Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II
2018
I. PENDAHULUAN
Cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan adalah histologi, sedangkan
cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan dalam hubungannya dengan penyakit
adalah histopatologi. (Wahyu, 2008). Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang
mempunyai struktur dan fungsi yang sama, serta mengadakan hubungan dan
koordinasi satu dengan yang lainya yang mendukung pertumbuhan pada tumbuhan.
Tumbuhan berpembuluh matang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yang semua
dikelompokkan menjadi jaringan (Kimball, 1992).
Berdasarkan asal pembentukannya, jaringan pada tumbuhan dibedakan
menjadi dua macam, yaitu jaringan primer dan jaringan sekunder. Jaringan primer
adalah jaringan yang berasal dari titik tumbuh primer (prokambium = meristem
primer), contoh jaringan primer misalnya epidermis, korteks, xilem primer, floem
primer, kambium, dan empulur (Saktiyono, 1989). Epidermis merupakan lapisan sel
teluar dari daun, bagian bunga, buah dan biji, serta dari batang dan akar sebelum
menjalani penebalan sekunder. Epidermis merupakan bagian dari jaringan pelindung
pada tumbuhan. Epidermis berasal dari jaringan meristem, lebih tepatnya yaitu
protoderma, dan berdiferensiasi menjadi jaringan pelindung berupa epidermis
(Santoso, 1987).
Jaringan sekunder adalah jaringan yang terbentuk akibat aktivitas titik
tumbuh sekunder (meristem sekunder). Pertumbuhannya disebut pertumbuhan
sekunder, ada pada Gymnospermae dan dikotil. Titik tumbuh sekunder meliputi
kambium vasis, kambium intervasis, perikambium (perisikel), dan kambium gabus
(felogen). Jaringan akan membentuk organ tertentu pada tumbuhan, seperti akar,
batang, dan daun (Saktiyono, 1989). Parenkim adalah jaringan penting pada xilem
sekunder tanaman benih, dengan fungsi mulai dari penyimpanan hingga pertahanan
dan dengan efek pada sifat fisik dan mekanik kayu (Morris et al, 2015).
II. TUJUAN
Tujuan praktikum acara sitologi yang telah dilakukan adalah:
1. Mengamati derivat epidermis seperti stomata, trikoma, sel silika dan sel
gabus.
2. Mengamati jaringa dasar seperti aktinemkim dan aerenkim.
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara histologi I diantaranya
mikroskop cahaya, object glass, cover glass, pipet, laporan sementara dan silet.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum acara histologi I adalah
irisan membujur batang tebu (Saccharum officinarum), irisan membujur daun
sosongkokan (Rhoeo discolor), irisan membujur daun jagung (Zea mays), irisan
melintang daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus), irisan membujur daun
durian (Durio zibethinus), irisan melintang petiolus bunga tasbih (Canna sp.), dan
akuades.
B. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum acara histologi I antara lain:
1. Irisan membujur batang tebu (Saccharum officinarum), daun sosongkokan
(Rhoeo discolor), daun jagung (Zea mays), dan daun durian (Durio
zibethinus) dibuat setipis mungkin dengan menggunakan silet. Irisan
diletakkan di atas kaca benda, ditetesi akuades, dan ditutup dengan kaca
penutup.
2. Preparat Saccharum officinarum, Rhoeo discolor, dan Zea mays diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x, sedangkan preparat Durio
zibethinus diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
3. Irisan melintang daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) dan petiolus
bunga tasbih (Canna sp.) dibuat setipis mungkin dengan menggunakan silet.
Irisan diletakkan di atas kaca benda, ditetesi akuades, dan ditutup dengan
kaca penutup.
4. Preparat Orthosiphon stamineus diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 400x, sedangkan Canna sp. Diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 100x
5. Semua preparat diamati, letak sel silika dan sel gabus diperhatikan, bentuk sel
epidermisnya panjang dengan dinding sel berlekuk-lekuk. Bentuk sel penutup
pada stoma diamati dan tipenya ditentukan. Bentuk dan tipe trikoma diamati
dan diperhatikan.
6. Bentuk dan susunan sel-sel parenkim diamati.
7. Semua preparat kemudian digambar dan diberi keterangan selengkapnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Keterangan :
1. Sel epidermis
1 2. Sel gabus
3. Sel silika
2
.
3
Keterangan :
1. Sel penutup bentuk
2 halter
2. Sel tetangga
3 3. Porus
4. Sel epidermis
1 Tipe stoma : Graminae
4
Gambar 2. Ø.B Daun Jagung (Zea mays) Perbesaran 400x
Keterangan :
1. Sel penutup bentuk
1 ginjal
2. Sel tetangga
3 3. Porus
4. Sel epidermis
2
4 Tipe stoma :
Amaryllidaceae
Gambar 3. Ø.B Epidermis Daun Sosongkokan (Rhoeo discolor) Perbesaran
400x
Keterangan :
1. Jaringan Epidermis
1
atas
3 2. Jaringan Epidermis
bawah
4 3. Jaringan palisade
4. Jaringan spons
2 5. Trikoma
Tipe trikoma :
Non glanduler
2
1
Gambar 5. Ø.B Epidermis Bawah Daun Durian (Durio zibethinus) Perbesaran
100x
Keterangan :
1. Aktinenkim
2. Aerenkim
Anu, O., Rampe, H. L., Pelealu, J. J. 2017. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun
Beberapa Tumbuhan Suku Euphorbiaceae. Jurnal MIPA Unsrat Online, 6(1),
pp. 69-73.
Rasyid, M., Mimien, H. I., & Murni, S., 2017. Anatomi Daun Ficus racemosa L.
(Biraeng) Dan Potensinya Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Jurnal Pendidikan, (2) 6, pp. 861-866
Saktiyono., 1989. Biologi 2. Jakarta : Bumi Aksara.
Tambarua, E., Umara, M. R., Latunra, A. R. & Sulaeman, M. 2014. Peranan Stomata
Bambu Betung Dendrocalamus asper (Schult f.) Backer ex Heyne Sebagai
Pengabsorbsi Karbon Dioksida di Kabupaten Toraja Utara. Jurnal Alam dan
Lingkungan, 5(10), pp. 1-6.