan selama 18 tahun menyimpulkan bahwa
pengangkatan polip adenomatosa yang berpotensi menjadi kanker bisa

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


2

mengurangi insiden terjadinya kanker kolorektal. Sebuah studi lain menyatakan


bahwa pemeriksaan kolonoskopi yang dilanjutkan dengan polipektomi pada
pasien dengan fecal occult blood test positif bisa menurunkan insiden kanker
kolon sebesar 20%. Pada pasien kanker kolon, kolonoskopi menurunkan angka
mortalitas sebesar 50%.13
Tindakan skrining dengan kolonoskopi yang memberikan visualisasi kolon
yang baik akan membantu dalam mengurangi insiden kanker kolon karena
mukosa bisa diamati dengan baik untuk menemukan polip adenomatosa yang
merupakan lesi pre kanker. Untuk itu, diperlukan pelaksanaan dan persiapan
kolonoskopi yang tepat serta pengalaman agar mendapatkan diagnosis yang
tepat.1, 2, 8, 9
Peranan bersihan kolon sangat penting di seluruh dunia dimana persiapan
yang tidak adekuat dapat menyebabkan evaluasi dan penyelesaian prosedur
terganggu sehingga bisa terjadi misdiagnostik, tidak terdiagnosis, terapi tidak
adekuat bahkan evaluasi yang lebih lanjut untuk diagnostik dengan biopsi jaringan
untuk patologi anatomi tidak mampu terlaksana dengan baik.
Froehlich et al. menyatakan bahwa dengan bersihan kolon yang tidak
adekuat maka menyebbkan terlaksananya kolonoskopi hingga selesai hanya
sebesar 71,1% dibandingkan dengan bersihan yang adekuat sebesar 90,4%. Selain
itu, dengan rendahnya adekuasi bersihan kolon maka kesulitan untuk melakukan
kolonoskopi semakin tinggi.14
Bersihan kolon sebesar 90% baik atau sempurna merupakan salah satu
penanda kualitas kolonoskopi yang baik dimana hal ini dinyatakan oleh konsensus
yang dibuat oleh American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE).
Selain itu berbagai penelitian di dunia yang melibatkan beragam preparat masih
terus dilakukan untuk mendapatkan preparat ideal bagi persiapan kolonoskopi.9
Menurut guidelines mengenai persiapan bersihan kolon yang dibuat oleh
ASGE, disarankan memakai produk polyethylene glycol atau sodium phosphate
sebagai preparat pilihan untuk persiapan kolonoskopi, hal ini dikarenakan kedua
preparat tersebut umum digunakan untuk bersihan kolon dan belum ada yang bisa
menilai mana yang lebih baik antara keduanya.2

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


3

Berbagai penelitian di dunia mengenai PEG maupun SP seringkali hanya


dilakukan kohort prospektif, ataupun retrospektif, dengan berbagai hasil yang
masih belum mencapai kesepakatan. Penelitian yang dilakukan oleh Marshall et
al. pada tahun 1993 menyatakan bahwa SP dan PEG sama baiknya untuk bersihan
kolon, sedangkan penelitian Cohen et al. menyatakan bahwa SP lebih baik
dibandingkan PEG.15 Penelitian lain yang dilakukan oleh Lee et al.16 menyatakan
sebaliknya yaitu PEG lebih baik dibandingkan SP, sehingga pencarian dan
pemilihan produk ideal yang hingga saat ini masih menjadi kontroversi di dunia
membuat peneliti ingin menilai kedua preparat yang umum digunakan dalam
proses persiapan kolonoskopi yaitu sodium phosphate (SP) dan polyethylene
glycol (PEG) karena kedua preparat ini umum dipakai di Indonesia sebagai
preparat bersihan kolon.17-20 Selain itu persiapan kolonoskopi dengan pemilihan
produk yang akan membersihkan feses di dalam lumen kolon sebagai preparat
ideal belum pernah dilakukan di Indonesia sehingga diharapkan bahwa adanya
penelitian ini bisa memberikan masukan di kemudian hari sebagai pertimbangan
standar operasional prosedur di konsensus nasional mengenai preparat bersihan
kolon untuk persiapan kolonoskopi.
Berbagai skala maupun terminasi dalam dunia internasional mengenai
bersihan kolon dipakai untuk menilai bersihan kolon adekuat atau tidak. Skala
yang diketahui dan sudah divalidasi mengenai bersihan kolon ada tiga yaitu
Aronchick, Ottawa dan Boston Bowel Preparation. Aronchick merupakan skala
pertama yang dikenal dan bersifat subyektif meski memberikan skoring, Ottawa
juga memiliki sifat penilaian yang subyektif karena salah satu nilai yang diamati
adalah kebutuhan banyaknya air dari selang endoskopi yang harus dikeluarkan
untuk membersihkan sisa feses dari mukosa kolon, sedangkan Boston Bowel
adalah satu – satunya skala yang bersifat obyektif dari ketiganya, karena anya
menilai mukosa kolon dan feses yang menutupi dinilai sebagian, seluruh atau
tidak sama sekali, skala ini dapat menilai segmen kolon yang dibagi menjadi
segmen asenden, transversum dan desenden dan diberikan sistem skoring yang
jelas mengenai sisa feses.
Beragam jurnal penelitian di internasional seringkali tidak memakai skala
obyektif dalam menilai bersihan kolon adekuat atau tidak, hanya memakai sifat

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


4

subyektifitas untuk bersihan dan beragam diantaranya memakai skala Aronchick


maupun Ottawa dan belum banyak penelitian yang menggunakan Boston Bowel
Preparation Scale sehingga peneliti memutuskan untuk memakai skala ini untuk
penelitian mengenai perbandingan preparat bersihan kolon antara SP dan PEG
yang akan dilakukan sehingga akan mencapai hasil yang lebih obyektif dalam
menilai bersihan kolon.20-25 Selain itu dari yang diketahui oleh peneliti dan jurnal
yang ada, penelitian dengan menggunakan Boston Bowel Preparation Scale ini
belum pernah dilakukan di Indonesia sehingga diharapkan akan menjadi
penelitian pendahuluan yang bisa menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian


Kolon yang tidak bersih memiliki misdiagnosis, tidak terdiagnosis dan tatalaksana
yang tidak adekuat lebih tinggi. Meskipun PEG dan SP banyak digunakan dalam
penelitian di negara maju seperti Amerika Serikat dalam persiapan kolonoskopi,
akan tetapi masih belum ada kesepakatan mana yang lebih baik. Selain itu, di
Indonesia sendiri belum pernah dilakukan penelitian perbandingan mana yang
lebih baik dari masing-masing preparat tersebut dalam memberikan persiapan
kolonoskopi yang ideal sehingga lumen kolon dapat tervisualisasi dengan baik.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka disusunlah pertanyaan penelitian
dibawah ini:
 Bagaimana perbandingan efektivitas bersihan kolon antara PEG dan SP
pada persiapan kolonoskopi?

1.4 Hipotesis Penelitian

 Sodium Phosphate akan memberikan hasil bersihan kolon yang lebih baik
dalam persiapan kolonoskopi dibandingkan dengan Polyethylene Glycol.

1.5 Tujuan Penelitian


1.5.1. Tujuan Umum Penelitian
Penelitian ini bertujuan mencapai persiapan kolon yang ideal pada pasien yang
akan dilakukan kolonoskopi di Indonesia.

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


5

1.5.2. Tujuan Khusus Penelitian


Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
 Mengetahui perbandingan bersihan kolon pada penggunaan PEG dan SP
pada persiapan kolonoskopi.

1.6 Manfaat Penelitian


Dengan mengetahui efektifitas PEG dan SP dalam persiapan kolonoskopi yang
ideal maka akan bisa memberikan manfaat :
 Sebagai sumber informasi pengetahuan untuk landasan penelitian lebih
lanjut mengenai preparat bersihan kolon dan hal yang berkaitan seperti
faktor yang mempengaruhi.
 Membantu meningkatkan pengetahuan mengenai produk bersihan kolon
antara PEG maupun SP yang paling efektif dan efisien dalam persiapan
kolon untuk pemilihan preparat ideal.

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan Kolonoskopi


Salah satu alat penunjang untuk mendeteksi kelainan di kolon atau dikenal dengan
istilah awam usus besar, adalah kolonoskopi. Kolonoskopi merupakan prosedur
yang memerlukan pengalaman dan pelatihan yang berulang agar bisa mencapai
hasil yang baik. Selain sebagai standar baku emas dalam menegakkan berbagai
diagnosis penyakit kolon, juga dapat membantu penapisan penyakit kanker
kolorektal karena dapat mendeteksi dan mengambil sampel biopsi pada lesi
kolorektal yang mencurigakan. Berbagai macam penyakit kolon lainnya seperti
polip dan juga diare kronik seringkali menggunakan kolonoskopi dalam proses
terapi maupun diagnosis.1,15,19, 26
Pelaksanaan pemeriksaan kolonoskopi yang cermat serta pengalaman
dalam melakukan pemeriksaan kolonoskopi sangat diperlukan untuk mendapatkan
diagnosis yang tepat. Tujuan diagnostik kolonoskopi mencakup observasi
makroskopik mukosa kolon serta pengambilan biopsi, jika diperlukan dilakukan
pewarnaan serta penggunaan magnifying scope atau chromoendoscopy. Dewasa
ini tindakan kolonoskopi tidak hanya bertujuan untuk diagnostik tetapi juga dapat
bertujuan terapeutik seperti penghentian perdarahan kolon (hemostatik),
polipektomi, atu pemasangan stent kolon.1, 26-28
Hal yang dinilai sebagai kualitas kolonoskopi yang baik adalah persiapan
kolon yang berkisar 90% baik atau sangat baik, kualitas persiapan kolon
disertakan dalam laporan prosedur tindakan, tingkat intubasi sekal > 90%, tingkat
terdeteksinya adenoma, kejadian yang tidak diharapkan tercatat dengan baik,
pemberian rekomendasi saran lanjutan yang disertakan dalam laporan dan juga
kepuasan dan kenyamanan bagi pasien selama pemeriksaan berlangsung.9

2.2. Indikasi Kolonoskopi


Kolonoskopi sebaiknya dilakukan dengan indikasi yang tepat. ASGE dan U.S.
Multi-Society Task Force on Colon Cancer telah mempublikasikan indikasi yang
tepat untuk dilakukan kolonoskopi. Setiap kolonoskopi yang dilakukan harus

Universitas Indonesia

6
Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014
7

dilakukan dokumentasi prosedur dan ketika dilakukan prosedur yang tidak baku
maka harus diberikan keterangan di dalam lembaran laporan prosedur.1
Messmann, et al. menyatakan bahwa indikasi kolonoskopi ditujukan
terutama untuk diagnosis yang memerlukan informasi mengenai kondisi mukosa
kolon seperti kolitis, dengan gejala seperti nyeri perut, malabsorbsi, diare atau
perdarahan perianal. Kondisi lain yang dapat dievaluasi dengan kolonoskopi
antara lain ulkus, polip, tumor, divertikulum, malformasi vaskular, konstipasi
kronik atau striktur lumen intestinal. Meskipun adanya penebalan dari dinding
saluran cerna terkadang bisa dinilai dari sonografi, computed tomography, dan
magnetic resonance imaging akan tetapi ditemukannya perdarahan patologis dari
saluran cerna bisa menjadi salah satu indikasi dilakukannya kolonoskopi untuk
menemukan sebab atau memerlukan biopsi untuk mendapatkan ketepatan
diagnosis.27
Indikasi kolonoskopi lainnya yang banyak diterapkan di dunia
internasional adalah untuk mendeteksi dini dan prevensi dari adanya karsinoma
kolorektal pada populasi umum yang asimtomatik. Menurut rekomendasi dari
German Society of Digestive and Metabolic Diseases, kolonoskopi harus
dilakukan setiap 10 tahun pada individu yang berusia diatas 55 tahun. Hal senada
juga dikemukakan oleh berbagai guidelines baik dari ASGE, ESGE maupun yang
dipublikasikan pada jurnal-jurnal internasional lainnya.1, 2, 6-8, 11, 19, 27, 29, 30

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


8

Tabel 2.1 Indikasi Kolonoskopi27, 31

A. Evaluasi dengan barium enema atau imaging lain yang memberikan gambaran abnormal
seperti penebalan dinding kolon atau keadaan abnormal lainya tetapi tidak signifikan
secara klinis, seperti filling defect atau striktur
B. Evaluasi dari perdarahan gastrointestinal yang belum diketahui penyebabnya
1. Hematoskezia
2. Melena setelah perdarahan saluran cerna bagian atas dieksklusi
3. Adanya darah samar pada feses
C. Anemia defisiensi besi yang belum jelas penyebabnya
D. Skrining dan surveilans untuk neoplasia kolon
1. Skrining dari pasien yang asimptomatik, berisiko sedang untuk terjadinya
neoplasia kolon
2. Pemeriksaan untuk mengevaluasi keseluruhan kolon dalam mencari kanker yang
berasal dari tempat yang sama atau polip neoplastik pada pasien dengan kanker
yang sudah ditatalaksana atau polip neoplastik
3. Kolonoskopi untuk mengangkat lesi neoplastik pada area yang sama atau
berkisar pada saat yang sama dilakukannya reseksi kuratif kanker yang diikuti
dengan kolonoskopi setelah 3 tahun dan 3-5 tahun sesudah terdeteksi kanker
yang metastasis
4. Setelah pembersihan adekuat dari polip neoplastik dilakukan evaluasi dengan
interval 3 – 5 tahun
5. Pasien dengan riwayat keluarga signifikan
i. Kanker kolorektal nonpoliposis herediter : kolonoskopi setiap 2 tahun
dimulai dari usia 25 tahun atau 5 tahun lebih muda dari usia paling dini
terdeteksi kanker kolorektal. Kolonoskopi tahunan dimulai dari usia 40
tahun.
ii. Sporadik kanker kolorektal sebelum usia 60 tahun : kolonoskopi setiap
5 tahun dimulai dari 10 tahun lebih dini dibandingkan dengan anggota
keluarga yang terkena atau setiap 3 tahun bila ditemukan adanya
adenoma
6. Pada pasien dengan pankolitis Crohn’s atau kolitis ulserativ selama 8 tahun atau
lebih atau kolitis pada sisi kiri selama 15 tahun atau lebih dan dilakukan biopsi
setiap 1-2 tahun untuk mendeteksi adanya displasia
E. Penyakit inflammatory bowel disease kronik kolon jika memerlukan diagnosis yang tepat
dan diperlukan tatalaksana secepatnya
F. Diare yang signifikan yang belum jelas penyebabnya
G. Identifikasi intraoperatif dari lesi yang tidak terlihat pada saat operasi (daerah
polipektomi, lokasi perdarahan)
H. Tatalaksana perdarahan dari lesi seperti malformasi vaskular, ulserasi, neoplasia, dan
lokasi polipektomi (seperti elektrokoagulasi, heater probe, terapi injeksi atau laser)
I. Pengambilan benda asing
J. Eksisi dari polip kolon
K. Dekompresi dari megakolon nontoksik akut atau volvulus sigmoid
L. Dilatasi balon dari lesi stenotik (contohnya striktur anastomosis)
M. Tatalaksana paliatif dari stenosis atau neoplasma yang berdarah (co : laser,
elektrokoagulasi, stent)
N. Menandai lokasi neoplasma
O. Konstipasi kronik
P. Nyeri perut yang belum diketahui penyebabnya

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


9

2.3. Cara Kerja Obat Pencahar dalam Persiapan Kolonoskopi


Pada umumnya, preparat yang digunakan untuk membersihkan kolon dibagi
menjadi tiga kategori menurut mekanisme aksi yaitu isoosmotik, hiperosmotik
dan preparat stimulan.29 Sebagai tambahan, literatur lain membagi preparat
bersihan kolon menjadi empat kelompok:26
1. Preparat hiperosmotik yang mencakup sodium phosphate, magnesium
sitrat, dan manitol merupakan preparat yang umum digunakan dan bekerja
dengan meningkatkan cairan di dalam kolon sehingga efluks cairan
esktraselular melalui dinding kolon meningkat serta menjaga cairan di
dalam lumen.
2. Preparat isoosmotik berbasis polyethylene glycol (PEG). PEG memiliki
berat molekular yang tinggi, polimer makrogol non-absorbable yang
dimasukkan kedalam cairan yang memiliki campuran elektrolit sehingga
bisa melewati kolon tanpa diabsorbsi, oleh karena perubahan cairan hanya
minimal antar membran mukosa kolon maka kemungkinan terjadi
perubahan elektrolit sangat kecil.
3. Laksatif stimulan, seperti senna, sodium picosulfat, dan bisakodil yang
bekerja dengan meningkatkan kontraksi dinding usus dan meningkatkan
isi cairan dalam usus.
Metode pembersihan kolon tradisional hanya mencakup restriksi diet,
katartik oral dan katartik enema. Kekurangan dari regimen ini adalah lamanya
waktu yang diperlukan berkisar 48-72 jam sehingga mengganggu kegiatan sehari-
hari pasien dan kemungkinan adanya gangguan cairan dan elektrolit.26
Akibat adanya kekurangan regimen tradisional maka dikembangkanlah
cairan yang memiliki keseimbangan osmotik yang diformulasikan memiliki
absorbsi atau sekresi cairan minimal ke dalam lumen usus yaitu cairan yang
mengandung elektrolit polyethylene glycol ditemukan di tahun 1980 oleh Davis et
al.32 Dosis standar sebesar 4 liter diberikan sehari sebelum prosedur memberikan
hasil yang efektif dan aman sebelum dilakukan kolonoskopi dan sejak itu berbagai
macam preparat dikembangkan untuk memenuhi kriteria cairan pembersih kolon
yang ideal.26, 29

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


10

2.3.1 Preparat Isoosmotik


American Society for Gastroenterology menyatakan bahwa preparat
isoosmotik yang mengandung PEG merupakan cairan yang bersifat osmotik,
berjumlah banyak, tidak dapat diabsorbsi, dan tidak dapat difermentasi, cairan ini
membersihkan kolon dan memberikan efek samping perubahan cairan dan
elektrolit minimal, hal ini disebabkan adanya efek mekanik dari pembersih
berjumlah banyak. Makanan padat harus berhenti dikonsumsi dua jam sebelum
cairan ini diminum. Dosis konvensional pada individu dewasa adalah 4 liter agar
tercapai efek katartik, cairan ini diberikan secara oral sebanyak 240 ml setiap 10
menit atau dimasukan via selang nasogastrik dengan kecepatan 20-30 ml per
menit hingga cairan yang keluar dari rektal berwarna bening atau hingga 4 liter
terkonsumsi.2, 29
Cairan PEG yang digunakan seringkali tidak dihabiskan semuanya karena
ketidakmampuan untuk menelan seluruh volume cairan dan banyaknya yang
diminum merangsang rasa mual dan muntah sebagai efek samping saat dilakukan
persiapan pembersihan kolon.1, 2, 26, 29
Polyethyelene glycol dinyatakan relatif aman pada pasien dengan
ketidakseimbangan cairan dan pada pasien yang tidak bisa diberikan cairan terlalu
banyak, dosis dapat dibagikan semalam sebelum tidur dan pagi di hari prosedur.2
Beberapa preparat yang terkini dikonsumsi dalam jumlah yang lebih
sedikit dibandingkan 4 liter seperti PEG yang dikombinasikan dengan bisakodil
atau magnesium sitrat, dan yang akhir-akhir ini sering dipakai di Amerika Serikat
adalah PEG dan sodium phosphate (SP) oral.2, 26, 29 Keduanya dapat diterima dan
ditoleransi dengan baik oleh mayoritas pasien yang menjalani kolonoskopi.
Preparat PEG yang bebas sulfat juga dapat dibandingkan baik dari segi kemanan
maupun efektivitas dan toleransi pasien, PEG jenis ini memberikan rasa yang
lebih baik tapi tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang sama seperti regimen
PEG pada umumnya.2
Pengurangan volume dan rasa yang lebih dapat diterima menjadi formula
cairan PEG terbaru yang sedang dikembangkan, selain itu pemberian edukasi
kepada pasien agar mengerti betapa pentingnya kebersihan kolon akan

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


11

meningkatkan kepatuhan dalam persiapan kebersihan kolon serta meningkatkan


keinginan untuk berpartisipasi dalam program skrining kanker kolorektal.16,20,26, 29

2.3.2 Preparat Hiperosmotik


Berdasarkan guidelines dari ASGE, diketahui bahwa cara kerja preparat
hiperosmotik berbeda dengan isoosmotik, preparat ini akan menarik cairan ke
dalam lumen usus untuk menstimulasi peristaltik dan mengevakuasi feses.
Dibandingkan dengan preparat isoosmotik, preparat ini memiliki jumlah volume
lebih sedikit, akan tetapi karena sifat hiperosmotik tersebut maka bisa
menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan elektrolit. Preparat sodium
phosphate tersedia dalam bentuk tablet dan cairan. Preparat sodium phosphate
(SP) cair memiliki awitan aktivitas usus dalam waktu 1.7 jam setelah pemberian
dosis pertama dan 0,7 jam pada dosis pemberian kedua, durasi rata-rata aktivitas
sebesar 4,6 jam dan 2,9 jam, dan aktivitas ini berakhir berkisar 4 hingga 5 jam.
Setiap 45 mL dosis ini mengandung 29,7 gram SP. Pemberian dua dosis 30 hingga
45 mL cairan ini diberikan dalam jangka waktu terbagi berkisar 10 hingga 12 jam,
dengan dosis yang kedua diberikan 5 jam sebelum prosedur dilakukan. Sedikit
berbeda dibandingkan dengan preparat sodium phosphate tablet yang
mengandung 1,5 gram SP dan 0,5 gram bahan inaktif. Dosis yang diberikan 40
tablet (60 gram) pada preparat yang mengandung MCC dan 32 tablet (48 gram)
pada preparat yang bebas MCC, dan keduanya dibagi menjadi dua kali pemberian
masing – masing terpisah 10 – 12 jam.26, 29

2.3.3 Preparat Stimulan


Preparat pencahar lain yang disarankan oleh ASGE adalah preparat
stimulan, salah satunya adalah senna, suatu derivat antrakuinon yang diproses
oleh koloni bakteri sehingga menstimulasi peristaltik kolon. Respon buang air
besar dapat diperkirakan 6 jam setelah pemberian dosis dan telah lama digunakan
sebagai pembersih kolon primer dikombinasikan dengan diet cair terutama pada
anak – anak. Selain itu, bisakodil juga sering dipergunakan untuk pencahar,
dengan sifatnya sebagai derivat diphenylmethane yang diabsorbsi minimal di
dalam usus halus dan dihidrolisis oleh esterase endogen. Metabolit aktif dari

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


12

bisakodil menstimulasi motilitas kolon, dengan onset aksi berkisar 6 dan 10 jam.
Bahan lainnya yang sering digunakan adalah metoklopramid yang merupakan
antagonis reseptor dopamin sehingga meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap
asetilkolin dan meningkatkan kontraksi lambung dan persitaltik usus, preparat ini
memiliki waktu paruh 5 hingga 6 jam. Selain itu, regimen diet yang bervariasi,
cairan hidrasi elektrolit, enema, dan agen antigas juga dipakai sebagai preparat
tambahan kolonoskopi.29
European Society of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE) tidak
menyarankan penggunaan rutin dari preparat prokinetik seperti metoklopramid,
domperidon, cisapride, tegaserod sebagai tambahan dari persiapan kolonoskopi
standar hal ini disebabkan karena preparat tersebut tidak terbukti memberikan
tolerabilitas persiapan kolonoskopi ataupun kualitas terhadap kebersihan kolon
yang lebih tinggi.12

2.4. Faktor – Faktor yang Berkaitan dengan Persiapan Kolonoskopi


2.4.1 Edukasi Pasien, Profil Pasien dan Kaitannya dengan Persiapan
Kolonoskopi
Persiapan kolonoskopi yang baik memerlukan pengertian dari pasien secara
menyeluruh mengenai peran pasien dalam persiapan kolonoskopi dan juga alasan
dilakukannya kolonoskopi. Persiapan yang adekuat akan memberikan hasil
kolonoskopi yang baik, untuk itu diperlukan edukasi yang baik sehingga pasien
dapat patuh terhadap persiapan kolonoskopi agar persiapan kolonoskopi dapat
berjalan dengan baik sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan. Peran tingkat
pendidikan juga berperan dalam edukasi, hal ini dikemukakan dalam berbagai
penelitian.2, 12, 17, 20, 23-25, 33, 34
Edukasi dapat diberikan secara verbal kepada pasien atau dengan brosur
yang memberikan detail penjelasan persiapan yang harus dilakukan. Sebuah studi
yang dilakukan Liu et al. di Cina melakukan re-edukasi via telepon mendapatkan
pasien yang dilakukan re-edukasi memiliki persiapan kolonoskopi yang lebih
baik.35
Profil pasien berkaitan erat dalam persiapan kolonoskopi, penelitian yang
dilakukan oleh Nguyen et al. dan Hassan et al. menyatakan bahwa obesitas
memiliki persiapan kolonoskopi yang lebih buruk.24,36 Hal ini diperkuat oleh studi
Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


13

yang dilakukan Fayad et al. yang menyatakan bahwa indeks massa tubuh
merupakan faktor risiko independen persiapan kolonosokopi yang tidak adekuat.37
Studi lain yang dilakukan Singhal et al. menyatakan bahwa indeks massa tubuh
tidak berpengaruh terhadap persiapan kolonoskopi yang tidak adekuat, hasil ini
didapat setelah mengesampingkan demografik, kepatuhan terhadap instruksi
persiapan kolonoskopi dan faktor komorbid diabetes melitus, hipertensi, dan
penyakit jantung koroner pada pasien.38
Usia sebagai salah satu faktor yang berkaitan erat dengan persiapan tidak
adekuatnya kolonoskopi juga didapatkan dari berbagai penelitian. Hal ini terjadi
akibat waktu transit yang menjadi berkurang karena semakin bertambahnya
usia.22, 24, 34, 36, 39Akan tetapi hal yang berlawanan didapatkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Ness et al. dan Froehlich et al.23,14
Jenis kelamin sebagai salah satu faktor yang berpengaruh juga masih
merupakan kontroversi, karena dari berbagai studi didapatkan perbedaan hasil,
sebuah studi menyatakan wanita memiliki persiapan kolonoskopi yang lebih
buruk.24 Sedangkan studi lain menyatakan sebaliknya, bahkan sebuah studi
menyatakan seimbang antara pria dan wanita.22, 23, 34,14
Penelitian yang dilakukan oleh Chung et al. di Korea terhadap 362 pasien
yang dipersiapkan untuk kolonoskopi, menyatakan bahwa diabetes mempengaruhi
persiapan kolonoskopi sehingga didapatkan tidak adekuat, hal ini diperkirakan
karena motilitas usus yang menurun dan waktu transit yang lebih lama. Hasil
penelitian ini diperkuat oleh berbagai literatur lainnya.24,36, 40

2.5. Persiapan Kolonoskopi dan Kaitannya dengan Kualitas Bersihan Kolon


Kolonoskopi memerlukan kebersihan kolon yang menyeluruh, untuk itu
diperlukan bersihan kolon yang baik dan metode yang aman. Persiapan yang tidak
adekuat dalam kolonoskopi didapatkan pada sepertiga prosedur inkomplit dan hal
ini menyebabkan evaluasi terganggu hingga 10% sehingga akan sangat
berpengaruh terutama pada adanya dugaan polip dan adenoma.14, 19, 29, 41, 42
Harewood et al, 2003 melakukan sebuah penelitian retrospektif pada
93.004 hasil kolonoskopi di Amerika Serikat dan menyimpulkan bahwa persiapan
kolon yang baik secara signifikan meningkatkan kemampuan mendeteksi adanya
polip yang berukuran kurang dari 1 cm.26, 41 Hal ini didukung oleh penelitian lain
Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


14

di Eropa yang dilakukan oleh Thomas-Gibson et al. pada survei prospektif


multinasional di Eropa dari 5832 pasien yang menjalani kolonoskopi, tingkat
keberhasilan menemukan adanya polip berhubungan dengan kualitas bersihan
kolon.14, 19, 26, 42
Sebuah studi prospektif dari 9233 kolonoskopi di Inggris yang dilakukan
oleh Bowles et al menyatakan bahwa satu dari lima prosedur kolonoskopi yang
inkomplit atau gagal disebabkan karena persiapan kolonoskopi yang kurang
baik.26 Senada dengan penelitian di Inggris, salah satu penelitian yang dilakukan
oleh Lebwohl et al juga menyatakan bahwa sebesar 20-25% kolonoskopi yang
gagal disebabkan karena persiapan yang tidak baik sehingga menyebabkan
efektivitas dari kolonoskopi berkurang dan memberikan tingkat kesalahan akibat
tidak terdeteksinya adenoma menjadi sangat tinggi dan juga menyebabkan
perlunya pemeriksaan follow up lebih dini dibandingkan seharusnya.43
Sebuah survei yang dilakukan oleh Rex et al. di Perancis menunjukkan
pada 7205 kolonoskopi, 4% diantaranya gagal dilakukan dan 34,7% dari
kegagalan tersebut dikarenakan persiapan kolonoskopi yang tidak baik sehingga
mempengaruhi besar biaya kolonoskopi dan meningkatkan biaya hingga 12-
22%.26

2.6. Perangkat Penilai Bersihan Kolon


The American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE) dan the American
College of Gastroenterology Taskforce on Quality in Endoscopy menyarankan
bahwa sebaiknya setiap laporan kolonoskopi harus memasukkan kualitas dari
persiapan kolon dan menggunakan kata seperti “sangat baik”, “baik”, “cukup” dan
“kurang baik” akan tetapi definisi yang jelas mengenai batasan terminasi ini
belum terlalu jelas.1, 44
Skala untuk bersihan kolon yang pertama kali dikemukakan adalah skala
Aronchick. Validasi skala Aronchick hanya dipublikasikan dalam bentuk abstrak,
penelitian yang dilakukan oleh Aronchick et al. mempergunakan 80 video
kolonoskopi dibagi dalam 4 kelompok yang berisi 20 individu dan melakukan
percobaan pada 4 skala yang berbeda. Skala dengan reliabilitas tertinggi
digunakan sebagai skor kolon global. Skala Aronchick menilai keseluruhan
kualitas dari kolon sebagai berikut:45
Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


15

1 – sangat baik (hanya ada sedikit cairan jernih atau lebih dari 95% persen
permukaan terlihat jelas)
2- baik (jumlah cairan jernih 5% hingga 25% permukaan tapi lebih dari
90% permukaan kolon terlihat)
3 – cukup (beberapa feses semisolid terlihat tapi bisa dibersihkan dengan
suction ataupun pemberian cairan dan kurang dari 90% permukaan kolon
terlihat),
4 – kurang baik (terdapat feses semisolid yang tidak bisa dibersihkan
ataupun disuction dan kurang dari 90% permukaan kolon yang terlihat),
5 – sangat kurang ( perlu persiapan kolon dan kolonoskopi ulang).
Skala lainnya adalah The Boston bowel preparation scale (BBPS [disebut
juga ‘‘bee-bops’’]) yang dikembangkan agar variabilitas antar pengamat dapat
dilimitasi pada tingkat kualitas dari persiapan kolon dan juga menilai kemampuan
membedakan derajat kebersihan kolon. Terminasi subyektif seperti “sangat baik”.
“baik”, “sedang” dan “tidak memuaskan” digantikan oleh sistem skoring 4 poin
yang diaplikasikan pada setiap bagian kolon yaitu sisi kanan kolon, termasuk
sekum dan kolon asenden, bagian kolon transversum termasuk fleksura hepatika
dan splenika, dan sisi kiri kolon termasuk kolon desenden, kolon sigmoid dan
rektum. Poin tersebut diterapkan sebagai berikut :
0 – mukosa segmen kolon tidak terlihat karena ada feses solid yang tidak
bisa dibersihkan.
1 - sebagian dari segmen mukosa kolon terlihat, tapi area lain dari segmen
tersebut tidak bisa dilihat dengan baik karena ada sisa feses atau
perlengketan feses di dinding dan atau cairan.
2 – ada sejumlah kecil residu cairan, fragmen kecil feses, dan atau cairan
akan tetapi mukosa dari segmen kolon terlihat dengan baik.
3 – seluruh mukosa segmen kolon terlihat dengan baik
Keseluruhan penilaian mukosa kolon memberikan skor total 0 hingga 9,
dengan skor kolon yang sempurna mendapatkan nilai 9 dan skor terendah untuk
persiapan kolon yang tidak baik adalah 0. Jika operator membatalkan prosedur
karena persiapan yang tidak baik, maka segmen kolon yang lain yang belum

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


16

dieksplorasi diberikan nilai 0. Skor bisa meningkat dengan adanya manuver


seperti pembersihan atau aspirasi cairan.44
Selain Boston Bowel Preparation Scale (BBPS), skor lain yang banyak
digunakan adalah The Ottawa Bowel Preparation Scale (OBPS) dimana skor ini
diuji validasi dibandingkan dengan skala Aronchick yang merupakan skor yang
tervalidasi dalam penilaian kebersihan kolon. Penelitian dari Rostom et al.
mengenai Ottawa Scale ini memberikan hasil bahwa skala ini valid dan
memberikan reliabilitas yang tinggi dari masing – masing segmen kolon. Skala
Ottawa ini didesain dengan menilai hal yang obyektif, jika persiapan sangat baik,
maka skor 0 (sangat baik) diberikan, jika diperlukan suction dari feses cair agar
permukaan mukosa kolon terlihat maka diberikan nilai 2 (cukup) dan jika
diperlukan pemberian cairan dan suction maka diberikan nilai 3 (kurang baik).
Pengamat tidak memerlukan persentase untuk menilai proporsi mukosa kolon
yang tertutup oleh feses. Skor Ottawa memberikan nilai keseluruhan dari masing
– masing segmen terpisah.45

2.7. Penelitian dalam Mendapatkan Preparat Bersihan Kolon yang Ideal


Berbagai macam penelitian baik membandingkan langsung berbagai macam
preparat pembersih kolon dan juga meta analisis masih belum bisa mendapatkan
preparat bersihan kolon yang ideal.
Preparat polyethylene glycol dan sodium phosphate merupakan preparat
yang paling banyak digunakan dalam penelitian untuk prosedur persiapan
kolonoskopi, berdasarkan berbagai penelitian seringkali tidak didapatkan
perbedaan efikasi yang bermakna antar sodium phosphate dengan PEG.12
Persiapan kolon yang ideal memiliki banyak faktor, selain dari segi
kecepatan dan kemampuan dalam membersihkan adanya feses, penting juga agar
tidak terjadi perubahan tampilan kolon baik secara mikroskopik maupun
makroskopik. Saat ini, cairan yang tersedia bisa memenuhi beberapa persyaratan
cairan pembersih yang ideal tersebut tapi tidak semua bisa terpenuhi.2, 18, 26, 29

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


17

2.7.1 Perbandingan Bersihan Kolon pada Pemakaian Polyethylene Glycol


dengan Sodium Phosphate
Berbagai macam penelitian membandingkan bersihan antara PEG dengan SP dan
memberikan variasi hasil, belum ada satu kesimpulan tunggal mengenai preparat
mana yang paling bersih untuk persiapan kolonoskopi. Penelitian mengenai
perbandingan kebersihan yang didapat dari kedua preparat ini juga belum
dilakukan di Indonesia, meskipun keduanya sudah lama dikenal sebagai preparat
pembersih kolon.
Meta analisis mengenai perbandingan bersihan antara preparat SP dengan
PEG yang dilakukan oleh Hsu et al. pada penelitian tahun 1980 hingga 1996,
mendapatkan delapan penelitian yang menggunakan metode tersamar pada
operator kolonoskop. Kedelapan penelitian ini tidak melihat metode persiapan dan
memiliki diet yang bervariasi. Fokus penelitian dilakukan pada dosis pemberian
PEG dan SP yang identik diantara kedelapan penelitian tersebut dengan
variabilitas minor dalam waktu pemberian. Studi ini mendapatkan 1286 subyek
dan didapatkan bahwa relative risk sebesar 0,23 dalam kegagalan menyelesaikan
persiapan kolonoskopi (95% IK [0,18-0,28]) dimana SP lebih baik dibandingkan
dengan PEG.15
Meta analisis lain yang dilakukan oleh Juluri et al. pada tahun 2011,
menilai penelitian acak dari Januari 1990 hingga Desember 2008 yang
membandingkan antara PEG dengan SP sebagai persiapan kolonoskopi,
didapatkan 71 penelitian dengan 10.201 subyek individu dimana 42,1% (95% IK
33-51%) persiapan sempurna pada preparat SP, 38,7% (95% IK, 26-41%) pada
preparat PEG yang diminum 4 liter. Sedangkan pada yang memiliki persiapan
baik hingga sempurna didapatkan sebesar 76,3% (95% IK, 72-81%) pada preparat
SP dan 71,5% pada preparat PEG (95% IK, 64-80%).21
Systematic review oleh Belsey et al. mendapatkan 24 studi penelitian yang
membandingkan antara PEG dengan SP oral menyatakan memberikan bahwa
tidak ada perbedaan efikasi antara dua preparat tersebut (RO = 1,00; 95% IK =
0,67–1,50; P = 0,99), akan tetapi heterogenisitas dari penelitian tersebut
substansial.19

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


18

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Arora et al. membandingkan antara


penggunaan PEG dengan SP dan didapatkan keduanya memberikan hasil yang
sama adekuatnya dalam bersihan kolon akan tetapi PEG-3350 memberikan hasil
yang lebih baik, sedangkan SP yang juga memberikan hasil sama baiknya tidak
bermakna secara statistik bila dibandingkan dengan PEG.17
Studi lain yang dilakukan oleh Kambe et al. membandingkan efikasi dari
deteksi polip pada pasien dengan menggunakan SP dan PEG dan hasil studi ini
menyatakan bahwa kualitas persiapan kolon antara keduanya serupa akan tetapi
pada kelompok yang memakai SP memiliki angka deteksi adanya polip yang lebih
tinggi dibandingkan dengan SP.20
Penelitian lain mengenai SP dan PEG dilakukan juga oleh Rostom et al.
dimana kelompok penelitian dibagi menjadi yang menerima oral SP sebanyak 2
botol dengan perbedaan 6 jam pemberian, kemudian kelompok kedua yang
diberikan oral SP dalam perbedaan pemberian 12 jam, kelompok ketiga diberikan
oral SP dengan perbedaan 24 jam, dan kelompok keempat diberikan PEG
sebanyak 4 liter.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa pada kelompok yang diberikan oral SP
dalam perbedaan 12 jam dan 24 jam memberikan hasil yang lebih baik dalam
bersihan kolon dibandingkan dengan kelompok yang menerima oral SP dalam
perbedaan 6 jam maupun yang diberikan PEG, akan tetapi dalam studi ini
bersihan kolon yang dihasilkan oleh PEG lebih rendah karena masih banyaknya
sisa cairan di dalam kolon dibandingkan oleh sisa feses.25

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KONSEP

3.1. Kerangka Teori

Universitas Indonesia

19
Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014
20

3.2 Kerangka Konsep

Sodium phosphate
Bersihan
kolon
Polyethylene glycol

3.3 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional

VARIABEL DEFINISI CARA PENGUKURAN SKALA

Usia Usia > 18 tahun14, 33, 34 Usia berdasarkan Kartu Tanda Ordinal
Penduduk atau identitas lainnya
Dibagi menjadi :
 < 60 tahun
 > 60 tahun
Tingkat Tingkat pendidikan subyek Anamnesis, dikelompokkan: Ordinal
Pendidikan penelitian34  < Sekolah Menengah Atas
(<SMA)
 > SMA
37, 38
IMT Indeks massa tubuh Penilaian berdasarkan : Ordinal
berat badan (kilogram)
tinggi badan (meter) 2
penilaian dibagi menjadi:
 Tidak berlebih
 Berlebih :≥ 23 kg/m2
Jenis Kelamin Jenis Kelamin subyek Anamnesis, dikelompokkan: Nominal
penelitian22, 24, 34  perempuan
 laki-laki
Kepatuhan Kepatuhan pasien dalam Anamnesis, pasien diminta Ordinal
Meminum meminum preparat yang membawa sisa preparat
Preparat disediakan46 Dikelompokkan menjadi :
<1/2 preparat
>1/2 preparat

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


21

Tabel 3.1 Definisi Operasional (sambungan)

VARIABEL DEFINISI CARA PENGUKURAN SKALA

Diabetes Jika didapati pasien sudah Anamnesis dan rekam medis Nominal
diketahui ada riwayat Dikelompokkan menjadi :
diabetes sebelumnya atau  Diabetes
dalam pemeriksaan  Tidak
didapatkan hasil dibawah
ini47:
GDS>200 disertai gejala 3P
GDS<200 / GDP >126
dalam dua kali pemeriksaan
yang berbeda
Preparat Lavage Preparat yang diberikan Anamnesis lisan menanyakan Nominal
Kolon untuk persiapan mengenai preparat yang
kolonoskopi16, 20, 48, 49 diberikan untuk persiapan dan
dikelompokkan :
 Preparat isoosmotik 
polyethylene glycol
 Preparat hiperosmotik
 sodium phosphate
Outcome Kondisi bersihan kolon Penilaian segmen kolon Ordinal
Bersihan Kolon pasien setelah memakai intraprosedur kolonoskopi
preparat lavage kolon dinilai dari video hasil
dinilai menggunakan kolonoskopi pasien penelitian
Boston Bowel Preparation oleh peneliti. Semua penilaian
Scale(BBPS)44 dilakukan per segmen kolon.
Dengan menghitung jumlah skor
dari 0-3 pada 3 segmen kolon
saat kolonoskopi. Pengamatan
bersihan kolon antara dua
preparat lavage kolon.
Dikategorikan sebagai :
1. BBPS >5 : adekuat
2. BBPS <5 : inadekuat

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Desain penelitian


Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah uji klinis acak
tersamar tunggal.

4.2. Waktu dan tempat penelitian


Ruang lingkup penelitian adalah bidang ilmu penyakit dalam divisi
gastroenterologi. Tempat penelitian adalah RS. Cipto Mangunkusumo di
poliklinik gastroenterologi dan ruang rawat inap serta pusat endoskopi saluran
cerna (PESC). Waktu penelitian adalah Maret 2014 sampai September 2014.

4.3. Populasi dan sampel penelitian


Populasi penelitian adalah pasien yang dilakukan kolonoskopi dari periode
Maret 2014 hingga September 2014. Sampel penelitian adalah populasi terjangkau
yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

4.4. Besar sampel


Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif. Dalam penelitian ini
sampel diambil dari pasien rawat jalan di poliklinik gastroenterologi atau rawat
inap di RS. Cipto Mangunkusumo yang dilakukan kolonoskopi di pusat endoskopi
saluran cerna (PESC) dan memenuhi kriteria inklusi serta eksklusi selama periode
Maret 2014 sampai September 2014.
Perkiraan besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus
besar sampel penelitian analitik kategorik dua kelompok tidak berpasangan, yaitu
sebagai berikut:

n1  n2 
Z 2PQ  Z P1Q2  2

P1  P2 2
Keterangan:
Zα : deviat baku alfa
Zβ : deviat baku beta

Universitas Indonesia

22
Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014
23

P2 : proporsi pada kelompok yang terpapar preparat pertama


Q2 : 1-P2
P1 : proporsi pada kelompok yang terpapar preparat kedua
Q1 : 1-P1
P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna
P1  P2
P : proporsi total =
2
Q : 1-P

Nilai Zα= 1,96 dengan taraf kepercayaan 95%, dan untuk power tes 80% dengan
besar bersihan kolon untuk sodium phosphate sebesar 90% dari data sebelumnya
dan angka bersihan kolon untuk polyethylene glycol sebesar 68%.15 Untuk itu
dibutuhkan sampel 53 individu yang akan diberikan polyethylene glycol dan 53
individu untuk diberikan sodium phosphate dengan total sampel 106 individu.
Bila dipertimbangkan adanya drop out sebesar 10 % maka besar sampel dengan
koreksi drop out adalah 120 individu

4.5. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Sampel Penelitian


Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Pasien pria dan wanita usia > 18 tahun yang akan dilakukan
kolonoskopi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1. Pasien memiliki obstruksi kolon
2. Pasien memiliki penyakit jantung
3. Pasien memiliki penyakit hati berat
4. Pasien memiliki penyakit ginjal
5. Pasien memiliki riwayat operasi reseksi usus besar
6. Pasien alergi terhadap PEG atau SP
7. Pasien tidak bersedia mengikuti penelitian
8. Data pasien tidak lengkap

4.6. Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel penelitian bergantung dari variabel bebas, tergantung :
Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


24

1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah :


a. Cairan pembersih kolon : sodium phosphate, polyethylene
glycol
b. Profil pasien : jenis kelamin, usia, penderita diabetes, jumlah
cairan yang diminum, kejelasan instruksi, IMT, pendidikan.
2. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah :
1. Bersihan kolon

4.7. Alur Penelitian

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


25

4.8. Cara Kerja


4.8.1. Pengumpulan Data :
1. Video kolonoskopi didapatkan dari perekaman hasil kolonoskopi yang
sedang dilakukan terhadap subyek penelitian.
2. Sebanyak total 120 individu dimasukkan sebagai subyek penelitian
dengan mempertimbangkan 10% drop out masing masing dibagi
dalam kelompok sodium phosphate sebesar 60 individu dan
polyetylene glycol sebesar 60 individu, bila didapatkan drop out maka
besar sampel minimal total adalah 106 individu dengan perhitungan
dari kelompok sodium phosphate sebesar 53 individu dan polyetylene
glycol sebesar 53 individu.
3. Karakteristik subyek penelitian: jenis kelamin, usia, pendidikan,
diabetes melitus, jumlah cairan yang diminum, instruksi jelas atau
tidak, indeks massa tubuh.

4.8.2. Instrumen yang Digunakan :


1. Formulir penelitian
2. Dokumentasi status rekam medik
3. Kolonoskopi
4. Kuesioner data pasien

4.8.3. Prosedur Kerja :


1. Subyek penelitian diambil dengan menggunakan metode konsekutif
yaitu pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada pasien
yang menjalani kolonoskopi di poliklinik atau rawat inap.
2. Untuk edukasi diet, tanpa membedakan kedua kelompok, maka
keduanya diminta untuk mengkonsumsi bubur kecap sejak dua hari
sebelum tindakan, kemudian dilanjutkan minum susu sejak 1 hari
sebelum tindakan hingga malam pk.19.00, dan sejak pk 19.00 – 04.00
di hari tindakan hanya meminum air putih.
3. Untuk pemberian preparat PEG atau SP dilakukan randomisasi manual
oleh asisten I dengan memberikan preparat sesuai hasil yang

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


26

didapatkan dari kertas yang berisi nama kedua preparat di dalam


sebuah wadah. Preparat yang diberikan tidak diketahui oleh peneliti
dan hanya asisten I yang mengetahui nama preparat. Pasien pada
kelompok SP meminum 45 mL sodium phosphate yang sudah
diencerkan ke dalam 250 mL air sebanyak dua kali yaitu di malam
hari, sehari sebelum tindakan dan di pagi hari tindakan, sedangkan
pada kelompok PEG, diberikan PEG yang dilarutkan ke dalam air
sebanyak 2 liter yang dikonsumsi satu kali pada malam hari, sehari
sebelum tindakan.
4. Pada hari tindakan kolonoskopi, pasien dilakukan pengambilan data
karakteristik subyek oleh asisten II melalui kuesioner dengan
wawancara langsung serta data dari status rekam medis, kemudian
dilakukan perekaman hasil video kolonoskopi yang kemudian akan
diserahkan hasil video kolonoskopi tanpa memberitahukan data dasar
penyakit pasien kepada peneliti.
5. Data video kolonoskopi dinilai melalui skala Boston Bowel
Preparation (BBPS) oleh peneliti utama dan pengamat lain yang sudah
bersertifikasi. Sertifikat diberikan oleh BBPS Educational Program
yang diadakan oleh Boston University School of Medicine dan Clinical
Outcomes Research Initiative. Skor BBPS yang didapatkan kemudian
dilakukan analisis reliabilitas antar pengamat.
6. Hasil yang didapat kemudian dilakukan pencatatan dan selanjutnya
dilakukan analisis terhadap data yang dimiliki setelah semua video
dilakukan penilaian.

4.9. Teknik Pemeriksaan


1. Video kolonoskopi dinilai dengan skala Boston Bowel Preparation
dimana pada skala tersebut penilaian dibagi menjadi tiga segmen, yaitu
segmen asenden, transversum, dan desenden.
2. Masing – masing segmen dinilai tersendiri dengan maksimal nilai
bersihan adalah 3 dari masing – masing segmen, kemudian dilakukan
penghitungan jumlah total dari masing – masing segmen dengan skor

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


27

skala maksimal bersihan adalah 9, dan yang dinyatakan adekuat adalah


yang memiliki bersihan > 5, sedangkan <5 dinyatakan tidak adekuat.

4.10. Pengolahan dan Analisis Data


Detail pengolahan data subyek penelitian didapatkan melalui :
1. Data video akan direkam pada komputer penyimpanan data di ruang
PESC RSCM saat kolonoskopi mulai berlangsung dan perekaman
dihentikan ketika kolonoskopi selesai. Setiap subyek penelitian akan
memiliki satu folder di dalam komputer yang diberi label nomor rekam
medis dan berisi video kolonoskopi, kemudian video subyek penelitian
akan dipindahkan dari komputer penyimpanan data ke dalam hard disk
eksternal portable khusus untuk penelitian. Video ini kemudian akan
diberikan kepada kedua pengamat oleh asisten II untuk dinilai oleh
pengamat dengan Boston Bowel Preparation Scale tanpa
memberitahukan data profil diri pasien.
2. Detail data profil pasien didapatkan melalui wawancara dengan
kuesioner yang sudah dilakukan oleh asisten II kemudian akan
dikumpulkan menjadi satu map khusus data pasien penelitian. Data
baru akan diberikan saat semua video sudah selesai dinilai dan
dimasukkan nilai skor BBPS ke dalam tabel excel skor BBPS subyek
penelitian.
3. Penggabungan data video dan data profil pasien serta evaluasi
mengenai kelengkapan data dilakukan untuk kemudian dilakukan
validasi data dilakukan untuk menjamin keabsahan data yang direkam
dan setelah dipastikan kebersihan dari data penelitian barulah
dilakukan proses pengolahan data.

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan program


computer yakni SPSS 20.0 dan kemudian dilakukan analisis :
1. Reliabilitas antar pengamat akan dinilai dengan kappa dan bila hasil
kappa < 0,4 maka dianggap buruk.50
2. Data analisis model univariat akan digunakan untuk mengeluarkan
besaran proporsi. Sebaran data yang homogen akan ditampilkan

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


28

menggunakan rerata dan simpang baku sedangkan sebaran yang tidak


homogen akan ditampilkan menggunakan median dan jangkauan
minimal dan maksimal.
3. Data analisis model bivariat akan digunakan untuk menilai bersihan
kolon. Analisis komparatif kategorik 2 kelompok tidak berpasangan
akan menggunakan uji chi-square, bila syarat tidak terpenuhi akan
digunakan analisis alternatifnya yaitu uji Fisher. Interpretasi data akan
dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel yang diteliti
menggunakan nilai p yang dianggap bermakna apabila kurang dari
0,05.
4. Analisis akan dilakukan dengan intention to treat, kemudian data akan
diolah untuk kemudian dilakukan penghitungan besaran Control Event
Rate (CER), Experiment Event Rate (EER), Absolute Risk Reduction
(ARR), Relative Risk Reduction (RRR) dan Number Needed to Treat
(NNT).

4.11 Etik Penelitian


Penelitian ini telah mendapat ethical clearance dari Panitia Tetap Etik Penelitian
Kedokteran FKUI nomer 149/H2.F1/ETIK/2014. Semua data rekam medis yang
digunakan akan dijaga kerahasiaannya.

4.12 Biaya Penelitian


Penelitian ini tidak memiliki sponsor dari obat tertentu. Biaya untuk penelitian
diluar jaminan kesehatan pemerintah dipenuhi oleh peneliti utama.

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


BAB 5
HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan terhadap individu berusia diatas 18 tahun yang


memenuhi kriteria inklusi dengan menggunakan studi desain uji klinis pada kurun
waktu sejak bulan Maret 2014 sampai September 2014.
Selama rentang waktu tersebut, terdapat 135 subyek penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah pada kelompok polyethylene glycol
(PEG) sebesar 68 individu dan 67 pasien pada kelompok Sodium phosphate (SP).
Pada saat dilakukan evaluasi data dilakukan eksklusi karena data yang tidak
memadai sehingga didapatkan hasil akhir dari kelompok SP sebanyak 59 individu
dan dari kelompok PEG sebanyak 62 individu dengan jumlah total sebanyak 121
subyek penelitian.
Individu yang melakukan kolonoskopi antara Maret
2014 – September 2014 dan memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi (n=135) :
 PEG (n=68)
 SP (n=67)

Subyek yang dieksklusi dari


penelitian (n=14):
 Video tidak lengkap atau
tidak ada (n =10)
 Data pasien tidak lengkap
atau tidak ada (n=4)

Individu yang disertakan dalam


penelitian dan dilakukan analisis (n=121)

PEG (n=62) SP (n=59)

Bersihan kolon Bersihan kolon Bersihan kolon Bersihan kolon


adekuat tidak adekuat adekuat tidak adekuat
(n = 55) (n = 7 ) (n = 53) (n=6)

Gambar 5.1 Diagram Alur Hasil Penelitian

29 Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


30

5.1. Karakteristik Subyek Penelitian

Tabel 5.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Preparat Bersihan Kolon


Karakteristik PEG SP
(n=62) (n=59)
KARAKTERISTIK DEMOGRAFIK

Jenis Kelamin
 Laki-laki 39 (62,9) 34 (57,6)
 Perempuan 23 (37,1) 25 (42,4)
Usia
 ≥ 60 tahun 20 (32,3) 19 (32,2)
 < 60 tahun 42 (67,7) 40 (67,8)
Tingkat Pendidikan
 SD 8 (12,9) 11 (18,6)
 SMP 10 (16,1) 9 (15,3)
 SMA 27 (43,5) 26 (44,1)
 Pendidikan Tinggi 17 (27,4) 13 (22,0)
IMT
 Underweight : <18,5 9 (14,5) 8 (13,6)
 Normoweight :18,5 – 22,9 19 (30,6) 21 (35,6)
 Overweight : ≥ 23 34 (54,8) 30 (50,8)

KARAKTERISTIK P ERSIAPAN TINDAKAN

Jumlah cairan yang diminum


 >90% 54 (87,1) 55 (93,2)
 90-70% 5 (8,1) 0 (0,0)
 70-50% 2 (3,2) 0 (0,0)
 <50% 1 (1,6) 4 (6,8)
Instruksi Jelas
 Ya 62 (100,0) 58 (98,3)
 Tidak 0 (0,0) 1 (1,7)

KARAKTERISTIK KLINIK

Efek Samping
 Mual 12 (19,4) 0 (0)
 Muntah 1 (1,6) 0 (0)
 Alergi 0 (0) 0 (0)
 Rasa tidak enak 2 (3,2) 3 (5,1)
Diabetes Melitus
 Ya 0 (0,0) 2 (3,4)
 Tidak 62 (100,0) 57 (96,6)

Rerata Bersihan Kolon (Mean+SD) 5,89+1,63 6,34+1,61

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


31

5.2. Perbandingan Bersihan Kolon antara Polyethylene Glycol dengan


Sodium Phospate
Data skala Boston Bowel Preparation yang didapat dari 121 video kolonoskopi
kemudian dilakukan pembagian dimana skor yang dinilai tidak adekuat adalah
yang mendapat nilai < 5 dan adekuat memiliki nilai ≥ 5 dengan rincian nilai lebih
spesifik dalam tabel 5.2. Selain itu, dilakukan kappa untuk menilai reliabilitas
antar pengamat dan didapatkan kappa sebesar 0,77.
Dari 121 subyek penelitian, didapatkan dari masing – masing skor BBPS
paling banyak pada angka 6 (38,7%) dan 7 (16,1%) pada kelompok PEG,
sedangkan pada kelompok SP nilai terbanyak didapatkan pada angka 6 (42,4%)
dan 7 (5,1%), selain itu nilai tertinggi 9 didapatkan lebih banyak pada kelompok
SP dengan jumlah 8 orang (13,6%) dibandingkan dengan PEG yang hanya 1
orang (1,6%). Ketika dilakukan penilaian data terhadap mean nilai skala BBPS
pada masing – masing kelompok didapatkan pada PEG sebesar 5,89 dan SP
sebesar 6,34. Tindakan kolonoskopi pada 121 subyek penelitian memberikan hasil
89,8% memiliki bersihan adekuat diantara 59 pemakai SP dan sebesar 88,7% dari
62 pemakai PEG dengan p value sebesar 0,84. Berdasarkan analisis bivariat antara
skor BBPS terhadap preparat PEG dan SP, didapatkan bahwa SP membersihkan
lebih baik, meskipun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Perbedaan
proporsi diantara kedua preparat didapatkan sebesar 1,1%, sehingga tidak
memberikan perbedaan yang bermakna secara klinis.

Tabel 5.2. Perbandingan Bersihan Kolon antara Polyethylene Glycol dengan Sodium
Phosphate pada Masing – Masing Preparat

Preparat Bersihan 95%CI


p
Bersihan Adekuat Tidak CER EER ARR NNT
value* Min Mak
Kolon Adekuat
PEG (n=62) 55/62 (88,7) 7/62 (11,3) 0,84 11,3% 10,17% 1,13% 90 -9,9% 12,15%
SP (n=59) 53/59 (89,8) 6/59 (10,2)
Jumlah 108 (89,3) 13 (10,7)
* Uji Chi Square

Penilaian bersihan kolon yang tidak adekuat dinyatakan sebagai event pada
penelitian ini dengan PEG merupakan kontrol terhadap SP sehingga didapatkan
nilai Control Event Rate (CER) pada kelompok PEG sebesar 7/62 (11,30%) dan

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


32

Experiment Event Rate (EER) pada kelompok SP sebesar 6/59 (10,17%).


Berdasarkan hasil tersebut maka didapatkan nilai Absolute Risk Reduction (ARR)
sebesar 41/3658 (1,13%) dengan Relative Risk Reduction (RRR) sebesar
2542/25606 (9,92%), dan Number Needed to Treat (NNT) sebesar 90 orang
dengan IK 95% terhadap ARR antara -9,9% sampai 12,15%. Dengan hasil ARR
sebesar 1,13% didapatkan bahwa hal ini tidak bermakna secara klinis karena SP
hanya mengurangi risiko bersihan tidak adekuat sebesar 1.13%.
Dengan hasil perbedaan yang tidak signifikan secara statistik antara PEG
dengan SP, maka dilakukan evaluasi mengenai perlunya menghitung ulang besar
power penelitian, penelitian ini mendapatkan sampel yang lebih banyak
dibandingkan total minimal sampel selain itu kondisi perbedaan baik statistik
maupun klinis tidak bermakna sehingga penelitian ini tidak memerlukan
penghitungan ulang besar power, akan tetapi bila kita mau menghitung ulang
besar power maka power yang didapatkan sebesar 7,3%.

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


BAB 6
PEMBAHASAN

Studi uji klinis acak tersamar tunggal dilakukan terhadap pasien yang
memiliki indikasi kolonoskopi baik pria dan wanita yang berusia diatas 18 tahun
dalam kurun waktu sejak bulan Maret 2014 sampai September 2014. Pasien
dengan obstruksi kolon, penyakit jantung, penyakit hati berat, penyakit ginjal,
riwayat operasi reseksi usus besar, alergi terhadap PEG atau SP dan tidak bersedia
mengikuti penelitian dieksklusi dari kriteria perekrutan subyek penelitian. Selama
rentang waktu tersebut didapatkan 135 individu yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi, tapi dalam perkembangannya didapatkan bahwa 14 diantaranya
terdapat kekurangan data baik dari data pasien maupun video kolonoskopi yang
akan dinilai sehingga hanya didapatkan 121 subyek penelitian yang memenuhi
kriteria untuk dilakukan analisis, dari 121 individu ini didapatkan sebanyak 59
diantaranya memakai SP dan 62 diantaranya memakai PEG.

6.1. Karakteristik Subyek Penelitian


Sebagian besar pasien merupakan laki – laki, hal ini didapatkan pada
kedua kelompok baik SP sebesar 57,6% dan PEG sebesar 62,9%. Usia yang
terbanyak dari kedua golongan adalah usia dibawah 60 tahun. Pada kelompok
PEG sebesar 67,7% dan SP sebesar 67,8%. Pada penelitian ini, usia dimasukkan
dalam tabel karakteristik dengan batasan diatas 60 sebagai batasan usia lanjut.
Dari hasil penelitian ini didapatkan sebesar 70,9% pada kelompok PEG dan
66,1% pada kelompok SP memiliki tingkat pendidikan sekunder atau lebih tinggi
dengan jumlah tertinggi 43,5% pada kelompok PEG dan 44,1% pada kelompok
SP untuk yang memiliki tingkat pendidikan SMA. Hasil yang sedikit berbeda
didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Nguyen, et al.24 dimana 52%
subyek penelitian adalah laki – laki dengan rerata usia 63,09 tahun dan Chan, et
al.34 dimana 51,2% subyek penelitian adalah laki – laki dengan rerata usia 60,1
tahun dan tingkat pendidikan sekunder atau lebih tinggi sebesar 60,9% serta
Lebwohl, et al.22 dimana 57% diantaranya adalah perempuan dengan usia
terbanyak pada subyek berusia 60 – 69 tahun sebesar 27%. Hubungan sebab

33 Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


34

akibat mengenai jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan dipikirkan


berpengaruh terhadap bersihan kolon yang adekuat. Jenis kelamin laki – laki
dipikirkan menjadi salah satu penyebab bersihan kolon tidak adekuat, karena
wanita memiliki kecenderungan lebih memperhatikan kesehatan dan kebersihan
diri dibandingkan dengan laki – laki, sehingga cenderung lebih peduli untuk
mencari bantuan kesehatan diandingkan dengan laki – laki sehingga dipikirkan
bahwa sifat ini menjadi salah satu keberhasilan persiapan kolonoskopi karena
wanita memiliki kecenderungan untuk mengikuti instruksi persiapan kolon dan
menjalankan dengan baik. Usia lanjut disebutkan mempengaruhi bersihan kolon
karena turunnya motilitas usus akibat faktor usia yang akhirnya mempengaruhi
adekuasi bersihan kolon karena pengosongan lambung menjadi lebih lambat,
sedangkan pendidikan dinyatakan berpengaruh terhadap faktor bersihan karena
adanya pendidikan yang baik menyebabkan instruksi persiapan kolon dapat
dilakukan dengan baik karena tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman instruksi,
meski untuk Indonesia, pada umumnya di dalam satu rumah tidak hidup sendiri
akan tetapi masih ada anggota keluarga lain yang mungkin memiliki peranan
dalam membantu menjalankan instruksi persiapan kolonoskopi.27, 32,48
Hasil
penelitian ini dapat diterapkan dalam aplikasi klinis sehari - hari, karena gambaran
karakteristik sepertiga dari subyek penelitian merupakan usia lanjut, jenis kelamin
terbanyak adalah laki – laki dan tingkat pendidikan yang tinggi lebih banyak.
Diabetes melitus terdapat hanya pada 2 orang (3,4%) pemakai preparat
SP, sedangkan pada preparat PEG tidak didapatkan individu yang memiliki
penyakit diabetes. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya penapisan kriteria
inklusi dan eksklusi di awal, kriteria eksklusi mencakup penyakit ginjal, hati dan
jantung. Sehingga subyek penelitian umumnya adalah pasien yang memang
memiliki keluhan utama yang mengindikasikan kolonoskopi tapi seringkali tidak
memiliki atau belum terjadi kondisi diabetes pada pasien. Selain itu, salah satu
kemungkinan lain adalah kondisi pasien diabetes di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo seringkali sudah memiliki berbagai macam komplikasi seperti
sakit ginjal, jantung maupun hati, karena banyak diantaranya adalah rujukan dari
luar rumah sakit dengan kemungkinan komplikasi sudah terjadi sebelum masuk ke
rumah sakit bahkan sudah pernah dirawat akibat komplikasi dari penyakitnya,

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


35

sehingga sudah tidak diikutsertakan dalam proses penelitian karena masuk kriteria
eksklusi. Hal yang berbeda dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nguyen et al.24 dimana diabetes melitus didapatkan pada 33 (11,3 %) dari 300
subyek sedangkan penelitian ini memiliki subyek sebanyak 121. Selain itu,
penelitian Nguyen juga tidak mengeksklusi pasien yang memiliki sakit ginjal,
hati, jantung karena studi ini merupakan studi retrospektif.24 Penelitian lain
dengan hasil yang tidak jauh berbeda dari penelitian ini dilakukan oleh Marmo et
al.51 melibatkan 868 individu subyek penelitian dan hanya 41 (4,7%) yang
memiliki diabetes. Diabetes berperan penting dalam proses persiapan yang
adekuat, dimana terdapat perbedaan yang signifikan dalam kualitas persiapan
yang jauh lebih baik pada yang non diabetes karena dengan adanya diabetes maka
terjadi dismotilitas gastrointestinal karena gastropati maupun neuropati yang
merupakan komplikasi dari adanya diabetes sehingga menyebabkan waktu transit
melambat.39, 40, 48
Aplikasi klinis pada penelitian ini dapat dipakai pada pasien
yang tidak memiliki diabetes, akan tetapi pada pasien dengan diabetes, masih
mungkin terjadi hasil yang berbeda dibandingkan dengan penelitian ini.
Pada penelitian ini, didapatkan 87,1% mengonsumsi > 90% PEG yang
diberikan, sedangkan pada kelompok SP sebesar 93,2%, sangat sedikit sekali yang
tidak menghabiskan preparat yang diberikan, serta instruksi yang jelas didapatkan
pada seluruh individu dalam kelompok PEG dan hanya 1 (1,7%) saja dalam
kelompok SP menyatakan instruksi tidak jelas. Berdasarkan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Kastenberg et al. sebesar 93,6% pada kelompok SP
menghabiskan preparatnya dan hanya 55,5% di kelompok PEG dengan p value
<0,001.46 Selain itu, Studi penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Liu et al. 35

menyatakan bahwa pemberian instruksi yang jelas berkaitan dengan angka


bersihan kolon yang baik dimana re-edukasi melalui telpon memberikan hasil
bersihan kolon yang lebih baik dan signifikan (p=0,01). Pada penelitian ini
dipikirkan hal ini berkaitan dengan kemudahan pemakaian SP dibandingkan
dengan PEG karena banyaknya jumlah yang harus diminum oleh subyek
penelitian, sebanyak 2 liter PEG harus dikonsumsi dalam waktu singkat
dibandingkan dengan volume yang harus dihabiskan pada pemakaian SP yang
berjumlah total 90 mL. Konsumsi cairan preparat dipikirkan sebagai salah satu

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


36

faktor yang menyebabkan bersihan adekuat, sehingga persiapan kolonoskopi yang


baik dapat tercapai dengan konsumsi cairan preparat sesuai instruksi, karena lebih
dari 80% subyek penelitian kedua kelompok mengkonsumsi preparat >90%
dengan instruksi yang dinyatakan jelas maka didapatkan bersihan yang adekuat
pada pasien penelitian ini. Aplikasi klinis dari penelitian ini dapat dilakukan pada
kondisi sehari – hari, penelitian ini memberikan gambaran bahwa dengan
konsumsi preparat yang baik dan adanya instruksi yang jelas diharapkan bahwa
bersihan kolon akan adekuat untuk dinilai.
Kedua kelompok SP maupun PEG memiliki indeks massa tubuh (IMT)
>23 yang menempati posisi paling besar (50,8% dan 54,8%), dimana proporsi
IMT > 23 yang lebih banyak didapatkan juga pada karakteristik pasien penelitian
34
di Asia yang dilakukan Chan et al. yaitu sebesar 53,5%. Hasil penelitian lain
yang sedikit berbeda dilakukan oleh Singhal et al mendapatkan 37,3% subyek
penelitian memiliki berat badan obese dengan BMI >30, sedangkan penelitian
Fayad et al37. memiliki 35,7% berat badan berlebih dan 47,3% obese. Berat badan
yang berlebih dikatakan sebagai salah satu faktor yang menyebabkan bersihan
kolon yang tidak adekuat, penelitian oleh Fayad bahkan menyatakan bahwa
IMT>28 merupakan faktor independen bersihan tidak adekuat, secara teori
dipikirkan bahwa pasien dengan berat badan berlebih memiliki diet yang buruk
selama ini dan juga aktivitas fisik yang kurang sehingga dipikirkan bisa
mempengaruhi motilitas usus sehingga menyebabkan bersihan kolon menjadi
tidak adekuat. Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada kondisi sehari – hari
dimana pada penelitian ini lebih dari 50% subyek penelitian memiliki IMT > 23
akan tetapi bersihan yang didapat masih tetap adekuat, sehingga kedua preparat
bisa digunakan pada pasien dengan berat badan berlebih.

6.2. Perbandingan Bersihan Kolon antara Polyethylene Glycol dengan


Sodium Phospate
Hasil analisis dengan kappa dari peneliti dan pengamat lain yang menilai
dengan skor BBPS memberikan hasil 0,77 sehingga dapat dikatakan bahwa
penilaian skor BBPS yang dilakukan dalam penelitian ini memiliki nilai baik

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


37

karena reliabilitas antar pengamat dalam penilaian skor pada video yang sama
tidak banyak berbeda.
Keadekuatan bersihan dilakukan dengan skala Boston Bowel Preparation,
penelitian terdahulu ada yang memberikan hasil yang mendukung, akan tetapi
banyak pada penelitian sebelumnya penilaian adekuasi bersihan didapatkan secara
subyektivitas. Pada penelitian ini, skala BBPS memiliki nilai obyektif, dimana
penilaian skoring dilakukan dan kemudian dilakukan total skor.
Nilai skor BBPS bersihan kolon PEG dan SP yang tertinggi ada pada skor
6 dan 7. Pada kelompok PEG didapatkan skor 6 sebesar 38,7% dan skor 7 sebesar
42,4%, sedangkan pada kelompok SP didapatkan skor 6 sebesar 16,1% dan skor 7
sebesar 22%. Nilai pada bersihan sempurna dengan skor 9 didapatkan lebih baik
pada kelompok SP dibandingkan PEG (13,6% dengan 1,6%). Rerata skor BBPS
pada kelompok PEG didapatkan sebesar 5,89 dan pada kelompok SP sebesar 6,34.
Pada penilaian bersihan kolon didapatkan pada kelompok PEG sebesar 88,7%
memiliki bersihan adekuat dan 89,8% pada kelompok SP dengan nilai p sebesar
0,84, menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok
dari segi bersihan kolon secara statistik. Sedangkan dari segi klinis, dari hasil
penelitian terdahulu didapatkan bahwa sebesar 15% perbedaan bersihan yang
dianggap bermakna secara klinis oleh sebab itu hasil perbedaan bersihan kolon
pada penelitian ini tidak bermakna secara klinis. Pada penelitian ini didapatkan
CER sebesar 11,3% dan EER sebesar 10,17% dengan ARR sebesar 1,13%.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa angka kejadian bersihan kolon yang
tidak adekuat lebih banyak terjadi pada kelompok yang menggunakan PEG
dibandingkan SP dan dapat disimpulkan bahwa pemakaian SP menurunkan risiko
bersihan kolon yang tidak adekuat sebesar 1,13% dengan RRR sebesar 9,92%.
Hasil ini konsisten dengan hasil perbedaan rerata skor BBPS antar kelompok
dimana skor kelompok SP lebih tinggi dibanding kelompok PEG. Selain itu dari
hasil analisis didapatkan bahwa NNT sebesar 90 yang berarti bahwa diperlukan
sebanyak 90 subyek yang diberikan SP terlebih dahulu untuk mendapatkan 1
tambahan bersihan kolon yang adekuat. Nilai NNT pada penelitian ini masih
terlalu besar sehingga tidak memberikan gambaran manfaat yang terlalu besar
dibandingkan PEG

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


38

Hasil penelitian lain terdahulu yang mendukung penelitian ini salah


satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kambe et al. dimana SP
memberikan bersihan adekuat sebanyak 100% dibandingkan PEG hanya sebesar
93,7% dengan nilai p sebesar 0,24. Penelitian lain yang dilakukan oleh Young et
al. dimana pasien diberikan PEG yang ditambah dengan tablet bisakodil dan
kelompok lainnya diberikan SP, didapatkan hasil bersihan kolon lebih baik pada
SP, akan tetapi penilaian adekuasi bersihan dinilai oleh operator kolonoskopi
secara subyektif. Sebesar 85% pada kelompok SP mengalami bersihan adekuat
dibandingkan dengan 68% pada kelompok PEG dengan nilai p <0,001.49
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Law et al. juga mendukung penelitian ini
dengan menyatakan bahwa SP memberikan bersihan kolon yang lebih baik
dibandingkan dengan PEG.52 Berbagai macam penelitian lainnya, juga
memberikan hasil mendukung SP dibandingkan dengan PEG dalam hal bersihan
kolon.2, 15, 46
Penelitian lain terdahulu belum ada yang menilai rerata dari skor
yang didapatkan saat dilakukan penelitian karena lebih banyak tidak memakai
skala yang obyektif dan bila ada yang memakai skala, lebih banyak skala
Aronchick dan Ottawa. Walaupun kontroversi bahwa PEG memberikan hasil yang
16, 21
lebih baik juga didapatkan pada beberapa penelitian lainnya. Penelitian
lainnya yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bersihan kolon antara
pemakaian PEG dan SP salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Schanz et al. yang menyatakan bahwa SP memiliki bersihan kolon yang adekuat
sebesar 86,7% dibandingkan dengan PEG dengan nilai bersihan kolon sebesar
85,2% dan nilai p 0,755.53
Evaluasi mengenai kebutuhan penghitungan ulang power penelitian
dilakukan mengingat hasil yang didapat tidak signifikan. Keputusan untuk
menghitung ulang power penelitian bergantung pada besar sampel yang diperoleh
serta hasil penelitian secara klinis. Power penelitian dihitung kembali apabila
besar sampel yang diperoleh belum mencapai besar sampel minimal tapi secara
klinis hasil yang diperoleh bermakna, sedangkan pada penelitian ini besar sampel
minimal terpenuhi dan secara stastik maupun klinis tidak bermakna. Walaupun
besar sampel memenuhi, pada kondisi ini peneliti sebenarnya tidak perlu
menghitung ulang power penelitian karena secara klinis untuk bersihan kolon

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


39

hasil yang diperoleh tidak bermakna. Bila kita tetap melakukan penghitungan
ulang power, maka didapatkan nilai power sebesar 7,3%. Berdasarkan penelitian
terdahulu53, secara klinis bersihan kolon dianggap bermakna bila ada perbedaan
sebesar 15 %, akan tetapi pada penelitian ini perbedaan bersihan kolon antara
kedua preparat hanya sebesar 1,13%, sehingga penyebab secara statistik tidak
bermakna bukan disebabkan karena power penelitian tapi karena perbedaan
proporsi antara kedua preparat yang sangat kecil sehingga menyebabkan tidak
bermakna secara klinis, bukan karena jumlah sampel yang kecil. Sehingga
walaupun penelitian ini dilanjutkan hingga besar sampel didapatkan sampai dua
kali dibanding seharusnya tetap tidak mungkin memperoleh perbedaan yang
secara klinis bermakna. Akan tetapi bila ingin mendapatkan nilai power yang
tinggi, maka penghitungan besar sampel ulang dilakukan. Didapatkan besar
sampel sebesar 10.000 subyek penelitian untuk masing – masing kelompok
preparat agar dapat memberikan power sebesar 80,7% sehingga bisa terjadi
perbedaan yang bermakna secara statistik yang belum tentu bermakna secara
klinis. Bila menilai dari besarnya jumlah NNT, ARR dan hasil perbedaan klinis
yang didapatkan dari penelitian ini, maka sebenarnya kedua preparat tidak
berbeda bermakna secara klinis dalam bersihan kolon, sehingga dapat
disimpulkan bahwa PEG dapat dianggap sama baik dengan SP.
Secara teori, SP dan PEG merupakan dua preparat yang memiliki sifat
berbeda, dengan SP yang merupakan preparat hiperosmotik maka diharapkan
terjadi peningkatan motilitas kolon sehingga bisa membantu evakuasi feses dan
membersihkan kolon, sedangkan PEG yang merupakan preparat isoosmotik
memakai efek mekanik dari jumlah yang diminum, dengan besarnya jumlah yang
diminum oleh PEG diharapkan memberikan efek mekanik sehingga evakuasi
kolon dalam jumlah besar bisa terjadi dan membersihkan kolon dari feses. Dalam
penelitian ini, dilakukan evaluasi sebab akibat dari hasil penelitian, dipikirkan
bahwa dengan adanya kedua efek yang berbeda oleh kedua preparat dalam
mekanisme pembersihan feses maka keduanya memiliki kelebihan tersendiri
dalam membersihkan kolon sehingga bisa memberikan hasil yang sama baiknya
seperti dalam penelitian ini.

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


40

Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan dalam aplikasi klinis sehari – hari
karena pasien yang menjadi subyek penelitian ini merupakan pasien yang dapat
merepresentasikan populasi dengan peranan peranan rumah sakit Cipto
Mangunkusumo sebagai rumah sakit pusat rujukan nasional, kemungkinan pasien
yang datang sangat bervariasi baik dari penyakit maupun segi karakteristik profil
pasien dibandingkan dengan pasien di rumah sakit lain di luar sehingga hasil yang
didapat bisa diaplikasikan terhadap populasi penduduk di Indonesia karena pasien
yang memiliki kasus dan profil pasien bervariasi dengan kemungkinan hingga
kompleks bisa mencapai adekuasi hingga 88 – 89 %. Preparat SP yang merupakan
preparat hiperosmotik membersihkan dengan berpusat pada peningkatan motilitas
sehingga bisa dipikirkan bahwa pasien dengan motilitas usus yang diperkirakan
baik sebelum dilakukan tindakan kolonoskopi akan memberikan hasil lebih baik
atau minimal tidak memberikan hasil yang buruk bila memakai preparat ini,
sedangkan pasien yang akan diberikan PEG dengan proses pembersihan feses
memakai sistem mekanik maka sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang
memiliki kemungkinan terhambatnya proses evakuasi yang mengandalkan jumlah
volume bersihan seperti kemungkinan adanya massa karena diperkirakan tidak
memberikan hasil yang maksimal.

6.3. Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian


Kelebihannya adalah penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali
dilakukan di Indonesia dengan membandingkan preparat SP dan PEG dengan
skala BBPS ini, maka penelitian ini belum ada pembanding lainnya kecuali jurnal
penelitian internasional yang masih mungkin berbeda karena karakteristik dari
jurnal lain mungkin belum sesuai untuk Indonesia.
Penelitian ini juga menggunakan penilaian bersihan kolon secara obyektif
dengan memakai skala Boston Bowel Preparation yang masih jarang dilakukan
penelitian dengan menggunakan skala bersihan kolon yang obyektif dari berbagai
penelitian terdahulu yang menilai bersihan kolon secara subyektif.
Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis acak tersamar tunggal
sehingga memiliki nilai yang baik dalam menggunakan data primer, tidak ada
faktor perancu yang dipikirkan mempengaruhi bersihan kolon selain kedua

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


41

preparat, dengan jumlah sampel yang cukup sehingga bisa menjawab pertanyaan
penelitian dengan baik karena bisa mempelajari hubungan antara bersihan kolon
dengan pemakaian preparat sehingga Penelitian ini bisa memberikan tambahan
pengetahuan dan landasan untuk manajemen pasien yang memerlukan
penanganan dengan kolonoskopi dan menjalani persiapan pembersihan kolon.
Kekurangan dalam penelitian ini adalah bersihan kolon dinilai pada pasien
yang tidak memiliki komorbid seperti gagal jantung, ginjal maupun liver sebagai
upaya dalam pembentukan kelompok yang homogen, akan tetapi untuk penilaian
kelainan hanya dilakukan secara laboratoris dan klinis saja pada saat pasien akan
dilakukan tindakan, penilaian secara struktural melalui alat bantu diagnostik tidak
dilakukan karena keterbatasan waktu dan dana yang harus lebih banyak
dikeluarkan, sedangkan alat bantu diagnostik penilaian struktural bukanlah
merupakan keharusan dalam persiapan kolonoskopi. Untuk mengantisipasi hal ini,
maka sebaiknya bila akan dilakukan penelitian kembali, maka disarankan untuk
dilakukan penilaian secara struktural agar lebih obyektif.
Pada penelitian ini tidak dilakukan pembagian yang lebih rinci mengenai
bersihan yang adekuat, seperti apakah adekuat sempurna, sedang atau optimal saja
karena peneliti tidak mendapatkan kisaran angka yang dinyatakan sedang, optimal
dari berbagai literatur yang sudah didapatkan. Untuk mengantisipasi hal ini,
disarankan pada penelitian selanjutnya untuk mencari titik potong yang dianggap
bersihan kolon sedang atau optimal.
Desain penelitian uji klinis ini dipikirkan sudah sesuai untuk menilai
bersihan kolon berdasarkan preparat yang diberikan, akan tetapi, karena indikasi
kolonoskopi pada subyek penelitian kadang tidak sama, sehingga akan lebih baik
bila penelitian selanjutnya dilakukan pada populasi yang memiliki penyakit yang
sama dengan penelitian ini sebagai dasar pembanding penelitian selanjutnya.
Keterbatasan lain pada penelitian ini adalah kemungkinan terjadinya recall
bias yang dilakukan oleh pasien dalam pelaporan jumlah cairan yang diminum,
untuk mengantisipasi kejadian ini, peneliti meminta subyek penelitian membawa
sisa cairan yang diminum, akan tetapi subyek mungkin saja melaporkan data yang
tidak sesuai kenyataan mengenai banyaknya jumlah preparat yang diminum
maupun kemungkinan membuang cairan yang harusnya diminum dan membawa

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


42

sisa yang sudah dibuang. Untuk mengantisipasi terjadinya pelaporan data yang
tidak sesuai, edukasi mengenai pentingnya untuk dilakukan tindakan secara baik
dan benar sehingga memberikan hasil yang terbaik untuk pasien dilakukan
kembali satu hari sebelum tindakan pada saat hari persiapan, kemudian selain itu
dimintakan kerja sama untuk memantau persiapan kolonoskopi pasien selama
berada di rumah oleh anggota keluarga yang tinggal bersama. Pasien juga
sebaiknya diminta untuk membawa sisa hasil cairan preparat untuk kemudian
dilakukan pengukuran secara manual oleh peneliti.
Selain itu bias lain yang mungkin terjadi adalah kemungkinan bahwa
instruksi yang kurang jelas bisa saja dirasakan oleh subyek penelitian akan tetapi
mungkin saja subyek penelitian tidak ingin menceritakan kepada peneliti, oleh
sebab itu untuk mengantisipasi terjadinya hal ini maka dalam pemberian instruksi
untuk persiapan tindakan umumnya pasien diminta mengulang instruksi yang
sudah diberikan dan diberitahu ulang bila masih terdapat kesalahan sehingga
diharapkan bisa mengatasi kondisi itu

6.4. Generalisasi Hasil Penelitian


Pada bagian akhir dari pembahasan ini, akan sedikit diulas mengenai seberapa
jauh hasil penelitian ini bisa diaplikasikan pada populasi yang lebih luas, sesuai
dengan prinsip representasi sampel terhadap populasi dan teknik pengambilan
sampel, maka penilaian generalisasi dilakukan terhadap validitas interna serta
validitas eksterna I dan II.
Penilaian terhadap validitas interna dilakukan dengan memperhatikan
apakah subyek yang menyelesaikan penelitian (actual study subjects) dapat
mempresentasikan sampel yang memenuhi kriteria pemilihan subyek (intended
sample). Pada penelitian ini, subyek yang berhasil direkrut sebanyak 121 orang
atau sebesar 114% dari jumlah sampel minimal yang dibutuhkan yaitu 106 orang
dengan minimal 53 individu di masing – masing kelompok, sedangkan penelitian
ini memiliki 62 subyek dari kelompok PEG dan 59 subyek dari kelompok SP.
Selain itu subyek yang direkrut berhasil menyelesaikan penelitian sehingga dapat
merepresentasikan sampel yang memenuhi kriteria pemilihan subyek. Power
penelitian diinginkan sebesar 80%, pada penelitian ini jumlah sampel minimal

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


43

terpenuhi akan tetapi hasil yang didapat tidak bermakna secara klinis, sehingga
sebenarnya penghitungan ulang power tidak usah dilakukan, akan tetapi jika kita
tetap menghitung ulang power dengan nilai perbedaan proporsi yang kecil maka
nilai power menjadi rendah hanya sebesar 7,3% sangat jauh dari power yang
diinginkan, dengan power ini jumlah pasien untuk bisa bermakna secara statistik
sangat kurang, akan tetapi perlu diingat bahwa secara klinis perbedaan proporsi
bersihan kolon antara kedua preparat tidak bermakna. Atas dasar ini, validitas
interna dari penelitian ini diperkirakan cukup baik.
Untuk validitas eksterna I, penilaian dilakukan terhadap representasi
subyek yang direkrut sesuai dengan kriteria pemilihan (intended sample) terhadap
populasi terjangkau (accessible population). Populasi terjangkau penelitian ini
adalah pasien rawat jalan dari poliklinik gastroenterologi atau rawat inap di RS.
Cipto Mangunkusumo yang akan dilakukan kolonoskopi di pusat endoskopi
saluran cerna (PESC). Teknik perekrutan subyek dari populasi terjangkau diambil
secara konsekutif yaitu semua pasien yang memenuhi kriteria penelitian. Teknik
perekrutan subyek ini merupakan jenis nonprobability sampling yang paling baik
untuk mempresentasikan populasi terjangkau. Sehingga validitas eksterna I
dianggap cukup baik karena dipikirkan dapat merepresentasikan populasi
terjangkau.
Terdapat bias dalam studi uji coba klinis ini karena pasien yang datang
untuk dilakukan kolonoskopi umumnya sebagian besar merupakan pasien rujukan
yang mungkin saja memiliki karakteristik berbeda dari pasien yang ada pada
umumnya di rumah sakit non rujukan, sehingga bisa saja terjadi bias dalam
penelitian ini, sehingga validitas eksterna II dari penelitian ini dianggap kurang
baik karena adanya bias yang sulit dihindari pada penelitian ini.

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dan klinis dalam
bersihan kolon dari kedua preparat yang sering diberikan untuk persiapan
kolonoskopi yaitu sodium phosphate dan polyethylene glycol.

7.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai bersihan kolon
berdasarkan kedua preparat yang diberikan ini dan dilakukan penilaian terhadap
faktor ketidaknyamanan pada penggunaan yang memungkinkan berpengaruh
terhadap bersihan kolon pada pasien seperti jumlah yang sanggup diminum,
alasan tidak habis bila memang ada, rasa yang tidak enak, jumlah waktu yang
diberikan untuk menghabiskan preparat hingga pemberian preparat yang
sebaiknya dijadikan dalam satu waktu atau dapat dipisah menjadi dua kali
pemberian sehingga dapat dipergunakan untuk memperbaiki pedoman pemberian
persiapan kolonoskopi.
Perlunya dilakukan penilaian batasan cairan yang optimal diberikan agar
mendapatkan hasil bersihan kolon yang adekuat, seperti jumlah volume cairan
yang diminum secara detail hingga ke cc volume cairan, jika perlu dengan titik
potong optimal agar penilaian jumlah cairan yang lebih detail didapatkan untuk
optimalisasi hasil bersihan.
Perlunya dilakukan studi lebih lanjut mengenai kemungkinan pemakaian
preparat pada pasien dengan kondisi khusus seperti gagal ginjal, liver ataupun
jantung dengan mempertimbangkan risiko terjadinya perubahan elektrolit,
maupun hasil laboratorium lain seperti ureum, kreatinin dan kemungkinan gejala
klinis lain yang dialami sebagai penelitian lanjutan, studi ini dapat menjadi dasar
untuk pembanding pada pasien yang tidak memiliki gangguan tersebut karena
pada studi ini pasien tidak memiliki faktor komorbid tersebut.

Universitas Indonesia

44
Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014
45

RINGKASAN

Bersihan kolon adekuat diperlukan untuk diagnosis dan terapi yang tepat
bagi pasien sehingga diperlukan gambaran mukosa kolon yang dapat dinilai
secara memadai oleh operator tindakan. Dua preparat yang umum digunakan di
Indonesia dalam persiapan kolonoskopi adalah polyethylene glycol (PEG) dan
sodium phosphate (SP). Penelitian terdahulu di dunia internasional masih
kontroversi antar kedua preparat dalam bersihan kolon yang adekuat. Hingga kini,
penelitian mengenai bersihan kolon adekuat diantara kedua preparat tersebut
belum pernah dilakukan pada populasi penduduk di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan desain studi uji klinis acak tersamar tunggal pada 121 pasien
berusia lebih dari 18 tahun di poliklinik atau rawat inap di RSCM yang akan
dilakukan kolonoskopi di PESC periode Maret – September 2014 yang tidak
menderita sakit ginjal, liver, jantung ataupun memiliki penyakit kolon obstruksi.
Diagnosis penyakit serta keterangan mengenai data diri pasien akan ditelusuri
melalui wawancara dan data pada rekam medik pasien. Bersihan kolon dinilai
menggunakan Boston Bowel Preparation Scale (BBPS) oleh dua orang yaitu
peneliti dan pengamat lain, kemudian dilakukan analisis reliabilitas antar
pengamat menggunakan kappa. Analisis dilakukan dengan intention to treat.
Bersihan kolon dinilai pada kelompok PEG dan SP dengan menggunakan
besar proporsi dan rerata skor BBPS yang kemudian dilanjutkan dengan analisis
bivariat uji chi-square untuk menentukan hubungan antara bersihan kolon dan
preparat yang digunakan. Selain itu, dilakukan pula analisis CER, EER, ARR,
RRR, dan NNT untuk menyatakan kepentingan penelitian. Bersihan kolon
adekuat kelompok PEG sebesar 88,7% dan SP 89,8% (nilai p=0,84). Nilai BBPS
sempurna kelompok PEG sebesar 1,6% dengan rerata skor 5,89. Sedangkan nilai
BBPS sempurna kelompok SP sebesar 13,6% dengan rerata skor 6,34. Nilai CER
dan EER didapatkan sebesar 11,3% dan 10,17% dengan ARR 1,13% dan RRR
9,92%. NNT untuk SP adalah 90 dengan IK95% antara -9,9% hingga 12,15%.
Efek samping paling sering pada PEG adalah mual (19,4%) dan pada SP adalah
rasa tidak enak (5,1%). Dapat disimpulkan dari penelitian ini tidak didapatkan
perbedaan bermakna antara PEG dan SP terhadap bersihan kolon.

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


46

SUMMARY

Adequate clearance of the colon is needed for accurate diagnosis and


patients’ treatment, therefore, it is important to have a good vision of the colon
mucosa that can be examined thoroughly by the operator. Polyethylene glycol and
sodium phosphate are commonly used as bowel preparation lavages in Indonesia.
Previous international studies still have controversy about adequate bowel
clearance between the two lavages. Up until now, there are no studies that
compare the adequacy of colon preparation between PEG and SP in Indonesia.
This study used single blind randomized clinical trial on 121 patients aged over 18
years old in outpatient or inpatient setting at the Cipto Mangunkusumo hospital
who had colonoscopy performed in gastrointestinal endoscopy center (PESC)
between March to September 2014. Subjects excluded if had kidney, liver, and
heart disease or had colon obstruction. Parameters such as diagnosis of the disease
and personal data obtained through interviews and medical records. Analysis was
made by intention to treat.
Assessment of adequate colon clearance evaluated using the Boston Bowel
Preparation Scale (BBPS) by two investigators namely researcher and observer
and analyzed the inter-observer reliability using kappa (κ). Colon clearance
evaluated in each group of PEG and SP by using proportion and BBPS mean
score which continued by bivariate analysis using chi-square to determine
association between colon clearance and lavage used. Furthermore, we performed
analysis for CER, EER, ARR, RRR, and NNT to show the importance of the
study. Adequate colon clearance obtained in PEG was 88.7% and SP 89.8% (p
value=0.84). Perfect BBPS score in PEG was 1.6% with mean score 5.89 while in
SP, perfect BBPS score was 13.6% with mean score 6.34. CER and EER value
were 11.3% and 10.17% with ARR 1.13% and RRR 9.92%. NNT for SP was 90
with 95%CI between -9,9% and 12,15%. The most common side effect in PEG
was nausea (19.4%) and in SP was unpleasant taste (5.1%). In conclusion, there
was no significant difference between PEG and SP in terms of adequate colon
clearance.

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


47

DAFTAR PUSTAKA

1. Rex DK, Petrini JL, Baron TH, Chak A, Cohen J, Deal SE, et al. Quality
indicators for colonoscopy. Am J Gastroenterol. 2006 Apr;101(4):873-85.
2. Wexner SD, Beck DE, Baron TH, Fanelli RD, Hyman N, Shen B, et al. A
consensus document on bowel preparation before colonoscopy: prepared
by a task force from the American Society of Colon and Rectal Surgeons
(ASCRS), the American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE),
and the Society of American Gastrointestinal and Endoscopic Surgeons
(SAGES). Gastrointest Endosc. 2006 Jun;63(7):894-909.
3. Halbert CH, Barg FK, Guerra CE, Shea JA, Armstrong K, Ferguson M, et
al. Cultural, Economic, and Psychological Predictors of Colonoscopy in a
National Sample. J Gen Intern Med. 2011;26(11):1311-6.
4. Stock C, Haug U, Brenner H. Population-based prevalence estimates of
history of colonoscopy or sigmoidoscopy: review and analysis of recent
trends. Gastrointest Endosc. 2010 Feb;71(2):366-81 e2.
5. Heitman SJ, Manns BJ, Hilsden RJ, Fong A, et al. Cost-effectiveness of
computerized tomographic colonography versus colonoscopy for
colorectal cancer screening. CMAJ. 2005;173(8):877-81.
6. Pezzoli A, Matarese V, Rubini M, Simoni M, Caravelli GC, Stockbrugger
R, et al. Colorectal cancer screening: results of a 5-year program in
asymptomatic subjects at increased risk. Dig Liver Dis. 2007 Jan;39(1):33-
9.
7. Klabunde CN, Lanier D, Nadel MR, McLeod C, Yuan G, Vernon SW.
Colorectal cancer screening by primary care physicians: recommendations
and practices, 2006-2007. Am J Prev Med. 2009 Jul;37(1):8-16.
8. Liu X, Tavanapong W, Wong J, Oh J, de Groen PC. Automated
measurement of quality of mucosa inspection for colonoscopy. Procedia
Computer Science. 2010 May;1(1):951-60.
9. Lieberman D, Nadel M, Smith RA, Atkin W, Duggirala SB, Fletcher R, et
al. Standardized colonoscopy reporting and data system: report of the

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


48

Quality Assurance Task Group of the National Colorectal Cancer


Roundtable. Gastrointest Endosc. 2007 May;65(6):757-66.
10. Society AC. Colorectal Cancer Facts & Figures 2011-2013. American
Cancer Society Atlanta, GA; 2011.
11. Subramanian S, Klosterman M, Amonkar MM, Hunt TL. Adherence with
colorectal cancer screening guidelines: a review. Prev Med. 2004
May;38(5):536-50.
12. Hassan C, Bretthauer M, Kaminski MF, Polkowski M, Rembacken B,
Saunders B, et al. Bowel preparation for colonoscopy: European Society
of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE) Guideline. Endoscopy. 2013
Feb;45(2):142-55.
13. Mansouri D, McMillan DC, Crighton EM, Horgan PG. Screening for
colorectal cancer: What is the impact on the determinants of outcome? Crit
Rev Oncol Hematol. 2013 Mar;85(3):342-9.
14. Froehlich F, Wietlisbach V, Gonvers JJ, Burnand B, Vader JP. Impact of
colonic cleansing on quality and diagnostic yield of colonoscopy: the
European Panel of Appropriateness of Gastrointestinal Endoscopy
European multicenter study. Gastrointest Endosc. 2005 Mar;61(3):378-84.
15. Hsu CW, Imperiale TF. Meta-analysis and cost comparison of
polyethylene glycol lavage versus sodium phosphate for colonoscopy
preparation. Gastrointest Endosc. 1998 Sep;48(3):276-82.
16. Lee J, McCallion K, Acheson AG, Irwin ST. A prospective randomised
study comparing polyethylene glycol and sodium phosphate bowel
cleansing solutions for colonoscopy. Ulster Med J. 1999 Nov;68(2):68-72.
17. Arora M, Senadhi V, Arora D, Weinstock J, Dubin E, Okolo III PI, et al. A
critical evaluation and a search for the ideal colonoscopic preparation. Clin
Res Hepatol Gastroenterol. 2013;37(2):200-6.
18. Barkun A, Chiba N, Enns R, Marcon M, Natsheh S, Pham C, et al.
Commonly used preparations for colonoscopy: efficacy, tolerability, and
safety--a Canadian Association of Gastroenterology position paper. Can J
Gastroenterol. 2006 Nov;20(11):699-710.

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


49

19. Belsey J, Epstein O, Heresbach D. Systematic review: oral bowel


preparation for colonoscopy. Aliment Pharmacol Ther. 2007 Feb
15;25(4):373-84.
20. Kambe H, Yamaji Y, Sugimoto T, Yamada A, Watabe H, Yoshida H, et
al. A randomized controlled trial of sodium phosphate tablets and
polyethylene glycol solution for polyp detection. J Dig Dis.
2012;13(7):374-80.
21. Juluri R, Eckert G, Imperiale TF. Polyethylene glycol vs. sodium
phosphate for bowel preparation: a treatment arm meta-analysis of
randomized controlled trials. BMC Gastroenterol. 2011;11:38.
22. Lebwohl B, Wang TC, Neugut AI. Socioeconomic and other predictors of
colonoscopy preparation quality. Dig Dis Sci. 2010 Jul;55(7):2014-20.
23. Ness RM, Manam R, Hoen H, Chalasani N. Predictors of inadequate
bowel preparation for colonoscopy. Am J Gastroenterol. 2001
Jun;96(6):1797-802.
24. Nguyen DL, Wieland M. Risk factors predictive of poor quality
preparation during average risk colonoscopy screening: the importance of
health literacy. J Gastrointestin Liver Dis. 2010 Dec;19(4):369-72.
25. Rostom A, Jolicoeur E, Dubé C, Grégoire S, Patel D, Saloojee N, et al. A
randomized prospective trial comparing different regimens of oral sodium
phosphate and polyethylene glycol–based lavage solution in the
preparation of patients for colonoscopy. Gastrointest endosc.
2006;64(4):544-52.
26. Parente F, Marino B, Crosta C. Bowel preparation before colonoscopy in
the era of mass screening for colo-rectal cancer: a practical approach. Dig
Liver Dis. 2009 Feb;41(2):87-95.
27. Messmann H, Barnert J. Atlas of Colonoscopy : Techniques, Diagnosis,
Interventional Procedures. New York, NY, USA: Thieme Medical
Publishers, Incorporated; 2005.
28. Chen C-C, Basch CE, Yamada T. An Evaluation of Colonoscopy Use:
Implications for Health Education. J Cancer Educ. 2010;25(2):160-5.

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


50

29. Committee AT, Mamula P, Adler DG, Conway JD, Diehl DL, Farraye FA,
et al. Colonoscopy preparation. Gastrointest Endosc. 2009 Jun;69(7):1201-
9.
30. Winawer S, Fletcher R, Rex D, Bond J, Burt R, Ferrucci J, et al. Colorectal
cancer screening and surveillance: clinical guidelines and rationale-Update
based on new evidence. Gastroenterology. 2003 Feb;124(2):544-60.
31. Early DS, Ben-Menachem T, Decker GA, Evans JA, Fanelli RD, Fisher
DA, et al. Appropriate use of GI endoscopy. Gastrointest Endosc.
2012;75(6):1127-31.
32. Davis GR, Santa Ana CA, Morawski SG, Fordtran JS. Development of a
lavage solution associated with minimal water and electrolyte absorption
or secretion. Gastroenterology. 1980 May;78(5 Pt 1):991-5.
33. Aoun E, Abdul-Baki H, Azar C, Mourad F, Barada K, Berro Z, et al. A
randomized single-blind trial of split-dose PEG-electrolyte solution
without dietary restriction compared with whole dose PEG-electrolyte
solution with dietary restriction for colonoscopy preparation. Gastrointest
endosc. 2005;62(2):213-8.
34. Chan WK, Saravanan A, Manikam J, Goh KL, Mahadeva S. Appointment
waiting times and education level influence the quality of bowel
preparation in adult patients undergoing colonoscopy. BMC Gastroenterol.
2011;11:86.
35. Liu X, Luo H, Zhang L, Leung FW, Liu Z, Wang X, et al. Telephone-
based re-education on the day before colonoscopy improves the quality of
bowel preparation and the polyp detection rate: a prospective,
colonoscopist-blinded, randomised, controlled study. Gut. 2014
Jan;63(1):125-30.
36. Hassan C, Fuccio L, Bruno M, Pagano N, Spada C, Carrara S, et al. A
predictive model identifies patients most likely to have inadequate bowel
preparation for colonoscopy. Clin Gastroenterol Hepatol. 2012
May;10(5):501-6.

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


51

37. Fayad NF, Imperiale TF, Abd El-Jawad K, Shin A, Shah S, Lane KA, et
al. Su1335 Association of Body-Mass Index and Split Bowel Preparation
Quality- Interim Analysis. Gastrointestinal endoscopy. 2012;75(4):AB297.
38. Singhal S, Singh M, Basi PS, Mathur S, Bahga H, Momeni M, et al.
Tu1410 Does Obesity Have an Impact on Bowel Preparation for Screening
Colonoscopy? A Prospective Study Using the Boston Bowel Preparation
Score. Gastrointestinal endoscopy. 2011;73(4):AB399-AB400.
39. Chung YW, Han DS, Park KH, Kim KO, Park CH, Hahn T, et al. Patient
factors predictive of inadequate bowel preparation using polyethylene
glycol: a prospective study in Korea. J Clin Gastroenterol. 2009 May-
Jun;43(5):448-52.
40. Taylor C, Schubert ML. Decreased efficacy of polyethylene glycol lavage
solution (golytely) in the preparation of diabetic patients for outpatient
colonoscopy: a prospective and blinded study. Am J Gastroenterol. 2001
Mar;96(3):710-4.
41. Harewood GC, Sharma VK, de Garmo P. Impact of colonoscopy
preparation quality on detection of suspected colonic neoplasia.
Gastrointest Endosc. 2003 Jul;58(1):76-9.
42. Thomas-Gibson S, Rogers P, Cooper S, Man R, Rutter MD, Suzuki N, et
al. Judgement of the quality of bowel preparation at screening flexible
sigmoidoscopy is associated with variability in adenoma detection rates.
Endoscopy. 2006 May;38(5):456-60.
43. Lebwohl B, Kastrinos F, Glick M, Rosenbaum AJ, Wang T, Neugut AI.
The impact of suboptimal bowel preparation on adenoma miss rates and
the factors associated with early repeat colonoscopy. Gastrointest Endosc.
2011 6//;73(6):1207-14.
44. Lai EJ, Calderwood AH, Doros G, Fix OK, Jacobson BC. The Boston
bowel preparation scale: a valid and reliable instrument for colonoscopy-
oriented research. Gastrointest Endosc. 2009 Mar;69(3 Pt 2):620-5.
45. Rostom A, Jolicoeur E. Validation of a new scale for the assessment of
bowel preparation quality. Gastrointest Endosc. 2004 Apr;59(4):482-6.

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


52

46. Kastenberg D, Chasen R, Choudhary C, Riff D, Steinberg S, Weiss E, et


al. Efficacy and safety of sodium phosphate tablets compared with PEG
solution in colon cleansing: Two identically designed, randomized,
controlled, parallel group, multicenter phase III trials. Gastrointestinal
Endoscopy. 2001 12//;54(6):705-13.
47. PERKENI P. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus
Tipe2 di Indonesia 2011.
48. Romero RV, Mahadeva S. Factors influencing quality of bowel
preparation for colonoscopy. World J Gastrointest Endosc. 2013 Feb
16;5(2):39-46.
49. Young CJ, Simpson RR, King DW, Lubowski DZ. Oral sodium phosphate
solution is a superior colonoscopy preparation to polyethylene glycol with
bisacodyl. Dis Colon Rectum. 2000 Nov;43(11):1568-71.
50. McHugh ML. Interrater reliability: the kappa statistic. Biochem Med
(Zagreb). 2012;22(3):276-82.
51. Marmo R, Rotondano G, Riccio G, Marone A, Bianco MA, Stroppa I, et
al. Effective bowel cleansing before colonoscopy: a randomized study of
split-dosage versus non-split dosage regimens of high-volume versus low-
volume polyethylene glycol solutions. Gastrointest Endosc. 2010
Aug;72(2):313-20.
52. Law WL, Choi HK, Chu KW, Ho JW, Wong L. Bowel preparation for
colonoscopy: a randomized controlled trial comparing polyethylene glycol
solution, one dose and two doses of oral sodium phosphate solution. Asian
J Surg. 2004 Apr;27(2):120-4.
53. Schanz S, Kruis W, Mickisch O, Kuppers B, Berg P, Frick B, et al. Bowel
Preparation for Colonoscopy with Sodium Phosphate Solution versus
Polyethylene Glycol-Based Lavage: A Multicenter Trial. Diagn Ther
Endosc. 2008;2008:713521.

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


53

Lampiran 1

Boston Bowel Preparation Scale

Skor Boston Bowel Segmen Kanan Segmen Segmen Kiri


Preparation Scale Transversum
(caecum & kolon (kolon desendens,
asendens) (kolon transvesum, kolon sigmoid
fleksura hepatic & &rectum. )
splenik)

Keterangan :

0 mukosa segmen kolon tidak terlihat, ada feses solid yang tidak bisa
dibersihkan.
1 Sebagian mukosa kolon terlihat, tapi area lain dari segmen tersebut tidak
bisa dilihat dengan baik karena ada sisa feses atau perlengketan feses di
dinding dan atau cairan.
2 Ada sejumlah kecil residu cairan, fragmen kecil feses, dan atau cairan akan
tetapi mukosa dari segmen kolon terlihat dengan baik.
3 Seluruh mukosa kolon terlihat dengan baik, tidak ada sisa cairan
maupun feses.

NB : Bila tidak dapat dilakukan kolonoskopi karena skop tidak bisa melihat
apapun, maka diberikan skor 0

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


54

Lampiran 2

Lembar Data Penelitian

PERBANDINGAN BERSIHAN KOLON ANTARA


POLYETHYLENE GLYCOL DAN SODIUM PHOSPHATE
PADA PERSIAPAN KOLONOSKOPI

NAMA : CAIRAN YANG DIMINUM :


USIA : JUMLAH CAIRAN YANG DIMINUM:
PENDIDIKAN TERAKHIR : NOMOR TELEPON :
JENIS KELAMIN : JAMINAN :
ADA DIABETES : Y/T ALAMAT :
TANGGAL TINDAKAN : TINGGI BADAN / BERAT BADAN :
DIAGNOSIS : HASIL LAPORAN KOLONOSKOPI :
BERSIHAN ADEKUAT / TIDAK
NOMOR PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anda menerima instruksi yang jelas
mengenai pemakaian obat ?

Tahukah anda, nama obat yang anda minum?

Jika tidak, apakah anda :


 Diminta meminum obat dengan air + 1-2 liter?
 Diminta meminum dua kali dengan jumlah air +
1 gelas aqua (250 cc)
2 Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti
instruksi?
3 Apakah jumlah cairan yang diminum bisa anda
habiskan semuanya?

Jika tidak habis, berapa banyak yang anda bisa


minum ?
 Kurang dari setengah(<1/2)
 Lebih dari setengah (>1/2)
 Jumlah sisa : ________ cc
4 Apakah ada efek samping yang dirasakan oleh
cairan yang anda minum?
 Mual
 Muntah
 Alergi
 Rasa Tidak Enak
5 Bila anda membutuhkan kolonoskopi pada masa
mendatang, apakah anda akan memilih cairan ini
sebagai pembersih?

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


55

Lampiran 3
Lembar Informasi Penelitian kepada Pasien

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


56

Lampiran 3 (Lanjutan)
Lembar Informasi Penelitian kepada Pasien

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


57

Lampiran 4

Keterangan Lolos Kaji Etik

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014


58

Lampiran 5

Sertifikat CME BBPS Educational Program

Universitas Indonesia

Perbandingan bersihan…, Intan Airlina Febiliawanti, FK UI, 2014

You might also like