You are on page 1of 22

TUGAS

Disusun oleh :
Karina Rahmawati
16710357

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2019
A. BPJS
BPJS adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial. (Kementrian Kesehatan RI,2013:2)
BPJS dibedakan menjadi 2 kelompok, antara lain:
 BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan merupakan badan hukum publik yang diberikan oleh
pemerintah untuk memperoleh perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan. Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang
dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat 6 bulan
diIndonesia dan telah membayar iuran.

Peserta BPJS kesehatan ada 2 kelompok, yaitu:


1. PBI Jaminan Kesehatan
PBI (Penerima Bantuan Iuran) Adalah peserta jaminan kesehatan bagi fakir
miskin dan orang yang tidak mampu sebagiamana diamanatkan UU SJSN (Sistem
Jaminan Sosial Nasional) yang iurannya dibayari pemerintah sebagai peserta program
jaminan kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah
dan diatur melalui peraturan pemerintah.Yang berhak menjadi peserta PBI lainnya
adalah yang mengalami cacat total tetap dan tidak mampu.(Kementrian Kesehatan
RI,2013:7-9)

2. Bukan PBI Jaminan Kesehatan.


Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan terdiri atas :
a. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya
Adalah setiap orang yang bekerja kepada pemberi kerja dengan menerima gaji
atau upah.Pekerja penerima upah terdiri atas:
1. Pegawai negeri sipil
2. Anggota TNI
3. Anggota Polri
4. Pejabat negara
5. Pegawai pemerintah non pegawai negeri
6. Pegawai swasta
7. Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah
b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya
Adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, terdiri atas:
1. Pekerja diluar hubungan kerja atau pekerja mandiri
2. Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja bukan penerima upah
c. Bukan pekerja dan anggota keluarganya
Adalah setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu membayar iuran jaminan
kesehatan, terdiri atas:
1. Investor
2. Pemberi kerja
3. Penerima pensiun
4. Veteran
5. Perintis kemerdekaan
6. Bukan pekerja lain yang memenuhi kriteria bukan pekerja penerima
upah.
Orang yang dimaksud denga anggota keluarga adalah
a. Satu orang istri atau suami yang sah dari peserta
b. Anak kandung, anak tiri dan atau anak angkat yang sah dari peserta,
dengan kriteria :
1. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan
sendiri
2. Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal
Jumlah peserta dan anggota keluarga yang ditanggung oleh jaminan kesehatan
paling banyak 5 orang. Apabila peserta yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih
dari 5 orang termasuk peserta, dapat mengikut sertakan anggota keluarga yang lain
dengan membayar iuaran tambahan.
Semua penduduk Indonesia harus menjadi peserta BPJS Kesehatan, karena
kepesertaan BPJS kesehatan bersifat wajib, meskipun yang bersangkutan sudah
memiliki jaminan kesehatan lain.
Apabila kita tidak menjadi peserta BPJS Kesehatan maka ketika sakit dan
harus berobat atau dirawat semua biaya yang timbul harus dibayar sendiri dan
kemungkinan bisa sangat mahal diluar kemampuan kita. (Kementrian Kesehatan
RI,2013:13-26)
 BPJS Ketenagakerjaan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS
Ketenagakerjaan) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada
Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. (Asih Eka Putri2014:17).
1. Jaminan Hari Tua
Merupakan program perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan sebagai pengganti
atas hilangnya penghasilan tenaga kerja akibat meninggal dunia, cacat total tetap, atau
mencapai usia tua (55 Tahun) dan penyelenggaraannya dengan sistem tabungan hari
tua yang besarnya merupakan akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya.
Sebelum mengajukan klaim Jaminan Hari Tua, pastikan Anda memenuhi salah satu
kriteria - kriteria dibawah ini:
1. Mencapai usia 55 Tahun, atau meninggal dunia, atau cacat total tetap
2. Pergi ke luar negeri dan tidak kembali
3. Menjadi PNS/TNI/POLRI
Selain mendapatkan tabungan di program Jaminan Hari Tua, Anda juga
mendapatkan manfaat berupa pembiayaan kepemilikan perumahan berupa fasilitas
Pinjaman Uang Muka Perumahan (rumah tapak dan rumah susun), Kredit Pemilikan
Rumah (rumah tapak dan rumah susun), rusunawa dan pinjaman renovasi perumahan.
Manfaat JHT untuk PUMP dan KPR dapat diambil apabila masa kepesertaan Anda
minimal 10 tahun dengan besaran maksimal 30%. Apabila masa kepesertaan Anda
dibawah 10 tahun, manfaat JHT yang didapat berupa PUMP dengan mekanisme
subsidi bunga dari hasil pengembangan investasi (deposito khusus).
Pengambilan manfaat sebagian setelah kepesertaan 10 tahun adalah sebesar 10%
tanpa mengambil manfaat kepemilikan perumahan.

2. Jaminan Kematian
Merupakan program perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan yang
diperuntukkan bagi ahli waris peserta program BPJS Ketenagakerjaan yang
meninggal bukan akibat kecelakaan kerja. Program ini merupakan
perlindungan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya
pemakaman maupun santunan berupa uang. Daftarkan nama ahli waris Anda yang
berhak ke BPJS ketenagakerjaan secara akurat.
3. Jaminan Kecelakaan Kerja
Merupakan program perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan
untuk memberikan penggantian pendapatan berupa santunan dan kompensasi,
pelayanan kesehatan dan rehabilitasi bagi tenaga
kerja yang mengalami kecelakaan kerja mulai dari saat berangkat kerja, didalam
lingkungan kerja, sampai tiba kembali ke rumah atau menderita penyakit akibat
kerja.
4. Jaminan Pensiun
Merupakan program perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan ketika tenaga
kerja memasuki usia tua, mengalami cacat total tetap atau kepada ahli waris bagi
peserta yang meninggal dunia untuk mengganti pendapatan bulanan serta memastikan
kehidupan dasar yang layak. Daftarkan nama ahli waris Anda yang berhak ke BPJS
Ketenagakerjaan secara akurat.
Penerima manfaat pensiun terdiri dari :
a. Peserta
b. 1 (satu) orang istri atau suami yang sah menurut peraturan perundang-
undangan di Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Paling banyak 2 (dua) orang anak yaitu anak kandung, anak tiri, atau anak
angkat yang sah; dan
d. 1 (satu) orang tua terdiri dari ayah kandung, ibu kandung, ayah tiri, ibu tiri,
ayah angkat, atau ibu angkat.
Manfaat Jaminan Pensiun akan di berikan secara berkala setelah Anda
mencapai masa iuran minimal 180 bulan atau setara dengan 5 tahun. Apabila masa
iuran belum mencapai 180 bulan, maka Anda akan mendapatkan manfaat jaminan
Pensiun secara Lumsum yaitu akumulasi iuran di tambah dengan hasil
pengembangan.

B. Patient safety
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dair cidera aksidental atau
menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan.
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera
yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).

 Tujuan Sistem Patient safety :


Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka
karena jatuh)

 Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum dalam Patient safety
1. Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:
a. keselamatan pasien;
b. keselamatan pekerja (nakes);
c. keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan);
d. keselamatan lingkungan;
e. keselamatan bisnis.
2. Elemen Patient safety :
a. Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME) (ketidakcocokan
obat/kesalahan pengobatan)
b. Restraint use (kendali penggunaan)
c. Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d. Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
e. Pressure ulcers (tekanan ulkus)
f. Blood product safety/administration (keamanan produk
darah/administrasi)
g. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
h. Immunization program (program imunisasi)
i. Falls (terjatuh)
j. Blood stream – vascular catheter care (aliran darah – perawatan
kateter pembuluh darah)
k. Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident
reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan pelaporan
pasien/pengunjung laporan kejadian)
3. Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan yang
Paling Umum):
a. Communication problems (masalah komunikasi)
b. Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai)
c. Human problems (masalah manusia)
d. Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e. Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer
pengetahuan)
f. Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja)
g. Technical failures (kesalahan teknis)
h. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang
tidak memadai) [AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality)
Publication, 2003]

 Standar Keselamatan Pasien


Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient safety
Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:

Hak pasien
Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah sebagai berikut:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas
dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
 Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban
& tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah keselamatan
dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah
partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistim dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
 Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri sebagai berikut:
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber
daya
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
 Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah RS harus mendisain proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP dengan
criteria sebagai berikut:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
 Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standarnya adalah:
a. Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui penerapan “7
Langkah Menuju KP RS”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP &
program mengurangi KTD.
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
e. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja RS & KP, dengan criteria sebagai berikut:
(1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
(2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden,
(3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
(4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
(5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden,
(6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
(7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan
(8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
(9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit
dan keselamatan pasien

 Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Standarnya adalah:


a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
(1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
(2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
(3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.
 Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standarnya adalah:
a. RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan criteria sebagai
berikut:
(1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien.
(2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.

 Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-VIII-


2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit
a) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan kepemimpinan &
budaya yang terbuka dan adil”
Bagi Rumah sakit:
a. Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta,
dukungan kepada staf, pasien, keluarga
b. Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden
c. Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
d. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP
Bagi Tim:
a. Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
b. Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat
b) Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen & focus yang kuat & jelas
tentang KP di RS anda”
Bagi Rumah Sakit:
a. Ada anggota Direksi yang bertanggung jawab atas KP
b. Di bagian-bagian ada orang yang dapat menjadi “Penggerak” (champion) KP
c. Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi/Manajemen
d. Masukkan KP dalam semua program latihan staf
Bagi Tim:
a. Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan KP
b. Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
c. Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden
c) Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem & proses
pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial bermasalah”
Bagi Rumah Sakit:
a. Strukur & proses menjamin risiko klinis & non klinis, mencakup KP
b. Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
c. Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden & asesmen risiko & tingkatkan
kepedulian terhadap pasien
Bagi Tim:
a. Diskusi isu KP dalam forum-forum, untuk umpan balik kepada manajemen
terkait
b. Penilaian risiko pada individu pasien
c. Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah
memperkecil risiko tersebut.
d) Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kepada KKP-RS”
Bagi Rumah Sakit:
a. Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dalam maupun ke
luar yang harus dilaporkan ke KKPRS – PERSI
Bagi Tim:
a. Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden & insiden yang telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yang penting
e) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara komunikasi
yang terbuka dengan pasien”
Bagi Rumah Sakit:
a. Kebijakan : komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien & keluarga
b. Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden
c. Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka
kepada pasien & keluarga (dalam seluruh proses asuhan pasien)
Bagi Tim:
a. Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi insiden
b. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga bila terjadi insiden
c. Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien & keluarga.
f) Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, “dorong staf anda
untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu
timbul”
Bagi Rumah Sakit:
a. Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab
b. Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause
Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain,
mencakup semua insiden & minimum 1 x per tahun untuk proses risiko tinggi
Bagi Tim:
a. Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
b. Identifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak & bagi pengalaman
tersebut
g) Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan pasien, “Gunakan
informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan”
Bagi Rumah Sakit:
a. Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian
insiden, audit serta analisis
b. Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan
klinis, penggunaan instrumen yang menjamin KP
c. Asesmen risiko untuk setiap perubahan
d. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
e. Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden
Bagi Tim:
a. Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
b. Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
c. Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan

 Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit


WHO Collaborating Centre for Patient safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi
menerbitkan “Nine Life Saving Patient safety Solutions” (“Sembilan Solusi Life-Saving
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh
pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan
mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien.
a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf pelaksana
adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error)
dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang
ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung
terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada
penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label,
atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara
elektronik.
b. Pastikan Identifikasi Pasien.
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar
sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan;
pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya,
dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien,
termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di
semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam
konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan
nama yang sama.
c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit
pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan
cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima
pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat
kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga
dalam proses serah terima.
d. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus
dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah
sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-
kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang
distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang
tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada sisi
yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang
terlibat dalam prosedur Time out sesaat sebelum memulai prosedur untuk
mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil
risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan
pencegahan atas campur aduk/bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan. Rekonsiliasi
(penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah
salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah
menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang
sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan/atau perintah pemulangan
bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas
layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
g. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa
agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa
menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah
menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail/rinci bila sedang
mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar),
dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan
& slang yang benar).
h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV
yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah
penlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik
para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip
pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan
infeksi melalui darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi
Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif
adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya
adalah mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia
pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf
mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih
ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui
pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik yang lain.

C. SDGs dan MDGs


1. Definisi SDGs dan MDGs

SDGs adalah Singkatan atau kepanjangan dari sustainable development goals,


yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan
dan perundingan negara-negara di dunia.

Adapun tiga pilar yang menjadi indikator dalam konsep pengembangan SDGs, yaitu:
1. Indikator yang melekat pada pembangunan manusia (Human Development),
seperti pendidikan dan kesehatan.
2. Indikator yang melekat pada lingkungan kecil (Social Economic Development),
seperti ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan serta pertumbuhan ekonomi.
3. Indicator yang melekat pada lingkungan yang lebih besar (Environmental
Development), seperti ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan
yang baik.
Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma
pembangunan gobal yang dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium
oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada
bulan September 2010.Adapun 8 tujuan dari MDGs sebagai berikut :

1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan


2. Mewujudkan pendidikan dasar bagi semua
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Menurunkan angka kematian balita
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya
7. Menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

Adapun hasil yang telah dicapai oleh MDGs adalah sebagai berikut :

 Pencapaian MDGs Global


1. Target dengan kemajuan signifikan
a) Penurunan proporsi populasi global yang hidup dalam kemiskinan ekstrim
(turun menjadi 22% pada 2010).
b) Tercapainya penurunan tingkat kelaparan global (turun dari 23,2 persen
pada 1990-1992 menjadi 14,9 persen pada tahun 2010-2012).
c) Kemajuan signifikan dalam perang melawan malaria dan TBC (1,1 dan 20
juta kematian dapat dihindarkan).
d) Penurunan populasi yang tinggal di kawasan kumuh di kota-kota Negara-
negara berkembang (>200 juta penduduk).
e) Lebih dari 2 miliar populasi dunia telah mendapatkan akses air minum
(mencapai 89% pada 20 juta).
2. Target yang memerlukan kerja keras
a. Penurunan tingkat kematian ibu (47%) dan anak (41%).
b. Akses/pengetahuan tentang pencegahan virus HIV perlu diperluas (pada
2011, terdapat 43 juta penduduk mengidap HIV).
c. Peningkatan hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan dasar (pada
2011, terdapat 57 juta anak tidak mengenyam SD).
d. Meningkatkan akses terhadap air bersih (hingga 2011, 1,9 miliar orang
mendapat akses air bersih).
e. Perunan bantuan kepada Negara-negara miskin/terbelakang (turun 13%
menjadi $26 M)

3. Target Yang Perlu Perbaikan Labih Lanjut

a. Kesenjangan daerah kota – pedesaan.Misal : akses kesehatan (desa : kota =


53% : 84%).
b. Anak-anak miskin yang meninggalkan sekolah lebih tinggi (3x lipat)
dibandingkan anak-anak keluarga mampu.
c. Ketidak setaraan gender dalam politik dan jaringan pengambilan keputusan.

2. Pencapaian MDGs Di Indonesia

 Target Yang Telah Tercapai


a. MDG 1, proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP)
perkapita per hari.
b.MDG 3, Rasio perempuan terhadap laki-laki di tingkat pendidikan dasar,
menengah dan tinggi,; dan rasio angka melek huruf perempuan terhadap laki-laki
umur 15-24 tahun.
c. MDG 6, angka kejadian, prevalensi dan tingkat kematian, serta proporsi jumlah
kasus tuberculosis yang ditemukan, diobati dan disembuhkan.
d.MDG 8, Proporsi penduduk yang memiliki telepon seluler.
 Target On Track

Target MDGs yang telah menunjukkan kemajuan signifikan dan diharapkan dapat
tercapai pada tahun 2015 (on-track) antara lain :

a. MDG 1, prevalensi balita dengan berat bdan rendah/ kekurangan gizi.


b.MDG 2, Angka Partisipasi Murni (APM) SD, proporsi murid kelas 1 yang
berhasil menamatkan sekolah dasar; serta angka melek huruf penduduk usia 15-24
tahun (perempuan dan laki-laki).
c. MDG 4, angka kematian neonatal, bayi, dan balita serta proporsi anak usia 1
tahun yang mendapat imunisasi campak.
d.MDG 6, Angka kejadian Malaria (per 1.000 penduduk), proporsi penduduk
terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan Antiretroviral (ARV).
 Target Perlu Usaha Keras (Off Track)

Target MDGs yang telah menunjukkan kemajuan namun masih diperlukan kerja keras :

a. MDG 1, persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional,


proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum
1400 kkal/kapita/hari dan 2000 kkal/kapita/hari.
b.MDG 5, angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. angka pemakaian
kontrasepsi (CPR) pada perempuan umur 15-19 tahun per 1000 perempuan usia
15-19 tahun, kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need).
3. MDG’s dengan SDG’s

SDGs ini tidak terpisah dari MDGs, SDGs merupakan bentuk penyempurnaan
MDGs. SDGs merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada MDGs
(Millenium Development Goals).

Apabila MDGs terdiri dari 8 tujuan (goals), 18 sasaran (target) dan 58 indikator,
sedangkan SDGs terdiri dari 17 tujuan (goals) yang terbagi menjadi 169 target dan 300
indikator.

Situs theguardian.com menyebutkan beberapa alasan mengapa pelaksanaan SDGs


nantinya akan lebih baik dari MDGs, yaitu :

a) SDGs lebih berkolaborasi secara global karena melibatkan seluruh negara anggota
PBB, baik negara berpenghasilan rendah dan menengah;
b) sektor swasta dalam SDGs memiliki peran yang lebih besar untuk terlibat;
c) MDGs tidak berakar pada standar hak asasi manusia, sementara SDGs dinilai sudah
didukung dengan dasar-dasar dan prinsip-prinsip HAM yang lebih baik;
d) SDGs bersifat inklusif;
e) Indikator dalam SDGs memberikan kesempatan untuk keterlibatan masyarakat
sipil;
f) PBB dapat menginspirasi dulia lewat SDGs; dan
g) The 2015 United Nations Climate Change Conference adalah kesempatan lain
untuk membuat kemajuan.
4. Isi Dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s)

SDG’s memiliki 5 pondasi yaitu manusia, planet, kesejahteraan, perdamaian, dan


kemitraan yang ingin mencapai tiga tujuan mulia di tahun 2030 berupa mengakhiri
kemiskinan, mencapai kesetaraan dan mengatasi perubahan iklim. Untuk mencapai tiga
tujuan mulia tersebut, maka disusunlah 17 Tujuan Global sebagai berikut
17 Tujuan Global (Global Goals)

1. Tanpa Kemiskinan:Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di seluruh penjuru


dunia.
2. Tanpa Kelaparan
Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, serta
mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3. Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraanseluruh masyarakat di segala umur.
4. Pendidikan Berkualitas
Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan keempatan
belajar untuk semua orang, menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan
serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
5. Kesetaraan Gender
Mencapai kesetaraan gender dn memberdayakan kaum ibu dan perempuan.
6. Air Bersih dan Sanitasi
Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua
orang.
7. Energi Bersih dan Terjangkau
Menjamin akses terhadap sumber energy yang terjangkau, terpercaya,
berkelanjutan, dan modern untuk semua orang.
8. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak
Mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan
kerja yang penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang.
9. Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan industri yang
inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi.
10. Mengurangi Kesenjangan
Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah Negara maupun di antara
Negara-negara di dunia.
11. Keberlanjutan Kota dan Komunitas
Membangun kota-kota serta pemukiman yng inklusif, berkualitas, aman,
berketahanan dan berkelanjutan.
12. Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab
Menjamin keberlangsungan konsumsi dan pola produksi.
13. Aksi Terhadap Iklim
Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
14. Kehidupan Bawah Laut
Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumber daya laut
untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan.
15. Kehidupan Darat
Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan pemakaian
ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, mengurangi tanah tandus,
serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan
degradasi tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.
16. Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian
Meningkatkan perdamaian termasuk masyarakat untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi semua orang termasuk
lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh kalangan, serta membangun
institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.
17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Memperkuat implementasi dan menghidupkan kembali kemitraan global untuk
pembangunan yang berkelanjutan.

You might also like