You are on page 1of 118

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. U


DI BIDAN PRAKTEK SWASTA LUKI ROHMIAR A. Am. Keb,
SKM
BEKASI BARAT
TAHUN 2017

Disusun Oleh :
ASRI KARIMAH
P3.73.24.3.14.007

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
TAHUN 2017
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. U
DI BIDAN PRAKTEK SWASTA LUKI ROHMIAR A. Am. Keb,
BEKASI BARAT
TAHUN 2017

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah


Praktik Kebidanan Klinik Komprehensif

Disusun Oleh :
ASRI KARIMAH
P3.73.24.3.14.007

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
TAHUN 2017
KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN

Nama penulis : Asri Karimah


Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. U
di Bidan Praktik Swasta Bd. Luki R. A. di Bekasi
Barat Tahun 2017
Jumlah BAB & Halaman : 5 BAB, 88 halaman + Gambaran Kasus + Daftar
Isi + Kata Pengantar + Lampiran-lampiran

GAMBARAN KASUS
Bidan merupakan pendamping perempuan sepanjang siklus kehidupannya untuk
memberikan asuhan yang fisiologis, terintegrasi dan komprehensif untuk
memberdayakan perempuan dan menjadikan keluarga Indonesia sejahtera. Upaya
paling utama dari menyejahterakan keluarga adalah menurunkan angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Dengan cara memberikan asuhan
kebidanan secara komprehensif. Kasus diambil di Bidan Praktik Swasta Bidan
Luki Rohmiar A dan RSIA Selasih Medika dari tanggal 6 Maret 2017 sampai
dengan tanggal 6 Juni 2017. Ny. U G3P2A0 Umur 30 tahun, selama
kehamilannya memeriksakan kandungannya ke BPS Luki R. A. secara rutin
sebanyak 13 kali, yaitu 3 kali pada Trimester I, 3 kali pada Trimester II, dan 6 kali
pada Trimester III. Penulis melakukan ANC sebanyak 5 kali yang dimulai pada
usia kehamilan 34 minggu. HPHT pada tanggal 5 Juli 2016, TP tanggal 12 April
2017. Telah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali. Tanggal 21 April hamil
41 minggu 5 hari belum ada tanda inpartu, dirujuk dari BPS Luki ke RSIA Selasih
Medika. Hasil pemeriksaan menunjukkan Amniotic fluid index AFI <5 (USG di
RSIA Selasih) dan lilitan tali pusat. Tanggal 22 April 2017 operasi dimulai pukul
14:20 WIB, bayi lahir pukul 14:45 WIB menangis kuat, tonus otot aktif, kulit
kemerahan. BB 3500 gr, PB 50 cm, LK 32 cm, LD 31 cm dan tidak dilakukan
IMD. Operasi selesai pukul 15:10 WIB.
Tanggal 22 April Ny.U P3A0 post SC 6 jam, KU baik TTV dalam batas normal,
kontraksi uterus baik, keadaan luka tertutup baik dengan verban, tidak ada tanda
infeksi, lochea rubra, mobilisasi dini cukup aktif, ibu belum rawat gabung.
Tanggal 28 April 2017 dilakukan kunjungan rumah, Ny.U P3A0 nifas 6 hari, KU
bauk, TTV dalam batas normal, tidak ada tanda bahaya nifas, TFU pertengahan
pusat simfisis, luka operasi tertutup baik, lochea sanguinolenta. Neonatus cukup
bulan sesuai masa kehamilan umur 6 hari, keadaan bayi baik, BB 3400 gr, tali
pusat telah puput pada hari kelima, bayi menyusu dengan kuat. Tanggal 17 Mei
2017 dilakukan kunjungan rumah Ny.U P3A0 nifas 2 minggu keadaan ibu baik,
TFU tidak teraba luka operasi sudah kering tidak ada tanda infeksi, neonatus
cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 14 hari, keadaan ibu baik, keadaan bayi
sehat berat badan 3800 gr. Tanggal 6 Juni 2017 dilakukan kunjungan rumah,
Ny.R P3A0 nifas 6 minggu, bayi umur 6 minggu, keadaan ibu baik, luka operasi
sudah kering tidak ada tanda infeksi, keadaan bayi sehat, berat badan bayi 4300gr.

i
KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN

Nama penulis : Asri Karimah


Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. U
di Bidan Praktik Swasta Bd. Luki R. A. di Bekasi
Barat Tahun 2017
Jumlah BAB & Halaman : 5 BAB, 88 halaman + Gambaran Kasus + Daftar
Isi + Kata Pengantar + Lampiran-lampiran

GAMBARAN KASUS
Bidan merupakan pendamping perempuan sepanjang siklus kehidupannya untuk
memberikan asuhan yang fisiologis, terintegrasi dan komprehensif untuk
memberdayakan perempuan dan menjadikan keluarga Indonesia sejahtera. Upaya
paling utama dari menyejahterakan keluarga adalah menurunkan angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Dengan cara memberikan asuhan
kebidanan secara komprehensif. Kasus diambil di Bidan Praktik Swasta Bidan
Luki Rohmiar A dan RSIA Selasih Medika dari tanggal 6 Maret 2017 sampai
dengan tanggal 6 Juni 2017. Ny. U G3P2A0 Umur 30 tahun, selama
kehamilannya memeriksakan kandungannya ke BPS Luki R. A. secara rutin
sebanyak 13 kali, yaitu 3 kali pada Trimester I, 3 kali pada Trimester II, dan 6 kali
pada Trimester III. Penulis melakukan ANC sebanyak 5 kali yang dimulai pada
usia kehamilan 34 minggu. HPHT pada tanggal 5 Juli 2016, TP tanggal 12 April
2017. Telah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali. Tanggal 21 April hamil
41 minggu 5 hari belum ada tanda inpartu, dirujuk dari BPS Luki ke RSIA Selasih
Medika. Hasil pemeriksaan menunjukkan Amniotic fluid index AFI <5 (USG di
RSIA Selasih) dan lilitan tali pusat. Tanggal 22 April 2017 operasi dimulai pukul
14:20 WIB, bayi lahir pukul 14:45 WIB menangis kuat, tonus otot aktif, kulit
kemerahan. BB 3500 gr, PB 50 cm, LK 32 cm, LD 31 cm dan tidak dilakukan
IMD. Operasi selesai pukul 15:10 WIB.
Tanggal 22 April Ny.U P3A0 post SC 6 jam, KU baik TTV dalam batas normal,
kontraksi uterus baik, keadaan luka tertutup baik dengan verban, tidak ada tanda
infeksi, lochea rubra, mobilisasi dini cukup aktif, ibu belum rawat gabung.
Tanggal 28 April 2017 dilakukan kunjungan rumah, Ny.U P3A0 nifas 6 hari, KU
bauk, TTV dalam batas normal, tidak ada tanda bahaya nifas, TFU pertengahan
pusat simfisis, luka operasi tertutup baik, lochea sanguinolenta. Neonatus cukup
bulan sesuai masa kehamilan umur 6 hari, keadaan bayi baik, BB 3400 gr, tali
pusat telah puput pada hari kelima, bayi menyusu dengan kuat. Tanggal 17 Mei
2017 dilakukan kunjungan rumah Ny.U P3A0 nifas 2 minggu keadaan ibu baik,
TFU tidak teraba luka operasi sudah kering tidak ada tanda infeksi, neonatus
cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 14 hari, keadaan ibu baik, keadaan bayi
sehat berat badan 3800 gr. Tanggal 6 Juni 2017 dilakukan kunjungan rumah,
Ny.R P3A0 nifas 6 minggu, bayi umur 6 minggu, keadaan ibu baik, luka operasi
sudah kering tidak ada tanda infeksi, keadaan bayi sehat, berat badan bayi 4300gr.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melindungi serta


memberikan kekuatan dan melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus praktik
klinik ini dengan judul “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny. U di Bidan Praktik Swasta Bd. Luki R. A.”
Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif.
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis menemukan berbagai
hambatan dari awal hingga akhir proses penyusunan ini. Namun, penulis
banyak sekali mendapatkan bantuan bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Dra.Maryanah, Am. Keb, M.Kes sebagai Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta III.
2. Ibu Ns. Karningsih, Am.Keb, SKp, MKM sebagai Ketua jurusan
kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
3. Ibu Aticeh SST, M.Keb sebagai Ketua Program Studi D IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
4. Ibu Novita Rina A. SST, M. Biomed selaku pembimbing praktik
kebidanan komprehensif telah berkenan memberikan bimbingan,
petunjuk dan saran guna perbaikan laporan kasus ini.
5. Bidan Luki yang telah membimbing penulis selama melaksanakan
asuhan pada pasien komprehensif.
6. Ny. U dan Tn.J sebagai klien yang telah bersedia dan terbuka
membantu terlaksananya studi kasus ini.
7. Kedua Orang tua, ayahanda Asep Hadi SE, MM., ibunda Riri
Ningrum, serta saudaraku tercinta Ridwan Maulana atas do'a,
bimbingan, dukungan, perhatian dan kasih sayang serta dukungan
mental dan materinya yang luar biasa tiada hentinya diberikan selama
ini. Semoga saya bisa membuat kalian bangga.
8. Untuk teman perjuangan laporan kasus komprehensif Bella
Syahadatina yang telah bekerja sama dan bersama- sama
menyelesaikan laporan kasus komprehensif.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis mohon maaf atas
segala kekurangan dalam laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini
bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Jakarta, 12 Juni 2017

ii
Penulis

DAFTAR PUSTAKA
LEMBARAN JUDUL

LEMBARAN JUDUL
SPESIFIKASI LEMBARAN
PERSETUJUAN LEMBARAN
PENGESAHAN
GAMBAR KASUS ……………………………………………………….... i
KATAPENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………….............. 1
B. Tujuan …………………………………………………………... 3
1. Tujuan Umum …………………………………………......... 3
2. Tujuan Khusus …………………………………………........ 3
C. Waktu dan tempat pengambilan kasus ……….……………….... 4

BAB II TIINJAUAN TEORI


A. Sistem Rujukan …………………………………………………. 5
B. Kehamilan ……………………………………………………..... 7
C. Kehamilan Postterm …………………………………………….. 16
D. Oligohidramnion ………………………………………………... 17
E. Lilitan Tali Pusat ………………………………………………... 18
F. Sectio Caesarea ……………………………………………..…... 19
G. Bayi Baru Lahir………………………………………………….. 22
H. Nifas …………………………………………………………….. 26

BAB III PERKEMBANGAN KASUS


A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil …………………………….. 39
B. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru lahir ………………………. 62
C. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas ……………………………... 68

BAB IV PEMBAHASAN KASUS


A. Antenatal Care ……………………………………....…………... 80
B. Sectio Caesarea ………………………..………………………... 81
C. Bayi Baru Lahir ……………………………………...………….. 82
D. Post Natal Care ………………………………………………….. 84

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………………... 87
B. Saran ………………………………………………………......... 88

iii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut data World Health Organization (WHO) 99% kematian
maternal terjadi di negara berkem bang. Angka kematian ibu tidak bisa
dielakkan menunjukkan angka yang cukup tinggi, terhitung pada tahun
2015 sekitar 303. 000 wanita didunia meninggal karena kehamilan dan
persalinan, angka ini mengalami penurunan sebesar 43% dari perkiraan
532.000 pada tahun 1990 (WHO, 2016). Angka Kematian Ibu di Indonesia
sudah mengalami penurunan pada periode tahun 1994-2012, namun pada
tahun 2012, Angka Kematian Ibu meningkat kembali menjadi sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2014, Total
keseluruhan kematian ibu di Jawa Barat adalah 748 kematian. Kabupaten
Bekasi memiliki angka kematian ibu dan kematian neonatal yang cukup
besar yaitu 30 kematian ibu (Profil Kesehatan Prov. Jawa Barat 2014).
Meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
mengalami peningkatan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan antara lain
oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu
hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya (Kemenkes 2016).
Berdasarkan data WHO 2015, 958 bayi baru lahir/neonatal
meninggal di dunia. Menurut SDKI tahun 2012 terdapat tren Angka
Kematian Neonatal (AKN) sebesar 19 kematian/1.000 kelahiran hidup dan
terjadi penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) yang on the track (terus
menurun) sebesar 32/1.000 kelahiran hidup. Data Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Barat tahun 2014 mendata terdapat angka kematian neonatal
sebesar 3.240 dan kematian bayi sebesar 3.982.
Penyebab kematian ibu, yakni perdarahan 30,1%, hipertensi saat
hamil atau pre eklampsi 27,1%, infeksi, partus lama, abortus dan lain-lain

1
2

sebesar 40,8% (Kementrian Kesehatan, 2012). Penyebab kematian


terbanyak pada kelompok bayi 0-6 hari didominasi gangguan pernafasan
(35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Untuk penyebab utama
kematian bayi pada kelompok 7-28 hari yaitu sepsis (20,5%), malformasi
kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %). Penyebab utama kematian
bayi pada kelompok 29 hari-11 bulan yaitu Diare (31,4%), penumonia
(23,8%) dan meningitis/ensefalitis (9,3 %). Di lain pihak faktor utama ibu
yang berkontribusi terhadap lahir mati dan kematian bayi 0-6 hari adalah
hipertensi maternal (23,6%), komplikasi kehamilan dan kelahiran
(17,5%), ketuban pecah dini dan pendarahan anterpartum masing-masing
12,7 % (Riskesdas, 2013).
Target Sustainable Development Goals SDGs untuk tahun 2010
mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran
hidup dan mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah
sebanyak 12 per 1.000 kelahiran hidup melalui RPJMN dan Renstra 2015-
2019, persalinan harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dan
Renstra 2025 dengan Indonesia Neonatal Action PLan sebagaimana
Kepmenkes No. 97 Tahun 2015 (Ditjen BGKIA, 2015).
Bidan merupakan ujung tombak dalam menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Bayi, salah satu upayanya dengan memberikan asuhan
kebidanan yang terintegrasi dan komprehensi, memberikan asuhan sayang
ibu dan bayi dan mendampingi ibu dalam masa kehamilannya, bersalin,
nifas dan asuhan bayi baru lahir yang tepat sesuai standar pelayanan
kebidanan yang bertujuan untuk membentuk keluarga Indonesia sehat
sesuai dengan Nawa Cita.
Klinik Bidan Praktik Swasta Bd. Luki R. A yang beralamat di
Kranji, Bekasi Barat memberikan pelayanan kebidanan meliputi:
antenatal care(ANC) atau pemeriksaan kebidanan, intranatal care atau
asuhan persalinan normal, post natal care asuhan masa nifas, asuhan bayi
baru lahir normal, menerapkan program Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
pada setiap persalinan normal dengan kondisi bayi yang baik, memberikan
3

pelayanan imunisasi dasar lengkap satu tahun dan imunisasi booster serta
pelayanan kontrasepsi (keuarga berencana). Berdasarkan pelayanan
kebidanan komprehensif yang diperoleh penulis di Puskesmas tersebut,
maka penulis tertarik untuk melakukan studi perkembangan kasus dari
seorang ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC di Klinik BPS Bd.
Luki tersebut dengan pendekatan asuhan kebidanan komprehensif sejak
kehamilan (ANC), persalinan (INC), bayi baru lahir dan nifas (PNC).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada Ny. U di
Bidan Praktik Swasta Bd. Luki di Kranji, Bekasi Barat tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir
dan nifas
b. Menganalisa masalah, diagnosa kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, bayi baru lahir dan nifas.
c. Menarik diagnosa kebidanan potensial pada ibu hamil, bersalin,
bayi baru lahir dan nifas.
d. Melakukan tindakan segera pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir dan nifas.
e. Merencanakan tindakan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir
dan nifas.
f. Melaksanakan rencana tindakan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir dan nifas.
g. Melaksanakan evaluasi pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir
dan nifas.
h. Melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.
4

C. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS


Pengambilan kasus dilakukan di ruang pemeriksaan kehamilan di
klinik Bidan Praktik Swasta Bd. Luki R. A. Bekasi Barat dengan
menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai tanggal :
1. Tanggal 6 Maret 2017 : Pemeriksaan Kehamilan Pertama
2. Tanggal 22 Maret 2017 : Pemeriksaan Kehamilan Kedua
3. Tanggal 10 April 2017 : Pemeriksaan Kehamilan Ketiga
4. Tanggal 17 April 2017 : Pemeriksaan Kehamilan Keempat
5. Tanggal 21 April 2017 : Pemeriksaan Kehamilan Kelima
6. Tanggal 22 April 2017 : Observasi Sectio Caesarea di RSIA
Selasih Medika di Bintara Bekasi
Barat
7. Tanggal 22 April 2017 : Kunjungan Nifas Post SC 6 jam
8. Tanggal 28 April 2017 : Kunjungan Nifas Post SC 6 hari
9. Tanggal 7 Mei 2017 : Kunjungan Nifas Post SC 2 minggu
10. Tanggal 6 Juni 2017 : Kunjungan Nifas Post SC 6 minggu
5

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Sistem Rujukan
1. Definisi
Berdasarkan BPJS (2011) sistem rujukan pelayanan
kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik vertikal maupun horizontal yang
wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi
kesehatan sosial dan seluruh fasilitas kesehatan

2. Ketentuan Umum
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan
kesehatan dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
b. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar
pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan. Dari tingkatan
pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih
rendah, dilakukan apabila :
1) Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya.
2) Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama
atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut.
3) Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat
ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan
jangka panjang, dan/atau.
6

3. Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang


Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh
fasilitas kesehatan tingkat pertama. Jika diperlukan pelayanan
lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas
/kesehatan tingkat kedua. Rujukan langsung ke faskes tersier hanya
untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana
terapinya.

4. Rujukan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas


Kesehatan Tingkat Sekunder
a. Fasilitas Tingkat Dasar / Pertama
Bidan Praktek Mandiri/Swasta ( BPM/BPS ) atau
merupakan bentuk pelayanan kesehatan di bidang kesehatan
dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu,
keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus
memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat
menjalankan praktek pada saran kesehatan atau program (BPJS,
2011).
b. Fasilitas Kesehatan Tingkat Sekunder
Rumah Sakit Ibu & Anak (RSIA) Selasih
Medika merupakan rumah sakit milik swasta provinsi Jawa
Barat yang terletak di Jl. Raya Bintara No. 5 Bekasi Barat. Saat
ini RSIA Selasih berstatus rimah sakit tipe C. Rumah sakit tipe
C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran subspesialis terbatas. Terdapat empat macam
pelayanan spesialis disediakan yakni pelayanan penyakit dalam,
pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan
kebidanan dan kandungan. Rumah sakit kelas C ini adalah
rumah sakit yang didirikan di Kota atau kabupaten-kapupaten
7

sebagai faskes tingkat 2 yang menampung rujukan dari faskes


tingkat 1 (puskesmas/poliklinik atau dokter pribadi) (BPJS,
2011).

B. Asuhan Kehamilan
1. Definisi Kehamilan Trimester III
Kehamilan trimester III yaitu periode 3 bulan terakhir
kehamilan yang dimulai pada minggu ke-28 sampai minggu ke-40.
Taksiran persalinan dapat dihitung menggunakan rumus Naegle
yaitu ditambahkan 7 hari ke hari pertama haid terakhir dan pada
bulan ditambahkan 9 jika HPHT dari bulan januari sampai maret,
dan di kurangi tiga jika HPHT dari bulan april sampai bulan
desember. Pada tahun HPHT di tambahkan 0 jika HPHT dari bulan
januari sampai maret dan ditambahkan 1 jika HPHT bulan april
sampai dengan bulan desember (Guyton, 2007).

2. Kebutuhan Gizi Trimester III


Sebagai standard kebiasaan kenaikan berat badan pada ibu
hamil menurut Prawirohardjo 2013, Rekomendasi penambahan
berat badan selama kehamilan berdasarkan IMT. Pada trimester II
dan III pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan kenaikan berat
badan perminggu sebesar 0,4 kg.
Tabel 2.1 Indeks Masa Tubuh

Kategori IMT
Rendah <19,8
Normal 19,8 – 26
Tinggi 26 – 29
Obesitas > 29
Gemeli -
Sumber : (Prawirohardjo, 2013)
8

Diet yang direkomendasikan oleh National Research


Council pada wanita saat tidak hamil dan menyusui;
Tabel 2.2 Diet pada wanita tidak hamil, hamil dan menyusui
No Tidak hamil Hamil Menyusui
Kilokalori 2.200 2.500 2.600
Protein (g) 55 60 65
Vitamin larut dalam air
A (μg RE) 800 800 1.300
D (μg) 10 10 12
E (μg TE) 8 10 12
K (μg) 55 65 65

Vitamin larut air


C (mg) 60 70 95
Folat (μg) 180 400 280
Niacin (mg) 15 17 20
Riboflavin (mg) 1,3 1,6 1,8
Thiamine (mg) 1,1 1,5 1,6
Piridoksi B6 (mg) 1,6 2,2 2,1
Cobalamine B12 2 2,2 2,6

Mineral
Kalsium (mg) 1.200 1.200 1.200
Fosfor (μg) 1.200 1.200 1.200
Iodin (μg) 150 175 200
Besi (mg dari besi ferro) 15 30 15
Magnesium (mg) 280 320 355
Zinc (mg) 12 15 19

3. Adaptasi Perubahan Fisik Trimester III


a. Uterus. Uterus mulai menekan kearah tulang belakang,
menekan vena kava dan aorta sehingga aliran darah tertekan.
Pada akhir kehamilan sering terjadi kontraksi uterus yang
disebut his palsu (braxton hicks).
9

b. Sirlukasi darah dan sistem respirasi volume darah meningkat


25% dengan puncak pada kehamilan 32 minggu diikuti pompa
jantung meningkat 30%.
c. Traktus digestivus. Ibu hamil dapat mengalami nyeri ulu hati
dan regurgitasi karena terjadi tekanan keatas uterus
d. Traktus urinarius. Bila kepala janin mulai turun ke PAP, maka
ibu hamil akan kembali mengeluh sering kencing.
e. Sistem muskulus skeletal. Membesarnya uterus sendi pelvik
pada saat hamil sedikit bergerak untuk mengkompensasi
perubahan bahu lebih tertarik ke belakang, lebih melengkung,
sendi tulang belakang lebih lentur sehingga mengakibatnya
nyeri punggung
f. Kulit. Terdapat striae gravidarum, mengeluh gatal, kelenjar
sebacea lebih aktif.
g. Metabolisme. Perubahan metabolisme seperti terjadi kenaikan
metabolisme basal sebesar 15-20% dari semula, terutama pada
trimester ketiga, akibat hemodelusi darah dan kebutuhan protein
yang diperlukan janin meningkat.
h. Perubahan Kardiovaskuler. Peningkatan volume darah
mengalami puncaknya pada pertengahan kehamilan dan
berakhir pada usia kehamilan 32 minggu, setelah itu relative
stabil. Terdapat penurunan tekanan darah normal pada ibu hamil
yaitu tekanan sistolik menurun 8 hingga 10 poin, sedangkan
tekanan diastolic mengalami penurunan sekitar 12
poin( Prawirohardjo, 2010).

4. Adaptasi Psikologis Trimester III


Pada trimester ini disebut periode menunggu atau waspada,
pada saat ini ibu biasanya tidak sabar menunggu waktu kelahiran
yang diperkirakan. Ibu merasa sedih karena akan berpisah dengan
10

janinnya dan kehilangan perhatian khusus yang didapatkan selama


hamil, sehingga pada trimester ini ibu sangat membutuhkan
perhatian yang lebih Menurut Nirwana (2011).

5. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III


Peradarah pervaginam, sakit kepala yang hebat dan
penglihatan kabur, bengkak dimuka atau tangan, janin kurang
bergerak seperti biasa, pengeluaran cairan pervaginam (ketuban
pecah dini), kejang, selaput kelopak mata pucat, demam tinggi

6. Keluhan Umum Trimester III


a. Efek lightening saat bagian presentasi akan menurun masuk ke
dalam panggul menekanan kandung kemih, sehingga keinginan
untuk berkemih meningkat. Terjadi perubahan pola berkemih
dari diurnal menjadi nokturia (BAK dimalam hari). Cara
mengatasinya dengan menjelaskan penyebab keluhan dan
konseling diet asupan cairan menjelang tidur sehingga tidak
mengganggu kenyamanan tidur malam.
b. Edema devenden dan Varises, kedua hal ini disebabkan oleh
gangguan sirkulasi vena dan meningkatnya tekanan vena pada
ekstremitas bagian bawah.
c. Nyeri Ligemen akibat peregangan dan penekanan berat uterus
yang meningkat pesat pada ligament. Ketidak nyamanan ini
merupakan salah satu yang harus ditoleransi oleh ibu hamil
(Fraser, 2012).

7. Evidence Based
a. Ibu hamil trimester III yang mengalami keputihan yang
banyak proses persalinannya akan mudah karena lendir
keputihan dapat melicinkan saluran jalan lahir
11

Fakta : Keluarnya cairan keputihan yang banyak justru tidak


normal, hal ini dapat menggambarkan keputihan yang abnormal
yang disertai gatal, bau dan berwarna atau tanda infeksi pada
organ genetalia (Marmi, 2014).
b. Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar bayi
yang akan lahir tidak terlilit tali pusat.
Fakta : Lilitan tali pusat disebabkan oleh faktor bayi yang
bergerak terlalu aktif dan tali pusat yang terlalu panjang dan
bukan disebabkan oleh handuk yang dililit di leher.
c. Belum semua ibu hamil mengetahui 1000 hari pertama
kehidupan.
Fakta: Riset Kesehatan Dasar 2013 menyebutkan angka
kejadian anak pendek akibat masalah gizi di Indonesia sebesar
37,2 %, dan tentunya gangguan pertumbuhan ini akan
mengganggu perkembangannya. Karena itulah penting orangtua
memantau tumbuh kembang anaknya terutama untuk anak di
bawah usia 2 tahun muali dari masa dalam kandungan sampai
anak usia 2 tahun. 1000 hari pertama kehidupan merupakan
periode emas seorang anak untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal, gangguan yang terjadi pada periode ini,
khususnya asupan gizi yang tepat, akan berdampak pada
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak yang bersifat
permanen dan berjangka panjang serta lebih sulit untuk
diperbaiki setelah anak berusia 2 tahun, maka kehamilan perlu
disiapkan sejak dini dengan asupan gizi ibu hamil yang
berkualitas, stimulasi otak janin secara dini (Brain Booster),
pemeriksaan rutin kehamilan dan personal hygine atau
kebersihan lingkungan.
d. Emosional ibu berpengaruh terhadap pertumbuhan janin.
12

Peningkatan hormone cortisol terjadi pada ibu hamil yang


depresi yang disebabkan oleh kehamilan yang tak diinginkan
atau suami yang autotarian. Cortisol menghambat pertumbuhan
janin dan dapat berdampak jangka panjang. Anak dimasa
depannya cenderung menjadi criminal, allkoholism, penyakt
mental, anti social, schizophrenia dan lain-lain karena merasa
tidak memiliki orang tua
e. USG sebagai symbol modernisasi. Rutin USG sebagi
symbol modernisasi
Evidence based memperlihatkan rutin USG tidak berpengaruh
terhadap hasil yang lebih baik pada janin. Terbukti USG tidak
bisa memprediksi BB janin llebih baik daripada pemeriksaan
sederhana.
f. Kenaikan berat badan ibu hamil tidak ada kolerasi dengan
berat badan bayi baru lahir.
Hasil analisis multivariat dengan menggunakan regresi linier
ternyata pertambahan berat badan ibu hamil, usia ibu hamil,
LLA ibu hamil, kadar Hb ibu hamil dan jumlah paritas ibu
hamil mempunyai peran dalam menentukan berat badan bayi
lahir, dimana LLA ibu hamil dan kadar Hb ibu hamil
mempunyai kontribusi terbesar daripada faktor lain
berdasarkan hasil penelitian Siega-Riz dikutip Candrasari oleh
(2015).

8. Asuhan Kebidanan Trimester III


Antenatal Care (ANC) Bertujuan untuk mencegah
terjadinya komplikasi pada masa kehamilan dan pascapersalinan
terutama ditujukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
pada rahim. Standar waktu pelayanan antenatal adalah minimal 4
kali selama kehamilan yaitu minimal 1 kali pada triwulan pertama,
13

1kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga
untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi
dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi
(Kemenkes, 2010).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.34 tahun
2016 program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar
yaitu 10T:
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari
sebelum hamil dihitung dari trimester I sampai trimester III yang
berkisar 12,5 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang
tergolong normal adalah 0,4 – 0,5 kg tiap minggu mulai
trimester II. Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri
tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil.
Indeks masa tubuh adalah hubungan antara tinggi badan dan
berat badan. Rumus menghitung IMT. IMT = Berat badan (kg)/
(Tinggi Badan (m)) 2 . Kemungkinan penambahan berat
badan hingga maksimal 12,5 kg (Sari, Ulfa, dan Daulay,
2015).
b. Ukur tekanan darah
Mengukur tekanan darah pada ibu hamil guna mendeteksi
adanya faktor risiko berupa hipertensi dalam kehamilan. Ibu
hamil dinyatakan memiliki tekanan darah tinggi bila tekanan
diastolik ≥ 110mmHG pada satu kali pengukuran atau ≥ 90
mmHG pada 2 kali pengukuran setiap 4 jam. (WHO, 2013)
c. Nilai status gizi
Lingkaran Lengan Atas (LILA) berguna untuk skrining
malnutrisi protein yang biasanya digunakan oleh DepKes untuk
mendeteksi ibu hamil dengan resiko melahirkan BBLR bila
LILA < 23,5 cm (Wirjatmadi B, 2012). Pengukuran LILA
14

dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita


Kurang Energi Kronis. Ambang batas LILA wanita usia subur
dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran
kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya
wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan
melahirkan berat bayi lahir rendah ( Arisman, 2007).
d. Ukur tinggi fundus uteri
Menurut Saifudin ( 2010 ) tinggi fundus uteri berdasarkan
usia kehamilan yaitu ± 2 cm yang berarti TFU ibu sesuai dengan
usia kehamilannya. Namun, pada usia kehamilan 39 minggu
tinggi fundus uteri 35 cm, pada usia kehamilan 40 minggu tinggi
fundus uteri 35 cm dan usia kehamilan 41 minggu 34 cm. Hal
tersebut terjadi karena kepala bayi telah masuk ke pintu atas
panggul sehingga menyebabkan penurunan tinggi fundus uteri.
Menurut Manuaba (2013) panjang fundus uteri pada usia
kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, usia kehamilan 32 minggu
adalah 27 cm, dan usia kehamilan 36 minggu panjangnya 30 cm.
Dari pengukuran tinggi fundus uteri kita juga dapat
menghitung tafsiran berat janin dengan menggunakan rumus
Johnson-Tausack = (Md – N ) x 155. Dengan Md adalah jarak
simfisis ke fundus uteri dan N = 13 (apabila janin belum masuk
PAP), 12 (apabila kepala janin masih berada diatas spina
ischiadika) dan 11 (apabila kepala sudah dibawah spina
ischiadika) (Kemenkes, 2013).
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau
kepala belum masuk panggul kemungkinan adanya kelainan
letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang
dari 120 kali/ menit atau lebih dari 160 kali/menit menunjukkan
adanya gawat janin.
15

f. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet


Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan; Memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Nafero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari
dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50
nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Fatimah, Hadju
dkk 2011). World Health Organization (WHO)
merekomendasikan agar setiap ibu hamil mengonsumsi
suplementasi Fe 60 mg per hari selama 6 bulan. Jika tidak dapat
mengonsumsi selama 6 bulan dosisnya dinaikkan menjadi 120
mg/hari (Kemenkes, 2013).
g. Imunisasi TT
Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
Tabel 2.3 Waktu pemberian imunisasi

Imunisasi Pemberian dan selang Lama perlindungan


TT waktu minimal
TT1 Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
tetanus.
TT2 1 bulan setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 12 bulan setelah TT3 10 tahun
TT5 12 ulan setelah TT4 >25 tahun
Sumber : Kementerian Kesehatan 2013
h. Tes laboratorium
1) Test golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu
hamil bila diperlukan.
16

2) Memeriksa kadar Hb, guna mengetahui apakah ibu


kekurangan darah (Anemia).
Adapun Kadar Hb Normal pada Ibu hamil sesuai usia
kehamilan adalah:
a) Wanita dewasa (tidak hamil): 12–15.8 gr/dl
b) Hamil trimester pertama: 11.6–13.9 gr/dl
c) Hamil trimester kedua: 9.7–14.8 gr/dl
d) Hamil trimester ketiga: 9.5–15.0 gr/dl (WHO, 2009).
i. Tatalaksana khusus
Dilakukan apabila ibu memiliki masalah dalam kesehatan
saat hamil.
j. Temu wicara, termasuk juga perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi P4K serta KB pasca persalinan
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan
kehamilan, pencegaham kelainan bawaan, persalinan dan
inisiasi menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir,
ASI ekslusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

C. Kehamilanan Post Term / lewat waktu


1. Definisi
Kehamilan lewat waktu sebagai kehamilan usia ≥ 42
minggu penuh (294 hari) terhitung sejak hari pertama haid terakhir
Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Wiknjosastro, 2007).

2. Penanganan
Tindakan SC dapat dipertimbangkan pada kasus
insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,
pembukaan belum lengkap, persalinan lama, gawat janin,
primigavida tua, kematian dalam kandungan, preeclampsia,
17

hipertensi menahun serta kesalahan letak janin. Tatalaksana


induksi persalinan normal pada posterm memerlukan pengawasan
ketat karena dapat terancam gawat janin. Induksi persalinan normal
memerlukan syarat skor bishop > 5.

Tabel 2.4 Skor bishop


Nilai komponen 0 1 2 3
Dilatasi (cm) 0 1-2 3-4 >5
Penipisan % 0-30 40-50 60-70 >80
Station/penuruna -3 -2 -1/0 +1/+2
n kepala
konsistensi keras sedang Lunak
posisi posterior tengah Anterior
Sumber : Varney, 2007

3. Komplikasi ibu dan janin


a. Ibu
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38
minggu dan kemudian menurun setelah 42 minggu, seiring
terjadi penurunan kadar dan plasental laktogen dan
meningkatkan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali. Jumlah
air ketuban yang berkurang mengakibatkan perubahan abnormal
jantung janin. (Wiknjosastro, 2007). Timbulnya rasa takut akibat
terlambat melahirkan atau rasa takut menjalani operasi jika
mengalami indikasi terburuk (Manuaba, 2010).
b. Janin
Kematian janin, Gawat janin karena aspirasi mekoneum,
hipoksia, kompresi tali pusat. Kelainan letak seperti defleksi,
oksiput posterior, distosia bahu, trauma kepala janin, gangguan
pembekuan darah.
18

D. Oligohidramnion
1. Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban
kurang dari normal yaitu kurang dari ½ liter atau Amniotic fluid
index (AFI) < 5 cm atau < 5 percentile dari umur kehamilan.
Marmi, dkk (2014). Menurut Rukiyah & Yulianti (2010).
Oz dkk dalam Made 2014 menyelidiki penyebab dari

kejadian oligohidramnion pada kehamilan


postterm. Mereka
menemukan reduksi kecepatan diastolik akhir pada arteri renal,
yang diperkirakan peningkatan hambatan arteri merupakan faktor
penting. Dengan menggunakan AFI yang kurang dari 5 cm.

1. Komplikasi Ibu dan Janin


Akibat oligohidramnion adalah amnion menjadi kental
karena mekonium (diaspirasi oleh janin), asfiksia intrauterine
(gawat janin) karena Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat
menimbulkan fetal distress serta Fetal distres menyebabkan
keluarnya meconium yang semakin mengentalkan air ketuban,
pada in partu (aspirasi air ketuban), nilai APGAR rendah, sindrom
gawat paru, bronkus paru tersumbat sehingga menimbulkan
atelektasis) (Manuaba, 2010).

2. Penanganan Oligohidramnion
Chauhan dikutip dari Made (2014) wanita dengan
oligohidramnion memiliki peningkatan yang bermakna, 2,2 kali
lipat, akan resiko melahirkan dengan seksio sesaria atas indikasi
fetal distress dan 5,2 kali lipat peningkatan resiko untuk nilai
APGAR menit ke-5 kurang dari 7.

E. Lilitan Tali Pusat


19

1. Definisi
Lilitan tali pusat adalah tali pusat yang dapat membentuk
lilitan sekitar badan ,bahu, tungkai atas/ bawah dan leher pada
bayi. Keadaan ini dijumpai pada ait ketuban yang berlebihan, tali
pusat yang panjang, dan bayinya yang kecil. (Prawirohardjo,
2010).
2. Komplikasi ibu dan janin
Lilitan tali pusat tidaklah terlalu membahayakan namun,
menjadi bahaya ketika memasuki proses persalinan dan terjadi
kontraksi rahim (mules) dan kepala janin turun memasuki saluran
persalinan. Lilitan tali pusat bisa menjadi semakin erat dan
menyebabkan penurunan utero-placenter, juga menyebabkan
penekanan / kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat.
Akibatnya suplai darah yang mengandung oksigen dan zat
makanan ke bayi menjadi hipoksia dan ibu akan mengalami partus
lama (Prawirohardjo, 2010).

F. Persalinan (Operasi Sectio Caesarea)


1. Definisi
Seksio Sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2010).

2. Indikasi
Indikasi ibu adalah panggul sempit absolut, tumor - tumor
jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, stenosis serviks / vagina,
plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, ruptura uteri membakat
Indikasi janin adalah kelainan letak dan gawat janin (Made, 2014).

3. Komplikasi
20

Menurut Dini Kasdu dikutip dari Dinar (2014) di bawah ini


adalah resiko yang mungkin dialami oleh wanita yang melahirkan
dengan operasi yang dapat mengakibatkan cedera pada ibu maupun
bayi, resiko ini bersifat individual yang tidak terjadi pada semua
orang. Komplikasi tersebut meliputi alergi, perdarahan, cedera
pada organ lain, parut dalam rahim, demam, Post Operative
Nausesa Vomitting(PONV) atau mual muntah pasca operasi yang
disebabkan anestesi spinal, upaya pencegahannya denga cara
pasien dipuasakan karena masih adanya kekuatiran bahwa
pemberian minum sebelum flatus akan menyebabkan mual dan
muntah (Nur, 2013)

4. Evidence Based
a. Ibu hamil umur >30,5 tahun cenderung mengalami
oligohiidramnion yang berujung pada tindakan SC
Hasil penelitian Rungentut (2015), Rata-rata umur maternal
yang mengalami oligohidramnion pada kehamilannya, yaitu
30,05 tahun. Angka tertinggi seksio sesarea berada diantara
umur 35-45. Insiden oligohidramnion terbanyak ditemukan pada
primigravida (55%). Dan morbiditas operatif juga kebanyakan
ditemukan pada primigravida (36 kasus). Penyebab terbanyak
oligohidramnion adalah idiopatik 42%. Kedua terbanyak
didapatkan pada kelompok dengan hipertensi dalam kehamilan
35%. Adanya hubungan peningkatan seksio sesarea pada
oligohidramnion dengan NST non-reaktif 36%. Penyebab
terbanyak seksio sesarea adalah gawat janin (39,62%).
Oligohidramnion berhubungan dengan perawatan bayi di NICU.
b. Inisiasi Menyusui Dini pada pasien Post SC
IMD pada post section caesarea cenderung mengalami
penundaan dan masalah akibat efek anestesi yang dapat
membuat bayi mengantuk, lemas dan malas untuk menyusui.
21

Kondisi ini membuat bayi dan ibu terpisah sementara waktu


untuk dimonitor dan tidak segera rawat gabung padahal tahap ini
membantu mempercepat terjadinya proses IMD dan
meningkatkan frekuensi menyusu bayi dengan tujuan agar
rangsangan produksi ASI dapat dipertahankan (IDAI, 2013).
c. Pengeluaran ASI pada ibu post SC lebih lama disbanding
dengan ibu yang bersalin normal.
Penelitian Hayatiningsih (2011) menyatakan pengeluaran
ASI ibu post sectio caesarea cenderung lebih lama
dibandingkan ibu dengan persalinan spontan. Produksi dan
pengeluaran ASI dipengaruhi oleh hormon laktasi seperti
prolaktin dan oksitosin (Simkin dalam Netty, 2015 ). Menurut
Buckleys (2009) obat-obatan diberikan oleh epidural memasuki
aliran darah bayi pada tingkat yang sama dan kadang-kadang
bahkan lebih tinggi dibandingkan yang ada dalam aliran darah
ibu. Karena sistem kekebalan tubuh bayi belum matang,
diperlukan waktu lebih lama untuk menghilangkan efek obat
epidural maupun spinal. Metabolisme bupivacain, analgesik
epidural yang umum digunakan, adalah 2,7 jam pada orang
dewasa tapi pada bayi baru lahir memerlukan waktu 8 jam.
d. Efek anestesi menurunkan ikatan/bonding antara ibu dan bayi
Epidural maupun anestesi spinal juga dapat meningkatkan
kemungkinan nilai Apgar skor rendah saat lahir, sehingga
memerlukan resusitasi dan mengalami kejang pada periode baru
lahi. Beberapa studi menunjukkan bahwa epidural dapat
mengganggu ikatan normal/bonding yang terjadi antara ibu dan
bayi setelah lahir. Masalah lain yang dialami oleh ibu post
sectio caesarea rasa nyeri yang membuat ibu cenderung
memilih untuk istirahat dahulu dan memulihkan kondisinya
yang lemas dan nyeri pasca operasi sebelum memberikan air
susu ibu pada bayinya (Hayatiningsih dalam Netty, 2015)).
22

Penggunaan obat golongan analgesik memang membantu ibu


mengurangi rasa nyeri namun obat ini dapat menimbulkan efek
kantuk pada bayi jika bayi meminum ASI dari ibu yang sedang
mengonsumsinya (Simkin dalam Netty 2015).

G. Bayi Baru Lahir


1. Definisi BBL dan Tujuan Asuhan BBL
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir
2500 gram sampai dengan 4000 gram (Arief & sari, 2009). Tujuan
utama perawatan bayi segera sesudah lahir, antara lain
membersihkan jalan nafas, memotong dan merawat tali pusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi., mencegahan infeksi.

2. Ciri Bayi Bau Lahir Normal


a. Antopometri
Lahir aterm antara 37 – 42 minggu dengan berat badan 2500 –
4000 gram, panjang badan 48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm,
lingkar kepala 33 – 35 cm, lingkar lengan 11 – 12cm.
b. Frekuensi denyut jantung 120 – 160 x/menit.
c. Pernafasan ±40 – 60 x/menit.
d. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan
yang cukup.
e. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya
telah sempurna.
f. Kuku agak panjang dan lemas.
g. Nilai APGAR >7.
h. Gerakan aktif.
i. Bayi langsung menangis kuat.
23

j. Reflek sucking (isap dan menelan)sudah terbentuk dengan


baik.
k. Reflek rooting(mencari puting susu dengan rangsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbetuk dengan
baik.
l. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik.
m. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
n. Genetalia pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis
yang berada pada skrotum dan penis berlubang, pada
perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang serta adanya labia minora dan mayora
o. Eliminasi yang ditandai keluarnya mekonium dalam waktu
kurang 24 jam dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi,
2011).
p. Berat badan bayi baru lahir: dalam tiga hari pertama
mengalami penurunan karena bayi mengeluarkan air kencing
dan mekonium, kemudian pada hari ke-4 berat badan akan naik
lagi dalam 10 hari berat badan kembali normal (Vivian Nanny,
2010).

3. Tanda bahaya bayi baru lahir


Menurut Deslidel (2011), tanda bahaya bayi baru lahir antara lain:
a. Suhu tubuh bayi terlalu dingin (hipotermi) suhu dibawah 36,5º C
dan hipertermi suhu tubuh bayi lebih dari 37,5º C (Kosim,
2010).
b. Warna kulit bayi kuning (Ikterus) menyerupai penyakit hati
yang terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya
hiperbilirubinemia.
24

c. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit (sindrom


gangguan nafas)
d. Tali pusat kemerahan, berbau busuk, keluar pus, bengkak dan
berdarah
e. Infeksi perinatal dengan gejala bayi malas minum, gelisah atau
letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan terus
menurun, muntah, diare, sklerema dan oedema, perdarahan,
ikterus, dan kejang serta suhu tubuh meningkat atau menurun.
f. Muntah dapat disebabkan kelainan kongenital, infeksi pada
saluran pencernaan, cara pemberian minum yang salah atau
keracunan.

4. Evidence Based

a. Breastfeeding berhubungan dengan perkembangan


neurodevelopment pada usia 14 bulan.

b. Terdapat hubungan antara umur ibu, partus lama, lilitan tali


pusat dengan kejadian asfiksia neonaturum (Katiandagho,
2010). Lilitan tali pusat bisa menjadi semakin erat saat proses
persalinan karena kontraksi dan menyebabkan penurunan utero-
placenter, juga menyebabkan penekanan / kompresi pada
pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya suplai darah
yang mengandung oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi
hipoksia dan ibu akan mengalami partus lama (Prawirohardjo,
2010), Jika sudah terjadi gawat janin, lakukan SC segera untuk
menyelamatkan bayi.

c. Pencegahan perdarahan di otak dengan pemberian injeksi


vitamin K, mencegah infeksi mata dengan mengoleskan
25

chloramphenicol pada mata bayi. Dan pemberian Hb0 pada usia


0-7 hari.

d. Perawatan tali pusan secara terbuka lebih cepat puput dan


mengurangi kejadian infeksi TP dari pada perawatan tertutup
dengan penggunaan antiseptic. Jangan mengompres atau
membungkus talu pusat.

e. Penyebab kematian terbanyak pada anak adalah pneumonia dan


diare, sedangkan penyebab lain adalah penyakit menular atau
kekurangan gizi. Salah satu upaya untuk mencegah kematian
pada anak adalah melalui pemberian nutrisi yang baik dan ASI
eksklusif.

f. Penelitian yang dilakukan di Banglades melaporkan bahwa


pemberian ASI secara eksklusif merupakan faktor protektif
terhadap infeksi saluran pernapasan akut.

g. Penelitian dilakukan di Nepal melaporkan bahwa pemberian


ASI secara eksklusif merupakan faktor protektif terhadap infeksi
saluran pencernaan / diare.

5. Asuhan Bayi Baru Lahir


Menurut Saifuddin (2010) Asuhan bayi baru lahir adalah sebagai
berikut:
a. Pertahankan suhu tubuh bayi 36,5 C.

b. Pemeriksaaan fisik bayi.


26

c. Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan dosis 0,5

– 1 mg I.M.

d. Mengidentifikasi bayi dengan alat pengenal seperti gelang.

e. Lakukan perawatan tali pusat.

Apabila tali pusat mendapatkan perawatan yang baik maka tali


pusat akan bersih dan tidak terjadi infeksi serta tali pusat dapat
puput lebih cepat yaitu antara hari ke 5-7 atau lebih cepat tanpa
adanya komplikasi (Hidayat, 2009).

f. Dalam waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi dipulangkan

kerumah diberikan imunisasi.

g. Mengajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada ibu seperti

pernafasan bayi tidak teratur, bayi berwarna kuning, bayi

berwarna pucat, suhu meningkat, dll.

h. Mengajarkan orang tua cara merawat bayi.


27

H. Masa Nifas
1. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai
dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu (Saleha, 2009).

2. Tahapan Masa Nifas


a. Periode immediate postpartum atau puerperium dini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia
uteri.
b. Periode intermedial atau early postpartum (24jam -1 minggu),
ibu cukup mendapatkan cairan dan makanan, serta ibu dapat
menyusui bayinya dengan baik.
c. Periode late post partum (1-5 minggu). Di periode ini bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB (Saleha, 2009).

3. Adaptasi Perubahan Fisik Masa Nifas Post Sectio Caesarea


a. Uterus
Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca
persalinan, setinggi umbilicus, setelah 4 minggu masuk panggul,
setelah 2 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil) (Saleha,
2009).
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi
(Saleha, 2009)
Tabel 5
Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus
Uterus
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat 500 gram
28

simpisis
2 minggu Tak teraba diatas 350 gram
simpisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

Sumber : Saleha (2009)


b. Jenis Lochea menurut Saleha (2009)
1) Lochea Rubra
Lochea ini berisi darag segar dan sisa-sisa selaput ketuban
pada hari ke 1-3.
2) Lochea Sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi
pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea Serosa
Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochea Alba
Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu
5) Lochea Purulenta
Ini terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti nanah
berbau busuk.
6) Locheohosis
Lochea yang tidak lancar keluarnya.
c. Payudara
Payudara lebih besar dan lebih keras karena terjadi laktasi
(pembengkakan primer). Di dalam payudara, prolaktin
menstimulasi sel-sel alveolar untuk menghasilkan susu
(Bahiyatun, 2009)
29

d. Sistem kardiovaskular
Tekanan darah tetap stabil dan nadi frekuensinya kembali
seperti sebelum hamil dalam 3 bulan setelah kelahiran.
Sedangkan penurunan volume darah ke kadar sebelum hamil
terjadi pada minggu ketiga setelah kelahiran (Bahiyatun, 2009)
e. Abdomen
Abdomen tetap lunak dan mengendur selama beberapa
waktu setelah melahirkan akibat ruptur serat elastik di kulit.
Secara bertahap dalam beberapa minggu, abdomen akan
menjadi lebih kuat (Bahiyatun, 2009).
f. Perubahan sistem perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8
minggu (Bahiyatun, 2009)
g. Perubahan tanda vital
Suhu tubuh sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh
mungkin naik sedikit, antara 37,2ºC-37,5°C. Kemungkinan
disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan
mencapai 38°C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya,
harus diwaspadai infeksi atau sepsis nifas. Denyut nadi ibu akan
melambat sampai sekitar 60 kali per menit, yakni pada waktu
habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini
terjadi utamanya pada minggu pertama postpartum. Tekanan
darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat
dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum. Pada umumnya
respirasi lambat atau bahkan normal. Karena ibu dalam kedaan
pemulihan/dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat
postpartum (>30x per menit) mungkin karena tanda-tanda syok
(Bahiyatun, 2009)
30

h. Ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan setelah bayi lahir secara berangsur-angsur
menjadi menciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum
menjadi kendor (Varney, 2007).
i. Homokonsentrasi
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal
sebagai shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah
melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba, volume darah
pada ibu relative akan bertambah. Keadaan ini menimbulkana
beban pada jantung. Sehingga dapat menimbulkan
dekompensasi kordis pada penderita vitium kordis. Untung
keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
pada sedia kala (Saleha, 2009).
j. Hematologi dan kardiovaskular
Leukositosis akan meningkat pada beberapa hari post
partum, sehingga dianjurkan untuk mengajarkan pada ibu cara
menjaga kebersihan genetalia (Saleha, 2009).
k. Sistem Endokrin
Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang
dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron(Saleha,
2009).
l. Sistem musculoskletal
Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah
persalinan.Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan
distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus (Saleha,
2009).
31

4. Adaptasi Psikologis Masa Nifas


a. Fase taking in
Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari
kedua setelah melahirkan.ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif.
b. Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari
setelah melahirkan, tmbul rasa khawatir akan ketidakmampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu
mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah.
c. Fase letting go
Fase lettinggo yaitu periode menerima tanggung jawab
akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga
siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini.

5. Tanda Bahaya Nifas


a. Perdarahan pasca persalinan (post partum) adalah perdarahan
yang melebihi 500 – 600 ml setelah bayi lahir (Eny, 2009).
Post partum primer (Early post partum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Post partum sekunder
(Late post partum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam.
Penyebab utamanya adalah sub involusi, infeksi nifas dan sisa
plasenta. Menurut Manuaba (2010),
32

b. Lochea yang berbau busuk berasal dari kavum uteri yang


terinfeksi (Prawirohardjo, 2010).
c. Subinvolusi. Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh
kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah
bersalin menjadi 40-60 gram 6 minggu kemudian. Bila
pengecilan ini kurang baik atau terganggu disebut sub involusi
(Eny, 2009).
d. Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan
komplikasi nifas seperti peritonitis atau peradangan pada
peritonium.
e. Menurut Manuba (2010), pusing merupakan tanda-tanda
bahaya pada masa nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena
darah tinggi (sistol >140 mmHg dan diastole >110 mmHg).
0
f. Peningkatan melebihi 38 C beturut-turut selama 2 hari
kemungkinan terjadi infeksi.
g. Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu pertama
pascasalin, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu ke 3
atau ke 4 (Prawirohardjo, 2008).
h. Baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang
dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran
bayinya.

6. Laktasi
Penelitian Fitria (2012) menyatakan bahwa ada pengaruh
perawatan payudara pada ibu postpartum di Tuban. Hal ini dilihat
dari hasil penelitiannya yakni sebanyak 38 ibu dari 50 ibu yang
melakukan perawatan payudara yang baik mengalami produksi
ASI yang lancar. Penelitian lain menyatakan bahwa perawatan
payudara pada ibu post SC juga dapat mengurangi pembengkakan
payudara sehingga akibat saluran ASI yang mengalami
penyumbatan karena tindakan pengurutan memperlancar aliran
33

ASI dan kompres hangat melunakkan payudara ibu yang keras


(Astuti dan Juliansyah dalam Netty 2015). Pijat oksitosin juga turut
berperan dalam proses pengeluaran ASI, hal ini sejalan dengan
penelitian Budiarti (2009) yang memasukkan intervensi pijat
oksitosin diperoleh 21 responden mengalami produksi ASI yang
lancar sedangkan dari 30 responden kontrol hanya 10 responden
yang mengalami ASI yang lancar.

7. Evidence Based
a. Tampon vagina. Tampon vagina hanya menyerap darah dan
tidak menghentikan perdarahan, bahkan perdarahan tetap terjadi
dan dapat menyebabkan infeksi.
b. Perawatan luka operasi. Perawatan luka operasi, selama 3 hari
setelah operasi SC ibu disarankan mandi dengan cara mengelap
badannya saja agar daerah luka operasi tidak basah.
c. Mengganti pembalut. Meskipun tidak ada luka di daerah
genetalia/jalan lahir, lochea atau darah nifas massih tetap keluar
sehingga penggantian pembalut harus setiap 4 jam sekali untuk
mencegah infeksi.
d. Ibu nifas post SC dilarang bergerak terlalu banyak. Ibu dengan
post SC harus melakukan mobilisasi secara bertahap, hari
pertama melakukan miring kanan atau miring kiri, hari kedua
ibu secara perlahan sudah dapat duduk dan berjalan. Mobilisasi
mencega terjadnya trombofeblitis yang dapat membahayakan
ibu nifas.
e. Ibu post SC tidak dilakukan rawat gabung dengan bayinya. Saat
ini setiap rumah sakit melakukan rawat gabung ibu post SC
dengan bayinya, dengan tetap memperhatikan indikasi dan
kontraindikasinya. Kondisi ibu yang baik dan bayi yang sehat
34

dapat diakukan rawat gabung segera beberapa jam setelah post


SC.
f. Sebagai promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Ibu nifas
diberikan Zat besi/folat 1 tablet per oral sehari sekali untuk
setidak-tidaknya 40 hari pacsapersalinan. Serta vitamin A
200.000 IU dalam 30 hari sesudah persalinan pada tempat
dengan defisiensi vitamin A.
g. Interaktif terhadap klien untuk memberikan konseling tentang
tanda bahaya nifas, tanda bahaya bayi baru lahir serta kebutuhan
ibu nifas seperti kosumsi makan perlu ditingkatkan 10-20%
untuk menggantikan energi yang diberikan pada ASI.
h. Ibu nifas diarang makan telur agar luka operasi/bersalin tidak
bau amis. Sebaliknya telur mengandung protein yang sangat
tinggi, protein dibutuhkan agar mempercepat pertumbuhan sel
baru didaerah luka insisi pada lapisan-lapisan kulit, otot, lemak
hingga uterus ibu yang justru dianjurkan memakan sumber
protein lebih banyak. Ibu dianjurkan makan putih telur sebanyak
6 butir perhari dan bisa diganti dengan sumber protein laiinya.

8. Kebutuhan Ibu Nifas Post Sectio Caesarea


a. Gizi dan cairan
Saleha (2009), mengatakan beberapa anjuran yang
berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui antara
lain :
1) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500
kalori.
2) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral
dan vitamin.
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, terutama setelah
menyusui.
35

4) Mengonsumsi tablet zat besi selama nifas.


5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

Tabel 2.5 Perbandingan angka kecukupan energi


Ambarwati dan Wulandari (2010)

Dewasa Hamil 0-6 bulan 7-12 bulan


1 Energi (kkal) 2200 285 700 500
2 Protein (g) 48 12 16 12
3 Vitamin A (re) 500 200 350 300
4 Vitamin D (mg) 5 5 5 5
5 Vitamin E (mg) 8 2 4 2
6 Vitamin K (mg) 6,5 6,5 6,5 6,5
7 Tiamin (mg) 1,0 0,2 0,3 0,3
8 Riboflavin (mg) 1,2 0,2 0,4 0,3
9 Niasin (mg) 9 0,1 3 3
10 Vitamin B12 1,0 0,3 0,3 0,3
(mg)
11 Asam Folat (mg) 150 150 50 40
12 Piidoksin (mg) 1,6 0,6 0,5 0,5
13 Vitamin C (mg) 60 10 25 10
14 Kalsium (mg) 500 400 400 400
15 Fosfor (mg) 450 200 300 200
16 Besi (mg) 26 20 2 2
17 Seng (mg) 15 5 10 10
18 Yodium (mg) 150 25 50 50
19 Selenium (mg) 55 15 25 20
36

b. Ambulasi
Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada komplikasi
persalinan, nifas dan tergantung pada kemampuan ibu. Aktifitas
ambulasi berguna bagi fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi
dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah
thrombosis pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan
ibu.
Keuntungan ambulasi menurut Heryani dikutip dari
Paskalilaudes (2016) yaitu ibu merasa lebih baik, lebih sehat
dan lebih kuat, memungkinkan perawatan pada bayi, mencegah
thrombosis pada pembuluh tungkai, sesuai dengan keadaan
Indonesia (sosio ekonomi). Mobilisasi akan memperlancar
sirkulasi darah dan segera mungkin mengalami pemulihan atau
penyembuhan (Hamilton, 2010). Kontra indikasi : Klien
dengan penyulit, misalnya : anemia, penyakit jantung, penyakit
paru, dll.
c. Istirahat
Ibu post sectio caesarea membutuhkan istirahat yang
cukup, istirahat sekitar 8 jam pada malam hari dan istirahat 1
jam pada siang hari.
d. Eliminasi
Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus
dapat buang air kecil (Sulistyawati, 2009).
e. Kebersihan diri
Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam
sehari, yang data dipenuhi melalui istirahat malam dan siang
(Saleha, 2009).
f. Senam nifas
37

Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu-ibu


setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali
(Ambarwati, 2010).
g. Penanganan insisi
Kunci dari proses penyembuhan yang cepat adalah menjaga
luka operasi dari bakteri yang menyebabkan infeksi. Ibu post
sectio caesarea dapat mandi seperti biasa, setelah mandi
pastikan daerah insisi benar-benar kering dan jaga agar tetap
kering serta mengenakan pakaian atas yang longgar (Mundy
dalam Paskalilaudes 2016).
Menurut Susmiyati dikutip Paskalilaudes (2016) menjaga
kebersihan agar luka operasi tidak terkena kotoran yang
mengakibatkan kuman berkembang cepat maka kebersihan diri
dan lingkungan semaksimal mungkin harus dijaga. Jaga luka
dari kotoran, bila balutan basah atau lembab oleh darah maka
segera diganti, karena di dalam darah mengandung kuman yang
bisa menyebar cepat ke seluruh bagian luka.
h. Prinsip penyembuhan uka
Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat
tetap dijaga, respon tubuh secara sistemik pada trauma, aliran
darah dari dan ke jaringan yang luka, penyembuhan normal
ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing termasuk
bakteri menurut Paskalilaudes (2016).
i. Keluarga berencana
Ambarwati dan Wulandari (2010), mengatakan :
1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-
kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
2) Biasanya ibu post partum tidak akan menghasilkan telur
(ovulasi sebelum mendapatkan haidnya selama
meneteki, oleh karena itu amenore laktasi dapat dipakai
sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
38

terjadinya kehamilan.
3) Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut
sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu, meliputi :
bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan serta
metodenya, kelebihan dan keuntungan, efek samping,
kekuranganya, bagaimana memakai metode itu, dan
kapan metode itu dapat digunakan untuk wanita pasca
persalinan yang menyusui.
9. Asuhan Kebidanan Nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi;
pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu;
merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu; mendukung dan
memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk dalam
situasi keluarga dan budaya yang khusus; imunisasi ibu terhadap
tetanus; mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang
pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubunga
yang baik antara ibu dan anak (Saleha, 2009).
a. Tatalaksana Pelayanan Nifas
Berikut adalah standar asuhan dan pelayanan masa nifas
berdasarkan Kemenkes 2014
1) Kunjungan pertama (6-8 jam setelah persalinan)
Tujuan kunjungan nifas pertama adalah ;
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
jika perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
39

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi


hipotermi.
g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, petugas
kesehatan harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu
dan bayi dalam keadaan stabil.

2) Kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan)


Tujuan kunjungan nifas kedua adalah :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.

3) Kunjungan Ketiga (2 minggu setelah persalinan)


Tujuan kunjungan nifas ketiga sama seperti kunjungan II
yaitu:
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.
40

c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan


istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda- tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.

4) Kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan)


Tujuan kunjungan nifas keempat adalah :
a) Menanyakan pada ibu, penyulit yang ibu atau bayi alami.
b) Memberikan konseling KB secara dini.

BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
Kunjungan Pertama
Tanggal 6 Maret 2017 Pukul 18:30 WIB
Di BPS Luki Rohmiar A. AM. Keb, SKM

Identitas
Nama Klien : Ny. U Nama Suami : Tn. J
Umur : 30 th Umur :33 th
Golongan darah :O Golongan darah :O
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : D III Pendidikan : S1
41

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Guru SD

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan pergerakan janin aktif ± 10 kali dalam 12 jam terakhir,
ibu mengeluh sakit punggung dan sering BAK dimalam hari.
1. Riwayat Haid
HPHP tanggal 5 Juli 2016, lamanya 4-5 hari, banyak 3-4 kali ganti
pembalut / hari. Haid sebelumnya tanggal 8 Juni 2016, lamanya 4-5
hari, siklus 28 hari. Taksiran persalinan tanggal 12 April 2017.

2. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


No. Tahu Tempat Usia Jenis Penyul TT KB JK BB / Keadaa Nifas
n / kehamila persalin it PB n
penolon n an
g
1. 2009 Bidan 39 Normal Tidak TT2 IUD Laki 2700 Hidup Nifas normal,
minggu /spontan ada seama 1 -laki gram sehat ASI selama 2
tahun / 49 /normal tahun namun
cm tidak ASI
eksklusif
2. 2012 Bidan 41 Normal/ Induks TT4 Suntik Laki 3300 Nifas normal,
minggu spontan i 3 bulan -laki gram ASI selama 2
selama / 50 tahun namun
2 tahun, cm tidak ASI
suntik 1 eksklusif
bulan
selama
2 tahun,
pil
selama
1 tahun
3. Keha TT5
42

milan
saat
ini

3. Riwayat Keluarga Berencana


Ibu akseptor kontrasepsi jenis pil sejak tahun 2015, rutin minum kb pil
setiap hari dan tidak terdapat keluhan
4. Riwayat penyakit yang dan sedang diderita
Ibu tidak memiliki riwayat atau tidak sedang mengidap penyakit berat
seperti penyakit jantung, ginjal, paru-paru, asma, hipertensi, diabetes
mellitus, malaria, tuberculosis, hepatitis dan belum pernah dioperasi.
5. Riwayat dan kebiasaan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
1) Sebelum hamil : Frekuensi makan tiga kali sehari dengan porsi
satu piring, jenis makanan adalah nasi sayur dan lauk, tidak
terdapat pantangan dan keluhan dalam pola nutrisi sebelum hamil.
Untuk hidrasi frekuensi minum ialah enam sampai tujuh gelas
dalam satu hari. Jenis minuman air putih dan teh manis.
2) Saat hamil : Frekuensi makan pada trimester pertama menurun
menjadi dua kali sehari dikarenakan emesis gravidarum yang
diderita namun pada usia 12 minggu pola nutrisi kembali seperti
sebelumnya yaitu tiga sampai terkadang empat kali sehari, jenis
makanan nasi sayur lauk dan biskuit, tidak terdapat pantangan dan
keluhan pada pola nutrisi saat hamil setelah emesis gravidarum.
Untuk hidrasi frekuensi minum menjadi enam sampai dengan
delapan gelas per hari jenis minuman air putih dan susu hamil.
a. Pola eliminasi
1) BAB : Sebelum hamil frekuensi BAB yaitu satu kali sehari,
konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan tidak terdapat
keluhan. Pada saat hamil frekuensi BAB yaitu satu kali sehari
konsistensi lunak, warna kuning kecokelatan dan terdapat
keluhan konstipasi pada saat memasuki trimester ke tiga.
43

2) BAK :Sebelum hamil frekuensi BAK yaitu empat sampai


enam kali sehari, konsistensi cair, warna kuning jernih dan tidak
terdapat keluhan. Pada saat hamil frekuensi BAK meningkat
yaitu enam sampai delapan kali sehari, konsistensi cair, warna
kuning jernih, dan tidak terdapat keluhan seperti nyeri saat
berkemih.
b. Personal Hygiene
Sebelum hamil mandi dua kali dalam satu hari, mengganti pakaian
dua kali dalam satu hari, gosok gigi dua kali dalam sehari dan
keramas satu kali dalam dua hari. Pada saat hamil frekuensi mandi
dua kali dalam satu hari, mengganti pakaian menjadi tiga kali sehari
dikarenakan lebih mudah berkeringat, gosok gigi tiga kali dalam
sehari, dan keramas satu kali dalam dua hari.
c. Aktivitas sehari-hari
1) Pola istirahat dan tidur : Sebelum hamil, ibu biasa tidur malam
pukul 10 sampai 11 malam dan tidur siang selama satu sampai
dua jam. Pada saat hamil ibu tidur pukul 9 malam dan sering
tidur siang selama satu sampai 2 jam. Terdapat keluhan sering
berkemih dimalam hari pada trimester pertama lalu keluhan
berkurang sampai memasuki trimester ketiga ibu mulai sering
mengalami lagi keluhan tersebut.
2) Seksualitas : Sebelum hamil ibu melakukan hubungan seksual
sebanyak dua sampai tiga kali dalam seminggu. Pada saat hamil
ibu mulai membatasi frekuensinya menjani dua sampai tiga kali
dala sebulan. Pada kehamilan trimester tiga ini ibu sering
menolak berhubungan seksual karena mengeluhkan posisi yang
tidak nyaman seiring membesarnya perut ibu.
3) Pekerjaan : Melakukan pekerjaan rumah sehari-hari seperti
membersihkan rumah, mencuci pakaian dan memasak dan
mengantar serta menjemput anak ke sekolah.
6. Kondisi Psikososial (keluarga inti, perkawinan, dan kehamilan)
44

Ibu menikah pada tahun 2008, pernikahan ini merupakan pernikahan


pertama antara ibu dan suami. Usia pertama kali menikah pada usia 21
tahun. Sudah menikah selama Sembilan tahun. Kehamilan ini tidak
direncanakan sebelumnya dikarenakan ibu mulai tidak teratur
meminum tablet pil kontrasepsi, namun saat ini ibu dan suami
menerima dan mengharap kelahiran anak ketiga. Ibu berhubungan baik
dengan suami, anak pertama bernama Syahril dan anak kedua bernama
Faiz. Suami selalu menemani setiap kali ibu melakukan control
kehamilan namun tidak ikut masuk kedalam ruang periksa. Ibu
beragama islam dan rajin beribadah. Ibu dan suami mengharapkan jenis
kelamin perempuan karena kedua anaknya sudah bejenis kelamin laki-
laki.
7. Riwayat Kehamilan ini (Trimester I, II dan III)
a. Trimester I
Kunjungan pertama kali pada saat usia kandungan 6 minggu. Hasil
tes kehamilan pada tanggal 23-8-2016, pemeriksaan kehamilan
dilakukan oleh bidan di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Kranji
dengan keluhan mual dan terapi yang diberikan ialah tablet Fe 60
mg 1x1, Vit. C 50 mg 1x1, dan Kalk 1x1 2 gram. Kunjungan kedua
dan ketiga dilakukan oleh bidan di Bidan Praktek Swasta (BPS)
Bidan Luki R.A dengan keluhan masih merasa mual dan terapi yang
diberikan adalah tablet Folarin 400 mcg 1x1, Vit. C 20 mg1x1 dan
Kalk 1x1 2 gram.
b. Trimester II
Kunjungan sebanyak tiga kali BPS Bidan Luki R.A. dengan
keluhan sakit gigi ringan dan perut terasa gatal. Pergerakan fetus
dirasakan pertama kali pada tanggal 25-10-2016. Terapi yang
diberikan ialah tablet multivitamin Trivilac 1x1 8mg yang berisikan
multivitamin, Vit.C 1x1 50 mg, Kalk 1x1 2 gram. Pemeriksaan Hb
dengan hasil 10,0 gr/dl, hematocrit 30%, leukosit 13.200 /u L dan
trombosit 268.000 /u L, HBsAg non reaktif dan HIV non reaktif
45

pada tanggal 19-12-2016 dilakukan di Puskesmas tanggal 19


Desember 2016 pada usia kehamilan 24 minggu.
c. Trimester III
Kunjungan pertama pada trimester ketiga yaitu sudah 2 kali pada
tanggal 26 Januari 2017 dan pada tanggal 15 Februari 2017 di BPS
bidan Luki R.A.. Pemeriksaan kehamilan selanjutnya dilakukan
pada tanggal 6 Maret 2017 di tempat yang sama tanpa keluhan,
pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : aktif, -+ 15 kali.

8. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi


Ibu bernama Ny. U, taksiran persalinan pada tanggal 12 April 2017, ibu
mengatakan ingin ditolong oleh bidan di BPS Bidan Luki R.A.,
pendamping saat bersalin yaitu suami, transportasi yang akan
digunakan oleh ibu untuk mencapai tempat bersalin ialah motor dan
pendonor adalah saudara suami ibu. Biaya persalinan ibu yaitu dengan
pembayaan umum dan sudah disiapkan dan ibu memiliki BPJS Non
PBI.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum : Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos
mentis, keadaan emosional stabil. Pemeriksaan tanda vital, tekanan
darah 100/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu tubuh 36,2 oC dan
respirasi 21 kali/menit. Berat badan sebelum hamil 52 kg, berat badan
saat ini 59 kg, tinggi badan 157, IMT saat ini 24, LILA saat ini 24.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Tidak terdapat massa, tidak terdapat nyeri

tekan, dan benjolan.


b. Rambut : Bentuk rambut lurus berwana hitam dan
bersih.
46

c. Wajah : Tidak terdapat oedema pada wajah.

d. Mata : Kelopak mata : tidak oedem


Konjungtiva : merah muda
Sklera : putih bersih
e. Hidung : Tidak terdapat polip, infeksi dan serumen.
f. Mulut dan gigi :
Bibir, lidah & gusi : Bibir terlihat lembab, tidak ada sariawan
dan peradangan, tidak ada
pembengkakan, lidah bersih.
Gigi : Sedikit caries pada geraham kiri
g. Telinga : Tidak ada tanda-tanda infeksi
h. Leher
Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
Karotis dan vena jugularis : tidak ada pembesaran
i. Dada : Simetris
Jantung : bunyi jantung 1 dan 2 normal
Paru : tidak bunyi wheezing
Payudara :
Bentuk : Simetris, terdapat pembesaran pada
masa kehamilan terdapat
hiperpigmentasi
Putting susu : menonjol
Benjolan/tumor : tidak ada
Pengeluaran : tidak ada pengeluaran sekret
Rasa nyeri : tidak ada nyeri tekan
Abdomen : Tidak terdapat bekas luka operasi, terdapat
linea nigra, dan terdapat sedikit striae
gravidarum.
Benjolan : tidak ada benjolan
47

Pembesaran liver : tidak ada


Kandung kemih : kosong
Ekstremitas atas dan bawah
Oedema : tidak ada eodema
Kekuatan otot dan sendi : baik
Kemerahan : tidak ada kemerahan
Varises : tidak ada varises
Reflex : baik

3. Pemeriksaan Obstetri : TFU 32 cm, difundus teraba bokong, dibagian


kanan perut ibu teraba punggung dan dibagian kiri perut ibu teraba
ekstremitas janin, bagian terendah teraba kepala dan belum masuk pintu
atas panggul. Taksiran berat janin 3100 gram. Detak jantung janin 138
kali / menit, teratur, puntum maksimum satu tempat dibagian kanan
dibawah pusat. Pada vulva tidak terdapat oedema, tidak terdapat
varices, tidak ada kandiloma, tidak ada pengeluaran pervaginam dan
haemoroid.

4. Pemeriksaan Penunjang :
Darah : Hb :-
Urine : Protein :-
Glukosa :-

C. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa Ibu : G3P2A0 hamil 34 minggu
Diagnosa Janin : tunggal hidup presentasi kepala
Masalah : Poliuri dan sakit punggung
Diagnosa Potensial : Infeksi Saluran Kencing (ISK)
48

Kebutuhan : Pengaturan diet minum dan mobilisasi peregangan


otot punggung.

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan


kondisi ibu dan janinnya saat ini baik. Ibu mengerti dengan hasil
pemeriksaan dan ibu senang mendengar bahwa kondisi ibu dan janin
baik.

2. Memberitahu ibu agar mengonsumsi makanan bergizi sesuai dengan


menu seimbang. Seperti karbohidrat yang berasal dari nasi
secukupnya, vitamin dan mneral yang didapat dari sayur dan buah-
buahan, dan terutama makana kaya protein seperti susu, telur, daging,
ikan, temped an tahu. Serta mengingatkan ibu untuk banyak minum air
mineral minimal 8 gelas perhari. Ibu mengerti dan akan mengonsumsi
makanan bergisi sesuai dengan menu seimbang

3. Memberitahu ibu mengenai keluhannya sering berkemih adalah


keluhan umum yang dirasakan saat memasuki trimester III, yaitu
frekuensi buang air kecil yang sering, nyeri punggung, sesak saat
bernapas, sulit tidur, merasa dirinya kurang percaya diri dengan
kehamilannya yang semakin membesar dan merasa tidak di perhatikan.
Ibu mengerti bahwa keluhannya umum dialami ibu hamil trimester III.

4. Memberitahu ibu mengenai penyebab dan solusi atas keluhannya,


bahwa ibu sering berkemih karena kandung kencing ibu tetekan
dengan perut ibu yang semakin membesar sehingga mengakibatkan
rasa ingin berkemih lebih sering. Keluhan ini akan hilang setelah
melahirkan. Ibu dianjurkan sering mengganti celana dalam jika celana
dalam yang dipaka sudah terasa lembab akibat sering buang air kecil
karena dapat menyebabkan keputihan. Ibu mengerti dan akan
49

mengganti celana dalam lebih sering terutama jika sudah terasa


lembab.

5. Memberitahu ibu mengenai penyebab dan solusi atas keluhan nyeri


punggung. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal pada
kehamilan yang melonggarkan sendi dan ligamen yang menempel
pada punggung, sehingga membuat ibu hamil kurang stabil dan
menyebabkan rasa sakit saat berjalan, berdiri, duduk lama, berguling
ditempat tidur, membungkuk atau mengangkat sesuatu. Keluhn ini
mulai muncul pada trimester kedua dan keluhan semakin berat saat
usia kehamilan bertambah. Cara mengatasinya adalah mengikuti
program latihan yang aman bagi ibu hamil seperti yoga khusus iibu
hamil, berenang, jalan santai dipagi atau sore hari. Ibu mengerti
penyebab dari nyeri punggung dan akan melakukan jalan santai di pagi
dan sore hari.

6. Memberitahu ibu mengenai 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),


yaitu perkembangan otak anak yang sangat pesat yang hanya terjadi
pada umur 0-2 tahun saja yang dapat menunjang tumbuh kembangnya
sampai usia dewasa. Dengan mengonsumsi makanan bergizi,
melakukan Pola Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS), memeriksakan
kehamilan dan melahirkan di fasilitas kesehatan serta menstimulasi
perkembangan otak janin mulai dari usia 16 minggu dengan cara
diajak berbicara oleh ayah dan ibunya, didengarkan lagu klasik
maupun murrotal Al-Quran. Keberhasilan 1000 HPK adalah tumbuh
kembang anak menjadi optimal, cerdas, jarang sakit, terhindar dari
stunting (balita pendek), dan adaptasi social yang baik. Ibu mengerti
dan akan berusaha memenuhi syarat agar dari 1000 HPK.

7. Memberitahu ibu program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)


agar dapat meningkatkan kesehatan ibu dan keluarga. Terdapat sepuluh
indikator, yaitu:
50

a. Ibu bersalin di tenaga kesehatan

b. Ibu memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan

c. Bayi di timbang setiap bulan di posyandu

d. Cuci tangan pakai sabun

e. Aktivitas fisik 30 menit sehari

f. Makan buah dan sayur

g. Tidak merokok

h. Menggunakan jamban sehat

i. Menggunakan air bersih

j. Membersihan jentik

Ibu mengerti, dan dapat mengulangi sepuluh indikator PHBS.

8. Memberitahu tanda bahaya kehamilan seperti oedema pada wajah,


kaki, dan tangan, tekanan darah tinggi disertai dengan protein urin,
pergerakan janin berkurang (<10x dalam 12 jam), sakit kepala yang
hebat, nyeri perut yang hebat. Ibu mengerti dan akan segera datang ke
pelayanan kesehatan terdekat jika ibu merasakan gejala yang
disebutkan tadi.

9. Menganjurkan ibu membaca buku KIA halaman 4-9 tentang perawatan


ibu hamil sehari-hari, tanda bahaya kehamilan, dan tanda-tanda
persalinan untuk mengingatkan ibu. Ibu mengerti dan akan
membacanya.

10. Memberikan ibu asupan vitamin harian trivilac 1x1, Kalk 1x1 dan
Vitamin C 1x1. Memberitahu ibu tentang cara meminumnya, vitamin
51

diminum bersamaan secara teratur, dimunum dengan air putih dan


dimakan disela waktu makan pagi dengan makan siang. Vitamin tidak
boleh diminum dengan air the maupun susu karena dapat mengurangi
efektifitas dari kerja vitamin. Ibu mengerti dan akan meminum vitamin
sesuai anjuran yang sudah diberikan.

11. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi pada tanggal
21 Maret 2017 atau jika ada keluhan. Ibu mengerti dan akan kembali
untuk kontrol ulang.
52

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


Kunjungan Kedua
22 Maret 2017 Pukul 18:30 WIB

A. Data Subjektif
Ibu mengeluh keputihan agak kekuningan cukup banyak namun tidak
gatal. Frekuensi dalam mengganti pakaian dalam ibu dalam satu hari
hanya tiga kali. Ibu juga mengatakan tidak nyaman ketika berhubungan
seksual karena perutnya yang besar sehingga ibu sering menolak untuk
berhubungan seksual. Lalu nafsu makan ibu sedikit berkurang. Ibu masih
sering melakukan jalan santai di pagi hari maupun sore hari, dan saat ini
keluhan nyeri punggungnya sudah berkurang dan ibu lebih nyaman dalam
beraktifitas. Tablet multivitamin Trivilav, Vit.C, dan Kalk masih ada dan
masih rutin dikonsumsi.
B. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional
stabil. Pemeriksaan tanda vital, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 80
kali/menit, suhu tubuh 36,4 oC dan respirasi 20 kali/menit. Berat badan
saat ini 58 kg
2. Pemeriksaan fisik
Kelopak mata tidak bengkak. Konjungtiva tidak pucat. Sklera tidak
ikterik. Bibir lembab tidak pecah-pecah. Kulit tidak kering dan saat
dicubit cepat kembali. TFU 32 cm, difundus teraba bokong, dibagian
kanan perut ibu teraba punggung dan dibagian kiri perut ibu teraba
ekstremitas janin, bagian terendah teraba kepala dan belum masuk pintu
atas panggul. Taksiran berat janin 3100 gram. Detak jantung janin 147
kali / menit, teratur, puntum maksimum satu tempat dibagian kanan
53

dibawah pusat. Pada vulva tidak terdapat oedema, tidak terdapat


varices, tidak ada kandiloma, tidak ada pengeluaran pervaginam dan
tidak ada haemoroid.
C. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ibu : G3P2A0 hamil 36 minggu.
Janin : tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala.
Masalah : Keputihan, dispareuni dan nafsu makan berkurang
Masalah potensial : Infeksi Saluran Kemih, amnionitis
Post coital bleeding
Keadaan umum lemah menjelang persalinan,
inersia uteri
Kebutuhan : pendidikan kesehatan dan cara melakukan vulva
hygiene,
Konseling posisi coitus bagi ibu hamil trimester III
Konseling gizi trimester III
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan
kondisi ibu dan janinnya saat ini baik. Ibu mengerti dengan hasil
pemeriksaan dan ibu senang mendengar bahwa kondisi ibu dan janin
baik.

2. Memberitahu sekaligus mengevaluasi ibu tentang personal hygiene ibu


dan menjelaskan kembali mengenai keluhan keputihannya bahwa hal
tersebut dapat disebabkan oleh keluhan sering berkemih yang masih
dirasakan ibu sehingga membuat celana dalam ibu basah dan lembab
jika hanya tiga kali ganti celana dalam dan dikarenakan peningkatan
ekskresi keringat pada ibu hamil yang dapat membuat
ketidaknyamanan pada ibu hamil.

Yang harus ibu lakukan ialah tetap mengurangi asupan minum saat
sebelum tidur saja dan meningkatkan frekuensi ganti celana dalam
54

minimal tiga kali sehari, ibu harus mengganti celana dalam ketika
sudah terasa lembab dan tidak nyaman. Serta menganjurkan untuk
selalu mengeringkan dengan tissu atau kain bersih sesaat setelah
berkemih/BAK. Ibu mengerti dan akan mengganti pakaian dalam saat
dirasakan celana dalamnya lembab.

3. Menjelaskan kepada ibu mengenai hubungan seksual pada kehamilan


trimester III masih boleh dilakukan dan aman pada trimester III selama
ibu tidak ada keluhan. Serta posisi yang dilakukan tidak menyebabkan
terjadi penekanan pada perut yang membesar. Ibu mengerti dan akan
mendiskusikan dengan suami.

4. Menganjurkan ibu untuk tetap makan seperti biasa karena berat


badannya turun 1 kg dan tetapi mengurangi sumber makanan manis
karena taksiran berat janin ibu cukup besar yaitu 3100 untuk usia
kehamilan 36 minggu. Ibu mengerti dan akan makan seperti biasa dan
mengurangi jenis makanan manis.

5. Memberitahu ibu dan membantu ibu mempersiapkan perlengkapan


persiapan persalinan. Seperti pakaian ibu, pakaian bayi, dan syarat-
syarat kelengkapan jaminan kesehatan yang dibutuhkan. Ibu akan
mempersiapkan perlengkapan ibu dan bayi sesuai dengan informasi
yang diberikan.

6. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan yaitu :

a. Kontraksi atau mules-mules dengan frekuensi sering

b. Keluar lendir darah melalui jalan lahir

c. Keluar air ketuban yang tak tertahan

Ibu mengerti dan akan segera datang ke pelayanan kesehatan jika


terdapat tanda-tanda yang telah disebutkan.
55

7. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda-tanda bahaya kehamilan


seperti oedema pada wajah, kaki, dan tangan, tekanan darah tinggi
disertai dengan protein urin, pergerakan janin berkurang (<10x dalam
12 jam), sakit kepala yang hebat, nyeri perut yang hebat. Ibu mengerti
dan akan segera datang ke pelayanan kesehatan terdekat jika ibu
merasakan gejala yang disebutkan tadi.

8. MemberItahu kembali tentang jenis-jenis kontrasepsi dan memberikan


gmbaran mengenai masing-massing jenis kontrasepsi seperti metode
alamiah, pil, suntik tiga bulan, suntik 1 bulan, implant dan IUD serta
kelebihan dan kekurangannya. Mngngatkan kembali bahwa ibu pernah
lupa minum pil kb sehingga terjadi kehamilan, menganjurkan ibu
menggunakan kontrasepsi jangka panjang. Ibu tertarik menggunakan
suntik kb 3 bulan setalah melahirkan.

9. Mengingatkan ibu untuk melanjutkan dalam mengonsumsi vitamin


yang telah diberikan. Ibu mengatakan masih rutin dalam mengonsumsi
vitamin tablet multivitamin Trivilac, Vit. C dan Kalk dengan air
mineral.

10. Mengingatkan ibu untuk kontrol kehamilan di BPS Bd. Luki pada
tanggal April 2017 sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan atau
langsung datang ke pelayanan kesehatan jika terdapat keluhan. Ibu
mengerti dan akan kunjungan ulang dua minggu lagi pada tanggal 5
April 2017 atau bila ada keluhan.
56

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


Kunjungan Ketiga
Tanggal 10 April 2017 Pukul 20:00 WIB

A. Data Subjektif
Ibu mengeluh merasa khawatir karena belum merasa mulas menjelang
tanggal taksiran persalinan yaitu 12 April 2017 namun pergerakan janin
masih aktif ±10 kali dalam 12 jam terakhir. Ibu hanya merasakan perut
terasa kencang dengan durasi yang tidak lama namun tidak mulas. Ibu
mengatakan keputihan dan nyeri punggug sudah berkurang. Perlengkapan
ibu dan bayi sudah di persiapkan didalam tas untuk siaga saat muncul
tanda-tanda persalinan. Tablet multivitamin Trivilav, Vit.C, dan Kalk
masih ada dan masih rutin dikonsumsi.

B. Data Objektif
57

1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional
stabil. Pemeriksaan tanda vital, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 76
kali/menit, suhu tubuh 36,6 oC dan respirasi 20 kali/menit. Berat badan
saat ini 59 kg

2. Pemeriksaan fisik
Kelopak mata tidak bengkak. Konjungtiva tidak pucat. Sklera tidak
ikterik. Bibir lembab tidak pecah-pecah. Kulit tidak kering dan saat
dicubit cepat kembali. TFU 29 cm, difundus teraba bokong, dibagian
kanan perut ibu teraba punggung dan dibagian kiri perut ibu teraba
ekstremitas janin, bagian terendah teraba kepala dan sudah masuk pintu
atas panggul teraba 4/5. Taksiran berat janin 2790 gram. Detak jantung
janin 144 kali / menit, teratur, puntum maksimum satu tempat dibagian
kanan dibawah pusat.
Pemeriksaan dalam :
Vulva/Vagina : Tidak ada pengeluaran pervaginam, tidak terdapat
oedema, tidak terdapat varices, tidak ada kandiloma,
tidak ada pengeluaran pervaginam tidak ada
pembesaran kelenjar skena maupun bertholini dan
tidak terdapat haemoroid.
Porsio : Tebal kaku
Pembukaan : Belum ada pembukaan

C. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ibu : G3P2A0 hamil 39 minggu.
Janin : tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala.
Masalah : Cemas menunggu saat persalinan
Masalah potensial : Tidak ada
Kebutuhan : Memantau kesejahteraan janin
58

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan
kondisi ibu dan janinnya saat ini sudah cukup baik. Ibu mengerti
dengan hasil pemeriksaan dan ibu senang mendengar bahwa kondisi
ibu dan janin baik.

2. Memberitahu dan menjelaskan keluhan ibu bahwa usia kehamilannya


sudah 39 minggu, tanda-tanda persalinan masih dapat ditunggu
sampai usia kehamilan 41-42 minggu. Ibu dianjurkan lebih sering
melakukan jalan santai di pagi dan sore hari agar kepala bayi cepat
turun dan ibu dianjurkan melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan pengaman/kondom dan ejakulasi didalam vagina karena
sperma mengandung hormone prostaglandin yang dapat melunakkan
mulut Rahim. Ibu mengerti, ibu mengatakan akan lebih sering jalan
santai pagi dan sore hari serta akan melakukan hubungan seksual
sesuai anjuran yang sudah disampaikan.

3. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda-tanda bahaya kehamilan


seperti oedema pada wajah, kaki, dan tangan, tekanan darah tinggi
disertai dengan protein urin, pergerakan janin berkurang (<10x dalam
12 jam), sakit kepala yang hebat, nyeri perut yang hebat. Ibu mengerti
dan akan segera datang ke pelayanan kesehatan terdekat jika ibu
merasakan gejala yang disebutkan tadi.

4. Memberitahu dan menjelaskan ibu tentang tujuan dan manfaat dari


Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif serta memberi
gambaran tentang IMD. Ibu mengerti, ibu mengatakan anak pertama
dan kedua dilakukan IMD namnun tidak berhasil mencapai putting
dan kedua anaknya diberikan ASI selama dua tahun.

5. Mengingatkan ibu untuk melanjutkan dalam mengonsumsi vitamin


yang telah diberikan. Ibu mengatakan masih rutin dalam
59

mengonsumsi vitamin tablet multivitamin Trivilac, Vit. C dan Kalk


dengan air mineral.

6. Mengingatkan ibu untuk kembali dalam waktu 3 hari jika belum


merasa mulas ke BPS Bd. Luki pada tanggal 13 April 2017 sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan atau langsung datang ke
pelayanan kesehatan jika terdapat keluhan. Ibu mengerti dan akan
kembali pada tanggal 11 April 2017 atau bila ada keluhan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Kunjungan Keempat

Tanggal 17 April 2017 Pukul 19:00 WIB

A. Subjektif
Ibu mengeluh kekhawatirannya bertambah karena belum merasa mulas
sama sekali sampai saat ini. Ibu sudah mengikuti anjuran untuk
melakukan jalan kaki di pagi dan sore hari serta melakukan hubungan
seksual namun belum terasa mulas, hanya sesekali perut terasa kencang
tanpa mulas.
60

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, keadaan
emosional stabil. Pemeriksaan tanda vital, tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 74 kali/menit, suhu tubuh 36,4 oC dan respirasi 19
kali/menit. Berat badan saat ini 59 kg.

2. Pemeriksaan Fisik

Kelopak mata tidak bengkak. Konjungtiva tidak pucat. Sklera tidak


ikterik. Bibir lembab tidak pecah-pecah. Kulit tidak kering dan saat
dicubit cepat kembali.TFU 28 cm, difundus teraba bokong, dibagian
kanan perut ibu teraba punggung dan dibagian kiri perut ibu teraba
ekstremitas janin, bagian terendah teraba kepala dan sudah masuk
pintu atas panggul. Taksiran berat janin 2635 gram. Detak jantung
janin 140 kali / menit, teratur, puntum maksimum dua tempat dibagian
kanan dibawah pusat.
Vulva/Vagina : Tidak ada pengeluaran pervaginam, tidak terdapat
oedema, tidak terdapat varices, tidak ada
pembesaran kelenjar skene maupun bartholini, tidak
ada tanda infeksi menular seksual (IMS), tidak ada
pengeluaran pervaginam dan tidak terdapat
haemoroid.
Porsio : Tebal kaku
Pembukaan : 1 cm
Ketuban : Utuh/(+)

C. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ibu : G3P2A0 hamil 40 minggu.
Janin : tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala.
61

Masalah : belum ada tanda persalinan


Masalah Potensial : tidak ada
Kebutuhan : edukasi aktivitas perangsang persalinan secara
alami

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan kondisi
ibu dan janinnya saat ini baik. Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan
dan ibu senang mendengar bahwa kondisi ibu dan janin baik.

2. Memberitahu ibu kembali bahwa tanda-tanda persalinan masih dapat


ditunggu sampai 2 minggu lagi. Ibu dianjurkan untuk lebih sering jalan
kaki di pagi dan sore hari serta berhubungan seksual seperti yang telah
dianjurkan. Ibu mengerti dan akan menunggu tanda persalinannya
sampai usia kehamilan 42 minggu karena ibu ingin melahirkan secara
normal, dan ibu mengatakan akan lebih sering melakukan anjuran yang
sudah diberikan.

3. Mengevaluasi kepada ibu tanda-tanda persalinan yaitu :

a. Kontraksi atau mules-mules dengan frekuensi sering

b. Keluar lendir darah melalui jalan lahir

c. Keluar air ketuban yang tak tertahan

Membantu ibu jika terdapat tanda-tanda persalinan seperti yang


disebutkan dan meminta ibu agar segera datang ke pelayanan
kesehatan jika terdapat tanda-tanda yang telah disebutkan.

4. Mengingatkan ibu untuk melanjutkan dalam mengonsumsi vitamin yang


telah diberikan, dan meningatkan kembali untuk meminum dengan air
putih. Ibu mengatakan masih rutin dalam mengonsumsi vitamin Trivilac,
kalsium dan vitamin C.
62

5. Mengingatkan ibu untuk kembali melakukan pemeriksaan jika 3 hari


dari saat ini ibu tidak merasakan mulas atau tanda persalinan lainnya
yaitu pada tanggal 20 April 2017. Ibu mengerti dan akan datang
kembali.
63

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Kunjungan Kelima

Tanggal 21 April 2017 Pukul 19:00 WIB

A. Data Subjektif
Ibu mengeluh kekhawatirannya bertambah karena belum merasa mulas
sama sekali sampai saat ini.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, keadaan
emosional stabil. Pemeriksaan tanda vital, tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 76 kali/menit, suhu tubuh 36,6 oC dan respirasi 21
kali/menit. Berat badan 59 kg

2. Pemeriksaan Fisik : Kelopak mata tidak bengkak. Konjungtiva tidak


pucat. Sklera tidak ikterik. Bibir lembab tidak pecah-pecah. Kulit tidak
kering dan saat dicubit cepat kembali. Palpasi TFU 28 cm, difundus
teraba bokong, dibagian kanan perut ibu teraba punggung dan dibagian
kiri perut ibu teraba ekstremitas janin, bagian terendah teraba kepala
dan sudah masuk pintu atas panggul. Taksiran berat janin 2635 gram.
Detak jantung janin 154 kali / menit, teratur, punctum maksimum dua
tempat dibagian kanan dibawah pusat.

Pemeriksaan Dalam :
Vulva/Vagina : Tidak ada pengeluaran pervaginam, tidak terdapat
oedema, tidak terdapat varices, tidak ada pembesaran
kelenjar skene maupun bartholini, tidak ada tanda
64

infeksi menular seksual (IMS), tidak ada pengeluaran


pervaginam dan tidak terdapat haemoroid.
Porsio : Tebal kaku
Pembukaan : 1 cm
Ketuban : Utuh/(+)

C. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ibu : G3P2A0 hamil 41 minggu 6 hari
Janin : tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala.
Masalah : kecemasan karena belum ada tanda persalinan
Masalah potensial : usia kehamilan mendekati post term
Kebutuhan : edukasi aktivitas perangsang persalinan secara
alami

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan
kondisi ibu dan janinnya saat ini baik. Ibu mengerti dengan hasil
pemeriksaan dan ibu senang mendengar bahwa kondisi ibu dan janin
baik.

2. Mengevaluasi kepada ibu tanda-tanda persalinan yaitu :

a. Kontraksi atau mules-mules dengan frekuensi sering

b. Keluar lendir darah melalui jalan lahir

c. Keluar air ketuban yang tak tertahan

Membantu ibu jika terdapat tanda-tanda persalinan seperti yang


disebutkan dan meminta ibu agar segera datang ke pelayanan
kesehatan jika terdapat tanda-tanda yang telah disebutkan.
65

3. Mengingatkan ibu untuk melanjutkan dalam mengonsumsi vitamin


yang telah diberikan, dan meningatkan kembali untuk meminum
dengan air putih. Ibu mengatakan masih rutin dalam mengonsumsi
vitamin Trivilac, kalsium dan vitamin C.

4. Memberitahu ibu untuk melakukan USG malam ini ke RS Selasih atau


RS yang ingin ibu tuju dan kembali lagi dengan membawa hasil USG
untuk mengetahui kondisi ibu dan janin secara pasti. Ibu mengerti dan
akan langsung ke RS Selasih.

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

UMUR ENAM HARI

Kunjungan Kedua
Tanggal 28 April 2017 pukul 16:00 WIB

A. Subjektif
Ibu mengatakan pulang dari RSIA Selasih pada tanggal 25 April 2017
pukul 13:00 WIB. Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat dan hanya
diberikan ASI saja, mau menyusu lebih dari 8 kali sehari dan tidak diberi
makanan tambahan, BAK ≥ 6x sehari, BAB 1-2x sehari, tali pusat
sudah puput pada hari ke 5.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum : Keadaan Umum : baik, Kesadaran : compos
mentis, Keadaan Emosional : stabil. Tanda-tanda vital DBJ : 140
o
kali/menit, pernapasan : 43 kali/menit, suhu : 36,8 C. BB 3400
gram, PB 51 cm, tali pusat sudah puput, bersih dn tidak ada tanda
gejala infeksi. Bayi tidak kuning dan tidak ada kebiruan, gerak aktif,
rambut, mata, telinga, hidung, mulut, lidah dan kulit bersih. Bayi dapat
menyusu dengan baik, reflex hisap bayi kuat.
66

C. Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 6 hari

D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu bahwa saat ini bayinya dalam keadaan baik, ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayi setelah dimandikan setiap
pagi dari jam 7-8 pagi selama 10-15 menit. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
3. Mengingatkan ibu agar tetap melakukan ASI Eksklusif, yaitu
menyusui bayinya kapanpun bayi mau dan tanpa makaan tambahan
apapun selama 6 bulan dan sesering mungkin menyusui bayinya. Ibu
sudah memberikan ASI Eksklusif.
4. Mengingatkan kepada ibu untuk selalu menjaga personal hygiene
bayi, setiap hari dimandikan 2 kali/hari, bila BAK atau BAB segera
membersihkan dengan bersih, dan mengganti popok atau bajunya
dengan yang bersih dan kering. Ibu akan melaksanakannya.
5. Mengingatkan ibu tentang tanda bahaya pada bayi. Ibu mengerti.
6. Mengingatkan ibu tentang imunisasi BCG dan Polio saat berusia 1
bulan, yaitu pada tanggal 22 Mei 2017. Ibu bersedia bayinya
diimunisasi.
7. Menyepakati kunjungan ulang pada tanggal 17 Mei 2017, ibu
bersedia meluangkan waktunya dirumah.
67

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


UMUR 2 MINGGU
Kunjungan Ketiga
Tanggal 17 Mei 2017
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya menyusui dengan kuat, mau menyusui lebih dari
8 kali sehari da tidk diberi makanan tambahan. BAK ≥ 8x sehari, BAB
1-2x sehari.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum : Keadaan umum bayi tampak sehat, kesadaran
compos mentis, keadaan emosional stabil. Tanda-tanda vital : DJB :
138 kali/ menit, pernapasan 48 kali/menit, suhu : 36,9C. BB : 3800
gram, PB : 52 cm. Bayi tidak kuning dan tidak ada kebiruan, gerak
aktif, Rambut, mata, telinga, hidung, mulut, lidah dan kulit bersih.
Pusat bersih. Bayi dapat menyusu dengan baik, refleks hisap bayi
kuat.

C. Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan umur 2 minggu.

D. Penatalaksaan
68

1. Menjelaskan pada ibu bahwa saat ini bayinya dalam keadaan baik. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2. Menjelaskan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan tubuh bayi
dengan memandikan bayi 2 kali sehari secara teratur, segera
mengganti popok bayi jika basah agar bayi tidak kedinginan, dan
selalu menggunakan pakaian yang bersih. ibu sudah melakukannya.
3. Mengingatkan ibu selalu melakukan perawatan bayi sesuai yang telah
dijelaskan minggu lalu, ibu sudah melakukannya.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya sampai berumur 6 bulan tanpa makanan tambahan, ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bayi sudah diberi ASI.
5. Menganjurkan ibu untuk menyendawakan bayinya setelah bayinya
menyusu, agar tidak terjadi gumoh. Ibu mengerti dengan penjelasan
yang diberikan.
6. Mengingatkan kembali kepada ibu tanda bahaya pada bayi, apabila
terjadi salah satu dari tanda bahaya yang disebutkan, ibu harus segera
datang ke petugas kesehatan, ibu mengerti dan akan melakukannya.
7. Menginformasikan kepada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan
bayinya pada usia 6 minggu tanggal 2 Juni 2017, ibu bersedia datang.
69

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


UMUR 6 MINGGU
Kunjungan Keempat
Tanggal 2 Juni 2017 pukul 16:00 WIB

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sehat, menyusu dengan kuat, mau menyusu ±
10x sehari dan tidak diberi makanan tambahan, BAK ≥ 7 x sehari, BAB
1-2x sehari. Bayinya telah diberikan imunisasi BCG dan Polio 1 pada
tanggal 23 Mei 2017.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum : Keadaan umum bayi tampak sehat, kesadaran
compos mentis, keadaan emosional stabil Tanda-tanda vital : DJB :
142 kali/ menit, pernapasan 40 kali/menit, suhu : 36,8C. BB : 4300
gram, PB : 54 cm. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Bayi dapat
menyusu dengan baik, refleks hisap bayi kuat.

C. Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan umur 6 minggu.

D. Penatalaksaan
70

1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan


bahwa bayi dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan senang dengan
keadaan bayinya.
2. Menjelaskan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan tubuh bayi
dengan memandikan bayi 2 kali sehari secara teratur, segera
mengganti popok bayi jika basah agar bayi tidak kedinginan, dan
selalu menggunakan pakaian yang bersih. Selain itu, jemur bayi pada
jam 7-8 pagi selama 10-15 menit. Ibu sudah melakukannya.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya sampai berumur 6 bulan tanpa makanan tambahan, dan
menyendawakan bayinya setelah bayinya menyusu, agar tidak terjadi
gumoh. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bayi
sudah diberi ASI.
4. Mengingatkan kembali kepada ibu tanda bahaya pada bayi, apabila
terjadi salah satu dari tanda bahaya yang disebutkan, ibu harus segera
datang ke petugas kesehatan, ibu mengerti dan akan melakukannya.
71

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 JAM


Kunjungan Pertama
Tanggal 22 April 2017 jam 21.30 WIB

A. Subjektif
Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran bayinya, dan mengeluh
mulai terasa nyeri luka operasi karena efek obat biusnya sudah mulai
menghilang dan merasa sedikit pusing dan mual, ibu sudah dapat mring
kanan dan kiri secara perlahan, ibu belum buang angin sejak selesai
operasi serta ibu merasa lemas.

B. Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional
stabil. Tekanan Darah 100/70 mmHg, Suhu tubuh 36,0˚C, Nadi 82
kali/menit, Pernapasan 20 kali/menit. Pada mata konjungtiva tidak pucat,
sklera putih tidak ikterik. Payudara simetris, tidak ada benjolan, areola
hiperpigmentasi, ada kelenjar Montgomery, puting susu menonjol,
pengeluaran kolostrum sudah ada. Tinggi Fundus Uteri 2 jari bawah
pusat, kontraksi uterus baik, uterus terasa keras, luka operasi tertutup
perban tidak ada rembesan darah, kandung kemih kosong uretra
terpasang Douwer Cateter dengan urin bag terisi 130 cc, Pada genetalia
vulva vagina tidak oedem, pengeluaran lochea rubra 50 cc. Ekstremitas
tidak ada oedema, varises negative dan terpasang infus RL dengan
72

tetesan 20 tpm.

C. Analisa
Diagnosa kebidanan
Ibu : P3A0 nifas Post SC 6 jam
Masalah : Nyeri luka operasi, mual dan pusing
Kebutuhan : Penkes fisiologi nifas dengan SC (efek
anestesi)

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu dan keluarga berdasarkan hasil pemeriksaa, ibu
dalam keadaan baik dan masih dalam pengawasan observasi post sc.
Ibu dan keluarga mengerti.
2. Memberitahu ibu bahwa ibu masih perlu terpasang infus sampai
kondisi ibu pulih dan membaik. Ibu dan keluarga mengerti.
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat
Ceftriaxone IV sebanyak 1 gram, 2 kali sehari pagi dan malam hari.
4. Memberitahu ibu bahwa ibu belum dapat melakukan mobilisasi secara
bebas karena masih ada sedikit pengaruh obat bius. Ibu mengerti.
5. Memberitahu ibu untuk melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi
nyeri dengan mangambil nafas panjang dan menghembuskannya
perlahan melalui mulut. Ibu mengerti dan dapat melakukannya serta
merasa lebih nyaman.
6. Memberitahu ibu bahwa pusing dan mual yang ibu rasakan adalah efek
obat bius ketika operasi dan akan segera menghilang. Ibu mengerti dan
merasa lebih tenang.
7. Memberitahu ibu bahwa ibu dan bayi belum dapat dilakukan rawat
gabung karena ibu masih dalam proses pemulihan pasca operasi 6 jam
dan bayi ibu juga dalam pengawasan observasi diruang bayi. Dan tetap
memberitahu ibu untuk memberikan coloctrum dan ASI Eksklusif
kepada bayinya data sudah dilakukan rawat gabung. Ibu mengerti dan
73

akan memberikan colostrum dan ASI nya kepada bayinya saat rawat
gabung.
8. Menganjurkan kepada ibu untuk minum air putih hangat setelah ibu
buang angin dan ibu sudah dapat makan makanan yang mudah dicerna
terlebih dahulu namun kaya akan nutrisi seperti bubur dan telur rebus,
serta buah-buahan seperti buah papaya untuk melancarkan sistem
pencernaan ibu yang sebelumnya terpengatuh obat bius. Ibu mengerti
dan akan makan bubur besok pagi.
9. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup untuk
memulihkan kondisinya. Ibu mengerti dan akan istirahat.
10. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memenuhi nutrisi dan hidrasinya
setelah satu hari pasca operasi, makan-makanan dengan gizi seimbang.
Memperbanyak konsumsi protein agar penyembuhan luka jahitan lebih
efektif. Ibu mengerti dan bersedia.
11. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
saat sudah dilakukan rawat gabung dan sesuai dengan kemauan bayi,
diusahakan maksimal 2 jam satu kali dengan posisi yang nyaman dan
perlekatan yang benar. Ibu mengerti dan dapat melakukannya.
12. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang 6 langkah
mencuci tangan dengan benar dan waktu yang tepat sebelum mencuci
tangan 6 langkah, yaitu
a.Sebelum dan sesudah makan
b. Sebelum memegang bayi
c.Sebelum dan sesudah mengganti pembalut
d. Sebelum dan sesudah mengganti perban atau hendak membersihkan
luka operasi dirumah setelah ibu nifas diatas 2 minggu. Ibu mengerti
dan dapat melakukan cuci tangan 6 langkah dengan benar.
13. Memberikan pendidikan kesehatan tentang personal hygiene terutama
daerah genetalia yaitu mengganti pembalut sesering mungkin dibantu
oleh keluarga ibu, mengajarkan kepada ibu cara mencebok yang benar,
yaitu dari arah depan ke belakang dengan menggunakan air bersih atau
74

tissue basah, mengganti pembalut sesering mungkin, serta


mengeringkan dengan tissue atau kain bersih. Ibu dan keluarga
mengerti dan bersedia melakukannya.
14. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas, yaitu perdarahan
hebat, sakit kepala terus-menerus, demam, nyeri ulu hati, nyeri perut
hebat, demam, mata berkunang-kunang, terdapat benjolan payudara,
dan lochea berbau. Serta menganjurkan ibu agar mendatangi melapor
kepada petugas kesehatan bila terdapat tanda-tanda masa nifas. Ibu
dapat mengulangi beberapa tanda bahaya masa nifas dan berjanji akan
melapor jika terdapat tanda bahaya masa nifas.
15. Memberitahu ibu jika kondisi ibu terus membaik ibu dapat pulang 3
hari lagi yaitu pada tanggal 25 April 2017 dan mengingatkan ibu untuk
control ulang seminggu lagi pada tangal 28 April 2017. Ibu mengerti
dan akan melakukan control ulang pada tanggal 28 April 2017.
75

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 HARI


Kunjungan Kedua
Tanggal 28 April 2017 jam 16.00 WIB

A. Subjektif
Ibu mengatakan pada hari ini nyeri operasi sudah berkurang. Ibu
mengonsumsi obat secara rutin. Pengeluaran pervaginam berupa darah
berwarna kecoklatan, dan tidak ada keluhan pada pengeluaran pervaginam.
Ibu mengatakan luka jahitan operasi ibu sudah mengering dan tidak ada
keluhan. Ibu belum dapat beraktivitas seperti biasa namun ibu dapat
BAB/K sendiri ke kamar mandi. Ibu memberikan ASI setiap satu jam
sekali atau dua jam satu kali. Ibu sudah tidak merasa lelah, tidur teratur
meskipun kadang terbangun untuk menyusui. Ibu sudah BAB dan BAK
tanpa keluhan, dan tidak ada keluhan.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum : Keadaan Umum : baik, kesadaran: compos
mentis, keadaan emosional : stabil. Tanda-tanda vital : Tekanan Darah
110/80 mmHg, Suhu tubuh 36,4˚C, Nadi 78 kali/menit, Pernapasan 19
kali/menit. payudara simetris, tidak ada benjolan, areola
hiperpigmentasi, payudara tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, puting
susu bersih, tidak lecet dan menonjol. Pengeluaran ASI lancar,
Abdomen: TFU pertengahan pusat simfisis, Luka operasi tertutup
76

perban, tidak ada rembesan darah, kandung kemih kosong,


Pemeriksaan genitalia: lochea sanguinolenta, Ekstermitas atas dan
bawah tidak oedem. Ganti pembalut 3-4 kali/hari Tidak ada tanda-
tanda infeksi. Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan tidak ada
tanda-tanda Homan, tungkai tidak edem dan tidak ada varises pada
kaki kanan dan kiri.

C. Analisa
Diagnosa kebidanan
Ibu : P3A0 nifas Post SC 6 hari

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu kepada ibu bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan, ibu
dalam kondisi baik karena banyak kemajuan atas kondisi ibu setelah
selesai operasi. Ibu mengerti dengan kondisinya.
2. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk makan-makanan yang
mengandung serat seperti sayuran, buah-buahan, dan makanan yang
mengandung protein untuk penyembuhan luka jalan lahir. Ibu sudah
makan-makanan berserat dan tinggi protein.
3. Memberitahu kepada ibu membersihkan daerah sekitar operasi, yaitu
dengan dilap air hangat disiram dan sabun antiseptic menggunakan
tangan yang sudah dicuci terlebih dahulu air bersih agar tetap bersih
dan dengan cara membersihkan daerah genetalia dengan benar yaitu
membersihkan dari dalam ke luar, sera mengeringkan dengan tissue
atau kain bersih. Ibu mengerti dan akan melakukannya.
4. Memberi ibu pujian karena sudah dapat miring kanan dan kiri
meskipun perlahan-lahan, dan memotivasi ibu untuk lebih banyak
melakukan mobilisasi untuk mempercepat penyembuhan dan fungsi
sisem tubuh. Ibu mengerti dan akan melakukannya.
77

5. Mengingatkan kembali mengenai tanda bahaya masa nifas. Ibu dapat


mengulangi beberapa tanda bahaya masa nifas.
6. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup untuk
mengurangi kelelahan yang berlebihan karena akan mempengaruhi
produksi ASI. Ibu mengerti mengenai penjelasan yang diberikan.
7. Mengingatkan ibu untuk melakukan kontrol jahitan 1 minggu ke RS
Selasih pada tanggal 2 Mei 2017. Ibu mengerti dah akan datang ke RS
Selasih untuk control jahitan besok.
8. Merencanakan kunjungan nifas ketiga yaitu 2 minggu setelah operasi,
pada tanggal 7 Mei 2017. Ibu mengetahui dan bersedia untuk
kunjungan nifas.
78

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 2 MINGGU


Kunjungan Ketiga
Tanggal 17 Mei 2017 jam 19.00 WIB

A. Subjektif
Ibu mengatakan hari ini luka operasinya sudah kering namun ibu
mengeluh sedikit gatal pada bekas luka operasi. Ibu mengatakan
mengonsumsi makanan yang bergizi dan minum air mineral yang banyak,
makan sayur-sayuran, lauk yang mengandung protein dan buah-buahan.
Ibu mengatakan sedikit lelah saat malam karena menyusui setiap dua jam
satu kali. Ibu tidak memiliki keluhan dalam BAK. Namun merasa sedikit
ada keluhan pada BAB, yaitu obstipasi.

B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum : Keadaan Umum : baik, kesadaran: compos
mentis, keadaan emosional : stabil. Tanda-tanda vital : Tekanan Darah
110/70 mmHg, Suhu tubuh 36,6˚C, Nadi 81 kali/menit, Pernapasan 19
kali/menit. payudara simetris, tidak ada benjolan, areola
hiperpigmentasi, payudara tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, puting
susu bersih, tidak lecet dan menonjol. Pengeluaran ASI lancar,
Abdomen: TFU tidak teraba, luka operasi kering dan tidak ada tanda
infeksi, kandung kemih kosong, Pemeriksaan genitalia: lochea alba,
79

Ekstermitas atas dan bawah tidak oedem. Tidak ada tanda-tanda


infeksi. Pada pemeriksaan ekstremitas tidak ada kelainan.
C. Analisa
Diagnosa kebidanan
Ibu : P3A0 nifas Post SC 2 minggu
Masalah : Gatal luka operasi
Kebutuhan : personal hygiene dan perawatan luka operasi

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan, berdasarkan pemeriksaan
yang telah dilakukan bahwa ibu dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan
merasa senang mendengar keadaannya.
2. Memberitahu ibu agar mandi dan membersihkan luka operasi dan
daerah sekitar luka operasi dengan lebih bersih dan mencuci tangan
terlebih dahulu, memberitahu ibu bahwa keluhan gatal pada luka
operasi dapat disebabkan ibu kurang bersih membersihkannya. Ibu
mengerti dan akan membersihkan diri dan bekasi luka operasi dengan
lebih menjaga hygiene.
3. Memberikan pujian kepada ibu karena memberikan ASI saja hingga
saat ini dan tetap memotivasi kepada ibu agar terus memberikan ASI
demi mendukung pemberian ASI Ekslusif. Ibu termotivasi untuk
selalu memberikan ASI kepada bayinya dikarenakan ASI yang di
produksi banyak.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat dengan cukup, setiap bayi
tertidur diusahakan agar ibu ikut tidur supaya ibu istirahat dengan
cukup. Ibu mengerti mengenai anjuran yang diberikan dan akan
mencoba melakukannya.
5. Memberikan pujian kepada ibu karena masih mengingat tanda bahaya
masa nifas dan cara mencuci tangan dengan benar seperti yang telah
80

yang diberikan. Ibu masih mengingat tanda bahaya nifas dan tidak
ditemukan tanda bahaya tersebut.
6. Menanyakan kepada ibu perihal alat kontrasepsi yang akan digunakan,
dan memberitahu kepada ibu jenis-jenis kontrasepsi yang aman untuk
ibu yang sedang menyusui. Ibu mengatakan ingin alat kontrasepsi
jenis pil, dikarenakan ibu maasih ingin memikirkan dan
mendiskusikan dengan suami untuk menggunakan implant.
7. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap mengonsumsi makanan yang
bergizi, tinggi protein, dan banyak minum air mineral. Guna
penyembuhan luka jahitan operasi dan kondisi fisik ibu. Serta
menganjurkan ibu lebih banyak mengonsumsi makan makanan
berserat tinggi seperti sayuran dan buah untuk mengurangi keluhan
obstipasinya. Ibu mengatakan akan melakukan anjuran yang telah
diberikan demi pemulihan .
8. Merencakan kunjungan nifas keempat, kunjungan nifas keempat yaitu
6 minggu setelah operasi yaitu pada 3 Juni 2017. Ibu mengerti dan
bersedia.
81

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 MINGGU


Kunjungan Keempat
Tanggal 6 Juni 2017 jam 16.00 WIB

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan saat ini dalam kondisi baik, ASI sudah keluar banyak dan
tidak ada keluhan pada bekas luka operasi.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum : Keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, keadaan emosional stabil. Tanda-tanda vital : Tekanan
Darah 120/70 mmHg, Suhu tubuh 36,3˚C, Nadi 71 x/menit,
Pernapasan 19 x/menit, Payudara : pengeluaran ASI banyak, tidak
ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan,
puting susu menonjol, tidak lecet. Pemeriksaan abdomen: TFU tidak
teraba, Bekas luka operasi kering dan tidak ada tanda infeksi ,
kandung kemih kosong. Pemeriksaan anogenital : lochea alba. Tidak
ada tanda-tanda infeksi. Ekstremitas tidak ada kelainan.

C. Analisa
Diagnosa kebidanan
Ibu : P3A0 nifas Post SC 6 minggu
82

Masalah :-
Kebutuhan : Konseling Informasi dan Edukasi (KIE) tentang
ASI Eksklusif, kontrasepsi dan Kebutuhan gizi ibu
menyusui.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan, berdasarkan pemeriksaan
yang telah dilakukan bahwa ibu dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan
merasa senang mendengar keadaannya.
2. Memberi pujian kepada ibu karena masih memberikan ASI kepada
bayinya dan mengingatkan ibu agar bayi tetap disusui dan tidak perlu
memberikan cairan selain ASI. Ibu berjanji akan tetap memberikan
ASI kepada bayinya.
3. Menganjurkan ibu untuk tidur dan istirahat cukup jika bayi tertidur
untuk menghindari kelelahan karena akan mempengaruhi produksi
ASI. Ibu mengerti mengenai anjuran yang diberikan dan
melakukannya.
4. Mengingatkan kembali tentang tanda-tanda bahaya masa nifas. Ibu
masih mengingat tanda bahaya masa nifas dan tidak ditemukan tanda
bahaya tersebut pada ibu.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk segera ber-KB dan menjelaskan
tentang jenis, kelebihan dan kekurangan jenis kontrasepsi dikarenakan
untuk menghindari kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat dan
karena ibu sudah melahirkan anak ketiga dengan proses SC. Ibu
mengerti dan akan melakukan KB suntik tiga bulan.
6. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap makan-makanan yang bergizi
seperti memperbanyak sayur, buah, ikan telur, dan daging. Serta tetap
mengonsumsi banyak minum air putih minimal 400 cc dalam sehari.
Ibu mengerti dan akan tetap mengonsumsi makanan bergizi serta
minum air putih.
83

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

A. Ante Natal Care


Pada kehamilan ini trimester I, Ny.U melakukan pemeriksaan
kehamilan sebanyak dua kali, kehamilan trimester II ibu melakukan
kunjungan sebanyak tiga kali dan trimester III ibu melakukan kunjungan
lima kali. Standar waktu pelayanan antenatal minimal 4 kali selama
kehamian, 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan
minimal 2 kali pada trimester ketiga (Kemenkes, 2010).
Faktor yang menyebabkan klien sering melakukan pemeriksaan
kehamilan adalah berdasarkan karakteristik ibu seperti umur, pengetahuan,
tingkat pendidikan, lingkungan dan status ekonomi. Semakin sering ibu
hamil melakukan ANC, diharapkan skrinning masalah pontensial pada
kehamilan dan bersalin akan diminimalisir karena akan dilakukan tindakan
segera sesuai kebutuhan untuk mngurangi intervensi lebih banyak lagi.
Keberhasilan ANC tidak hanya seberapa sering ibu hamil melakukan
pemeriksaan, melainkan kualitas ANC yang diberikan oleh bidan.
Berdasarkan penelitian Aprianawati, dikutip oleh Argo (2016)
umur ibu pada 20-35 tahun cenderung akan teratur karena paradigma
merasa pemeriksaan sangatlah penting untuk dilakukan, sedangkan umur
> 35 tahun cenderung acuh pada kunjungan antenatal, disebabkan telah
84

memiliki pengalaman yang matang dalam kehamilan. Sedangkan pada


paritas 2-3 merasa bahwa pemeriksaan kehamilan merupakan suatu
kewajiban dalam setiap kehamilan sehingga merasa perlu untuk rutin
dalam memeriksakan kehamilannya (Aprianawati, dikutip Argo 2016).
Tingkat pengetahuan yang semakin baik tentang antenatal care akan
meningkatkan kemungkinan ibu untuk patuh dalam memeriksakan
kehamilannya (Pratitis & Pongsibidang dikutip Argo, 2016).
Berat badan Ny. U sebelum hamil 52 kg, berat badan trimester tiga
59 kg berarti penambahan berat badan selama hamil adalah 7 kg. Dalam
keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung dari
trimester I sampai trimester III yang berkisar 12,5 kg (Sari, Ulfa, dan
Daulay, 2015). Hal ini tidak sesuai dengan teori, tetapi perlu diperhatikan
berat badan ibu hamil tidak naik dapat disebabkan tidak nafsu makan atau
mengurangi porsi karbohidrat di akhir trimester III karena taksiran berat
janin yang sudah sesuai dengan usia kehamilan maka bidan akan
Status TT Ny.U dimulai pada TT1 dan TT2 saat kehamilan
pertama, TT2 dan TT3 pada kehamilan kedua dan TT5 pada kehamilan
ini. Skrining status imunisasi tetanus merupakan program nasional dalam
tatalaksana pelayanan kebidanan kehamilan untuk mencegah tetanus
neonaturum ketika bayi lahir melalui pemberian imunisasi melalui ibu
(Kemenkes, 2013). TT4 pada kehamilan kedua tidak perlu dilakukan
karena perlindungan waktu semenjak Ny.U melakukan imunisasi TT3
adalah 5 tahun cukup untuk mencegah tetanus neonaturum.
Saat usia kehamilan umur 40 minggu, persalinan masih dapat
ditunggu hingga usia kehamilan 42 minggu (Wiknjosastro, 2007). Pada
kasus Ny.U, usia kehamilan 41 minggu 6 hari belum ada tanda-tanda
persalinan, Ny.U dirujuk untuk melakukan USG di RSIA Selasih.

B. Sectio Caesarea (SC)


Dari hasil pemeriksaan di RSIA Selasih didapatkan Amniotic fluid
index (AFI) < 5 cm. Umur Ny.U dalam adalah 30 tahun, selama kehamilan
85

tekanan darah klien cenderung stabil tanpa ada tanda bahaya, berdasarkan
penelitian rata-rata umur maternal yang mengalami oligohidramnion yaitu
30,5 tahun, penyebab oligohidramnion idiopatik 42% dan hipertensi dalam
kehamilan 35%. Dan penyebab terbanyak SC pada kasus oligohidramnion
adalah gawat janin.
Pada kasus Ny. U, DJJ dalam batas normal. Dilakukan SC terhadap
klien mengingat diagnosa potensial lain yaitu lilitan tali pusat dan usia
kehamilan ibu 41 minggu 6 hari, dapat dikatakan hampir memauki usia
kehamilan postterm sehingga makin berkurangnya cairan amnion dan
menyebabkan fetal disstres.
Hasil pemantauan DJJ, janin Ny. U tidak mengalami gawat janin
karena batas gawat janin adalah denyut jantung janin kurang dari 100
permenit atau lebih dari 180 per menit (Nugroho, 2011) hal ini tidak sesuai
dengan teori dimana janin dengan ibu hamil yang mengalami
oligohidramnion cenderung mengalami gawat janin dan banyak faktor
yang menyebabkan bayi Ny.U dengan oligohidramnion dan lilitan untuk
tidak mengalami gawat janin seperti tingkat keparahan aspirasi meconium
dan lilitan tali pusat.

C. Bayi Baru Lahir


Pada pemeriksaan didapatkan bayi Ny.U lahir perabdominal pada
tanggal 22 April 2017 pukul 14:45 WIB, pada usia kehamilan 41 minggu 6
hari, jenis kelamin laki-laki, anus positif, tidak ada cacat bawaan. Pada
pemeriksaan didapatkan data keadaan umum bayi baik, keadaan fisik tidak
ada kelainan, tanda-tanda vital dalam batas normal, berat badan 3500
gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 31 cm,
reflex hisap baik. Hal ini sesuai dengan teori dimana bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Arief
& sari, 2009).
86

Terdapat hubungan antara umur ibu, partus lama dan lilitan tali
pusat dengan asfiksia neonaturum, pada kasus bayi Ny.U, kondisi bayi
saat lahir dalam keadaan baik yaitu menangis kuat bergerak aktif kulit
kemerahan. Perlu diperhatikan keparahan tingkat lilitan tali pusat yang
dapat menyebabkan asfiksia neonaturum, partus normal dan kontraksi
uterus menyebabkan tali pusat terkompresi sehingga oksigenasi
uteroplasenta menurun dan menyebabkan fetal distress dan asfiksia
neonaturum (Katiandagho, 2015).
IMD (Inisiasi Menyusui Dini) pada post section caesarea
cenderung mengalami penundaan dan masalah akibat efek anestesi yang
dapat membuat bayi mengantuk, lemas dan malas untuk menyusui dank
arena bayi segera dibawa ke infant warmer untuk dilakukan pemeriksaan
(IDAI, 2013). Pada bayi Ny. U setelah bayi lahir, bayi langsung menangis
dan bergerak aktif serta kulit hanya sedikit kebiruan, dalam kondisi bayi
Ny.U dapat dilakukan IMD. Pada kenyataannya, hal ini tidak sesuai
dengan teori. Bayi dalam kondisi sehat tanpa tanda asfiksia harus
mendapatkan asuhan IMD, keberhasilan IMD menentukan besarnya
keberhasilan ASI Eksklusif, memberikan kehangatan, nafas dan denyut
jantung menjadi stabil, memperoleh antibody pertama dari coloctrum,
meningkatkan bonding antara ibu dan anak. Manfaat bagi ibu, tubuh
ibtraksi dan menyebabkan perdarahan.u memproduksi oksitosin alami agar
uterus berkon
Pada bayi Ny. U sewaktu kunjungan kedua hari ke enam, bayi pun
di periksa semua dalam batas normal dan Ny. U mengatakan tali pusat pun
sudah puput dari hari ke lima. Hal ini sesuai menurut teori Hidayat (2005)
yang mengatakan bahwa apabila tali pusat mendapatkan perawatan yang
baik maka tali pusat akan bersih dan tidak terjadi infeksi serta tali pusat
dapat puput lebih cepat yaitu antara hari ke 5-7 atau lebih cepat tanpa
adanya komplikasi.

Pada kunjungan ke tiga yaitu 2 minggu, didapatkan TTV dalam


batas normal, BB : 3800 gram, PB : 52 cm. Pusat bersih. Bayi dapat
87

menyusu dengan baik, refleks hisap bayi kuat. BAK ≥ 8x sehari, BAB 1-
2x sehari.Pada kunjungan ke empat yaitu 6 minggu, didapatkan TTV
dalam batas normal, BB : 4300 gram, PB : 54 cm. Bayi dapat menyusu
dengan baik, refleks hisap bayi kuat. BAK ≥ 7 x sehari, BAB 1-2x sehari.
Bayinya telah diberikan imunisasi BCG dan Polio 1 pada tanggal 23 Mei
2017.

Selama melakukan pengawasan melalui rekam medic pada bayi


baru lahir 1 jam, pengawasan langsung pada bayi umur 6 hari sampai usia
6 minggu, penulis melakukan asuhan sesuai dengan bayi baru lahir pada
umumnya, seperti ASI eksklusif, pencegahan hipotermi, perawatan tali
pusat dan melakukan kontak sedini mungkin antara ibu dan bayi. Penulis
juga menambahkan asuhan sesuai dengan kebutuhan bayi yaitu ibu
dianjurkan menyusui bayinya sesering mungkin dan menjemur bayi pada
pagi hari. Evaluasi juga dilakukan penulis untuk menilai keefektifan
rencana asuhan yang diberikan, dimana tidak ditemukan kelainan atau
masalah pada bayi dan tidak ada tanda bahaya pada bayi.

D. Post Natal Care


Kunjungan pertama paska operasi SC, Ny.U merasa senang atas
kelahiran bayinya, dan mulai terasa nyeri luka operasi. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan keadaan umum baik, tanda-tanda vital diperoleh
100/70 mmHg, suhu tubuh 36,0, nadi 82 kali/menit, pernapasan 20
kali/menit, suhu tubuh 36,0˚C, TFU 2 jari dibawah pusat.
Ny. U melakukan mobilisasi dengan miring ke kiri dan ke kanan
segera setelah melahirkan dan turun sendiri dari tempat tidur ke kamar
mandi setelah 4 jam melahirkan. Mobilisasi yang dilakukan tergantung
pada komplikasi persalinan, nifas maupun SC dan tergantung pada
kemampuan ibu. Aktifitas ambulasi amat berguna bagi semua sistem
tubuh terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal
88

tersebut juga membantu mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai


dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan menjadi sehat
Paskalilaudes (2016).
Masa nifas pada Ny. U berjalan normal dilakukan kunjungan
sebanyak 4 kali yaitu kunjungan 6 jam post partum, 6 hari setelah
persalinan, 2 minggu dan 6 minggu. Hal ini sesuai dengan teori
Kemenkes (2014) yaitu kunjungan nifas paling sedikit 4 kali kunjungan
yaitu kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan), kunjungan II (6 hari
setelah persalinan), kunjungan III (2 minggu setelah persalinan),
kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan) dilakukan untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi.

Pada kunjungan I (6 jam) post SC berdasarkan hasil pemeriksaan


didapatkan keadaan ibu baik, data tanda-tanda vital dalam batas normal,
TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, lokhea rubra dan luka
operasi tertutup perban tidak aada rembesan darah maupun tanda infeksi.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Dewi (2011) yang menyatakan
bahwa setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat dan
lochea rubra muncul pada hari 1 sampai hari ke 3 post partum.

Pada kunjungan I ini ibu masih belum flatus sehingga belum


dapat makan dan minum. Hal ini sesuai dengan teori Nur (2013) pasien
pasca operasi SC pasien dipuasakan karena masih adanya kekuatiran
bahwa pemberian minum sebelum flatus akan menyebabkan mual dan
muntah atau Post Operative Nausesa Vomitting (PONV) yang disebabkan
anestesi spinal. Namun penulis sudah memberikan pendidikan mengenai
pola makan post SC, yaitu ibu minum air putih hangat terlebih dahulu
baru dapat makan menu makanan sehat lainnya.

Pada kunjungan ke II (6 hari) dilakukan pemeriksaan, hasil


pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU
89

pertengahan pusat simfisis, lokhea sanguinolenta, pengeluaran ASI


lancar, tidak ada pembengkakan payudara, tidak ada tanda homan, dan
ibu dapat melakukan aktifitas sehari-hari. Hal ini sesuai dengan teori
Dewi (2011) bahwa TFU pada 1 minggu pasca postpartum yaitu
pertengahan pusat simfisis dan lochea pada hari ke 6 adalah lochea
sanguinolenta yang berlangsung dari hari ke-3 sampai hari ke-7
postpartum. Penulis memberikan penkes mengenai teknik menyusui yang
baik dan benar, sehingga ibu tidak mengalami kesulitan. Selain itu, ibu
diberikan penyuluhan mengenai tanda bahaya pada ibu nifas, pen
gonsumsian makanan yang mengandung protein tinggi, buah, sayur dan
minum air putih minimal 8 gelas perhari, istirahan dengan cukup,
mengajarkan perawatan payudara, pemberian penyuluhan tentang ASI
Eksklusif, menjaga personal hygiene dan vulva hygiene.

Pada kunjungan ke III (2 minggu) dilakukan pemeriksaan. Pada


hasil pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU
tidak teraba di atas simfisis, lokhea alba, pengeluaran ASI lancar, tidak
ada pembengkakan payudara dan ibu dapat melakukan aktifitas sehari-
hari. Hal ini sesuai dengan kebijakan teknis dalam asuhan masa nifas
menurut teori Dewi (2011) bahwa TFU pada 2 minggu pasca postpartum
yaitu tak teraba di atas simfisis dan lochea pada hari ke 14 adalah Lochea
alba yang berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum.

Pada kunjungan ke IV (6 minggu) dilakukan pemeriksaan. Pada hasil


pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU tidak
teraba di atas simfisis, lokhea alba, pengeluaran ASI lancar, tidak ada
pembengkakan payudara, tidak lecet, dan ibu dapat melakukan aktifitas
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan kebijakan teknis dalam asuhan masa
nifas menurut teori Dewi (2011) bahwa TFU pada 2 minggu pasca
postpartum yaitu tak teraba di atas simfisis dan lochea pada hari ke 14
adalah Lochea alba yang berlangsung selama 2 sampai 6 minggu
postpartum.
90

BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dalam melaksanakan studi kasus ini penulis telah memberikan
asuhan kebidanan secara komprehensif pada klien sejak masa kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir dan nifas.
Asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.U umur 30 tahun
G3P2A0 sejak usia kehamilan 34 minggu hingga nifas 6 minggu dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian data objektif dn busjektif yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi Ny.U telah dilaksanakan pada masa
kehamilan, section caesarea, nifas dan bayi baru lahir.
2. Analisa masalah dan diagnosa kebidanan pada ibu hamil, section
caesarea, bayi baru lahir dan nifas telah dilaksanakan sehingga
penatalaksanaan masalah dan kebutuhan pada Ny.U dapat teratasi
dengan baik.
91

3. Diagnosa kebidanan potensial pada ibu hami, section caesarea, bayi


baru lahir dan nifas telah dilakukan pengkajian berdasarkan
manajemen kebidanan.
4. Perencanaan tindakan segera pada pada ibu hamil, section caesarea,
bayi baru lahir dan nifas berdasarkan analisis dan diagnosa potensial
telah dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
5. Pelaksanaan rencana tindakan segera pada pada ibu hamil, section
caesarea, bayi baru lahir dan nifas atas diagnosa potensial telah
dilakukan dengan segera untuk meminimalkan mortalitas dan
mobiditas maternal neonatal.
6. Evaluasi asuhan kebidanan pada ibu hamil, section caesarea, bayi baru
lahir dan nifas telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan
kebidanan.
7. Pendokumentasian dengan metode SOAP telah dilakukan dimulai
sejak kehamilan, persalinan/SC, bayi baru lahir dam mifas sesuai
kebutuhan Ny.U.

B. SARAN
Mengingat pentingnya asuhan yang dilakukan secara
berkesinambungan pada masa kehamilan, persalinan/SC, bayi baru lahir
dan nifas, maka saran yang diberikan adalah :
1. Untuk Bidan Praktik Swasta Luki Rohmiar A. Am.Keb, SKM
Bidan sebagai pelayanan kesehatan yang berada ditengan masyarakat
diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan kebidanan.
2. Untuk keluarga Ny.U
Melalui program studi kasus ini diharapkan klien mendapatkan
informasi dan edukasi yang jelas tentang kehamilan, persalinan/SC,
bayi baru lahir dan nifas serta memberikan dukungan yang optimal
kepada ibu dan dapat menerapkannya dalam proses kehamilan
selanjutnya.
3. Untuk Institusi Pendidikan
92

Program studi kasus ini diharapkan menjadi salah satu cara


meningkatkan kualitas pendidikan.
4. Untuk Mahasiswa Kebidanan
Dalam melakukan asuhan kebidanan, sebaiknya mahasiswi
meningkatkan kemampuan analisa dalam manajemen kebidanan yang
sesuai dengan standar profesi dan kewenangan bidan. Selain itu,
mahasiswi diharapkan agar selalu menambah wawasan dalam ilmu
kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari, Saifuddin. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta : Bina Pustaka
Almatsier. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Ambarwati, Eny Retna. dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.Jogjakarta: Nuha
Medika
Argo, Bayu K. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Mutigravida
dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja
Puskesmas Kartasura. Surakarta; UMS
Arif, dkk. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak .Yogyakarta: Nuha
Medika
Arisman, MB. (2007). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar asuhan Kebidanan Nifas normal. Jakata: EGC
Balitbangkes Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta.
Kemenkes
BPJS. 2011. Panduan Praktis; Sistem Rujukan Berjenjang. Jakarta. BPJS
Kesehatan
93

Buckley S. 2009. Gentle birth, gentle mothering: a doctor’s guide to natural


childbirth and early parenting choices.Celestial Arts. pp.117
Budiarti, T. (2009). Efektifitas pemberian paket “Sukses ASI” terhadap produksi
ASI ibu menyusui dengan section caesarea di wilayah Depok Jawa Barat.
Tesis Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia.
Candrasari, Anika dkk. 2015 Hubungan antara Pertambahan Berat Badan Ibu
Hamil dengan Berat Badab Lahir Bayi di Kabupaten Semarang.
Surakarta. FK UMS
Dendy, Aria. 2010. Perbandingan kejadian mual muntah pada anestesi spinal
antara infus kontinyu efedrin dan preload haes steril 6%. Semarang: FK
Universitas Dipenogoro
Depkes RI (2008). Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta
Deslidel, dkk. 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta :
EGC
Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika
_______________________________. 2011 .Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Dinar, Ratna. 2014. Perbedaan Motivasi Pasien dalam Mobilisasi Dini Ibu Post
Sectio Caesarea Primipara dan Multipara RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta: Yogyakarta. STIKES Aisyiah
Ditjen, BGKIA. 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development
Goals (SDGs). Jakarta. Kemenkes RI
Fraser, Diane M. 2012. Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta. EGC;611
hlm
Fatimah, Hadju et al. Pola Konsumsi dan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil
Di Kabupaten Maros,Sulawesi Selatan. Makara,Kesehatan. 2011;Vol.
15(1):31-36
Fitria, A. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelancaran
Produksi Asi Pada Ibu Menyusui di Rumah Bersalinhartini Desa
Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Skripsi Stikes
94

U’budiyah Aceh.
Guyton & Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Handiyani, H. Mobilisasi dan Imobilisasi. Available from :http://staff.ui.ac.id
(diakses pada tanggal 23 Mei 2017).
Hidayat, A. 2009. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jilid I.
Jakarta: Salemba Medika.
IDAI. (2013). Inisiasi Menyusui Dini. Available from :
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/inisiasi-menyusu-dini. Access on
May 2017.
Katiandagho, dkk. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Asfiksia Neonaturum. Manado; Poltekkes Kemenkes Manado
Kementerian Kesehatan. 2014. Infodatin; Kondisi Pencapaian Program
Keseehatan Anak Indonesia. Jakarta. Kemenkes; 4;12
Kemenkes, RI. 2016. Pedoman Umum; Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga. Jakarta. Kemenkes
Leveno, Kenneth J dkk. (2009). Obstetri Williams. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,
dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Patologi. Cetakan Kedua. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Nanny, Vivian. 2010. Asuhan Kehamilan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Nur, Virgianti. 2013. Pengaruh Pemberian Minum Air Hangat Terhadap
Kejadian Posy Operative Nusea Vomittin (PONV) Pada Paien Post
Operasi Sectio Caesarea dengan Anestei Spinal di RS Muhammdiyah
Lamongan. Surakarta. Surya
Oktarina, Netty S. 2015. Perbandingan Pengaruh Breast Care Dan Pijat
Oksitosin Terhadap Produksi Air Susu Ibu Post Sectio Caesarea Di
Ruang Nifas Rsud
95

Oktavia, R. 2015. Hubungan Konsumsi Asupan Protein, Zat Besi Dan Vitamin C
Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di Desa Joho Kecamatan
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Surakarta; UMS
Paskalilaudes, Maria. 2016. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Luka Sectio
Caesarea dengan Penyembuhan Luka Post Sectio Cesarea di Poliklinik
Kebidanan dan Kandungan RSUD Kota Surakarta: Surakarta. STIKES
Kusuma Husada
Prawirohardjo, Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2014
Purnama, Made Adimerta. 2014. Hidrasi Maternal pada Kasus Oligohidramnion.
Denpasar: FK Universitas Udayana
Rukiyah, Lia Yulianti. (2010). Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : TIM
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Varney Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Wahana visi Indonesia. 2013. 1000 Hari Pertama Kehidupan; Penentu Ribuan
Hari Berikutnya. Tangerang Selatan: WVI
WHO. 2015. Trends in Maternal Mortality 1990 to 2015.Geneva Switzerland.
Departement of Reproduction Health and Research World Health
Organization. 2015;92
Winkjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
96
97
98
99
100
101

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN SECT IO


CAESAREA
Pengkajian Sectio Caesarea
Asuhan Preoperasi
Data Subjektif
Serah terima pasien : pada hari Sabtu, Tanggal 22 April 2017, Pukul 14:00 WIB
Dari ruangan Poli Kebidanan, dan alasan klien dibawa keruangan operasi adalah
dengan diagnosa dari dr. Hery G3P2A0 Hamil 41 minggu 6 hari dengan
oligohidramnion dan lilitan tali pusat, janin tunggal hidup presentasi kepala.
1. Keluhan Utama
Ibu mengeluh beelum merasa mulas dan taksiran persalinannya sudah
lewat. Ibu mengatakan takut akan dioperasi SC. Gerakan janin Ibu
mengatakan masih merasakan gerakan janin
a. Riwayat makan dan minum : Ibu mengatakan tidak dianjurkan puasa
b. Riwayat eliminasi : Ibu mengatakan terakhir BAB pada pagi hari pukul
07:00 WIB
c. Riwayat penyakit : Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
keluarga seperti DM, Asma, Jantung, Paru, Ginjal, Hepatitis dan sedang
tidak mengidap penyakit berat.
d. Riwayat Alergi Ibu mengatakan tidak tahu riwayat alerginya

2. Checklist Pre Operasi


a. Tersedia informed consent
b. Tersedia status/rekam medic pasien
c. Gelang identitas
Pramedikasi :
1) Obat pematang paru-paru janin
2) Ceftriaxone
3) Tramadol
4) Saat ini terpadang infus RL 16 tpm dan Douer Cateter dengan 300cc urin
5) Ibu tidak alergi ceftriaxone satelah dilakukan skintest.
102

Data Objektif
1. Pemeriksaan umum :
- keadaan umum : Baik
- kesadaran : Compos Mentis
- keadaan emosional : Cemas
2. Tanda-tanda vital :
- TD : 110/70 mmHg
- N : 80x/m
- S : 36,70C
- RR : 22x/m
3. Pemeriksaan fisik :
Berat badan : 59 kg
IMT : 24
Mata : Konjungtiva tidak anemis
sclera tidak ikterik
tidak menggunakan lensa kontak
Mulut : bersih, tidak menggunakan prosthetik
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Payudara : Terdapat oembesaran selama masa kehamian,
putting menonjol, areola bersih
Abdomen : bekas luka operasi : tidak ada
Leopold : TFU : 28 cm TBJ : (28-11)x155 = 2635 gram
Leopold I : Teraba bulat lunak tidak melenting (bokong)
Leopold II : Bagian kananteraba bagian bagian kecil
(ekstremitas). Bagian kiri teraba keras panjang
seperti papan (punggung)
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras,
melenting (kepala)
Leopold IV : sudah masuk PAP/ Divergen
103

4. Fetus : DJJ : 158x/m punctum maksimum kiri bawah pusat


abdomen
5. Anogenital : Vulva tidak oedem, tidak ada kondiloma, tidak ada
tanda IMS
6. Ekstremitas :
- Tida k ada pembengkakan/oedem
- Capillary refill <1 detik
- Tidak ada perhiasan
- Kuku bersih
- Terpadang gelang identitas dan gelang risiko jatuh
7. Pemeriksaan Laboratorium

Darah Lengkap Hasil Satuan Nilai normal


Hb 10,4 gr/dl P : 13,0-18,0, W:
11,5-16,5
Hematokrit 36 % P : 40-50, W:37-
45
Trombosit 266.000 /u L 150.000-400.000
Leukosit 11.700 /u L 5.000-10.000
Faktor Koagulasi
Waktu perdarahan 4 Menit 1-6
(BT)
Waktu pembekuan 9 Menit 10-15
Urinalisis
Protein Negatif Negatif
8. Pemeriksa

8. Pemeriksaan USG terlampir

Analisa
Diagnosa Ibu : G3P2A0 Hamil 41 minggu dengan Oligohidramion dan
lilitan tali pusat
104

Diagnosa Janin : Tunggal hidup presentasi kepala


Masalah :
- Oligohidramnion
- Lilitan tali pusat
- Ibu cemas akan menghadapi proses operasi
Kebutuhan : Asuhan Pre Operasi

Penatalaksanaan
1. Menjalin hubungan baik dengan ibu menggunakan komunkasi efektif dan
terapeutik. Ibu merasa nyaman dan terbuka mengutarakan keluhannya.
2. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa Keadaan Umum ibu baik dan dapat
menjalani operasi saat ini. Ibu mengerti
3. Membantu ibu untuk mengatasi kecemasannya dengan memberikan
sugesti dan afirmasi positif agar ibu dapat menjalani proses operasi dengan
lancar. Ibu mengerti dan merasa senang.
4. Membantu ibu untuk melakukan latihan preoperasi seperti latihan
bernafasn dalam sebagai teknik relaksasi, latihan batuk efektif untuk
mengerluarkan secret dan llatihan gerakan sendi untu mempertahankan
fleksibilitas (dterutam a pada pasien anestesi general). Ibu mengerti dan
dapat melakukan latihan dengan baik
5. Memberitahu ibu bahwa akan dimasukkan obat kontraksi dan pencegah
perdarahan pada Rahim (oksitosin 20IU). Oksitosin sudah dimasukkan
kedalam kolf RL.
6. Memberitahu dan memposisikan ibu untuk dilakukan anestesi
regional/lumbal, ibu duduk diatas meja operasi. Anestesi dimulai pukul
14:20 WIB. Memposisikan ibu berbaring kembali, memakaikan topi,
Nasal kanul O2 dan alat monitor TTV.
7. Memasukkan 1 ampul Ondansteron secara bolus IV untuk mencegah mual
muntah dan aspirasi akibat pengaruh anestesi. Ondansteron sudah
diberikan.
105

8. Mengecek kembali pengaruh anestesi, ibu merasa kakinya berat untuk


diangkat. Anestesi sudah hampir menyebar.
9. Bayi lahir pukul 14:45 WIB. Menangis kuat dan bergerak aktif, kulit kulit
sedikit kebiruan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN SECTIO


CAESAREA
Pengkajian Sectio Caesarea
Asuhan Post Operasi
Tanggal 22 April Pukul 15:10 WIB

Subjektif
Ibu merasa kedinginan namun senang atas kelahiran bayinya.

Objektif
1. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum : Baik
- Keadaan emosional : Stabil
- Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda-Tanda Vital
Sirkulasi : Nadi :91x/m
TD : 100/70 mmHg
S : 36,60C
Pernapasan : 22x/m pernapasan dalam, irama teratur, ttidak terdapat
bunyi nafas abnormal atau vesikuler
Saturasi O2 : 99%

3. Head To Toe
- Wajah : Sedikit pucat
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
106

- Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, teraba keras (kontraksi baik)


Luka operasi tertutup baik dengan 3 lapis penjahitan dan di
perban menggunakan antiseptik.
Luka operasi baik tidak terdapat perdarahan ataupun
rembesan darah.
- Ekstremitas : Tidak oedem, capillary refill <1 detik, masih terdapat
pengaruh anestesi
- Urine Bag : 160cc
- Perdarahan : Perdarahan intra operasi 300cc
- Lochea : Loche rubra

Assessment
Diagnosa : P3A0 Post SC
Masalah : Masa transisi pemulihan anestesi
Kebutuhan : Asuhan post operasi

Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa operasi telah selesai dilakukan, bayi lahir sehat dan
selamat. Ibu mengerti dan merasa senang atas kelahiran putrinya.
2. Memberitahu ibu bahwa efek anestesi akan segera hilang dan ibu akan
merasakan nyeri uka operasi, ibu membutuhkan teknik relaksasi pernafasan
dalam untuk mengurangi nyeri. Mengajari ibu teknik relaksasi pernapasan
yaitu menarik nafas panjang dalam hitungan 1 2 3 lalu menghembuskan
melalui mulut secara perlahan. Ibu mengerti dan dapat melakukannya dengan
baik.
3. Memindahkan ibu keruang pemulihan atau RR dan melanjutkan pemberian O 2
sebanyak 3 L dan memasang alat monitoring TTV. Menjaga keseimbangan
cairan. Infus masih terpasang dan menjaga kehangatan ibu. Ibu menggunakan
selimut tebal
107

4. Memberitahu ibu untuk makan makanan kaya protein untuk penyembuhan


luka operasi serta penkes personal hygiene. Ibu mengerti dan akan mengikuti
anjuran yang diberikan.
5. Memantau TTV ibu tanpa meninggalkannya sampai dijemput keruang nifas.
Ibu dijemput pukul 16:00 WIB.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

BAYI UMUR 1 JAM


Tanggal 22 April 2017 pukul 16:00 WIB
Data Subjektif : -

Data Objektif

Pemeriksaan Umum :Keadaan umum baik, kesadaran : Compos mentis, Tanda-


tanda vital : DJB 144x/menit, pernafasan 48 x/menit, s : 36,7 oC

Antropometri
Berat badan 3500 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada
31 cm, lingkar perut 30 cm.

Pemeriksaan Head to toe


Kepala tidak caput succadeneum, tidak ada chepal hematom, tidak ada molase,
muka normal tidak ada wajah mongoloid. Mata smetris, normal, konjungtiva tidak
ada perdarahan, telinga simetris antara kanan dan kiri, daun telinga lengkap dan
berlubang, hidung berlubang, bersekat, terdapat septum, tidak ada lendir, tidak ada
pernafasan cuping hidung, mulut tidak terdapat labioskizis labiopalatoskhizis dan
labiopalatognaskizis, leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening, dada simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dinding dada, tali pusat
tidak ada perdarahan dan tidak berbau, punggung tidak ada spina bifida,
108

ekstremitas atas dan bawah simetris tidak ada kelainan sindaktili, polidaktili dan
anadaktili, testis berada pada skrotum, lubang penis berada di ujung penis,
pemeriksaan anus, bayi belum BAB, kulit turgor baik, warna kulit kemerahan.
BAB (-) BAK (+). Refleks moro positif, reflex rooting positif, reflex walking
positif, reflex grasp/plantar positif, reflex sucking positif, reflex tonic neck positif,
reflex babinsky positif.

Analisa
Neonatus cukup bulan – sesuai usia kehamilan umur satu jam

Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa
keadaan bayi saat ini dalam keadaan baik dan sehat. Ibu dan keluarga mengerti
penjelasan yang diberikan
2. Mempertahankan kehangatan suhu tubuh bayi. Membungkus tubuh bayi
dengan kain yang kering dan hangat. Bayi telah dibungkus dengan kain kering
dan hangat
3. Melakukan perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering dan steril
tanpa alcohol dan betadin. Perawatan tali pusat sudah dilakukan.
4. Memberikan tanda pengenal di pergelangan tangan bayi yang berisi tanggl
lahir, jam lahir, nama ibu, nama ayah, jenis kelamin, berat badan dan panjang
badan.Bayi telah diberikan tanda pengenal.
5. Memberikan salep mata Chloramphenicol 1% untuk mencegah infeksi pada
mata bayi pukul 16:00 WIB. Salep mata sudah diberikan.
6. Memberikan suntikan vitamin K 0,1 mg secara IM di paha bay sebelah kiri
(1/3 anterolateral) Pukul 16:05 WIB. Vitamin K telah diberikan di paha kiri
bayi.
7. Merencanakan imunisasi HB0 0,5 ml IM di paha sebelah kanan (1/3
anterolateral) pada satu jam berikutnya yaitu pada pukul 17:05 WIB. Telah
diakukan
109

8. Merencanakan memandikan bayi setelah 6 jam. Bayi dimandikan esok hari


pukul 07:00 WIB. Telah dilakukan.
9. Memberikan konseling tentang menjaga bayinya agar tetap hangat, pemberian
ASI Eksklusif dan colostrum, Ibu mengerti,
10. Menginformasikan ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir seperti bayi panas
atau kedinginan, perubahan warna kulit, kejang, nafas cepat, menangis
merintih, menangis melengking, tidak mau menyusu da nada perdarahan tali
pusat. Apabila ada terdapat tanda-tanda tersebut segera datang ke tempat
pelayanan terdekat. Ibu mengerti dan akan segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan terdekat apabila muncul tandatanda yang telah disebutkan.
110

You might also like