Professional Documents
Culture Documents
FORMULA FROZEN FOOD (SOSIS KUKUS) DARI HATI AYAM DAN JAMUR TIRAM PUTIH
SEBAGAI INTERVENSI ANEMIA PADA ANAK USIA SEKOLAH ( 7 – 9 TAHUN)
Untuk memenuhi tugas matakuliah Teknologi pangan
yang dibina oleh Ir. Astutik Pudjirahaju, M.Si
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Anak sekolah biasanya mempunyai kebiasaan jajan makanan tinggi kalori yang
rendah serat, sehingga dapat rentan terjadi penyakit. Anak SD yang berusia sekitar 7-13
tahun merupakan masa-masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah balita. Jajanan
yang dikonsumsi biasanya didominasi dengan kandungan karbohidrat yang tinggi dan
hanya sedikit mengandung protein, vitamin dan mineral (Istiany, 2013). Menurut Adriani
(2012) anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat gizi mikro
yaitu mineral Fe (zat besi) sehingga pertumbuhan sel-sel darah merah terganggu.
Anemia pada anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitif yang
berdampak pada prestasi sekolah yang menurun.
Dalam penanggulangan kejadian anemia pada anak usia sekolah dasar, dapat
dilakukan beberapa upaya dalam mengatasi masalah anemia ini. Salah satunya dengan
upaya penanggulangan secara preventif atau sebagai pencegahan melewati produk
pangan yang kaya akan zat besi. Hati ayam dan jamur tiram putih merupakan salah satu
sumber pangan yang kaya akan zat besi dengan kadar zat besi masing-masing 8,5
gram dan 1,7 gram berdasarkan perhitungan Nutrisurvey 2007. Sosis merupakan
makanan praktis yang dapat dikonsumsi pada saat sarapan, pelengkap makan siang
dan sore serta dapat dikonsumsi sebagai snack. Jenis sosis yang dikonsumsi oleh
orang Indonesia adalah sosis ayam dan sosis daging sapi (Alamsyah, 2005).
Bagaimana pengaruh formulasi sosis (kukus) hati ayam dan jamur tiram putih
untuk intervensi anemia gizi besi pada anak usia sekolah dasar ( usia 7-9 tahun)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum :
1.3.2 Khusus :
a. Menganalisis taraf perlakuan terbaik dalam formulasi sosis (kukus) hati
ayam dan jamur tiram putih untuk intervensi anemia gizi besi pada anak
usia sekolah dasar (usia 7-9 tahun).
b. Mengetahui daya terima anak usia sekolah dasar (7 –9 tahun ) terhadap
formulasi sosis (kukus) hati ayam dan jamur tiram putih untuk intervensi
anemia gizi besi.
c. Menganalisis mutu kimia yang meliputi kadar Fe, energi, protein, lemak,
karbohidrat pada jamur tiram putih dan hati ayam.
KERANGKA KONSEP
Asupan Infeksi
Konsumsi Fe
Warna
Tekstur
Rasa
Keterangan:
2.4.1 Ada pengaruh dari formulasi sosis kukus hati ayam dan jamur tiram putih
terhadap mutu gizi berupa kadar zat gizi besi (Fe).
2.4.2 Ada pengaruh dari formulasi sosis kukus hati ayam dan jamur tiram putih
terhadap mutu gizi yang meliputi warna, aroma, tekstur dan rasa
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2) Menstruasi
Penyebab kurang besi yang sering terjadi pada anak
perempuan adalah kehilangan darah lewat menstruasi. (Saputri, 2018).
b. Kurangnya Besi yang Diserap
1) Masukan Besi dan Makanan yang Tidak Adekuat
Seorang bayi pada 1 tahun pertama kehidupannya
membutuhkan makanan yang banyak mengandung besi. Bayi cukup
bulan akan menyerap lebih kurang 200 mg besi selama 1 tahun
pertama (0,5 mg/hari) yang terutama digunakan untuk
pertumbuhannya. Bayi yang mendapat ASI eksklusif jarang menderita
kekurangan besi pada 6 bulan pertama. Hal ini disebabkan besi yang
terkandung dalam ASI lebih mudah diserap dibandingkan susu yang
terkandung susu formula. Diperkirakan sekitar 40% besi dalam ASI
diabsropsi bayi, sedangkan dari PASI hanya 10% besi yang dapat
diabsropsi. (Saputri, 2018).
Pada bayi yang mengkonsumsi susu sapi lebih banyak daripada
ASI lebih berisiko tinggi terkena anemia defisiensi besi. (Saputri, 2018).
2) Malabsorpsi Besi
Keadaan ini dijumpai pada anak kurang gizi yang mukosa
ususnya mengalami perubahan secara histologis dan fungsional. Pada
orang yang telah mengalami gastrektomi parsial atau total sering
disertai ADB walaupun penderita mendapat makanan yang cukup besi.
Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah asam lambung dan makanan
lebih cepat melalui bagian atas usus halus, tempat utama penyerapan
besi heme dan non heme. (Saputri, 2018).
3) Perdarahan
4) Transfusi Feto-Maternal
5) Hemoglobinuria
Saat ini makanan ringan sudah menjadi bagian yang tidak dapat
ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama kalangan anak-anak dan
remaja karena biasanya membutuhkan banyak energi untuk mendukung
aktivitasnya. Terdapat rentang waktu yang dianjurkan untuk memberikan
makanan ringan yakni diantara sarapan dan makan siang yaitu pukul 09
sampai 10 pagi dan waktu antara makan siang dan makan malam yaitu pukul
3 sampai 4 soren (Anne Ahira, 2016). Makanan ringan atau snack ini
dimaksudkan untuk menambah kekurangan zat gizi yang diperoleh dari menu
makan utama, sehingga semestinya snack yang disajikanpun adalah jenis
snack yang sehat dan bergizi. Hasil penelitian Rachmawati Nila Hapsari
(2013) menunjukkan bahwa sebagian besar anak sekolah memiliki : a.
Asupan energi sebesar 78,8% berkategori normal dan asupan makanan
jajanan anak ini memberikan rata-rata kontribusi energi sebesar 13,2%, b.
Asupan protein sebesar 69,2% berkategori normal dan memberikan rata-rata
kontribusi protein sebesar 13,21%, c. Kontribusi makanan jajanan terhadap
tingkat kecukupan asupan energi dan protein yaitu : sebesar 233,11 kkal, dan
6,21 gr protein. Makanan jajanan siswa memberikan kontribusi kecukupan
asupan energi sebesar 13,2%, dan asupan protein sebesar 13,21%.
Anak makan secara teratur 3 kali sehari dimulai dengan sarapan atau
makan pagi, makan siang dan makan malam. Selain makan utama 3 kali
sehari anak usia ini juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan selingan
sehat (Depkes RI, 2014:63). Diketahui kecukupan gizi pada anak usia 7-10
tahun ialah:
Tabel 3.3 Angka Kecukupan Gizi Bagi Anak Usia 7-10 Tahun
Pada anak usia sekolah 7-10 tahun diperlukan zat besi sebesar 10mg/ hari
(Tabel Konsumsi Bahan Pangan Indonesia, 2017). Dinyatakan bahwa anak usia
prasekolah dan sekolah, anemia defisiensi besi dapat menggangu proses
belajar, tumbuh kembang, menurunkan konsentrasi belajar, dan anak mudah
terserang penyakit (Siswono, 2004). Kandungan zat besi pada bahan makanan
terbanyak berada pada produk heme (hewani) dimana dapat dilihat dalam tabel
tertinggi berada pada bahan makanan hati ayam.
Tabel 3.4 Perbandingan kandungan Zat Besi Pada Berbagai Sumber Makanan
Tabel 3.5 Kandungan Zat Gizi Hati Ayam Per 100 gram
Tabel 3.6 Kandungan Zat Gizi Daging Ayam Per 100 gram
Komponen Jumlah (gram)
Protein 27,4
Lemak 16,1
Karbohidrat 1,6
Zat Besi 15,8
Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2017
b. Jamur Tiram Putih
Jamur yang satu ini bisa ditemukan di kayu - kayu lapuk, serbuk
gergaji, limbah jerami, atau limbah kapas. Nama yang diberikan untuk
jamur ini sesuai dengan bentuknya yang hanpir menyerupai tiram
dengan tudung yang halus berwarna putih dan panjang 5 - 15 cm.
Tektur dari jamur ini lembut dengan penampilan yang menarik dengan
cita rasa yang netral, jamur ini mudah dipadupadankan dengan
berbagai jenis bahan makanan. (Menurut Farah, rizki, s.Gz. 2013).
Tabel 3.7 Kandungan Zat Gizi Jamur tiram putih Per 100 gram
c. Tepung Tapioka
f. Es Serut
Es Serut merupakan air yang telah dibekukan atau dikristalkan. Fungsi
es serut sebagai penstabil suhu saat proses penggilingan bahan-bahan
sosis agar tetap rendah. Mesin penggiling mengakibatkan suhu yang
panas sehingga menyebabkan protein terdenaturasi dan cepat rusak
(Komariah, 2005)
g. Garam
Garam merupakan bahan tambahan pangan lainnya yang berfungsi
untuk memperbaiki kualitas produk. Penambahan garam ini dapat
meningkatkan cita rasa, tekstur dan aroma produk sosis. (Wikipedia,
2009)
2. Bahan Tambahan
a. Merica
Merica merupakan salah satu jenis rempah yang berfungsi
sebagai penambah cita rasa pedas pada masakan. Selain itu,
menurut Rubatzky (1999) lada mempunyai zat kimia seperti alkaloid
(piperin), eteris, dan resin. Alkaloid tidak berdampak negatif jika
dikonsumsi secukupnya, eteris memiliki fungsi sebagai penambah cita
rasa yang khas pada masakan, sedangkan resin adalah zat kimia
yang memberikan aroma yang khas pada masakan.
b. Pala
Tanaman pala (Myristica Fragransa Houtt) merupakan salah satu
tanaman asli Indonesia yangsangat potensi sebagai komoditas
perdagangan di dalam dan di luar negeri (ekspor). Sudah sejak lama
tanaman pala dikenal sebagai tanaman rempah – rempah dan
mempunyai kedudukan penting sumber minyak asli yang sangat
dibutuhkan dalam berbagai industry, seperti industry makanan, obat 0
obatan, parfum, kosmetik, dan lain – lain. Indonesia telah menduduki
posisi pertama penghasil pala dunia. Karena sebagian besar
kebutuhan pala dunia berasal dari Indonesia. Hasil pala Indonesia
lebih disukai oleh pasaran luar negeri karena memberikan aromakhas
dan memiliki rendemen minyak yang tinggi (Menurut Rukmana,
2004).
e. Jahe
Hasil penelitian Kikuazaki dan Nakatani (1993) menyatakan
bahwa oleoresin jahe yang mengandung gingerol memiliki daya
antioksidan melebihi α tokoferol, sedangkan hasil penelitian Ahmad et
al., (2000) menyatakan bahwa jahe memiliki daya antioksidan yang
sama dengan Vitamin C.
Jahe yang digunakan sebagai bumbu dapur ternyata juga dapat
melindungi tubuh dari berbagai bahan kimia, hal ini dapat dilihat
bahwa jahe dapat menurunkan kadar glukosa darah, kolesterol dan
triasilglyserol pada mencit yang diinduksi oleh streptozotocin (menurut
Al Amin et al., 2006 dalam Wardani E, 2012) dan juga dapat
menurunkan kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi oleh
aloksan (menurut Olayaki et al., 2007 dalam Wardani E, 2012).
f. Bawang Putih
Manfaat utama bawang putih adalah sebagai bumbu penyedap
masakn yang membuat masakan menjadi beraroma dan
mengundang selera. Dari beberapa penelitian bawang putih
mengandung zat aktip allicin, enzim alinase, germanium (mampu
mencegah rusaknya sel darah merah), satinive (mempercepat
pertumbuhan sel dan jaringan serta merangsang sususnan sel saraf),
selenium (mikromineral penting yang berfungsi sebagai antioksidan),
skrodinin (antioksidan), kandungan bawang putih bermanfaat sebagai
bakterisisda, fungisida, dan dapat memngahambat pertumbuhan
jamur maupun mikroba lainnya. (menurut Solihin, 2009 dalam H
Desintha, 2017).
b. Kadar Mineral
d. Protein
Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat
gizi laim, yaitu membangun serrta memlihara sel –sel dan jaringan –
jarinan tubuh. selain itu, protein mempunyai fungsi yang penting bagi
tubuh kita antara lain pertumbuhan dan pemeliharaan, pembentukan
ikatan – ikatan essensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara
netralitas tubuh, pembentukan antibody dan mengangkut zat- zat gizi
sumber energi (Almatsier, 2009)
e. Lemak
f. Karbohidrat
Sumber zat besi yang baik meliputi daging merah, telur, dan jenis
sayuran tertentu dan sereal (gandum) atau biji-bijian yang utuh. Sebagian
besar zat besi dalam makanan memiliki bentuk Feri (Fe3+). Sekret
lambung akan melarutkan dalam bentuk Ferro, sehingga bisa diserap
oleh tubuh. Selain itu zat besi juga dijumpai dalam bentuk tablet, cair
(lebih mudah diserap, tetapi dapat menodai gigi jika tidak segera
berkumur), dan parenteral (digunakan pada wanita dengan kelainan
gastrointestinal atau pada wanita yang tidak dapat menyerap atau
menelan tablet zat besi). Winarno, F.G. 2004).
BAB IV
METODE PENELITIAN
Keterangan:
X11 : Unit percobaan taraf perlakuan P1 replikasi 1
-
X33 : Unit percobaan taraf perlakuan P3 replikasi 3
Parameter mutu organoleptik dari sosis kukus hati ayam dan jamur
tiram adalah warna, rasa, tekstur dan flavor dengan menggunakan
Hedonic Scale Test yang bertujuan untuk mengetahui daya terima
panelis terhadap sosis kukus hati ayam dan bayam. Skala hedonic yang
digunakan adalah:
1= Sangat Suka
2= Suka
3= Tidak Suka
4= Sangat Tidak Suka
Panelis dalam pengisian form ini adalah panelis terlatih berjumlah 20
orang dengan kriteria:
a. Bersedia menjadi panelis
b. Dalam keadaan sehat
c. Tidak mempunyai pantangan terhadap produk yang dinilai
d. Sebelum pelaksanaan tidak dalam keadaan lapar atau kenyang
e. Tidak merokok
Alat yang diguankan dalam pembuatan sosis kukus hati ayam dan jamur
tiram adalah kompor,blender, pisau, panci, timbangan digital, casing sosis
(Selongsonh sosis), wadah/baskom
Alat yang digunakan dalam uji organoleptik sosis hati ayam dan jamur
tiram putih adalah piring kecil, label, kusioner uji organoleptik, dan alat tulis,
gelas untuk air putih dan nampan kayu.
Tabel 4.3 Komposisi Bahan Formulasi Sosis Kukus Hati Ayam dan Jamur Tiram
Putih untuk Tiap Taraf Perlakuan
Kebutuhan sosis dalam penelitian ini sebanyak 3450 gram sosis atau
setara 69 biji sosis dengan berat 1 biji sosis yaitu 50 gram. Sehingga dibutuhkan
6 resep dalam penelitian ini.
Tabel 4.5 Total Kebutuhan Bahan Formulasi Sosis Kukus Hati Ayam dan Jamur
Tiram Putih
Desain Formulasi 1
Desain Formulasi 2
Desain Formulasi 3
Alat :
Bahan:
1. Giling hati ayam, garam, ½ bagian es, sendawa, dan STTP di dalam food processor
2. Blanching jamur tiram putih, kemudian giling atau cincang jamur tiram
3. Masukkan jamur tiram yang telah digiling, tepung tapioka, susu skim, bumbu, dan
sisa es kedalam food processor, lalu giling kembali sambil ditambahkan minyak
4. Dinginkan adonan yang telah halus selama 10 menit, lalu masukkan kedalam stuffer
(alat pencetak sosis yang dibagian ujungnya telah dipasang casing.
5. Ikat bagian ujung casing menggunakan benang lalu tekan stuffer hingga adonan
masuk kedalam casing
6. Setelah berisi adonan sosis, ikat casing menggunakan benang dengan jarak sesuai
keinginan
7. Kukus casing berisi adonan sosis selama 60 menit
8. Sosis siap dikonsumsi
Lampiran 4
FORMULASI FROZEN FOOD (SOSIS KUKUS) DARI HATI AYAM DAN JAMUR TIRAM
PUTIH SEBAGAI INTERVENSI ANEMIA PADA ANAK USIA SEKOALH (7-9 TAHUN)
Indstruksi : Diharapkan panelis disajikan 3 sampel sosis kukus. Panelis diminta untuk
memberikan penilaian mengenai Sangat suka, suka, tidak suka, sangat tidak suka dalam
hal warna, rasa, tekstur, dan aroma diantara 3 sampel. Sebelum mencicipi setiap sampel,
diwajibkan kumur terlebih dahulu dengan air minum yang disediaka. Istiarahat sebentar
sebelum mencicipi larutan berikutnya.
1= Sangat Suka
2= Suka
3= Tidak Suka
4= Sangat Tidak Suka
Tabel penilaian
Penilaian Rasa
No Kode sampel
Warna Rasa Tekstur Aroma
1. 768
2. 825
3. 971
Lampiran 5
Form Hasil Penilaian Mutu Organoleptik dengan Uji Pembedaan Pasangan dari 15 Panelis
Adriani, M. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Adriani, M. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Alamsyah Y. 2005. Membuat Sendiri Frozen Food: Sosis Tanpa Bahan Pengawet. Jakarta
(ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier,S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
F.G Winarno, 1982. Sendawa makanan seberapa jauh dapat membahayakan kita. Famili,
No. 38 Tahun 1982
Farah Rizki, S. Gz. 2013. The miracle of Vegetables. PT ArgoMedia Pustaka. Jakarta
Selatan
Gibney, dkk. 2013. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
H Desintha, 2017. Uji Daya Hambat Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum L. Sebagai
Fungisisda Terhadap Pertumbuhan Jamur Alternia sp Tanaman Jeruk.
Univeritas Pasundan Bandung
Intan Saputri, dkk. 2018. Anemia Defisiensi Besi. [online] diakses pada tanggal 12 Maret
2019
Jordan. 2004 . Efek Sampan Pemakaian Zat Besi Untuk Ibu Hamil [online] diakses pada 18
Maret 2019
Komariah. 2005. Aneka Olahan Daging Sapi Sehat, Bergizi, dan Lezat. Tangerang: Pesona
Depok Estase
Kriswanto, E. 2013. Protein
(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132308480/pendidikan/3.MK+Gizi+OR+Protei
n.pdf) diakses pada 15 April 2019.
Nugraheni, Angesti, dkk. Pengaruh Konsumsi Hati Ayam Terhadap Kadar Hemoglobin Pada
Ibu Hamil Trimester Ii Di Puskesmas Ngoresan [online] diakses pada tanggal
12 Maret 2019
Putri, Karina Isnaini. 2016. Sumbangan Makanan Ringan Terhadap Kecukupan Energi Dan
Protein Anak Di Tk Aba Ade Irma, Kraton, Yogyakarta. [online] diakses pada
tanggal 12 Maret 2019
Rukamana, 2004. Usaha Tani Tanaman Pala : CV Aneka Ilmu Semarang : Semarang
Syahada, M. 2016. Formulasi Sosis Tinggi Zat Besi Dan Vitamin A Dari Hati Ayam Dan
Wortel (Daucus Carota L.) Untuk Anak Usia Sekolah
(https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86890/1/I16mms.pdf)
diakses pada 08 Maret 2019.
Wardani E, 2012. Pengaruh Ekstrak Jahe (Zingiber Offcinale Rosc.) var. Gajah terhadap
kualitas spermatozoa mencit (Mus Musculus) yang terpapar 2-
Methoxyethanol. Universitas Airlangga Surabaya
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
World Health Organization (WHO). 2011. The Global Prevalence Of Anaemia In 2011
(https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/177094/9789241564960_eng.
pdf?sequence=1) diakses pada 12 Maret 2019.
World Health Organization (WHO). 2017. Global Anaemia Prevalence And Number Of In
Individuals Affected
(https://www.who.int/vmnis/anaemia/prevalence/summary/anaemia_data_statu
s_t2/en/) diakses pada 12 Maret 2019.
Wulandari, dkk. 2012. Status Anemia Gizi Besi Dan Konsumsi Zat Gizi Pada Anak Usia
Sekolah Di Lima Panti Asuhan Di Kota Denpasar. [online] diakses pada
tanggal 12 Maret 2019
Zidni, ilma. 2018. Pengaruh Penyuluhan Gizi Dengan Media Aplikasi Mobile “Stop Anemia”
Terhadap Pengetahuan Tentang Anemia Dan Sikap Dalam Mencegah Anemia
Pada Remaja Putri Di Desa Tridadi Kabupaten Sleman. [online] diakses pada
tanggal 12 Maret 2019