You are on page 1of 10

ORGANOLOGI II

Nama : Hastya Tri Andini


NIM : B1A017081
Rombongan : B1
Kelompok :5
Asisten : Rahmi Mutia Mawardi

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2018
I. PENDAHULUAN

Organologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi organ


berdasarkan jaringan penyusunnya. Bagian-bagian organologi antara lain akar,
batang dan daun. Organologi menjelaskan bagaimana struktur berfungsi dalam suatu
organ (Tjirosoepomo, 1983). Beberapa macam jaringan akan membentuk suatu
organ. Kumpulan bermacam-macam organ membentuk suatu sistem organ (Syukriah
& Pranggarani, 2016).
Bunga merupakan organ khas pada tumbuhan Angiospermae yang berfungsi
sebagai alat reproduksi seksual. Bunga terdiri atas bagian fertil, yaitu benang sari dan
daun buah, serta bagian yang steril yaitu daun kelopak dan daun mahkota (Nugroho
dkk., 2006). Organ bunga memiliki bagian yang disebut stamen, yaitu bagian dari
bunga yang menghasilkan mikrospora yang berkembang menjadi gamet jantan.
Stamen terdiri atas filamen (tangkai sari) dan anthera (kepala sari). Selain itu,
terdapat megaspora yang akan menghasilkan gamet betina, disebut pistillum.
Pistillum terdiri atas stigma (kepala putik) tempat jatuhnya serbuk polen dan stylus
(tangkai putik) yang menghubungkan stigma dengan ovarium di dasar karpel.
Ovarium mengandung satu atau lebih ovulum. Jika difertilisasi, ovulum akan
berkembang menjadi biji (Campbell, 2008).
Pertumbuhan sekunder dialami baik pada Angiospermae maupun
Gymnospermae. Pertumbuhan sekunder merupakan pertumbuhan menebal yang
dihasilkan oleh meristem lateral akibat adanya penambahan jaringan sekunder.
Jaringan sekunder dihasilkan oleh meristem sekunder, yaitu kambium vaskuler dan
kambium gabus (felogen). Pada tumbuhan Dicotyledoneae yang berkayu dan
Gymnospermae, jaringan berkas pengangkut primer yang berasal dari sel-sel
prokambium hanya berfungsi pada saat tumbuhan dalam fase perkembangan,
kemudian fungsi pengangkutan digantikan oleh jaringan berkas pengangkut sekunder
yang dihasilkan oleh kambium vaskuler. Akibat pertumbuhan menebal sekunder ini,
fungsi epidermis sebagai jaringan pelindung digantikan oleh jaringan gabus yang
dihasilkan oleh kambium gabus (Nugroho dkk., 2006).

II. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara organologi II adalah:

1. Mengamati struktur anatomi organ generatif bunga yaitu anthera dan ovarium.
2. Mengamati pertumbuhan sekunder pada batang.
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara organologi I diantaranya
mikroskop, laporan sementara, object glass, dan cover glass.
Bahan-bahan yang digunakan adalah preparat awetan dari irisan melintang
antera daun wungu (Graptophyllum pictum), preparat awetan irisan melintang
ovarium daun wungu (Graptophyllum pictum), preparat awetan irisan melintang
batang pinus (Pinus sp.), preparat awetan irisan membujur radial batang pinus
(Pinus sp.), dan preparat awetan irisan membujur tangensial batang pinus (Pinus
sp.).
B. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum acara organologi II antara lain:
1. Semua preparat awetan dari irisan melintang antera daun wungu
(Graptophyllum pictum), irisan melintang ovarium daun wungu
(Graptophyllum pictum), irisan melintang batang pinus (Pinus sp.), irisan
membujur radial batang pinus (Pinus sp.), dan irisan membujur tangensial
batang pinus (Pinus sp.) langsung diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 100x.
2. Bagian bunga (anthera dan ovarium) masing-masing diamati. Susunan dan
letak setiap macam jaringan yang menyusun organ-organ tersebut diperhatkan.
3. Semua preparat kemudian digambar dan diberi keterangan selengkapnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

1 Keterangan :
1. Epidermis atau
2 eksotesium
2. Eksodermis
3 3. Tapetum
4. Mikrospora
4 5. Berkas pengangkut
6. Konektivus
5

Gambar 1. Ø.L Anthera Daun Wungu (Graptophyllum pictum) Perbesaran 100x

Keterangan :
1. Epidermis
1
2. Korteks
3. Dinding ovarium
4. Ovulum
2 5. Septat
3
4
5

Gambar 2. Ø.L Ovarium Daun Wungu (Graptophyllum pictum) Perbesaran


100x
Keterangan :
1
1. Trakeid kayu akhir
2 2. Trakeid kayu awal
3. Saluran resin
4. Jejari xylem
3

Gambar 3. Ø.L Batang Pinus (Pinus sp.) Perbesaran 400x

Keterangan :
1
1. Trakeid jejari
2 2. Parenkim jejari
3. Noktah terlindungi
3 4. Trakeid

Gambar 4. Ø.R Batang Pinus (Pinus sp.) Perbesaran 400x

Keterangan :
1. Noktah terlindungi
1 2. trakeid
3. Jejari xylem

Gambar 5. Ø.T Batang Pinus (Pinus sp.) Perbesaran 400x


B. Pembahasan
Stamen (benang sari) merupakan organ bunga jantan, terdiri atas filamen
(tangkai sari) dan anthera (kepala sari). Anthera umumnya berisi 4 kantong sari
(mikrosporangia) yang berpasangan dalam 2 lobus (ruangan). Kedua lobus terpisah
oleh suatu jaringan steril yang disebut konektivum. Setiap lobus berisi serbuk sari
(Mulyani, 2006). Anthera memiliki struktur yang kompleks, tersusun atas sel yang
berlapis-lapis, dibagian tengah terdapat lokulus yang berisi butir-butir polen.
Bhojwani & Bhatnagar (1978) membagi lapisan dinding antera menjadi 4, yaitu:
1. Epidermis (eksotesium), merupakan lapisan paling luar yang berfungsi sebagai
jaringan pelindung.
2. Endotesium, umumnya endotesium terdiri dari satu lapis sel, walaupun ada juga
yang terdiri dari beberapa lapis sel. Struktur endotesium berserabut sehingga
dikenal sebagai lamina fibrosa. Lapisan ini berfungsi membantu pembukaan
anthera.
3. Lapisan tengah, terdiri dari 2-3 lapis sel. Saat antera berkembang, lapisan tengah
menjadi tertekan dan memipih sehingga sering disebut sebagai lapisan tertekan.
4. Tapetum, merupakan lapisan terdalam dinding antera dan berkembang
maksimum pada saat terbentuknya tetrad mikrospora. Lapisan tapetum berfungsi
memberi makan pada sel-sel sporogen yang sedang berkembang dengan cara
memberikan isi selnya selama perkembangan mikrospora. Tapetum pada
angiospermae yang telah maju tingkatannya mengeluarkan isi selnya secara
berkala sehingga dinding selnya tidak mengalami lisis dan sisa selnya masih
dapat dilihat selama perkembangan mikrospora.
Ovulum (bakal biji) merupakan organ pada tumbuhan berbiji yang
melindungi dan menjadi tempat bersemayamnya sel telur (ovum). Ovulum akan
berkembang menjadi biji setelah dibuahi. Ovulum terdiri atas nuselus yang
dikelilingi oleh satu atau dua integumen dan menempel pada plasenta dengan sebuah
tangkai yang disebut funikulus. Pada ujung ovulum yang bebas terdapat celah kecil
yang disebut mikropil. Sel nuselus biasanya terdapat di bawah lapisan paling luar
pada ujung mikropil, dan disebut sel induk megaspora. Karena itu, nuselus dianggap
sebagai megasporangium (Mulyani, 2006).
Pertumbuhan sekunder merupakan pertumbuhan yang menyebabkan
petambahan lebar pada batang. Pertumbuhan sekunder disebabkan oleh adanya
meristem lateral. Meristem lateral dibagi menjadi dua, yakni kambium pembuluh dan
felogen (Jura-Morawiec, 2015). Kambium pembuluh dan kambium gabus (felogen)
berasal dari sel-sel dewasa yang berubah menjadi meristematis atau berasal dari sisa-
sisa meristem primer. Tumbuhan golongan Dycotiledoneae dan Gymnospermae
umumnya memiliki kambium pembuluh (vaskuler), berbentuk lingkaran dalam
batangnya atau pada akarnya. Sedangkan kambium gabus umumnya terdapat pada
bagian kulit batang tumbuhan, dapat membentuk jaringan gabus yang sukar atau
tidak dapat dilalui air atau zat lainnya. Sel-sel gabus ini umumnya tidak aktif atau
mati (Sutrian, 2004).
Noktah merupakan suatu bagian dari dinding sel yang tidak mengalami
penebalan walaupun saat terbentuknya dinding sekunder yang mana noktah tersebut
merupakan tempat pelaluan (jalan) benda dari sel ke sel ( untuk berhubungan dengan
sel sampingnya). Noktah terdiri dari noktah utama dan noktah berhalangan. Noktah
utama merupakan noktah yang tidak terjadi perkembangan pada bagian dinding
sekunder terdiri atas Noktah sempurna (berpasangan), yaitu noktah yang terdapat
pada sel yang berdampingan dan masing-masing mengadakan penebalan dinding
yang sama. Terdapat pada 2 sel yang sejenis. Noktah setengah sempurna (noktah
tidak berpasangan ), yaitu noktah yang terdapat di antara 2 sel, tetapi penebalan
dinding pada masing-masing sel tebalnya tidak sama. Dijumpai pada 2 sel yang
berdampingan, tetapi tidak sejenis misal : sklerenkim – parenkim. Noktah buta, yaitu
noktah yang bermuara pada ruang antar sel. Noktah majemuk unilateral, yaitu
sebuah noktah yang mulutnya melebar, yang berhadapan dengan noktah-noktah yang
kecil-kecil. Noktah ramiform, yaitu noktah yang terbentuk dari noktah yang kecil
kecil dan kemudian bersatu. Kedua, noktah berhalaman merupakan suatu noktah
yang terjadi perkembangan dinding sekunder di atas rongga noktah sehingga
terbentuk suatu atap yang melengkung dengan lubang sempit di tengahnya terdiri
atas Noktah berhalaman sempurna, yaitu saluran noktah suatu sel yang berdinding
tebal berhadapan dengan saluran noktah sel disebelahnya yang sama mempunyai
dinding yang tebal. Noktah setengah halaman, yaitu saluran noktah yang bermulut
melebar dan berhadapan dengan dinding tipis dari sel di sebelahnya (Soediarto,
1980).
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diamati struktur
anthera pada wungu (Graptophyllum pictum) memiliki bagian-bagian anthera yaitu
epidermis/eksotesium, endotesium, tapetum, mikrospora, berkas pengangkut, dan
konektivum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bhojwani & Bhatnagar (1978),
anthera terdiri dari 4 lapisan diantaranya epidermis, endotesium, lapisan tengah, dan
tapetum. Irisan melintang ovarium bunga wungu (Graptophyllum pictum) terdiri atas
epidermis, parenkim, dinding ovarium, ovulum, dan septat/sekat. Menurut Estiti
(1996) septat merupakan bagian dari ovarium yang membentuk sekat yang berfungsi
memisahkan dua ovulum didalam ovarium. Irisan melintang batang Pinus sp.
memiliki bagian trakeid kayu akhir, trakeid kayu awal, jejari xilem, dan saluran
resin. Menurut Fahn (1990), trakeid kayu akhir terbentuk pada musim panas,
sedangkan trakeid kayu awal terbentuk pada saat musim hujan maka dari itu bentuk
sel trakeid awal lebih besar dan terdiri dari beberapa lapisan. Irisan membujur radial
batang Pinus sp. terdiri dari trakeid kayu, parenkim jejari, trakeid dan noktah tak
terlindungi. Irisan membujur tangensial batang Pinus sp. mempunyai parenkim kayu,
trakeid kayu, noktah terlindungi, dan trakeid jejari. Menurut Iserep (1993), noktah
merupakan suatu bagian dari dinding sel yang tidak mengalami penebalan walaupun
saat terbentuknya dinding sekunder yang mana noktah tersebut merupakan tempat
pelaluan (jalan) benda dari sel ke sel (untuk berhubungan dengan sel sampingnya).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan:
1. Struktur anatomi organ generatif pada tumbuhan yaitu Anthera yang terdiri
atas epidermis/eksotesium, endotesium, lapisan tengah, tapetum, mikrospora,
dan conectivum, serta Ovulum yang strukturnya terdiri atas epidermis,
korteks, dinding ovarium, ovarium, ovulum, dan septat.
2. Pertumbuhan sekunder pada batang akibat aktivitas meristem kambium
mengakibatkan penebalan diameter batang, untuk mengimbanginya sel-sel
parenkim melakukan pembelahan sel ke arah tangensial, dapat dilihat pada
preparat melintang, radial, dan tangensial batang Pinus sp.
B. Saran
Saran untuk praktikum ini mungkin sebaiknya preparat yang diamati tidak
hanya awetan, agar praktikan mampu belajar membuat praparat dengan irisan radial
dan tangensial yang belum pernah dilakukan di acara-acara praktikum sebelumnya.
DAFTAR REFERENSI

Bhojwani, S. S. & Bhatnagar, S. P., 1978. The Embriology of Angiosperm. New


Delhi : Vikas Publishing House Ltd.

Campbell, N. A., J. B. Reece, L. A. Urry, M. L. Cain, S. A. Wasserman, P. V.


Minorsky, & R. B. Jackson., 2008. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Estiti, H., 1996. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB.

Fahn, A., 1990. Anatomi Tumbuhan. Ketiga ed. Yogyakarta : UGM Press.

Iserep, S., 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung : ITB.

Jura-Morawiec, J., Tulik, M., Iqbal, M., 2015. Lateral Meristems Responsible for
Secondary Growth of The Monocotyledons: A Survey of The State of The
Art. Botanical Review, 81(2), pp. 150-161.

Mulyani, S., 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Nugroho, H., Purnomo, & Issirep S. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Bogor: Penebar Swadaya

Soediarto, A., 1980. Anatomi tumbuhan Edisi Ketiga . Yogjakarta: UGM press.

Sutrian, Y., 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang Sel dan Jaringan.
Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

Syukriah, F. & Pranggarani, L., 2016. Implementasi Teknologi Augmented Reality


3D Pada Pembuatan Organologi Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Fifo, 8(1), pp. 1-
10.

You might also like