Professional Documents
Culture Documents
Nim : 1713211004
Matkul : Media Komunikasi Gizi
D. Pengampu : Tyas Permatasaru,S.Gz, M.Si
UTS
1.Carilah jurnal ilmiah dari sumber yang valid berdasarkan topickyang kamu pilih terkait media
komunikasi gizi, baik jurnal nasional maupun internasional. Kemudian Pilihlah 3 Topik dari
pilihan berikut kemudian analisilah!
A. Obesitas
B. Anemia
C. Kekurangan Yodium
A. OBESITAS
1. Judul :
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja
2. Penulis :
Weni
Kurdanti1 ,
Isti
Suryani1 ,
Nurul Huda
Syamsiatun
1 , Listiana
Purnaning
Siwi1 ,
Mahardika
Marta
Adityanti1 ,
Diana
Mustikanin
gsih1 ,
Kurnia
Isnaini
Sholihah1
3. Nama Jurnal :
4. Tahun : 2015
5. Volume : 11
6. Halaman : 179-190
7. Abstrak :
ABSTRACT Background: The cause of obesity in adolescents is multifactorial. Increased
consumption of fast food (fast food), lack of physical activity, genetic factors, the influence of
advertising, psychological factors, socioeconomic status, diet, age, and gender are all factors that
contribute to changes in energy balance and lead to obesity. Objective: To determine the factors
that affect the incidence of obesity in adolescents. Methods: A case-control study with a total of
144 subjects, cases are obese adolescents (BMI / u> + 2sd) and controls were non-obese
adolescents. The independent variable is the macronutrient intake, fiber intake, the pattern of
consumption of fast food, the consumption patterns of food / sugary beverages, physical activity,
psychological factors (self-esteem), genetic factors, and intake of breakfast, while the dependent
variable was the incidence of obesity. Data analysis using chi-square test and logistic regression.
Results: Factors significantly associated (p
8. Objective:
9. Method: Penelitian case control dengan total 144 subjek, kasus adalah remaja obesitas (IMT/U
> +2SD) dan kontrol adalah remaja non-obesitas. Variabel bebas adalah asupan zat gizi makro,
asupan serat, pola konsumsi fast food, pola konsumsi makanan/minuman manis, aktivitas fisik,
faktor psikologis (harga diri), faktor genetik, dan asupan sarapan pagi, sedangkan variabel terikat
adalah kejadian obesita
10. Results:
Factors significantly associated (p <0.05) and a risk factor for obesity in adolescent is energy
intake (or = 4.69; ci: 2.12 to 10.35); fat (or = 2.34; ci: 1.19 to 4.57); carbohydrates (or = 2.64;
ci: 1.34 to 5.20); the frequency of fast food (or = 2.47; ci: 1.26 to 4.83); and the morning
breakfast intake (or = 5.24; ci: 2.56 to 10.71).
11. Hasil Analisis : HASIL
Karakteristik subjek
Berdasarkan Tabel 1, nilai p pada variabel umur, jenis kelamin, dan asal sekolah adalah sama
yaitu 1,000. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut bersifat homogen karena pada
penelitian ini dilakukan matching
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian (n=144)
Karakte Status obesitas p
ristik Obesitas N
(Kasus) o
n
-
o
b
e
s
i
t
a
s
(
K
o
n
t
r
o
l
)
n %n %
Pekerjaan ayah 0,368
PNS 1 1 9 1
2 6 2
, ,
7 5
TNI/PO 1 1 1 1
LRI , ,
4 4
Pegawai 2 3 3 4
swasta 7 7 5 8
, ,
5 6
Pedagan 2 2 2 3
g/wiraus 1 9 2 0
aha , ,
2 6
Buruh/S 1 1 2 2
erabutan , ,
4 8
Pensiuna 7 9 1 1
n , ,
7 4
Tidak 3 4 2 2
bekerja , ,
2 8
Pekerjaan Ibu 0,290
PNS 1 1 1 1
4 9 4 9
, ,
4 4
TNI/PO 1 1 0 0
LRI ,
4
Pegawai 1 2 7 9
swasta 5 0 ,
, 7
8
Pedagan 1 1 1 2
g/wiraus 2 6 7 3
aha , ,
7 6
Pensiuna 1 1 0 0
n ,
4
Tidak 2 4 3 4
bekerja 9 0 4 7
, ,
3 2
Pendidikan terakhir ayah
Tidak 1 1,4 0 0,0 0,570
sekolah/
tidak
tamat
SD
Tamat 1 1,4 3 4,2
SLTP/
sederajat
Tamat 19 26,4 19 26,8
SLTA/se
derajat
Tamat 51 70,8 50 69,4
PT
Pendidikan Terakhir Ibu 0,520
Tidak 0 0 2 2
sekolah/ , ,
tidak 0 8
tamat
SD
Tamat 2 2 2 2
SLTP/ , ,
sederajat 8 8
Tamat 1 2 2 2
SLTA/se 9 6 1 9
derajat , ,
4 2
Tamat 5 7 4 6
PT 1 0 7 5
, ,
8 3
12. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian (Bisa dari jurnal bisa dari Analisis Masing-
masing Individu)
13. Kesimpulan dan saran : Remaja yang memiliki asupan energi, lemak, dan karbohidrat
berlebih, frekuensi konsumsi fast food, aktivitas fisik tidak aktif, memiliki ibu dan ayah dengan
status obesitas, serta tidak sarapan, berisiko lebih terhadap terjadinya obesitas. Remaja rentan
akan risiko obesitas sebaiknya diberi edukasi dengan media yaitu untuk memperbaiki asupan
makanan khususnya asupan energi dengan memperhatikan keseimbangan asupan zat gizi protein,
lemak dan karbohidrat.
b. anemia
1. Judul : Pengaruh taburia terhadap status anemia dan status gizi balita gizi
kurang
2. Penulis : Wahyuni Kunayarti1, Madarina Julia2, Joko Susilo3
3. Nama Jurnal : jurnal gizi klinik indonesia
4. Tahun : No. 04 Juli • 2014
5. Volume : 11
6. Halaman : Halaman 38-47
7. Abstrak
ABSTRACT
Background: Micronutrient defi ciency seriously contributes to child morbidity and mortality.
The need for micronutrient can be
fulfi lled from food, fortifi ed food, and direct supplementation. Taburia is multivitamin
multimineral that is aimed to meet the need
for micronutrient of undernourished underfi ves and to prevent the increased prevalence of
undernourishment. It is necessary effi cacy
and effectiveness study of Taburia to anemia and nutritional status of undernourished underfi
ves of 24-55 months. Objective: To
identify the effect of Taburia supplementation to anemia and nutrition status of underfi ves at
District of Lombok Timur. Method:
The study was experimental with prospective cohort study design carried out at District of
Lombok Timur, Province of Nusa
Tenggara Barat. Subject of the study were undernourished underfi ves at the area of Nutrition
Improvement Community through
Empowerment (NICE) project. The independent variables were Taburia and biscuits; the
dependent variables were anemia and
nutrition status; and the external variables were intake of energy, protein, vitamin A, vitamin C,
Fe and zinc. Data analysis used
ANOVA and paired t-test. Results: There was signifi cant difference in average level of
hemoglobin of the subject after intervention,
either in taburia group, biscuit group, or taburia+biscuit group (p<0.05). There was difference
in average weight after intervention
in the three groups (p<0.05). There was no signifi cant difference in average level of hemoglobin
and average level of weight
between biscuit group and Taburia+biscuit group. There was change in anemia status from
anemia to non anemia; the highest
was in Taburia group, i.e. 96%; and better nutrition status at the end of the experiment occurred
at Taburia+biscuit group from
emaciated to normal (100%). Conclusion: Taburia supplementation could increase anemia
status. Micronutrient supplementation
was needed to increase nutrition status.
KEY WORDS: taburia, anemia status, nutrition status.
8. Objective: Objective: To
identify the effect of Taburia supplementation to anemia and nutrition status of underfi ves at
District of Lombok Timur.
9. Method: Method:
The study was experimental with prospective cohort study design carried out at District of
Lombok Timur, Province of Nusa
Tenggara Barat. Subject of the study were undernourished underfi ves at the area of Nutrition
Improvement Community through
Empowerment (NICE) project. The independent variables were Taburia and biscuits; the
dependent variables were anemia and
nutrition status; and the external variables were intake of energy, protein, vitamin A, vitamin C,
Fe and zinc. Data analysis used
ANOVA and paired t-test.
10. Results: There was signifi cant difference in average level of hemoglobin of the subject after
intervention,
either in taburia group, biscuit group, or taburia+biscuit group (p<0.05). There was difference
in average weight after intervention
in the three groups (p<0.05). There was no signifi cant difference in average level of hemoglobin
and average level of weight
between biscuit group and Taburia+biscuit group. There was change in anemia status from
anemia to non anemia; the highest
was in Taburia group, i.e. 96%; and better nutrition status at the end of the experiment occurred
at Taburia+biscuit group from
emaciated to normal (100%
11. Hasil Analisis :
12. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian (Bisa dari jurnal bisa dari Analisis Masing-
masing Individu)
13. Kesimpulan dan saran : Pemberian taburia berpengaruh terhadap perubahan
status anemia balita gizi kurang umur 24-55 bulan.
Pemberian taburia, pemberian biskuit maupun pemberian
taburia+biskuit berpengaruh terhadap perubahan
status gizi balita gizi kurang umur 24-55 bulan. Untuk
mendapatkan status kesehatan balita yang lebih optimal
dalam pemberian taburia, perlu diikuti dengan upaya
peningkatan asupan energi dan protein yang cukup yang
dapat dicapai melalui peningkatan fungsi posyandu
dalam memberikan penyuluhan tentang menu seimbang.
Perlu peningkatan fungsi kelompok kerja operasional
(pokjanal) posyandu untuk meningkatkan kerjasama
lintas sektor dalam upaya meningkatkan sosialisasi gizi
kurang melalui pertemuan koordinasi.
c. kekurangan yodium
The Hotshot
Hotshop adalah audients yang percaya diri dan nyaman dalam mengikuti seminar
·Mereka mendengar dengan saksama apa yang Anda sampaikan diwaktu yang sama juga mereka
tetap fokus kepada apa yang mereka cari dalam seminar Anda
·Mereka suka menghadiri seminar dimana belajar melalui diskusi juga sangat membantu mereka
dan mereka sangat gampang berpartisipasi dalam setiap diskusi
·Mereka mudah bersahabat dengan pembicara dan bertanggung jawab dengan proses belajar
mereka
·Mereka belajar dengan cepat dan akan menanyakan pertanyaan yang menantang untuk menggali
materi bahasan Anda lebih dalam atau untuk memperjelas pengertian mereka
·Jika Anda tidak memenuhi harapan dari para peserta seminar dimana mereka mungkin akan
memberikan masukan atau complaint kepada Anda, maka hotshot terkadang bertindak sebagai
juru bicara para peserta untuk mengutarakan harapan mereka.
Para peserta seminar akan terlihat sangat berpartisipasi, positif dan menyukai tantangan. Sesi
diskusi akan mengalir dengan mudah dan tanggapan –tanggapan positif serta ide –ide akan
keluar dengan alami. Dan para peserta ini segera akan tahu apakah Anda menguasai topik Anda
atau apakah Anda mempersiapkan seminar dengan baik atau tidak.
Persiapkan topik Anda dengan baik. Pahami kemandirian mereka dalam proses belajar. Gunakan
pertanyaan untuk mengeluarkan ide dan pendapat mereka serta aktifitas seperti diskusi didalam
grup akan membuat proses belajar mereka berkembang.
Jika Anda tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan mereka, jangan berpura-pura. Katakana
saja “ini adalah pertanyaan yang sangat bagus dan hingga saat ini saya belum memiliki jawaban
yang tepat untuk pertanyaan ini, tapi saya akan mencari jawabannya.”
Anda juga bisa lemparkan pertanyaan ini kepada para peserta yang lain “apakah Anda diantara
bapak / ibu yang bisa menjawab pertanyaan ini ?”
The Clown
·Mereka cerewet dan seringkali mananyakan pertanyaan atau memberikan komentar hanya untuk
menghibur dari pada mendukung si pembicara
·Mereka menyukai diskusi dan tugas-tugas yang butuh interaksi dan sering menjadi pemimpin
didalam kelompok
·Jika ditangai dengan baik, Clowns akan menjadi fokus apalagi jika mereka melihat para peserta
yang lain juga serius.
·Clowns mudah dimotivasi hanya dengan memberikan mereka sedikit perhatian
Rungan Anda akan”hidup” tetapi rasanya akan berbeda dengan jika ruangan dipenuhi oleh
Hotshots, disini Anda akan temui banyak humor, bahasan yang keluar dari topik.
Ini bisa menjadi situasi yang akan membuat para peserta fun atau frustrasi, tergantung bagaimana
Anda menangani The Clown
Gunakan kemampuan bersosialisasi mereka untuk latihan yang butuh diskusi dan interaksi dalam
grup , akan tetapi pastikan bahwa The Clown tetap berada pada “jalur” dengan menanyakan
pertanyaan yang jelas serta tidak menanggapi pernyataan yang tidak ada hubungannya dengan
topik Anda.
Hindari untuk terlalu serius dengan mereka atau menjadi arogan. Tertawalah jika mereka
mengutarakan sebuah guyon, bawa para peserta lain untuk menikmati hal itu dan segera bawa
fokus mereka kembali kepada topik Anda.
Salah satu cara untuk membawa fokus mereka kembali ke topik Anda atau meminta mereka
untuk serius adalah dengan mengutarakan tujuan dari seminar tersebut.
Hindari untuk membuat permusuhan dengan mereka atau terlalu membatasi partisipasi mereka
karena ini akan membuat mereka frustrasi. Dan jika mereka frustrasi, mereka akan berubah
menjadi Sniper yang menakutkan.
Juga pastikan bahwa para peserta yang lain tidak merasa terganggu karena umumnya The
Clowns sangat ribut.
4. Carilah referensi , bagaimana cara menjadi Komunikator yang efektif dalam melakukan
komunikasi kesehatan. Agar pesan yang disampaikan dapat merubah perilaku masyrakat
tersebut!
Jawab :
1. Mengetahui latar belakang komunikan
Penting bagi sang komunikator untuk mengetahui latar belakang komunikan agar komunikasi
yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Latar belakang yang perlu diketahui oleh
komunikator antara lain pendidikan dan pengalaman. Seseorang tidak akan mungkin berhasil
menyampaikan sesuatu bila berbeda tingkat pendidikan dan pengalamannya. Oleh karena itu,
komunikator harus dapat menyesuaikan topik atau materi sesuai dengan latar belakang
pendidikan dan pengalaman komunikannya agar mudah dimengerti dan dipahami.
6. Be confident.
Bagian yang tidak kalah pentingnya adalah be confident. Percaya diri sangat membantu
dalam menyampaikan pesan. Hal ini dapat mempengaruhi secara psikologis pada diri
komunikan. Komunikan akan memberikan perhatian lebih bila melihat komunikator yang
percaya diri, sehingga komunikan lebih dapat memahami topik yang disampaikan.
Jika pendengar kita merupakan salah satu skala prioritas, maka ada baiknya kita berusaha untuk
meluangkan waktu untuk berbicara. Kita beri perhatian penuh terhadap lawan bicara. Sedapat mungkin
kita menghindari perhatian kita terpecah karena kita memikirkan hal yang lain.
Ketika kita berhadapan dengan orang yang baru kita kenal, maka kita harus bisa berbicara dengan
menggunakan kata-kata, nada suara, dan infleksi yang tepat. Meskipun begitu, potensi tidak diterimanya
pesan dengan baik oleh orang yang kita tuju juga sangat besar. Jika kita melihat reaksi yang tidak sesuai,
maka kita bisa dengan segera mengidentifikasi sumber kesalahpahaman dan menyatakan kembali pesan
yang ingin kita sampaikan dengan cara yang dapat diterima oleh orang yang bersangkutan.
Ketika kita berinteraksi dengan orang lain maka kita harus berbicara dengan pelan, tidak perlu keras-
keras, dan tidak terburu-buru. Hal ini agar orang lain mengerti dan memahami apa yang menjadi maksud
dan tujuan kita berkomunikasi.
Sebuah komponen terpenting dan terkuat dari mendengarkan secara aktif adalah refleksi atau dikenal
sebagai parafrase. Parafrase membiarkan orang lain mengetahui bahwa kita berusaha untuk mengerti
atau memahami. Parafrase juga mengklarifikasi komunikasi dan memperlambat proses percakapan. Cara
melakukan parafrase adalah dengan mengulangi apa yang dikatakan oleh orang lain dengan
menggunakan kata-kata sendiri tanpa memberikan penambahan apapun.
Pertanyaan dapat diberikan ketika kita memerlukan pertolongan saat merasa tidak mengerti dengan apa
yang dibicarakan. Kita dapat melakukannya melalui uji penafsiran tentang apa yang dikatakan oleh orang
lain. Caranya adalah dengan memberikan pertanyaan terbuka yang relevan dan biasanya dimulai dengan
“apa”, “bagaimana”, “tolong jelaskan”, atau “gambarkan”.
Kita mengumpulkan semua hal yang telah kita dengar dan memastikan bahwa kita memahami apa yang
dimaksud oleh orang lain. Hal ini menghindari kita dari persepsi selektif. Ketika kita melakukan persepsi
secara selektif, maka kita telah mengharapkan orang lain untuk bereaksi dalam cara tertentu seperti
berdasarkan pengalaman masa lalu, atau berdasarkan cara kita bereaksi. Kemudian kita memberikan
respon terhadap reaksi yang sebelumnya telah ditentukan bukan yang sebenarnya. Hal ini tidak
membantu dan komunikasi yang terjadi adalah komunikasi yang tidak jelas. Menjadi jelas dapat
membantu orang lain mengklarifikasi berbagai pilihan yang mungkin.
8. Memberikan pendapat.
Hal ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan apakah orang yang bersangkutan memiliki keinginan
untuk mendengar pendapat kita atau tidak. Jika orang yang bersangkutan tidak menginginkannya, maka
kita jangan memberikan pendapat.
9. Memberikan perhatian kepada berbagai petunjuk yang dibutuhkan untuk menjelaskan apa yang
menjadi maksud kita.
Ketika berinteraksi dengan orang lain, maka kita akan menerima berbagai pertanyaan yang kerapkali
menstimulasi pemikiran hingga kita melihat perbedaan apa yang menjadi tujuan kita dengan persepsi
orang lain. Untuk itu, kita harus fokus dengan berbagai petunjuk yang dibutuhkan guna mendukung
penjelasan yang kita sampaikan.
10. Melakukan koreksi dengan segera ketika melakukan kesalahan dalam berbicara.
Terkadang, kita membuat pernyataan yang membuat kita menyadari dengan segera bahwa terdapat
kesalahan dalam pemikiran kita. Yang harus kita lakukan adalah jangan mengingkari kesalahan yang
telah kita buat namun segera mengakui dan memperbaiki kesalahan sesegera mungkin.
Ketika kita berada dalam diskusi atau bertukar pendapat dengan orang lain, seringkali kita mengalami
kesulitan untuk hanya mendengarkan pendapat orang lain. Seringkali kita merasa takut pendapat
kita tidak akan didengar dan untuk menutupinya kita akan terus tetap berbicara dan memaksa orang lain
untuk mendengarkan. Perilaku seperti ini bukanlah perilaku yang baik jika merujuk pada etika
komunikasi secara umum. Begitu pula dalam etika komunikasi organisasi, etika komunikasi bisnis, etika
komunikasi antar pribadi, dan etika public relations, perilaku seperti ini harus dihindari karena membuat
orang lain tidak mau mendengarkan apa yang menjadi pemikiran kita.
12. Paksakan diri kita sendiri untuk mau mendengar apa yang dikatakan orang lain.
Ketika kita dapat berhenti sejenak namun pemikiran kita masih terus berjalan, maka hal tersebut dapat
membuat kita tidak mampu mendengar apa yang dikatakan oleh orang lain. Untuk itu, hal yang dapat kita
lakukan adalah memaksakan diri kita sendiri untuk benar-benar mendengar apa yang dikatakan oleh
orang lain. Teknik yang biasa digunakan dalam komunikasi terapeutik dalam keperawatan ini hendaknya
tidak dilakukan dalam setiap saat karena hal itu dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman.
Kita harus sabar mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain. Caranya adalah dengan
menghindari melakukan prediksi terhadap apa yang akan dikatakan oleh orang lain dan tetap fokus pada
apa yang sedang dikatakan oleh orang lain. Melakukan prediksi dapat mengarahkan kita pada kesalahan
dalam memberikan respon. Hal ini dapat menimbulkan keslahapahaman yang tidak perlu.
Ketika kita berinteraksi dengan orang lain untuk pertama kalinya, kemungkinan untuk terjadinya
kegagalan komunikasi sangat besar. Jika kita tidak yakin tentang apa yang akan terjadi selanjutnya,
memberikan pertanyaan adalah jalan terbaik. Jika kita merasa yakin dengan apa yang kita pikirkan, maka
tidak ada salahnya kita menyatakan kembali apa yang kita pikirkan untuk mengkonfirmasi pemahaman
bersama. Terkait dengan hal ini, dalam teori pengurangan ketidakpastian telah dijelaskan bahwa kita
cenderung menggunakan komunikasi untuk meminimalisir perasaan ragu-ragu ketika berinteraksi dengan
orang lain. Pun dalam teori disonansi kognitif yang menjelaskan kecenderungan kita untuk mengurangi
disonansi atau ketidaknyaman dalam situasi tertentu.
Tidak semua orang bisa bersikap terbuka kepada orang lain. Beberapa orang bahkan tidak dapat
mengenali diri mereka sendiri, tidak mengerti apa yang ia butuhkan dan inginkan. Namun, ketika kita
berada dalam suatu hubungan, maka bersikap terbuka adalah hal yang sangat penting. Bersikap terbuka
artinya adalah kita dapat membicarakan banyak hal yang tidak dapat kita bicarakan sebelumnya dengan
orang lain dalam hidup kita. Bersikap terbuka juga berarti kita bersikap jujur kepada orang lain. Bersikap
terbuka juga memiliki arti adanya kesempatan untuk kita mengalami rasa sakit hati atau kekecewaan. Hal
ini dikupas lebih mendalam dalam teori komunikasi kelompok, teori-teori komunikasi antar
pribadi atau teori komunikasi interpersonal seperti teori penetrasi sosial.
17. Mengekspresikan diri sendiri ketika bersikap terbuka dengan orang lain.
Ketika kita bersikap terbuka dan jujur dengan orang lain maka kita juga terbuka pada berbagai cara
berkomunikasi yang berbeda dan mengetahui bahwa orang lain juga membutuhkan keterbukaan yang
sama. Bersikap terbuka dengan orang lain dapat memudahkan kita dalam mengekspresikan apa yang
kita pikirkan dan apa yang kita rasakan kepada orang lain.
Sebagian besar komunikasi yang kita lakukan dengan orang lain bukanlah apa yang kita katakan namun
bagaimana kita mengatakannya. Komunikasi nonverbal meliputi bahasa tubuh, nada suara, kontak mata,
dan seberapa jauh jarak ketika kita berkomunikasi dengan orang lain. Belajar cara berkomunikasi dengan
baik berarti kita belajar bagaimana membaca berbagai petunjuk seperti kita mendengar apa yang
dikatakan oleh orang lain.
Perlu diperhatikan juga bahwa ketika kita memperhatikan berbagai petunjuk nonverbal yang disampaikan
oleh orang lain, kita juga jangan melupakan berbagai petunjuk nonverbal yang kita berikan untuk orang
lain. Ketika berkomunikasi dengan orang lain, kita juga harus membuat dan mengelola kontak mata,
menjaga posisi tubuh tetap netral, menjaga nada suara, dan duduk di depan atau di hadapan orang
tersebut ketika berbicara dengan mereka.
Daripada kita bersikap merendahkan atau mengagungkan latar belakang seseorang dalam topic tertentu,
ada baiknya kita menanyakan apa yang ia ketahui tentang topik yang sedang dibicarakan. Namun perlu
diingat bahwa kurangnya pengetahuan seseorang di bidang yang benar-benar kita kuasai tidak berarti
bahwa mereka kurang informasi atau berpendidikan rendah. Lebih baik dilakukan pengecekan untuk
memahaminya selama percapakapan dan membuat penyesuaian yang diperlukan.
Terkadang, suatu diskusi berkembang menjadi debat atau perang opini. Untuk menghadapi situasi
seperti ini, maka ada baiknya masing-masing orang yang terlibat dalam diskusi atau debat tetap
memberikan rasa hormat satu sama lain dan tetap fokus pada pokok permasalahan. Jika salah satu
pihak tidak berusaha untuk mencoba mengendalikan eskalasi debat, maka debat akan menjadi semakin
besar. Untuk itu, masing-masing pihak perlu mengendalikannya salah satunya dengan keluar dari situasi
debat.
Namun, ketika meninggalkan situasi debat, kita harus melakukannya dengan cara-cara yang terhormat.
Misalnya dengan berkata, “Kita telah menjalani hari yang sangat melelahkan dan apa yang kita
diskusikan saat ini tidak menemukan hasil yang positif. Ada baiknya kita pulang ke rumah masing-masing
untuk istirahat dan membicarakannya kembali besok pagi.”
21. Menunjukkan rasa hormat terhadap nilai-nilai yang dimiliki lawan bicara.
Melakukan beberapa penelitian dasar dengan cara melihat kembali pernyataan atau tujuan individu atau
organisasi dan lain-lain untuk memperoleh perspektif orang yang bersangkutan tentang dunia. Kita harus
bisa memastikan bahwa berbagai gagasan yang kita miliki sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh
orang lain.
Maksudnya adalah mempelajari tentang latar belakang professional, hobi, gaya hidup, keluarga, dan lain-
lain dari lawan bicara. Caranya adalah dengan menggunakan metafora dan bercerita yang
menghubungkan berbagai konsep dengan pengalaman hidup mereka.
23. Berusaha untuk mengendalikan emosi ketika membicarakan sesuatu hal yang sangat penting.
Tidak seorangpun dapat berbicara tentang hal-hal yang penting atau hal-hal besar jika mereka merasa
rentan secara emosi dan marah. Rasa marah dapat menyuguhkan informasi dan merangsang energi
yang dapat digunakan secara positif. Adalah penting untuk memahami emosi orang lain seperti rasa
sakit, frustrasi, kehilangan, dan lain-lain. Ketika membicarakan topik tertentu yang mungkin dapat
memancing emosi, maka kita harus berhati-hati dangan penggunaan bahasa, kalimat, serta kata-kata
yang kita gunakan.
24. Memahami kemarahan atau emosi sendiri dan bagaimana mereka berdampak pada respon yang
kita berikan.
Ketika kita dikuasasi oleh emosi, maka pola pikir kita pun agak terganggu. Kita menjadi tidak terkontrol
dalam mengeluarkan kata-kata dan pendapat kita. Bahkan berdampak pula terhadap perilaku kita.
Sebaiknya kita dapat menghidari hal-hal yang tidak kita inginkan sehingga kita dapat berpikir tenang dan
memberikan respon yang baik dan dapat diterima oleh orang lain tanpa menimbulkan hal-hal yang dapat
merusak hubungan antar manusia atau bahkan hubungan sosial.
Ketika kita menunjukkan minat kita, orang yang sedang marah cenderung untuk mulai tenang. Ketika
situasi mulai kondusif, maka komunikasi dapat kita lanjutkan. Kita bisa mulai dengan mengakui dan
menghormati pemikiran, gagasan, atau perasaan orang lain. Kemudian kita sampaikan maksud kita
tanpa menyinggung perasaan orang lain.
26. Mengungkapkan kembali apa yang kita dengar dari apa yang dikatakan oleh orang lain.
Orang yang sedang marah tidak akan mudah menerima respon yang kita berikan hingga pemikiran,
gagasan atau perasaannya tidak dapat dikomunikasikan dan dipahami dengan baik. Ada baiknya kita
mencoba untuk membuatnya tenang, menarik nafas, agar ia dapat mengkomunikasikan kembali
pemikiran, gagasan atau perasaannya dengan baik. Setelah semua terkendali, kemudian kita coba untuk
mengungkapkan kembali apa yang telah kita dengar dari orang lain dan sekaligus bisa memberikan
respon secara elegan. Dengan demikian, apa yang menjadi maksud kita dapat tersampaikan dengan
baik.
Dalam hubungan dengan kedekatan yang erat seperti pasangan hidup, tentunya kita sering terus
berdebat dalam suatu diskusi karena kita ingin menjadi yang paling benar. Sejatinya kita memang sering
dihadapkan pada situasi seperti ini dimana salah satu pihak berupaya untuk mempengaruhi pemikiran
pihak lain bahwa pihaknyalah yang benar namun pihak lain tidak ingin mundur alias sama-sama keras
kepala. Ketika dihadapkan pada situasi seperti ini, jalan terbaik adalah kedua belah pihak harus sama-
sama mengalah.
Dengan melakukan hal ini bukan berarti kita menyerah kalah dengan berkompromi dan tidak bersikeras
dengan apa yang dianggap benar. Hal ini adalah sesuatu yang hanya dapat kita putuskan sendiri,
apakah ingin berada dalam hubungan yang sehat dan saling menghormati satu sama lain atau
sebaliknya. Jika kita hanya mementingkan apa yang kita anggap benar dan mengesampingkan
kebahagiaan orang lain maka kita bukanlah mitra yang baik.
Kita tidak perlu menjadi lucu sekedar untuk menggunakan humor dalam sebuah percakapan. Yang perlu
kita lakukan hanya menggunakan selera humor yang kita miliki dan mencoba untuk memasukkannya
lebih banyak ke dalam percakapan atau komunikasi dengan orang lain. Humor membantu mencerahkan
hati dan pikiran. Humor juga dapat membantu menempatkan hal-hal kedalam sebuah perspektif atau
sudut pandang yang lebih baik dibandingkan metode lain. Bermain tidak hanya monopoli anak-anak.
Orang dewasa juga butuh bermain sekedar untuk melepaskan diri dari penatnya kehidupan dan lain-lain.
Komunikasi adalah tentang keterhubungan dengan orang lain hingga sangat dimungkinkan kita dapat
melakukan kesalahan. Memikirkan tentang berapa banyak orang berbicara tentang diri mereka sendiri
dan bukan tentang orang yang mereka ajak bicara.
Dalam konteks komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi, untuk dapat berkomunikasi
dengan baik dan lebih efektif dalam hubungan yang kita jalani, kita tidak perlu harus selalu berbicara. Kita
juga dapat berkomunikasi melalui berbagai macam cara seperti melalui tindakan dan secara elektronik
seperti melalui media sosial. Hal ini juga berlaku dalam konteks komunikasi dan bidang komunikasi
lainnya misalnya komunikasi organisasi, komunikasi bisnis, dan komunikasi antar budaya. Hendaknya
kita tetap berhubungan sepanjang hari melalui surat elektronik atau media lainnya karena hal ini
mengingatkan kita akan pentingnya orang tersebut dan bagaimana pentingnya mereka bagi kehidupan
kita.
1. Berbicara efektif
Berbicara efektif artinya tidak bertele-tele, tidak berputar-putar untuk menyampaikan suatu poin
pembicaraan. Cepat, tepat, lugas dan dapat dimengerti oleh lawan bicara kita. Berbicara efektif membuat
lawan bicara kita akan fokus pada setiap hal yang kita sampaikan dan dapat mempengaruhi langsung ke
dalam pikirannya.
https://jurnal.ugm.ac.id/jgki/article/view/18882
https://jurnal.ugm.ac.id/jgki/article/view/22900
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article/view/34/33
https://www.kompasiana.com/ongky/55299690f17e61800ad623ac/mengetahui-tipetipe-audiens-l
https://mandiriart.com/artikel/68/tips-agar-komunikasi-dapat-diterima/
https://pakarkomunikasi.com/cara-berkomunikasi-dengan-baik
http://direktoritraining.com/teknik-berkomunikasi-yang-baik/