You are on page 1of 8

Karakterisasi Agronomis Ubi Kayu Lokal Maluku Utara

Agronomic Characterization of North Maluku Local Cassava

Bayu Suwitono1*, Indra Heru Hendaru2, Pratanti Haksiwi Putri3


1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara, Jl. Komplek Pertanian 1,
Kusu, Sofifi, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara
2
Balai Pengajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Jl. Kayu Ambon 80,
Kayuambon, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
3
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Jl. Raya Kendalpayak
km 8 PO Box 66 Malang, Jawa Timur
*e-mail :suwitonobayu9@gmail.com

ABSTRAK
Ubi kayu lokal merupakan tanaman penting untuk menunjang ketahanan pangan di
Maluku Utara, tetapi belum terkarakterisasi secara agronomi. Penelitian ini bertujuan
mendapatkan informasi mengenai karakter agronomi dan potensi hasil dari aksesi plasma
nutfah ubi kayu asal Maluku Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai
Maret 2016 di Kebun Plasma Nutfah BPTP Maluku Utara. Sebanyak 13 aksesi ubi kayu
ditanam pada guludan berukuran 1 m x 5 m, jarak tanam 100 x 100 cm, satu stek per
lubang. Karakter morfologi yang diamati meliputi 9 karakter kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan karakter kuantitatif dari aksesi ubi kayu yang dikoleksi menunjukkan Aksesi
Nilon-1 memiliki bobot umbi total per tanaman tertinggi yaitu 17,548 kg/tanaman, sedang-
kan aksesi Moro putih memiliki bobot umbi total yang terendah yaitu 1,028 kg/tanaman.
Kata kunci: lokal, Maluku Utara, ubi kayu

ABSTRACT
Local variety of cassava is an important crop to support food safety in North Maluku,
but these plants are yet both morphologically and agronomically characterized. The aim of
this study, therefore, was to obtain information about agronomic characters and yield
potential of cassava accessions collected by Institute of Agriculture Technology (AIAT)
Maluku Utara. The study was conducted at the germplasm garden of AIAT Maluku Utara
from May 2015 to March 2016. A total of 13 accessions cassava was used as planting
materials. Each accession was planted in a 1 m x 5 m plot size with 100 cm x 100 cm plant
spacing, 1 cutting stem per planting hole. Morphological character observed was 9
quantitative characters. The results showed that the variability of morphological characters
was found in thirteen cassava accessions especially Nilon-1 accession, which had the
highest fresh tuber weight by 17.548 kgs/plant, while Moro Putih accession had the lowest
fresh tuber weight by 1.028 kg/plant.
Keywords: Local variety, morphological character, cassava, tuber yield

510 Suwitono et al.: Karakterisasi Agronomis Ubi Kayu Lokal Maluku Utara
PENDAHULUAN
Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan utama di Indonesia, selain
padi dan jagung. Tanaman ini memiliki sebaran wilayah yang luas, daya adaptasi
yang tinggi untuk tumbuh dan berproduksi sehingga sesuai untuk dimanfaatkan
sebagai sumber pangan (Akparobi 2009; Bantacut 2009). Ubi kayu termasuk juga
tanaman pangan non beras yang memiliki kandungan gizi yang baik. Menurut
Soetanto (2008), kandungan karbohidrat dan protein ubi kayu masing-masing
sebesar 34,7 g/100 g dan 1,2 g/100 g.
Kepulauan Maluku Utara terdiri dari pulau-pulau kecil dengan karakteristik
yang khas secara sosial dan biofisik serta keterbatasan sarana transportasi dan
komunikasi. Hal tersebut menuntut pemanfaatan sumber daya pertanian lokal
yang ada di masing-masing pulau secara optimal untuk menjamin ketersediaan
pangan bagi masyarakatnya. Pangan lokal seperti ubi kayu dapat dikembangkan
untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat jika dikelola
secara memadai dengan berbasis pada kearifan lokal.
Produksi ubi kayu di Maluku Utara tidak sebanyak provinsi lain yang termasuk
penghasil utama ubi kayu. Produksi ubi kayu di provinsi Maluku Utara pada tahun
2015 sebesar 120.283 ton dengan rata-rata produktivitas 21,65 (BPS Maluku
Utara 2016). Produktivitas ubi kayu masih tergolong rendah jika dibanding
dengan potensi hasilnya yang dapat mencapai 60t/ha. Rendahnya produktivitas di
tingkat petani disebabkan karena petani masih menggunakan teknologi budidaya
masih sederhana (tanpa pengolahan tanah sempurna, tanpa pemupukan, dan
tanpa pengendalian hama penyakit). Di Maluku Utara, budidaya ubi kayu meng-
gunakan bahan tanam hampir seluruhnya adalah aksesi-aksesi lokal. Produk ubi
kayu lokal selalu dibutuhkan dan diusahakan oleh masyarakat di Maluku Utara
sebagai salah satu makanan pokok dan bahan pembuatan sagu berbahan ubi
kayu sebagai pangan lokal (sagu kasbi).
Dalam rangka pelestarian, pengelolaan, dan pemanfaatan plasma nutfah ubi
kayu, BPTP Maluku Utara telah melakukan koleksi dan karakterisasi terhadap 13
aksesi ubi kayu lokal dari Kabupaten Halmahera Tengah (4 aksesi), Halmahera
Utara (2 aksesi), dan Pulau Morotai (7 aksesi), tahun 2015. Koleksi plasma nutfah
sangat berguna sebagai bahan pemuliaan apabila aksesi-aksesi yang ada dides-
kripsikan berdasarkan karakter-karakter penting sebagai penciri suatu aksesi
terutama yang berkaitan dengan potensi hasilnya (Alfons et al. 2015; Rosadi et al.
2014). Penelitian ini bertujuan mengetahui karakter agronomis 13 aksesi ubi kayu
lokal Maluku Utara.

BAHAN DAN METODE


Penelitian dilakukan di Kebun Plasma Nutfah BPTP Maluku Utara pada bulan
Mei 2015 hingga Maret 2016. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 511
kelompok dengan 13 aksesi ubi kayu sebagai perlakuan dan lima tanaman pada
tiap klon, sebagai banyaknya ulangan.
Stek batang ubi kayu sepanjang sekitar 20 cm ditanam dengan posisi tegak.
Jarak tanam 100 cm x 100 cm dan tidak dilakukan pemupukan. Penyiangan
gulma dilakukan dua kali yaitu pada umur satu dan tiga bulan setelah tanam.
Pembenahan guludan dilakukan pada saat penyiangan tanaman. Panen dilakukan
pada umur 10 bulan. Pengamatan dilakukan terhadap 9 variabel pengamatan
yaitu: panjang lobus, lebar lobus, rasio lobus daun, panjang tangkai daun (diamati
pada umur 6 bulan); tinggi tanaman, diameter batang (diukur pada saat
menjelang panen); sedangkan jumlah ubi total, jumlah ubi ekonomis, dan berat
umbi total (diukur setelah panen). Aksesi-aksesi yang digunakan pada penelitian
ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nama dan Asal Aksesi Ubi Kayu bahan Uji


No Aksesi Asal
1 Nilon-1 Halmahera Utara
2 Nilon-2 Halmahera Utara
3 Halteng-1 Halmahera Tengah
4 Ketan Halmahera Tengah
5 Sarimi Halmahera Tengah
6 Sango (Halteng) Halmahera Tengah
7 Morotai-1 Pulau Morotai
8 Morotai-2 Pulau Morotai
9 Jame-jame Morotai Pulau Morotai
10 Moro putih Pulau Morotai
11 Moro kuning Pulau Morotai
12 Kasbi kuning (Morotai) Pulau Morotai
13 Toli-Toli Pulau Morotai

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan terhadap karakter kuantitatif 13 aksesi ubi kayu yang dia-
mati disajikan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 nampak bahwa panjang lobus pada
aksesi ubi kayu lokal Morotai-2 nyata mempunyai panjang lobus tertinggi diantara
aksesi lainnya yaitu 24,39 cm dengan rata-rata panjang lobus 16,80 cm/tanaman,
sedangkan panjang lobus yang terendah terdapat pada aksesi Moro putih yaitu
9,63 cm. Perbedaan jenis aksesi menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap
panjang lobus daun. Sedangkan lebar lobus daun bervariasi antara 1,25–5,5 cm
dengan rata-rata 3,86 cm/tanaman di mana lebar lobus yang terkecil adalah aksesi
Morotai-1 yaitu 1,25 cm. Hal tersebut disebabkan bentuk lobus aksesi Morotai-1
adalah linear dengan bentuk ramping sedangkan aksesi yang memiliki lebar lobus
terbesar adalah aksesi Morotai-2 dengan lebar 5,5 cm dan lobus berbentuk
lanceolate. Semakin banyak lobus pada tanaman ubi kayu maka semakin banyak

512 Suwitono et al.: Karakterisasi Agronomis Ubi Kayu Lokal Maluku Utara
fotosintat yang diberikan ke ubi (Zuraida 2010; Putri et al. 2013). Dalam hal rasio
lobus daun, aksesi Morotai-1 mempunyai rasio lobus terbesar dengan 16,66 dan
berbeda nyata dengan aksesi lainnya, sedangkan aksesi Sango dan Kasbi kuning
menunjukkan rasio lobus terendah sebesar 3,53. Secara umum jumlah jari daun
berkisar antara 1-9, tetapi karakternya berbeda bergantung pada umur tanaman
dan varietas. Jumlah helaian daun pada fase awal berkisar 3-5 helai tiap tangkai,
pada umur 5-7 bulan 7-9 helai tiap tangkai (Puslitbangtan 2009).
Panjang tangkai daun tiap aksesi ubi kayu menunjukkan perbedaan yang
nyata, dimana panjang tangkai daun yang tertinggi diperoleh aksesi Kasbi kuning
sebesar 31,25 cm diikuti aksesi Sango yaitu 31,18 cm dan Morotai-2 sebesar
29,43 cm, sedangkan panjang tangkai daun aksesi Sarimi yaitu 4,42 cm, paling
rendah di antara 13 aksesi ubi kayu lainnya. Dalam hal tinggi tanaman, aksesi
Sarimi mempunyai tinggi tanaman tertinggi yaitu 379,40 cm. Namun jumlah
tersebut tidak berbeda nyata dibanding tinggi tanaman aksesi Nilon-1, Morotai-2,
dan Jame-jame Morotai. Tanaman yang mempunyai tinggi tanaman terendah
adalah aksesi Toli-toli yaitu 211,50 cm dan berbeda nyata dengan 12 aksesi ubi
kayu lainnya. Meningkatnya hasil ubi kayu didukung oleh meningkatnya
pertumbuhan tanaman yang ditandai dengan meningkatnya tinggi tanaman,
bobot umbi dan jumlah umbi per tanaman (Arsana et al. 2006).
Hasil pengamatan terhadap diameter batang memiliki rata-rata 2,53 cm/tana-
man di mana diameter batang terbesar dihasilkan oleh aksesi Nilon-1 yaitu 2,91
cm namun jumlah tersebut tidak berbeda nyata dibandingkan dengan diameter
batang pada aksesi Halteng-1, Ketan, Sarimi, Sango, Morotai-2, dan Kasbi kuning.
Sedangkan, aksesi Moro putih merupakan yang terendah yaitu 1,70 dan menun-
jukkan perbedaan yang nyata dengan 12 aksesi lainnya. Semakin besar diameter
batang mempengaruhi jumlah ubi dan berat umbi yang dihasilkan. Meningkatnya
pertumbuhan tanaman akan berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh (Arsana
et al. 2006).

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 513
Tabel 2. Karakter kuantitatif pada 13 aksesi ubi kayu lokal asal Maluku Utara
Panjang Jumlah
Lebar Tinggi Jumlah
Panjang Rasio tangkai Diameter ubi Berat umbi total
Aksesi Lobus tanaman ubi total
lobus (cm) lobus daun daun batang ekonomis (kg/tan)
(cm) (cm) (buah)
(cm) (buah)
Nilon-1 16,68 fg 4,61 f 3,63 a 21,81 e 376,80 d 2,91 f 23,00 e 14,60 f 17,548,60 g
Nilon-2 12,18 b 3,16 c 3,91 ab 12,45 c 318,20 c 2,56 cd 18,60 d 14,40 f 11,618,80 f
Halteng-1 17,84 gh 4,34 ef 4,11 ab 18,90 d 243,40 b 2,75 def 13,20 c 9,80 d 8,510,40 e
Ketan 14,45 cd 3,72 d 3,91 ab 17,68 d 291,60 c 2,67 def 17,00 d 12,20 e 8,391,80 e
Sarimi 15,96 ef 3,93 de 4,07 ab 4,42 a 379,40 d 2,67 def 6,40 b 9,40 d 3,914,00 bc
Sango 15,80 def 4,48 f 3,53 a 31,18 f 255,80 b 2,83 ef 8,40 b 5,80 bc 6,591,60 d
Morotai-1 20,45 i 1,25 a 16,66 d 17,22 d 291,00 c 2,39 c 8,60 b 6,20 bc 4,196,20 bc
Morotai-2 24,39 j 5,50 g 5,14 bc 29,43 f 373,75 d 2,74 def 8,20 b 5,20 b 5,515,00 cd
Jame-jame 18,29 h 4,71 f 3,90 ab 22,94 e 368,60 d 2,36 c 7,20 b 4,20 b 3,599,00 b
morotai
Moro putih 9,63 a 2,61 b 3,71 a 8,28 b 257,50 b 1,70 a 2,20 a 2,00 a 1,028,40 a
Moro kuning 14,08 c 2,34 b 5,56 c 14,42 c 256,40 b 1,95 b 8,00 b 5,80 bc 3,215,60 b
Kasbi kuning 23,59 j 6,69 h 3,53 a 31,25 f 371,80 d 2,74 def 8,80 b 5,60 b 4,398,20 bc
Toli-toli 15,03 cde 2,78 bc 5,49 c 12,68 c 211,50 a 2,58 cde 15,60 cd 8,00 cd 4,965,60 bcd
Rata-rata 16,80 3,86 5,17 18,66
Standar deviasi 4,20 1,44 3,53 8,50
KV 25,00 37,30
Keterangan: Angka-angka dalam kolom sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

514 Suwitono et al.: Karakterisasi Agronomis Ubi Kayu Lokal Maluku Utara
Ditinjau dari segi produksi, baik jumlah ubi total dan berat umbi total, terlihat
bahwa aksesi Nilon-1 paling tinggi dan menunjukkan perbedaan yang nyata
dengan aksesi yang lainnya (Tabel 2). Jumlah ubi total aksesi Nilon-1 yaitu 23
buah, sedangkan aksesi Moro putih menghasilkan jumlah ubi total yang terendah
2,20 buah dan berbeda nyata dengan aksesi lainnya. Jumlah ubi ekonomis memi-
liki rata-rata 7,94 buah dimana aksesi Nilon-1 tertinggi dengan 14,60 buah diikuti
oleh aksesi Nilon-2 yaitu 14,40 buah dimana keduanya menunjukkan perbedaan
nyata dengan 11 aksesi lainnya. Aksesi Moro putih menghasilkan jumlah ubi eko-
nomis terendah sebanyak dua buah dan berbeda nyata dengan aksesi yang lain.
Jumlah ubi ekonomis merupakan banyaknya jumlah umbi ubi kayu yang dihasil-
kan pada setiap tanaman dan memiliki nilai ekonomis, biasanya diukur dari
panjang ubi dengan nilai >20 cm (Fukuda et al. 2010; Rosyadi et al. 2014).
Penampilan umbi hasil panen 13 aksesi ubi kayu Maluku Utara disajikan pada
Gambar 1.

Gambar 1. Penampilan umbi 13 aksesi ubi kayu Maluku Utara: (a) Nilon-1, (b) Nilon-2,
(c) Halteng-1, (d) Ketan, (e) Sarimi, (f) Sango, (g) Morotai-1, (h) Morotai-2, (i)
Jame-jame morotai, (j) Moro putih, (k) Moro kuning, (l) Kasbi kuning, (m)
Toli-toli
Perbedaan antar aksesi ubi kayu terlihat pada variabel berat umbi total per
tanaman. Aksesi-aksesi ubi kayu yang diuji memiliki rata-rata berat umbi total per
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 515
tanaman 6,42 kg dan terdapat lima aksesi yang memiliki bobot umbi total per
tanaman di atas rata-rata, yaitu Nilon-1, Nilon-2, Halteng-1, Ketan, dan Sango.
Jumlah ubi per tanaman sangat menentukan hasil berat umbi total. Aksesi yang
diuji mampu menghasilkan jumlah ubi total dengan kisaran 2,20–23 buah/ta-
naman dan rata-rata 11,17 buah/tanaman. Menurut Munip (2006) jumlah umbi
terbanyak diperoleh dari pertanaman yang dipanen pada umur 10 bulan dan bila
dipanen pada umur 12 bulan, jumlah umbi sudah tidak meningkat lagi. Hasil
pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa aksesi ubi kayu Nilon-1 memiliki nilai ter-
tinggi untuk karakter jumlah ubi total per tanaman dan berat umbi total per
tanaman masing-masing 23 buah/tanaman dan 17,54 kg/tanaman. Berdasarkan
hasil tersebut, aksesi tersebut layak untuk dikembangkan sebagai plasma nutfah
ubi kayu lokal di Maluku Utara. Pelestarian kekayaan plasma nutfah jangka pan-
jang adalah untuk menyediakan gen-gen bermanfaat untuk tujuan pemuliaan di
masa depan (Sumarno dan Zuraida 2008).

KESIMPULAN
Berdasarkan data kuantitatif dari aksesi ubi kayu yang dikarakterisasi menun-
jukkan variasi yang cukup besar. Karakter kuantitatif dengan keragaman fenotif
yang cukup luas adalah jumlah ubi total per tanaman, rasio lobus daun dan berat
umbi total per tanaman. Berat umbi total per tanaman berkisar antara 1,2 kg–
17,54 kg/tanaman dengan rata-rata 6,42 kg/tanaman. Aksesi Nilon-1 memiliki
berat umbi total terbesar yaitu 17,54 kg/tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Akparobi SO. 2009. Effect of Two Agro-Ecological Zones on Leaf Chlorophyll
Contents of Twelve Cassava Genotypes in Nigeria. Middel-East Journal of
Scientific Research 4 (I): 2-23
Alfons, Berthy J, Wamaer D. 2015. Keragaman Karakter Morfologi dan
Agronomis Ubi Kayu Lokal Maluku. Prosiding Seminar Nasional Sumber
Daya Genetik Pertanian: 160-168
Arsana NIGK., Adijaya, Yasa RIMD. 2006. Pengkajian Pemberian Pupuk Organik
Kotoran Babi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Ubikayu dan Ubi jalar di
Bali. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Tahun 2006. Baitkabi, Malang
Bantacut T. 2010. Ketahanan Pangan Berbasis Cassava. Artikel Teknologi
Pangan 19(1)
BPS-Maluku Utara. 2016. Maluku Utara dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Provinsi Maluku Utara
Fukuda WMG, Guevara CL, Kawuki R, Ferguson ME. 2010. Selected morpholo-
gical and Agronomic Descriptors for the Characterization of Cassava Interna-
tional Institute of Tropical Agriculture (IITA). Ibadan, Nigeria
Munip A, Ispandi A. 2006. Pengaruh saat Tanam dan Umur Panen Beberapa

516 Suwitono et al.: Karakterisasi Agronomis Ubi Kayu Lokal Maluku Utara
Klon Ubi Kayu Terhadap Hasil Umbi dan Kadar Pati dalam Umbi. Prosiding
Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Puslitbangtan. 2009. Ubi kayu Inovasi Teknologi dan Kebijakan Pengembangan.
Balitbangtan
Putri DI, Sunyoto, Yuhadi E, Utomo SD. 2013. Keragaman Karakter Agronomi
Klon-Klon F1 Ubikayu (Cassava esculenta Crantz) Keturunan Tetua Betina
UJ-3, CMM 25-27, dan Mentik Urang. J. Agrotek Tropika 1(1): 1-7
Rosyandi MI, Toekidjo, Supriyatna. 2014. Karakterisasi Ubi Kayu (Manihot
utilissima) Gunung Kidul. Vegetalika 3 (2): 59-71
Soetanto NE. 2008. Tepung Kassava dan Olahannya. Kanisius, Yogyakarta
Sumarno, Zuraida N. 2008. Pengelolaan Plasma Nutfah Tanaman Terintegrasi
dengan Program Pemuliaan. Buletin Plasma Nutfah 14(2): 57-67
Zuraida N. 2010. Karakterisasi Beberapa Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Plasma
Nutfah Ubi Kayu. Buletin Plasma Nutfah 16(1): 49-56.

DISKUSI
Bapak Tjintoko dari CIP Indonesia
Pertanyaan:
1. Berapa jumlah ubikayu lokal yang ada disana?
2. Apakah ada data produktivitas aksesi lokal Malut
Jawaban:
1. Koleksi data Malut ada 13 aksesi lokal
2. Bisa dilihat di website BPTP Malut

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 517

You might also like