Professional Documents
Culture Documents
harusnya berkarakter. Sehubungan dengan hal itu, salah satu indikator pendidikan
karakter adalah sikap jujur. Nah, selaku pendidik yang jujur, marilah coba kita
renungkan pertanyaan ini “Apakah hakikat kurikulum?”. Kalau kita mau jujur
pasti ada pendidik di negeri ini yang tidak paham akan hakikat kurikulum.
Kurikulum dalam hal ini adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Apa jadinya
kenyataan pahit guru honorer sekolah yang memiliki gaji tak seberapa
dibandingkan guru PNS negeri ini. Suatu hari, saat awal semester, guru sibuk
mengurusi administrasi pembelajarannya dan guru honorer itu adalah salah satu
guru yang sibuk itu. Namun, pemandangan berbeda justru terjadi pada beberapa
guru yang sudah senior. Mereka tidak membuat perencanaan dan mereka tidak
keterbatasannya.
1 Hanya mengandalkan
Sri Wahyuni. Perencanaan Pembelajaran buku
Bahasapaket dan yang
Berkarakter. lebih santai
(Bandung: Refika lagi
Aditama 2012) h.25
hanya mengandalkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Yang terjadi 1
belum habis pada waktunya, dan akhirnya mengejar target materi tanpa
menghiraukan peserta didik paham atau tidak. Yang paling parah lagi adalah siswa
diberi tugas untuk mempelajari sendiri materi pembelajaran yang belum habis
dibahas. Nah inilah yang terjadi, mungkin hampir tiap sekolah memiliki guru
Ganesha Singaraja Bali, Prof. Dr. I Nyoman Dantes yang menyatakan bahwa jauh
lebih bagus guru yang baik dibandingkan dengan kurikulum yang baik. Hal ini
karena guru yang baik akan mampu menjadikan kurikulum yang kurang baik
menjadi kurikulum yang baik2. Berdasarkan pandangan ini guru adalah komponen
penting dalam pelaksanaan kurikulum dalam dunia pendidikan. Guru harus sadar
akan hal ini dan menyadari bahwa perubahan kurikulum dalam dunia pendidikan
tidak mau menerima perubahan. Dalam hal ini adalah perubahan kurikulum. Hal
paling tidak terlihat pada pendapat Kanca yang menyatakan bahwa ditinjau dari
tugas pokoknya, guru adalah insan konservatif. Guru sukar menerima perubahan
dan pembaharuan dalam proses belajar mengajar3. Dalam hal ini, guru selalu
bertahan
2
pada zona nyamannya. Guru tidak mau melakukan perubahan. Yang
I Wayan Artika. Pendidikan Tanpa Rasa Ingin Tahu. (Yogyakarta: Lukita, 2010)
h.73
terpenting
3 bagi guru adalah yang penting tetap dapat gaji. Apalagi guru-guru yang
I Nyoman Kanca, “Pengembangan Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani Di
Era Globalisasi”. Jurnal Penelitian dan Pengajaran IKIP Negeri
sudah mendapat tunjangan sertifikasi, banyak yang tidak melakukan 2
Singaraja, Edisi Khusus (Singaraja: Undiksha, 2004) h. 111-124
perubahan pada dirinya. Dengan kenyataan ini apa jadinya kurikulum
melakukan uji coba kurikulum baru. Kurikulum ini dinamai Kurikulum 2013.
Dari segi namanya dapat diketahui bahwa kurikulum ini muncul tahun 2013. Jika
diperhatikan lebih mendalam lagi, sepertinya kurikulum ini tidak kreatif paling
tidak dari segi namanya. Menurut pemerintah munculnya kurikulum ini adalah
untuk menciptakan peserta didik yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur.
Ketakutan itu muncul paling tidak karena telah mengusik zona nyaman para guru.
Walaupun banyak pihak yang mencurigai kegiatan ini sebagai kegiatan untuk
formalitas dan untuk menghabiskan anggaran. Sebagai seorang guru honorer, pada
terasi. Hasilnya tetap sama. Datang dari pelatihan guru-guru semakin bingung.
Mungkin hal ini dapat dipahami karena keadaan guru-guru khususnya di Bali
diterapkan. Selain itu, hal yang nyata dapat terlihat adalah narasumber pelatihan
tidak memahami materi pelatihan. Maka dari itu, tidak mengherankan pelatihan
yang dilaksanakan tidak efektif. Kesan pelatihan pun terasa formalitas saja dan
guru-guru belum siap menerapkan kurikulum 2013. Namun, hal yang terjadi
2013. Diklat-diklat pun terus dilaksanakan untuk mempersiapkan guru yang siap
Dengan kenyataan dan perkembangan yang terus terjadi, guru tidak bisa
pemerintah. Jika guru tidak menerapkan kebijakan pemerintah, guru akan dikenai
4
sanksi. Namun, jika diterapkan guru merasa susah untuk dapat menerima
perubahan. Apapun yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan bisa mengubah
guru kalau guru tidak memiliki kesadaran merubah sikap terhadap perubahan.
Pada situasi seperti ini guru-guru di Indonesia dan khususnya di Bali mengalami
dilema. Jika diibaratkan dilema tersebut dengan peribahasa, guru saat ini Hidup
sikap yang mau menerima perubahan demi kemajuan bangsa! Sedangkan dari
sangat riskan.