You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta


bertambahnya penduduk dan masyarakat maka, maka perlu adanya perawat kesehatan
komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan, pemeliharaan,
promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada individu,
keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut dengan keperawatan
komunitas.

Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987 dalam wahid dan nurul 2009).

B. Tujuan

Setelah melihat latar belakang di atas maka muncullah permasalahan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian keperawatan komunitas

2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi keperawatan komunitas

3. Untuk mengetahui komunitas sebagai klien

4. Untuk mengetahui sejarah perkembangan keperawatan komunitas


5. Prinsip Keperawatan Komunitas
6. Untuk mengetahui teori model konseptual dalam keperawatan komunitas
7. Untuk mengetahui perbedaan antara keperawatan komunitas di klinik dan rumah sakit
BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan
komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Wahid dan nurul 2009
mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :

1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya


kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau
tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh
manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat
individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati
tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan
untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan
sehari-hari.
Nies dan Mcewen, 2015 mendefinisikan keperawatan komunitas adalah perpaduan
antara prktik keperawatan dan praktik kesehatan publik. Tujuan utaman keperawatan
kesehataan public adalah untuk mempertahankan kesehatan komunitas dan populasi
sekitarnya dengan berfokus pada promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan pada
individu, keluarga dan kelompok didalam masyarakat. Dengan demikian, keperawatan
kesehatan momunitas/ Publik berhubungan dengan kesehatan dan identifikasi popilasi
beresiko daripada dengan suatau episode respond teradap kebutuhan klien

B. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

a. Tujuan keperawatan komunitas


Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga,
dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat
yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
b. Fungsi keperawatan komunitas
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya
dibidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau


kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada
akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (wahid dan nurul 2009).

C. Komunitas Sebagai Klien

Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu / klien yang berada pada lokasi
atau batas geografis tertentu yang memiliki nilai-nilai, keyakinan dan minat relative sama
serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas merupakan sumber
dan lingkungan bagi keluarga. Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok
risiko tinggi, antara lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.

D. Sejarah Perkemangan Keperawatan Komunitas

Periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat

Periode perkembangan kesehatan masyarakat terdiri atas periode sebelum ilmu pengetahuan
(prescientific period) dan periode ilmu pengetahuan (scientific period)

a. Periode sebelum ilmu pengetahuan (prescientific period)


Perkembangan kesehatan masyarakat sebelum ilmu pengatahuan tidak dapat
dipisahkan dari sejarah kebudayaan yang ada di dunia, di antaranya adalah budaya dari
bangsa Babilonia, Mesir, Yunani, dan Romawi. Bangsa-bangsa tersebut menunjukkan
bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan
masyarakat dan penyakit. Pada zaman tersebut diperoleh catatan bahwa telah dibangun
tempat pembuangan kotoran (latrin) umum untuk menampung tinja atau kotoran manusia
serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun dengan tujuan agar tinja tidak menimbulkan
bau yang tidak sedap dan pandangan yang tidak menyenangkan, belum ada pemikiran
bahwa latrin dibangun dengan alasan kesehatan karena tinja atau kotoran manusia dapat
menularkan penyakit. Pembuatan susia oleh masyarakat pada masa itu juga karena air
sungai yang biasa mereka minum sudah kotor dan terasa tidak enak, bukan karena minum
air sungai dapat menyebabkan penyakit (Greene, 1984 dalam Wahid dan Nurul 2009).
Dari dokumen lain juga tercatat bahwa pada zaman Romawi Kuno telah dikeluarkan
suatu peraturan yang mengharuskan kepada masyarakat untuk (Hanlon, 1974 dalam
Wahid dan Nurul 2009) :
1. Mencatatkan pembangunan rumah
2. Melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya
3. Melaporkan binatang peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau
4. Pemerintah melakukan supervisi ke tempat-tempat minuman (public bar), warung
makanan, tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-1 sampai ke
7 dengan alasan sebagai berikut :

1. Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan telah menjadi epidemi,
bahkan ada yang menjadi ebdemis.
2. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika muncul penyakit kolera
yang telah tercatat sejak abad ke-7 bahkan di India penyakit kolera telah menjadi
endemis. Penyakit lepra telah menyebar ke Mesir Asia kecil, dan Eropa melalui para
emigran

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, diantaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah :

1. Lingkungan, terutama hiegyne dan sanitasi lingkungan


2. Pembuangan kotoran manusia (latrin)
3. Mengusahakan air minum bersih
4. Pembuangan sampah
5. Pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat
Pada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun
1340 telah tercatat 13 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza
dilaporkan bahwa 13ribu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan
catatan, jumlah orang yang meninggal karena wabah penyakit pes diseluruh dunia waktu
itu mencapai lebih dari 60 juta orang, sehingga kejadian pada waktu itu disebut “The
Black Death”, serangan wabah penyakit menular ini berlangsung sampai abad ke-18.
Disamping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga masih berlangsung. Pada tahun 1603
lebih dari 1 dari 6 orang meninggal karena penyakit menular, dan tahun 1655 sekitar 1
dari 5 orang meninggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang penduduk di
Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antara lain dipteri, tifus, disentri dan lain-lain.

b. Periode ilmu pengetahuan (scientific period)


Pada akhir bad ke-18 dan awal abad ke-19, bangkitnya ilmu pengetahuan
mempunyai dampak yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk
pada aspek kesehatan. Pada ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak
hanya memandang pada aspek biologis saja, tetapi sudah komprehensif dan
multisektoral. Selain itu, telah ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin
sebagai pencegahan penyakit, seperti :

Penemu Hasil Temuan

Louis Pasteur Vaksin untuk mencegah penyakit cacar

Joseph Lister Asam carbol (carbolic acid) untuk sterilisasi


ruang operasi

William Marton Ether sebagai anestesi pada waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris.


Hal ini terkait dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada
masyarakat di perkotaan, terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi
penanganan pada penyakit ini dan Edwin Chadwich, seorang pakar sosial (social
scientist), ditunjuk sebagai ketua komisi untuk melakukan penyelidikan mengenai
penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang dilaporkan di antaranya yaitu
masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia penduduk berdekatan
dengan aliran pembuangan kotor manusia, adanya aliran air limbah terbuka yang tidak
teratur, makanan yang di jual di pasar tidak hiegenis (dihinggai lalat dan kecoa), sebagian
besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata 14 jam per hari sementara gaji
yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan Edwin
Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan
undang-undang yang mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk dan
berbagai peraturan tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik dan
lain-lain.
Berawal dari penelitiannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari
kesehatan masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan
masyarakat. Generasi setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich- yang
kemudian dikenal sebagai pembina kesehatan masyarakat modern (public health
modern). Winslow merumuskan definisi kesehatan masyarakat yang kemudian diterima
oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam definisi sehat. John Snow, adalah
seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan masyarakat dalam upaya
suksesnya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal yang perlu di catat
di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi dalam
menganalisis wabah penyakit kolera. Yaitu dengan menganalisis faktor tempat, orang dan
waktu, sehingga dia dianggap sebagai The Father of Epidemiology.
Pada akhir abad ke-19 dan di awal abad ke-20, pendidikan untuk tenaga kesehatan
yang profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893, John Hopkins—seorang pengusaha
wiski dari Amerika memelopori berdirinya universitas yang di dalamnya terdapat
Fakultas Kedokteran. Pada tahu 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar di Eropa,
Kanada dan negara-negara lain. Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kedokteran
mulai memerhatikan masalah kesehatan masyarakat dan sudah di dasarkan pada suatu
asumsi bahwa penyakit dan kesehatan merupakan hasil interaksi yang dinamis antara
faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja), kebiasaan
perorangan, dan pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada
tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali
dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, termasuk
perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.
c. Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia
Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke-16 yaitu
dimulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat
ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan
pada Tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke
Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari
wabah kolera tersebut Pemerintah Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan
Belanda) melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur Jenderal Deandels
pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan.
Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi (infant mortality
rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama, akibat langkanya tenaga pelatih
kebidanan. Baru kemudian ditahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya
para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada tahun 1851 berdiri
sekolah dokter Jawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker --- Kepala Pelayanan Kesehatan Sipil
dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische
Arsten School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan
sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai
dengan berdirinya Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888, tahun 1938
pusat laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-
laboratorium lain juga didirikan dikota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar,
Surabaya dan Yogyakarta dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit malaria,
lepra, cacar, seperti penyakit lainnya, bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit
ini menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Jawa. Pada tahun 1935
dilakukan program pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan
DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercacat sampai pada tahun
1941, 15 juta orang telah divaksinasi. Pada tahun 1925, Hydrich—seorang petugas
kesehatan pemerintah Belanda—melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya
angka kematian dan kesakitan di Banyumas Purwokerto. Dari hasil pengamatan dan
analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kesakitan dan kematian dikedua daerah
tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan, masyarakat buang air besardi
sembarang tempat, dan penggunaan air minum dari sungai yang telah tercemar.
Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi lingkungan dikarenakan
perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich memulai upaya kesehatan
masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara melakukan
promosi mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap
sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung Plan)
pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah—yang selanjutnya dikenal dengan
nama Patah-Leimen. Dalam konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan
kesehatan masyarakat, aspek preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti
dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini tidak boleh
dipisahkan, baik dirumah sakit maupun di puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956
dimuali kegiatan kesehatan masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek
Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi
pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan
tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan
program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini, terpilih
8 desa wilayah pengembangan masyarakat.
1. Sumatra Utara : Indraputra
2. Lampung
3. Jawa Barat : Bojong Loa
4. Jawa Tengah : Sleman
5. Yogyakarta : Godean
6. Jawa Timur : Mojosari
7. Bali : Kesiman
8. Kalimantan Selatan : Barabai
d. Empirical health era (< 1850 dalam wahid dan nurul, 2009)
Pendekatan kearah symptom/gejala yg dikeluhkan si sakit, pendidikan, yankes, penelitian
berorientasi pada gejala penyakit
e. Basic science era (1850-1900, dalam wahid dan nurul, 2009)
Ditemukannya laboratorium, Ilmu kesehatan berkembang ke arah penyebab terjadinya
penyakit yg dpt dibuktikan secara laboratoris.
f. Clinical science era ( 1900-1950 dalam wahid dan nurul, 2009)
Ilmu kesehatan, bagaimana mendiagnosis, mengobati dan memulihkan individu yg
menderita sakit tertentu/ Patient oriented.
g. Publc health science era (1950-2000 dalam wahid dan nurul, 2009)
Mulai dikembangkan kesehatan masyarakat (public health), yankes tidak lagi
mengutamakan upaya kuratif tetapi juga memikirkan upaya promotif dan rehabilitatif.
h. Political health science era (sekarang dalam wahid dan nurul, 2009)
Konsep pendekatan terhadap semua penduduk. Masalah yang dihadapi meliputi :
environment, health services, behavior dan herediter.

E. Prinsip Keperawatan Komunitas


Wahid dan Nurul 2009, menjelaskan beberapa prinsip dalam melaksanakan keperawatan
komunitas antara lainj sebagai berikut :
1. Kemanfaatan
Intervensi atau pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara
manfaat dan kerugian.
2. Otonomi
Dalam keperawatan komunitas. Masyarajat diberikan kebebasan untuk melakukan atau
memilih alternative terbaik yang disediakan.
3. Keadilan
Hal ini menegaska bahwa upaya atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan kemampuan
atau kapasitas komunitas.

F. Teori dan Model konseptual Dalam Keperawatan Komunitas

Pandangan tentang model dan teori model dalam keperawatan komunitas ini
merupakan gambaran dari bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan terhadap
masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhan dasar manusia dan upaya
meningkatkan status kesehatan melalui pendekatan model-model.

Model Keperawatan yang Dikembangkan :

Keperawatan komunitas merupakan pelayanan professional, yang pada


praktiknya memerlukan acuhan/landasan teoritis untuk menyelesaikan atau mengatasi
fenomena yaitu penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Terdapat berbagai
macam model konseptual keperawatan yang dikembangkan oleh para ahli, diantaranya
sebagai berikut (Marriner-Tomey, 1994 dalam Wahid dan Nurul, 2009)

1. Model Konseptual Lingkungan


( Florence Nightingale, 1859 dalam Wahid dan Nurul, 2009)
Model ini menekankan pengaruh lingkungan terhadap klien yang dikenal
dengan istilah environmental model/ model lingkungan. Model konsep Florence
menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan perawat
komunitas berupaya memberikan bantuan asuhan keperawatan berupa pemberian
udara yang bersih dan segar, penerangan (lampu) yang tepat, kenyamanan
lingkungan, mengatur kebersihan, keamanan dan keselamatan, serta pemberian
nutrisi (gizi) yang adekuat, yang pelaksanaanya diupayakan secara mandiri tanpa
bergantung pada profesi lain. Kesehatan dilihat dari fungsi interaksi antara
keperawatan, manusia dan lingkungan. Misalnya, lingkungan yang kotor tidak baik
untuk kesehatan, sedangkan lingkungan yang bersih dapat mengurangi resiko
penyakit.

2. Model Konseptual Keperawatan Mandiri (D.E.Orem, 1971 dalam Wahid dan


Nurul, 2009)
Keperawatan mandiri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia
dalam menjaga fungsi tubuh dan kehidupan yang harus dimilikinya, menurut Orem,
keperawatan mandiri (self care) adalah suatu pelaksanaan kegiatan yang
dipraksasikan dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhanya
guna mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat, baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.

Model konseptual keperawatan mandiri didasari oleh enam pasal berikut ini ;

1) Keperawatan mandiri didasarkan pada tindakan dimana manusia mampu


melaksanaknya.
2) Keperawatan mandiri didasarkan pada kesengajaan dan pengambilan keputusan
sebagai pedoman tindakan.
3) Setiap orang mengkehendaki keperawatan mandiri dan menjadi kebutuhan
dasar manusia.
4) Orang dewasa mempunyai hak dan tanggung jawab untuk merawat diri sendiri
dan orang lain untuk memelihara kesehatan mereka agar hidup sehat.
5) Keperawatan mandiri adalah perubahan tingkah laku secara lambat dan terus
menerus didukung dari pengalaman social sebagai hubungan interpersonal.
6) Keperawatan mandiri akan menigkatkan harga diri seseorang, sehingga
mempengaruhi konsep diri.

Orem mengemukaan beberapa kebutuhan mendasar dalam keperawatan


mandiri (self care) yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengkajian dan
menentukan masalah/diagnose keperawatan, diantaranya yaitu :

1) Pemeliharaan dengan cukup pengambilan udara.


2) Pemeliharaan dengan cukup pengambilan air.
3) Pemeliharaan dengan cukup pengambilan makanan.
4) Pemeliharaan proses eliminasi.
5) Pemeliharaan dengan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
6) Pemeliharaan dengan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi social.
7) Pencegahan resiko pada kehidupan dan keadaan sehat manusia.
8) Perkembangan dalam kelompok social sesuai dengan potensi, pengetahuan dan
keinginan manusia.

Pandagan Orem terkait dengan parakdikma keperawatan antara lain sebagai


berikut:

1) Individu/ manusia
Individu merupakan integrasi keselurahan aspek, baik fisik internal, psikologis
maupun social dengan berbagai variasi tingkat kemampuan keperawatan
mandiri. Self care merupakan refleksi nuntuk mengkaji kebutuhan dan pilihan
yang teliti bagaimana untuk memenuhi kebutuhan. Individu dalam konsep
keluarga dipandanf sebagai anggota keluarga, yang harus dimandirikan untuk
mencapai kemandirian keluarga.
2) Keperawatan
Bentuk pelayan professional yang diberikan terhadap manusia, proses
interpersonal, dan tehnikal merupakan tindakan khusus. Tindakan keperawatan
dapat meningkatkan kemampuan perawatan mandiri yang terapeutik. Asuhan
keperawatan mandiri dapat digunakan dalam praktik keperawatan keluarga
dengan sasaran :
a. Menolong klien untuk melakukan keperawatan mandiri secara terapeutik.
a. Menolong klien bergerak kearah tindakan asuhan keperawatan mandiri.
b. Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami
gangguan, sehingga kembali kompeten.
3) Fokus asuhan keperawatan,
a. Aspek interpersonal, aspek ini meningkatkan hubungan didalam keluarga.
b. Aspek social, yaitu hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya.
c. Aspek procedural, melatih keterampilan dasar keluarga, sehingga mampu
mengantisipsi perubahan yang terjadi.
d. Aspek teknis, mengajarka keluarga teknik-teknik keperawatan dasar yang
mampu dilakukan keluarga di rumah seperti cara mengompres dengan baik
dan benar.
4) Kategori bantuan dalam self care atau keperawatan mandiri.
Teori system keperawatan merupakan teori yang menguraikan secara jelas
bagaimana kebuuhan perawatan diri penderita dipenuhi oleh perawat atau
penderita sendiri berdasarkan kemampuanya dalam melakukan perawatan
mandiri. Dalam pandangan teori system ini, Orem melakukan identifikasi dala
system pelayanan keperawatan mandiri yang dibagi dalam tiga kategori
bantuan, antara lain :
a. System bantu7an secara maksimal/ penuh (wholly compensatory system)
b. System bantuan sebagian (partially compensatory system)
c. System pendukung dan edukatif (supportive educative)

Model konseptual menurut Orem ini tepat digunkan untuk keperawatan


keluarga karena tujuan akhir dari keperawatan keluarga adalah memandirikan
keluarga dalam melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan lima tugas
kesehatan keluarga, yaitu :

1) Mengenal masalah,
2) Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
3) Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan,
4) Memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang kesehatan,
5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan secara tepat.

3. Model Konseptual Keperawatan Sistem (King I.M., 1971 dalam dalam Wahid dan
Nurul, 2009)
Manusia merupakan individu reaktif yang dapat bereaksi terhadap situasi,
orang, dan objek tertentu. Sebagai makhluk yang berorientasi oada waktu, manusia
tidak telepas dari kejadian masa lalu dan masa sekarang yang mempengaruhi masa
depannya. Sedangkan sebagai makhluk soial, manusia hidup bersama orang lain
dan saling berinteraksi satu sma lain. Berdsarkan hal tersebut, manusia memiliki
tiga kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan akan informasi kesehatan, kebutuhan akan
pencegahan penyakit, serta kebutuhan akan perawatan ketika sakit.
Menurut King, komuitas merupakan suatu system yang terdiri atas
subsistem keluarga dan suprasistemnya adalah system social yang lebih luas.
Subsistem yang terdapat pada konmunitas saling melakukan interaaksi, interelasi,
dan interdependensi anatara yang satu dan yang lain. Adanya gangguan atau
stressor pada salah satu subsistem akan mempengaruhi komunitas. Misalnya
gangguan pada salah satu subsistem pendidikan, maka masyarakat aka kehilangan
informasi atau mengalami ketidak tahuan, sehingga menimbulkan masalah
kesehatan dan memerlukan intervensi keperawatan. Keluarga sebagai subsistem
komunitas merupakan system terbuka dimana terjadi hubungan timbal balik antara
keluarga dan komunitas, yang sekaligus sebagai umpan balik. Sesuai dengan model
system, untuk mengetahui permasalahan dalam komunitas maka perlu dilakukan
pengkajian pada keluarga yang menjadi subsistem dari komunitas. Intervensin
keperawatan yang dilakukan terkait dua sasaran, yaitu kelarga dan komunitas.
Degan demikia, keluarga merupakan unit pelayanan dasar di masyarakat atau
komunitas.

4. Model Konseptual Keperawatan Adaptasi (Roy S.C., 1976 dalam Wahid dan Nurul,
2009)
Pengertian model konseptual adaptasi adalah individu mampu
meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan prilaku adaptif dan
mengubah perilaku maladaptif. Individu/manusia merupakan holistc adaptive
system yang selalai beradaptasi secara keseluruhan. Bahwa tujuan dari aplikasi
model konseptual keperawatan komunitas menurut roy adalah untuk
mempertahankan prilaku adaptif dan merubah prilaku maladaptive pada komunitas.
Upaya pelayanan keperawata yang dapat dilakukan antara lain meningkatka
kesehatan dengan cara mempertahankan prilaku adaptif serta memberikan
intervensi keperawatan yang ditujukan untuk menekan stressor dan meningkatkan
mekanisme adaptasi.
kunci utama dari model adaptasi Roy adalah sebagai berikut :
1) Manusia sebagai makhluk biologis, psikologis dan social yang selalu
berinteraksi dengan lingkungannya.
2) Manusia sebagai makhluk individu yang dapat meningkatkan kesehatannya
dengan mempertahankan prilaku yang adaptif dan mengubah prilaku maladaptif
3) Agar terjadi keadaan homeostatis atau terjadi integrasi antara individu dengan
lingkungannya, maka individu tersebut harus beradaptasi sesuai perubahan
yang terjadi.
4) Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada individu, yaitu :
a. Focal stimulation, merupakan stimulus yang langsung berdaptasi dengan
individu dan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap individu.
b. Contextual stimulation, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang,
baik stimulus internal, maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi,
kemudian dapat dilakukan observasi, dan dapat diukur secara subjektif.
c. Residual stimulation, merupakan stmulasi dalam proses penyesuaian
dengan lingkungan yang sulit untuk diobservasi.
5) System adaptasi memiliki empat faktor, yaitu :
a. Fungsi biologis/ fisiologis. Komponen system adaptasi ini antara lain
kebutuhan oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas
kulit, indra, cairan dan elektrolit, fusngi neurologis, serta fungsi endokrin.
b. Konsep diri, yang berarti bagaimana individu mengenal pola-pola interaksi
social saat berhubungan dengan orang lain.
c. Fungsi peran, merupakan proses penyesuain yang berhubungan dengan
bagaimana peran individu dalam mengenal pola-pola interaksu social saat
berhubungan dengan orang lain.
d. Interdependen, merupakan kemampuan seseorang mengnal pola-pola kasih
sayang dan cinta yang terjadi melalui hubungan secara interpersonal, baik
pada tingkat individu maupun kelompok.
6) Individu harus mampu meningkatkan energi untuk beradaptasi, sehingga
mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan,
reproduksi, dan keunggulan. Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan
kesehatan seseorang dengan meningkatkan respons adaptif.

Melalui model adaptasi ini, individu sebagai makhluk biopsikososial dan


spiritual serta sebagai satu kesatuan yang utuh memilikin mekanisme koping untuk
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, sehingga individu selalu beriteraksi
terhadap perubahan lingkungan. Untuk dapat beradaptasi setiap individu akan
berespon terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang positif,
kemampuan untuk hidup mandiri, serta kemampuan akan berperan dan berfungsi
secara optimal untuk memelihara integritas diri. Individu selalu berada dalam
rentang sehat sakit yang berhubungan dengan koping yang efektif dalam
mempertahankan proses adaptasi.

5. Model Konseptual Keperawatan Need Based (Virginia Henderson, 1966 dalam


Wahid dan Nurul, 2009).
Model konsptual yang dikembangkan oleh Virginia Henderson adalah
model konsep need based model atau aktivitas hidup sehari-hari dengan
memberikan gambaran tugas perawat. Tugas perawat menurut model konseptual ini
adalah mengkaji individu baik sehat maupun sakit dalam melaksanakan
aktivitasnya untuk mendukung kesehatanya, proses penyembuhan bukan
meninggal dengan damai, yang dilakukan secara mandiri karena individu memiliki
kemampuan, kemauan, dan pengetahuan.

Fungsi unik perawat menurut model konseptual ini, antara lain :

1) Membantu individu, keluarga, masyarakat, baik sehat maupun sakit dalaam


menunjang kesehatan atau penyembuhannya. Bantuan diberikan dengan tujuan
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri.
2) Membantu individu, keluarga, masyarakat, dalam melaksanakan program
pengobatan yang ditentukan dokter.
3) Perawat sebagai tim kesehatan, bekerja sama dan saling membantu dalam
merencanakan, serta melaksankan program keehatan secara menyeluruh.
Menurut Henderson, prinsip dasar dari model konseptual imi adalah sebagai
berikut :

1) Pertama, manusia mengalami perkembangan selama rentang kehidupan melalui


proses tumbuh kembang.
2) Kedua, dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari individu mengalami rentang
ketergantungan sejak lahir dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses
yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh,
lingkungan sekitar, dan status kesehatan individu.
3) Ketiga, dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, individu klasifikasikan tiga
kondisi, yaitu belum dapat melaksakan aktivitas, terlambat melaksanakan
aktivitas, dan tidak dapat melaksanakan aktivitas.

Komponen aktivitas sehari-hari dapat dikembangkan menjadi bahan untuk


mengkaji kebutuhan klien, sehingga dapat menentukan masalah keperawatan atau
diagnose keperawatan. Komponen antara lain :

1) Bernafas secara normal


2) Minum dan makan sesuai dengan kebutuhan
3) Eliminasi secara norma, baik urine maupun alvi
4) Bergerak dan memelihara postur tubuh
5) Tidur dan istirahat
6) Membuka dan menggunakan pakaian
7) Mempertahankan suhu tubuh normal dengan berpakai dan modifikasi
lingkungan
8) Memelihara kebersihan tubuh dan mrias diri
9) Mencegah kecelakaan dan bahaya
10) Berkomunikasi
11) Beribadah
12) Beriman dan berekreasi
13) Bekerja untuk memenui kebutuhan hidupnya
14) Belajar dan memuaskan keingitahuan
Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa penerapan model konseptual
keperawatan komunitas dari Virginia Henderson memberi indikasi kesehatan
masyarakat dapat dilihat kemampuan mereka dalam melaksanakan aktivitas
kehidupan sehari-hari.

6. Model Konseptual Keperawatan (Martha E. Rogers, 1970 dalam Wahid dan Nurul,
2009).
Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, serta memiliki sifat dan karate
yang berbeda. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya, serta dapat
mempengaruhi satu sama lainnya. Dalam proses kehidupannya manusia diciptakan
dengan karakteristik dan keunikannya masing-masing. Dengan kata lain, setiap
individu berbeda dengan yang lainnya. Kosep Martha E. Rogers ini dikenal dengan
Konsep Manusia Sebagai Unit. Dengan demikian, teori ini dapat dipergunkan untuk
mengidentifikasi periaku yang ada di masyarakat, dimana jika perilaku mereka
baik, maka dapat menunjang kesehatan, tetapi jika perilaku perilaku mereka kurang
baik, maka dapat menurunkan derajat kesehatan dalam komunitas.

7. Model Konseotual Keperawatan Johnson 1971 dalam Wahid dan Nurul, 2009
Johnson mengungkapkan pandangannya mengenai keperawatan komunitas dengan
menggunakan pendekatan system perilaku. Menurut Johnson, kompeten subsistem
yang membentuk system perilaku manusia adalah :
1) Ingestif, sumber dalam memelihara tingkat keutuhan dalam mencapai
kesenangan atau pencapaian pengakuan dari lingkungannya.
2) Achievement, yaitu bentuk pencapaian prestasi melalui kemampuan
keterampilan yang kreatif.
3) Aggressive, yaitu mekanisme pertahanan diri seeorang dari berbagai ancaman
yang berasal dari lingkungannya.
4) Sexuality, pemenuhan kebutuhan saling mencintai dan dicintai.
5) Elimination, yang dimaksud eliminasi disini adalah segala bentuk
pengeluaran/sampah/ barang yang tidak dipergunakan kembali oleh manusia.
6) Pemenuhan kebutuhan tambahan dalam mempertahankan lingkungan yang
kondusif yang cara menyesuaikan kehidupan social, keamanan dan
kelangsungan hidupnya.
7) Dependent, yaitu bagian yang membentuk system perilaku dalam mendapatkan
bantuan kedamaian, keamanan, serta kultur atau kepercayaan.
Dalam pendekatan ini individu dipandang sebagai system perilaku yang selalu
ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik dalam lingkungan internal
maupun eksternal. Individu juga memiliki keinginan mengatur dan
menyesuaikan diri terhadap pengaruh yang timbul. Masyarakat memerlukan
batuan dari ancaan sakit atau potensi penyakit yang ditimbulkan oleh libkungan
dengan cara menyeimbangkan system perilaku tersebut. Status kesehatan yang
ingin dicapai adalah mampu berprilaku utuk memeliara keseimbangan dengan
lingkungan.

8. Model Konseptual Keperawata Orlando 1972 dalam Wahid dan Nurul, 2009.
Setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Apabila kebutuhan
tersebut terpenuhi, maka stress akan berkurang, meningkatkan kepuasan dan
mendorong pencapaian kesehatan optimal. Jika perawat komunitas menggunakan
teori Orlando, diharapkan perawat mampu mengidentivikasi tingkat pemenihan
kebutuhan yang dapat dicapai dalam komunitas dan berusaha memberikan promosi
kesehatan tentang upaya yang dapat dilakukan oleh komunitas dalam mencapai
pemenuhan kebutuhan mereka yang berbeda-beda tersebut. Untuk mewujudkan hal
tersebut, terdapat 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu perilaku klien, reaksi perawat,
dan tindakan keperawatan. Harapanya setelah dilakukan perawatan, klien akan
merasakan dampak kebutuhan pada tingkat kesehatan dan akan berbuat secara
otomatis dalam memenuhi kebutuhanya.

G. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan Utama


Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat
dengan menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya
promotif dan perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif
sehingga diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang
menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan
masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neuman (1972
dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas sebagai
klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat
sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti
namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan
kesehatan primer yang menjadi landasannya.

Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut :

1. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan keperawatan
pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat individu dapat dilaksanakan pada
rumah atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut
yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas,
penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian
individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan seperti ibu
hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
2. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan keluarga
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan sosial
ekonomi rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit menular
dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan
lembaga yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga
tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan
anggotanya.
3. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan dalam
lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu wilayah kerja
puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat
yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan
sebagainya.

H. Perbedaan antara keperawatan komunitas di klinik dan Rumah Sakit

1. Rumah sakit mempunyai protap yang lebih lengkap. Sementara klinik tidak terlalu
lengkap
2. Administrasi rumah sakit lebih mendetail dan terperinci sementara klinik hanya
uang konsul dan obat saja
3. Ruangan rumah sakit lebih luas dan nyaman sementara klinik hanya menyediakan
ruangan yang lebih kecil
4. Rumah sakit memberikan pelayanan yang memuaskan dan terperinci sementara
klinik hanya berdasar diagnosa sementara saja
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan komunitas adalah suatu bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan merupakan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat
secara keseluruhan dalam meningkatkan dedrajat kesehatan, penyempumaan
kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
bahaya yang lebih besar, dan ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai
masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok risiko tinggi,
antara lain: orang yang tinggal di daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
DAFTAR PUSTAKA

Global Health Initiative. 2008. Why Global Health Matters . Washington, DC:
Families USA .

Nies, M.A., McEwen M. 2015. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keuarga. 6th
edition. Saunders : Elseiver Inc.

Mubarak, W.I., Chayatin N. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas : Pengantar dan Teori.
Jakarta : Salemba Medika.
MAKALAH KOMUNITAS KEPERAWATAN

KOMUNITAS SEBAGAI KLIEN

Dosen Pembimbing :

DISUSUN OLEH :

1. Afifah
2. Anggita Wulandari (1601002)
3. Cahyo
4. Santi
5. Shafa

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN


TAHUN AJARAN 2019

You might also like