You are on page 1of 2

Mekanisme Kalsifikasi Tulang.

Tahap awal produksi tulang adalah sekresi molekul kolagen (yang disebut monomer kolagen) dan
substansi dasar (terutama proteoglikan) oleh osteoblas. Monomer kolagen berpolimerisasi dengan
cepat untuk membentuk serat kolagen; jaringan yang dihasilkan osteoid, yaitu suatu materi mirip
kartilago yang berbeda dengan kartilago yang di dalamnya garam kalsium mudah mengalami
presipitasi. Sewaktu osteoid dibentuk, sejumlah osteoblas terperangkap dalam osteoid dan menjadi
tidak aktif. Pada tahap ini, osteoblas disebut osteosit. DalamDalam waktu beberapa hari setelah
osteoid dibentuk, garam kalsium mulai mengalami presipitasi pada permukaan serat kolagen.
Presipitat mula-mula terjadi pada interval di sepanjang serat kolagen, yang membentuk nidus-nidus
kecil yang dengan cepat bermultiplikasi dan tumbuh selama berhari-hari dan berminggu-minggu
untuk menjadi produk akhir yaitu, kristal hidroksiapatit. GaramGaram kalsium awal yang akan
ditimbun bukan berupa kristal hidroksiapatit, namun senyawa amorf (nonkristalin), yaitu suatu
campuran garam seperti CaHP04 ' 2H20, Ca3(PO4)2. 3H20' dan lain-lain. Kemudian melalui proses
substitusi dan penambahan atom, atau reabsorpsi dan represi pitasi, garam-garam ini kemudian
diubah menjadi kristal hidroksiapatit selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Beberapa
persen senyawa tersebut tetap berada dalam bentuk amorf. Hal ini penting karena garam amorf ini
dapat diabsorbsi dengan mudah ketika sejumlah kalsium tambahan dibutuhkan dalam cairan
ekstraselular.Mekanisme penimbunan garam kalsium dalam osteoid tidak sepenuhnya dimengerti.
Satu teori menyatakan bahwa selama tahap pembentukan, serat kolagen tersusun secara khusus
agar presipitasi garam kalsium dapat terjadi. Osteoblas seharusnya juga menyekresi suatu zat ke
dalam osteoid untuk menetralisasi suatu inhibitor (yang diyakini berupa pirofosfat) yang normalnya
mencegah kristalisasi hidroksiapatit. Begitu pirofosfat telah dinetralkan, afinitas alamiah serat
kolagen terhadap garam kalsium akan menimbulkan terjadinya presipitasi.Presipitasi Kalsium di
Jaringan Selain Tulang dalam Keadaan Abnormal. Meskipun garam kalsium hampir tidak pernah
mengendap di jaringan normal selain tulang, dalam keadaan yang abnormal, garam tersebut juga
dapat mengendap di jaringan lain. Contohnya, garam tersebut mengendap di dinding arteri pada
keadaan arteriosklerosis dan mengakibatkan arteri menjadi pipa yang mirip tulang. Tak jauh
berbeda, garam kalsium sering kali mengendap di jaringan yang berdegenerasi atau di bekuan darah
yang sudah tua. Kemungkinan pada keadaan-keadaan tersebut, faktor inhibitor yang normalnya
mencegah pengendapan garam kalsium hilang dari jaringan, sehingga terjadi proses
presipitasi.Pertukaran Kalsium antara Tulang dan Cairan ekstraselular Jika garam kalsium yang dapat
Iarut diinjeksikan secara intravena, konsentrasi ion kalsium dapat meningkat segera ke tingkat yang
tinggi. Akan tetapi, dalam waktu 30 menit sampai satu jam atau lebih, konsentrasi ion kalsium akan
kembali normal. Demikian halnya, jika sejumlah besar ion kalsium dipindahkan dari sirkulasi cairan
tubuh, konsentrasi ion kalsium akan kembali normal dalam waktu 30 sampai 60 menit. Efek ini mem-
berikan sebagian besar fakta bahwa tulang mengandung jenis kalsium yang dapat mengalami
pertukaran yang selalu berada dalam keseimbangan dengan ion kalsium dalam cairan ekstraselular.
SejumlahSejumlah kecil kalsium yang dapat mengalami pertukaran ini juga merupakan kalsium yang
dijumpai di semua sel jaringan, terutama sel dengan jenis yang memiliki permeabilitas tinggi seperti
sel di hati dan saluran cerna. Akan tetapi, sebagian besar kalsium yang dapat mengalami pertukaran
berada di dalam tulang. Pada keadaan normal, jumlahnya sekitar 0,4 sampai 1 persen dari total
kalsium tulang. Kalsium ditimbun di tulang dalam bentuk garam yang mudah dimobilisasi seperti
CaHPO4 dan garam kalsium amorf lainnya.Manfaat kalsium yang dapat mengalami pertukaran ini
adalah bahwa kalsium tersebut berfungsi sebagai suatu mekanisme penyangga yang cepat untuk
menjaga agar konsentrasi ion kalsium dalam plasma tidak terlalu naik atau turun terlalu rendah pada
keadaan transien dengan kelebihan atau kekurangan ketersediaan kalsium.
Vitamin D

Vitamin D memiliki efek kuat untuk meningkatkan absorpsi kalsium

dari usus; vitamin ini juga memiliki efek yang penting bagi

pembentukan dan absorpsi tulang, yang akan dibicarakan kemudian.

Akan tetapi, vitamin D itu sendiri bukanlah zat aktif yang

menimbulkan efek-efek tersebut. Bahkan, vitamin D terlebih dulu

harus diubah melalui rangkaian reaksi di hati dan ginjal untuk

membentuk produk akhir yaitu 1,25- dthidroksikolekalsiferol, yang

juga disebut 1,25(OH)2D3. Gambar 79-7 memperlihatkan urutan

langkah yang membentuk zat tersebut dari vitamin D. Marilah kita

mendiskusikan langkah-langkah tersebut.

Kolekalsiferol (Vitamin D3) Dibentuk di Kulit. Sejumlah

senyawa yang berasal dari sterol termasuk dalam famili vitamin D,

dan semuanya kurang lebih menjalankan fungsi yang sama.

Vitamin D3 (yang juga disebut kolekalsiferol) adalah yang

terpenting dari senyawa-senyawa tersebut dan dibentuk di kulit

akibat radiasi sinar ultraviolet dari matahari terhadap 7-

dehidrokolestrol, yaitu suatu zat yang normalnya dijumpai di kulit.

Akibatnya, paparan sinar matahari yang sesuai mencegah

terjadinya defisiensi vitamin D. Senyawa vitamin D tambahan yang

kita telan dalam makanan, identik dengan kolekalsiferol yang

dibentuk di kulit, kecuali untuk substitusi satu atau lebih atom

yang tidak memengaruhi fungsinya.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton A.C , Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke 12 . Sinagpura : ELSEVIER . 2011

You might also like