You are on page 1of 2

Kanker serviks

I.1 Latar belakang

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Lebih dari 70% kematian di negara miskin dan berkembang disebabkan karena penyakit
kanker. (WHO, 2014).

Berdasarkan International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa


pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus kanker baru dan 8.201.575 kematian akibat kanker
di seluruh dunia. Jenis kanker tertinggi pada perempuan di dunia adalah kanker payudara (38
per 100.000 perempuan) dan disusul kanker leher rahim (16 per 100.000 perempuan).
(Globocan/IARC 2012).

Prevalensi kanker di Indonesia adalah sebesar 1,4 per 1.000 penduduk, serta merupakan
penyebab kematian nomor 7 (5,7%) dari seluruh penyebab kematian. (Kemenkes RI).

Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC)


pada tahun 2012 estimasi insidens kanker leher rahim di Indonesia 17 per 100.000 perempuan.
Menurut WHO, insiden kanker leher rahim di Indonesia mencapai angka 20,928 dan kanker
leher rahim menduduki posisi kedua setelah kanker payudara. Jenis kanker tertinggi pada
pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia tahun 2010 adalah kanker payudara
(28,7%), disusul kanker leher rahim (12,8%). (World Health Organization - Cancer Country
Profiles, 2014). Adapun di Jawa Barat sebesar 0,7% untuk prevalensi kanker leher Rahim.
(Riskesdas, 2013).

Penyakit kanker leher rahim atau kanker serviks memang merupakan masalah
kesehatan yang penting bagi wanita di seluruh dunia. Kanker leher rahim merupakan keganasan
yang terjadi pada leher rahim dan paling banyak disebabkan oleh infeksi Human Papilloma
Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan seksual dan infeksinya terjadi pada 75%
wanita yang sudah pernah berhubungan seksual.

Kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang dapat menyebabkan kematian,


namun demikian kesadaran wanita untuk memeriksakan diri secara dini masih sangat rendah,
karena kurangnya pengetahuan mengenai kanker serviks dan lebih dari 70 % penderita yang
datang ke Rumah Sakit sudah berada di stadium lanjut. Saat ini program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan telah menjamin pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim berupa pemeriksaan
inspeksi visual asam asetat (IVA), pap smear, bahkan krioterapi. (BKKBN, 2012).

Cakupan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara di wilayah Jawa Barat tercatat
sebesar 238.575 (2.45 %) dari 9.715.469 jumlah penduduk wanita usia subur. (Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat, 2015).
Berdasarkan data dari puskesmas Kecamatan Sukmajaya pada bulan Februari 2018
terdapat 68 wanita usia subur yang melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode
pemeriksaan IVA, 3 dari 68 dinyatakan positif pada pemeriksaan. Dari 68 orang yang
melakukan pemeriksaan IVA yaitu kelurahan Mekarjaya sebanyak 31 orang, kelurahan
Baktijaya sebanyak 28 orang, kelurahan Abadijaya sebanyak 8 orang, dan kelurahan Tirtajaya
sebanyak 1 orang. Dari berbagai data yang telah disebutkan di atas, penulis ingin melihat
gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku wanita usia subur terhadap deteksi dini penyakit
kanker leher rahim di Kelurahan Tirtajaya di Kecamatan Sukmajaya.

You might also like