Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang dengan permasalahan gizi yang
kompleks.Hal ini ditunjukkan dengan tingginya
prevalensi stunting dan wasting. Menurut data
riskesdas prevalensi gizi kurang pada tahun 2007
sebesar 18,4% kemudian mengalami penurunan pada
tahun 2010 menjadi 17,9% akan tetapi mengalami
peningkatan lagi menjadi 19,6% pada tahun 2013.
Begitu juga prevalensi gizi buruk pada tahun 2007
5,4% dan pada tahun 2010 turun menjadi 4,9% kemudian
mengalami peningkatan kembali pada tahun 2013
menjadi 5,7% (Riskesdas, 2013).
Angka gizi buruk sampai saat ini masih tinggi
dan menjadi fokus perhatian dunia. Menurut data dari
Food and Agriculture Organization (FAO) sekitar 870
juta orang dari 1,7 miliar penduduk dunia atau satu
dari delapan orang penduduk dunia menderita gizi
buruk. Sebagian besar diantaranya tinggal di negara
berkembang (Riskesdas, 2013).
Menurut World Health organization (WHO) gizi
buruk mengakibatkan 54% kematian bayi dan anak.
Hasil sensus WHO menunjukkan bahwa 49% dari 10,4
2
B. Rumusan Masalah
1. Pernyataan Masalah
Usia sekolah dasar sering disebut masa
intelektual atau asa keserasian sekolah. Pasa
masa ini secara relative anak-anak lebih mudah
dididik dari pasa masa sebelum dan sesudahnya.
Masa ini terperinci menjadi dua fase, yaitu fase
kelas rendah sekolah dasar (usia 10-12 tahun).
Adapun faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
adalah status gizi, kondisi fisiologis secara
umum, kondisi psikologis, kondisi panca indera,
intelegensi/ kecerdasan, bakat, motivasi, faktor
lingkungan, keluarga (orang tua). Sekolah, les
privat, disiplin sekolah, masyarakat (media
massa), lingkungan dan aktivitas organisasi.
2. Pertanyaan Masalah
Berdasarkan pernyataan masalah tersebut diatas,
dapat dirumuskan pertanyaan masalah sebagai
berikut : apakah ada hubungan status gizi dengan
prestasi belajar pada anak di SD Negeri jawa 5
Martapura Kabupaten Banjar.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi
belajar pada siswa SD Negri Jawa 5 Martapura
Kabupaten Banjar tahun 2019.
5
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi status gizi pada siswa SD
Negri di Jawa Lima Martapura.
b. Mengidentifikasi prestasi belajar siswa SD
Negri di Jawa Lima Martapura.
c. Menganalisis hubungan antara status gizi
dengan prestasi belajar siswa SD Negri di Jawa
Lima Martapura.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa/Wali Murid
Sebagai bahan informasi dan masukan untuk
meningkatkan status gizi dengan prestasi belajar
siswa SD Negri di Jawa Lima Martapura.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini sebagai bahan
masukan serta dapat menjadi bahan referensi bagi
mahasiswa lain yang ingin meneliti yang sama.
3. Bagi Peneliti
Sebagai saran dalam mengembangkan ilmu yang
didapat selama pendidikan dengan
mengaplikasikannya pada kenyataan yang ada di
lapangan serta merupakan tambahan ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang sangat berguna
pada saat terjun di masyarakat nanti.
4. Bagi Ilmu Keperawatan
Dapat digunakan sebagai sarana dalam menyusun
strategi yang tepat untuk mengatasi ibu jika
6
E. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Keilmuan
Dalam bidang ilmu Keperawatan Anak
2. Ruang Lingkup Masalah
Status gizi dengan prestasi belajar siswa
3. Ruang Lingkup Sasaran
Semua siswa SD Negri Jawa 5 Martapura Kabupaten
Banjar
4. Ruang Lingkup Waktu
Dilaksanakan dari bulan Oktober 2018- Mie 2019
5. Ruang Lingkup Metode
Penelitia ini menggunakan metode study analitik
F. Sistematika penulisan
1. Bab I pendahuluan
Pada bab ii terdiri dari latar belakang, masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian, serta
sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Berisi pengertian dan penjabaran tentang konsep
status gizi,konsep tentang prestasi belajar, dan
kerangka konsep.
3. Bab III Metode Penelitian
Yang termasuk dalam bab III ini adalah, desain
penelitian, kerangka kerja, tempat dan waktu,
populasi dan sample, hipotensis, variable
7
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. STATUS GIZI
1. Pengertian
a. Status Gizi
Status gizi adalah suatu kondisi di
dalam tubuh yang dapat dipengaruhi oleh
konsumsi makanan seseorang setiap hari
(Amalia, Dachlan, & Santoso, 2014). Status
gizi merupakan keadaan status pada tubuh
manusia yang berhubungan dengan konsumsi
makanan, serta dipengaruhi oleh berbagai
faktor internal maupun eksternal seperti usia,
jenis kelamin, aktivitas fisik, penyakit,
serta keadaan sosial ekonomi (Wolley, Gunawan,
& Warouw, 2016).
Status gizi balita yang baik adalah
kondisi tumbuh kembang fisik dan mental balita
yang seimbang. Status gizi yang buruk dapat
menyebabkan balita terhambatnya proses
pertumbuhan dan perkembangannya (Dewi, 2015).
Gizi yang baik dapat membantu balita memiliki
berat badan normal dan memiliki badan yang
sehat, tidak mudah terserang penyakit infeksi,
menjadi manusia yang lebih produktif, serta
terlindungi dari berbagai macam penyakit
kronis dan kematian dini (Depkes, 2014).
b. Gizi
Gizi berasal dari bahasa Mesir yang
berarti makanan. Gizi dalam bahasa Inggris
nutrition, dalam bahasa Indonesia menjadi
nutrisi (Devi, 2010). Konsumsi nutrisi yang
baik tercermin dari badan yang sehat ditandai
dengan berat badan normal sesuai dengan tinggi
badan serta usianya, tidak mudah terserang
penyakit infeksi ataupun penyakit menular,
tidak terjadi kematian pada usia dini,
terlindungi dari berbagai penyakit kronis, dan
dapat menjadi lebih produktif (Depkes, 2014).
Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi
kesehatan. Zat gizi adalah unsur yang terdapat
dalam makanan dan dapat mempengaruhi
kesehatan. Gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan mekanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ serta
menghasilkan energi(Waryana, 2010).
Gizi adalah zat-zat yang diperlukan
tubuh yang berasal dari makanan.
1) Makanan
Makanan adalah bahan selain obat
yang mengandung zat-zat gizi atau unsur-
unsur ikatan kimia yang dapat diubah
menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna
bila dimasukkan ke dalam tubuh (Gazali,
2015).
2) Keadaan gizi
Keadaan akibat dari keseimbangan
antara konsumsi penyerapan zat gizi dan
penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau
keadaan fisiologis akibat kesediaannya zat
gizi dalam seluler tubuh (Gazali, 2015).
3) Status gizi
Status gizi adalah ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu. Status gizi juga merupakan
keadaan akibat dari keseimbangan antara
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan
penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau
keadaan fisiologi akibat dari tersediannya
zat gizi dalam seluruh tubuh(Syatyawati,
2013).
4) Malnutrisi
Keadaan dimana tubuh tidak mendapat
asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat
juga disebut keadaan yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan diantara pengambilan
makanan dengan kebutuhan gizi untuk
mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi
karena asupan makanan terlalu sedikit
ataupun pengambilan makanan yang tidak
seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam
tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi
makanan atau kegagalan metabolik(Oxford
medical dictionary, 2007).
Ada 4 bentuk malnutrisi, yaitu:
a) Under Nutrition :Kekurangan
konsumsi pangan secara relatif atau
absolut untuk periode tertentu.
b) Specific Deficiency :Kekurangan zat
gizi tertentu, misalnya kekurangan
vitamin A, FE, dll.
c) Over Nutrition :Kelebihan
konsumsi pangan untuk periode tertentu.
d) Imbalance : Karena
disporsisi zat gizi.
5) Kurang Energi Protein(KEP)
Kekurangan energi protein adalah
seseorang yang kurang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan
penyakit tertentu (Gazali, 2015).
Nutrisiadalah zat penyusun makanan yang
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh meliputi
air, protein, lemak, hidrat arang, vitamin,
dan mineral (Widjaja, 2008).Nutrisi dibagi
dalam kelompok makro dan mikro
nutrien.Makronutrien tersusun atas hidratarang
(HA), lemak, serta protein.Mikronutrien
tersusun atas vitamin serta mineral, selain
itu terdapat juga unsur lainnya yang
bermanfaat untuk kesehatan terdiri dari air,
fitokimia, serat pangan, probiotik dan
prebiotik (Hartono, 2006). Asupan gizi yang
diberikan kepada balita haruslah seimbang,
balita membutuhkan zat tenaga yaitu
karbohidrat sebanyak 75-90%, zat pembangun
yaitu protein sebesar 10-20%, serta zat
pengatur yaitu lemak sebesar 15-20% (Sutomo &
Anggraeni, 2010). Menurut Widjaja (2008),
kebutuhan zat gizi balita terdiri dari
karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin,
dan air.
1) Karbohidrat
Karbohidrat (hidratarang) yaitu
makanan yang memberi energi bagi tubuh
untuk melakukan aktivitas.Karbohidrat
menjadi sumber energi pertama yang
dibutuhkan dalam tubuh.Karbohidrat terbagi
atas karbohidrat komplek dan
sederhana.Karbohidrat sederhana seperti
gula merah maupun gula pasir.Karbohidrat
kompleks seperti gandum, beras, tepung dan
jagung (Widjaja, 2008).Sutomo dan Anggraeni
(2010), menyebutkan bahwa glikogen
merupakan karbohidrat kompleks adalah
simpanan energi dalam tubuh yang disimpan
didalam hati dan otot.Apabila simpanan
glikogen ini berlebih maka tubuh
mengubahnya menjadi lemak, sehingga kondisi
ini merupakan pemicu terjadinya obesitas.
2) Protein
Protein merupakan zat yang
dibutuhkan tubuh dalam pertumbuhan balita
(Widjaja, 2008).Protein merupakan zat
pembentuk jaringan tubuh seperti otot,
otak, dan jaringan tubuh lainnya. Makanan
yang kaya akan protein seperti telur, ayam,
daging, susu, keju, kedelai, dan makanan
laut, sedangkan makanan yang mengandung
cukup protein seperti kacang polong, kacang
buncis, kacang tanah, sayuran hijau, biji-
bijian, serta kacang-kacangan lainnya
(Werner, Thuman, & Maxwell, 2010). Protein
berfungsi sebagai zat energi dan pembangun,
apabila karbohidrat dan lemak didalam tubuh
tidak dapat memenuhi kebutuhan energi maka
protein diubah menjadi sumber energi.Akibat
yang dapat ditimbulkan apabila protein
tidak menjalankan fungsi sebagai zat
pembangun, pertumbuhan dan perkembangan
pada balita dapat terhambat (Sutomo &
Anggraeni, 2010).
3) Lemak
Lemak merupakan cadangan makanan
yang disimpan didalam tubuh (Werner,
Thuman, & Maxwell, 2010). Vitamin A, D, E,
dan K merupakan vitamin yang dapat larut
dalam lemak. Lemak berasal dari bahan
makanan seperti minyak goreng, mentega,
margarin, dan lemak hewani dan botani
(Widjaja, 2008).
4) Vitamin
Vitamin merupakan suatu senyawa
organik yang berguna untuk mengkatalisator
metabolisme sel yang berguna dalam tumbuh
kembang balita.Vitamin banyak terkandung
dalam buah dan sayur (Hidayat,
2005).Manfaat vitamin sangatlah beragam,
sehingga apabila balita mengalami
kekurangan maupun kelebihan zat gizi
vitamin dapat mengakibatkan terganggunya
tumbuh kembang.Vitamin A berfungsi sebagai
menjaga kesehatan mata, pertumbuhan dan
perkembangan sistem saraf, serta menjaga
tubuh dari infeksi. Vitamin D berperan
dalam pembentukan tulang dan gigi, serta
membantu proses metabolisme fosfor dan
kalium. Vitamin E berperan dalam melindungi
tubuh dari radikal bebas, memperlancar
sirkulasi darah, membantu perkembangan
otak, serta mempercepat penyembuhan luka.
5) Mineral
Mineral merupakan zat yang
berfungsi sebagai pemelihara fungsi tubuh
baik sel, jaringan, organ, ataupun seluruh
fungsi tubuh.Mineral dibagi dalam dua
golongan yaitu makro dan mikro. Mineral
makro antara lain natrium, klor, dan kalium
berfungsi dalam menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh. Natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium digunakan dalam transmisi saraf
dan kontraksi otot. Fosfor dan magnesium
digunakan proses membantu proses
metabolisme tubuh. Kalsium, fosfor, dan
magnesium berperan memberi bentuk pada
tulang. Mineral mikro antara lain zat besi
digunakan dalam membantu proses pembentukan
sel darah merah yang kemudian dapat membawa
oksigen ke seluruh bagian tubuh, membantu
proses metabolisme energi, serta
meningkatkan sistem kekebalan tubuh
(Muaris, 2006).
6) Air
Air sangat penting diberikan karena
air merupakan media untuk nutrisi
lainnya.Kebutuhan air tergantung dari
konsumsi makanan, suhu, derajat kelembaban,
aktivitas fisik anak, dan lingkungan
(Widjaja, 2008).Sebagian besar tubuh
manusia tersusun oleh air 50-75% dari berat
badan total tubuh.Air merupakan zat yang
penting bagi kelangsungan tumbuh kembang
balita sehingga harus dijaga supaya asupan
air seimbang Protein berfungsi sebagai zat
energi dan pembangun, apabila karbohidrat
dan lemak didalam tubuh tidak dapat
memenuhi kebutuhan energi maka protein
diubah menjadi sumber energi (Sutomo &
Anggraeni, 2010).
1. Pengertian
a. Belajar
Belajar adalah istilah kunci (key term)
yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar
sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu
mendapat tempat yang luas dalam berbagai
disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya
pendidikan. Belajar juga memainkan peranan
penting dalam mempertahankan kehidupan
sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-
tengah persaingan yang ketat di antara bangsa-
bangsa lainnya yang terlebih dahulu maju
karena belajar (Syah, 2006).Belajar adalah
suatu adaptasi atau proses penyesuaian tingkah
laku yang berlangsung secara progresif
(Muhibbin Syah, 2008).
Kemampuan intelektual sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang
yang terlihat dari prestasi belajar yang
didapat. Untuk mengetahui prestasi tersebut
perlu diadakan evaluasi dengan tujuan
mengetahui kemampuan seseorang setelah
mengikuti proses pembelajaran. Prestasi
belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar karena prestasi belajar adalah hasil
dari kegiatan belajar yang merupakan proses
pembelajaran.
b. Prestasi Belajar
a) Intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan
sebagai kemampuan psikofisik untuk
mereaksi ransangan atau menyesuaikan
diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat (Reber, 1988 dalam Syah, 2010).
Intelegensi sebenarnya bukan persoalan
kualitas otak saja, melainkan juga
kualitas organ-organ tubuh
lainnya.Memang diakui bahwa peran otak
dalam hubungannya dengan inteligensi
manusia lebih menonjol daripada peran
organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak
merupakan “menara pengontrol” hampir
seluruh aktivitas manusia (Syah, 2010).
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ)
siswa sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.Semakin
tinggi kemampuan intelegensi seorang
siswa, maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses, dan sebaliknya
semakin rendah kemampuan intelegensi
seorang siswa maka semakin kecil
peluangnya untuk memperoleh sukses
(Syah, 2006).Anak dengan prestasi yang
baik, saat diuji intelegensinya hanya
120 atau biasa-biasa saja.Jadi IQ tinggi
bukan jaminan untuk mencapai prestasi
luar biasa di sekolah (Khomsan, 2004).
b) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan
untuk mereaksi atau merespons (response
tendency) dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang dan
sebagainya, baik secara positif maupun
negatif (Syah, 2010). Sikap adalah
respon tertutup seseorang terhadap
stimulus atau objek tertentu, yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan (senang-tidak senang,
setuju-tidak setuju, baik-tidak baik,
dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).
c) Bakat siswa
Bakat (aptitude) adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang (Reber, 1988 dalam Syah,
2010). Sebenarnya setiap orang pasti
memiliki bakat dalam arti berpotensi
mencapai prestasi sampai ke tingkat
tertentu sesuai dengan kapasitas masing-
masing.Secara umum bakat itu mirip
dengan intelegensi.Itulah sebabnya
seorang anak yang berintelegensi sangat
cerdas (superior) atau cerdas luar biasa
(very superior) disebut juga sebagai
talented child, yakni anak berbakat
(Syah, 2010).
d) Minat siswa
Minat (interest) berarti kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap
sesuatu.Minat seperti yang dipahami dan
dipakai oleh orang selama ini dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar siswa dalam bidang-bidang studi
tertentu (Syah, 2010).Minat adalah rasa
lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang
menyuruh (Slameto, 2003).
e) Motivasi siswa
Motivasi adalah suatu perubahan tenaga
di dalam diri/pribadi seseorang yang
ditandai oleh dorongan efektif dan
reaksi-reaksi dalam usaha mencapai
tujuan (Sumanto, 2006).Fungsi motivasi
adalah mendorong timbulnya kelakuan atau
suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak
akan timbul perbuatan seperti belajar.
Sebagai pengarah, artinya mengarahkan
perbuatan kepada pencapaian tujuan yang
diinginkan, dan sebagai penggerak,
artinya menggerakkan tingkah laku
seseorang. Kuat lemahnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu
pekerjaan seseorang (Hamalik, 2000).
Motivasi adalah pendorong suatu usaha
yang disadari untuk mempengaruhi tingkah
laku seseorang agar ia menjadi tergerak
hatinya untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga mencapai hasil atau
tujuan tertentu (Purwanto, 2000).
c) Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan
prestasi belajar. Bila di sekitar tempat
tinggal keadaan masyarakatnya terdiri
dari orang-orang yang berpendidikan,
terutama anak-anaknya bersekolah tinggi
dan moralnya baik, hal ini akan
mendorong anak lebih giat belajar.
Tetapi sebaliknya, apabila tinggal
dilingkungan yang banyak anak-anak
nakal, tidak sekolah dan pengangguran,
hal ini akan mengurangi semangat belajar
atau dapat dikatakan tidak menunjang
sehingga motivasi belajar berkurang.
Tanggung jawab masyarakat terhadap
pendidikan sebenarnya masih belum jelas,
tidak sejelas tanggung jawab pendidikan
di lingkungan keluarga dan di lingkungan
sekolah.Hai ini disebabkan faktor waktu,
hubungan, sifat dan isi pergaulan yang
terjadi di dalam masyarakat.Waktu
pergaulan terbatas, hubungannya hanya
pada waktu-waktu tertentu, sifat
pergaulannya bebas, dan isinya sangat
kompleks dan beraneka ragam (Ihsan, 1997
dalam Minarni, 2006).
2) Lingkungan non-sosial
a) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah dipahami sebagai
lembaga pendidikan formal, dimana di
tempat inilah kegiatan belajar mengajar
berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan
dan dikembangkan kepada anak didik
(Tu’u, 2004).
Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa.Faktor ini
misalnya gedung, perlengkapan belajar,
alat praktikum, dan fasilitas lainnya.
Dapat pula berupa faktor lunak seperti :
kurikulum, program, pedoman belajar, dan
sebagainya (Wijayanto, 2001).
Letak sekolah atau tempat belajar harus
memenuhi syarat-syarat seperti di tempat
yang tidak terlalu dekat kepada
kebisingan atau jalan ramai (Suryabrata,
2001).
1. Definisi
Anak usia sekolah adalah anak usia 6-12
tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman
inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap
mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri
dalam hubungan dengan orang tua, teman sebaya,
dan orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan
dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu
(Wong, 2009).
Anak-anak usia sekolah 6-12 tahun adalah
kelompok yang memiliki interaksi yang intensif
dengan lingkungan sekolah, teman, media massa dan
program pemasaran perusahaan. Pada dasarnya
memiliki karakter yang sangat mudah terpengaruh
oleh lingkungannya termasuk dalam memilih
makanan. Anak-anak belum memiliki pengetahuan
yang cukup untuk memilih makanan yang baik,
sehingga belum menjadi konsumen yang kritis dan
bijaksana, anak akan mudah menerima dan menyukai
makanan yang juga disukai teman-temannya
(Sumarwan, 2007).
Anak usia sekolah adalah generasi penerus
bangsa, kualitas bangsa dimasa depan ditentukan
kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia harus dilakukan
sejak dini, sistematis dan berkesinambungan.
Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal
tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan
kuantitas yang baik serta benar. Masa tumbuh
kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan
makan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan
dengan sempurna (Judarwanto, 2006).
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa anak usia sekolah adalah anak
yang berusia 6-12 tahun yang mulai memasuki
pendidikan sekolah dasar dan memiliki interaksi
yang intensif dengan orang tua, teman sebaya,
orang lain dan lingkungan sekolah.
Status gizi
Status
kesehatan
Keaktifan dan
kesanggupan
dalam belajar
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
analitik yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antarvariabel
(Dahlan,2017).Jenis penelitian korelasi yang
bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif
antarvariabel.Model pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini menekankan waktu pengukuran/observasi
data variable independen dan dependen hanya satu
kali pada satu saat dan dinilai secara simultan
(Nursalam, 2016).
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan
antara status gizi dengan prestati belajar siswa
sekolah dasar di SD Negeri Jawa Lima Martapura
Kabupaten Banjar kelas 1 sampai dengan kelas 6.
53
54
Justifikasi Masalah
Pengajuan Judul
Studi Kepustakaan
Studi Pendahuluan
Populasi:
Sampel:
54
Pengumpulan data-data dengan pengukuran BB , TB dan
Rapor semester Ganjil
Pengelolaan Data
Tabulasi Data
Analisa data
Penyajian Data
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian iniakan dilaksanakan di SD
Negeri Jawa Lima Martapura Kabupaten Banjar.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini secara keseluruhan
mulai dari pengajuan judul sampai dengan
penyerahan laporan Karya Tulis Ilmiah yaitu dari
bulan Oktober 2018 sampai bulan Maret 2019.
1. Populasi
Pada penelitian ini populasi yang diambil
adalah semua siswa sekolah dasar di SD Negeri
jawa Lima Martapura Kabupaten Banjar kelas 1
sampai kelas 6 yang berjumlah 160 orang yaitu:
a. Kelas 1: 30 orang
b. Kelas 2: 26 orang
c. Kelas 3: 26 orang
d. Kelas 4: 24 orang
e. Kelas 5: 24 orang
f. Kelas 6: 30 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua
siswa sekolah dasar di SD Negeri Jawa Lima
Martapura Kabupaten Banjar kelas 1 sampai kelas 6
berjumlah 160 orang.
Sampel dalam penelitian dihitung dengan
menggunakan rumus solvin
n = ___N___
1+N(d2)
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
D = Tingkat Signifikan Perhitungan
n = ___N___
1+N(d2)
n= ___160___
1+160(0,12)
n= ___160___
1+160(0,01)
n= _160_= 60
2,7
n = 60 Responden
3. Sampling
Penelitian ini menggunakan Random Sampling
yaitu teknik pengambilan sempel atau elemen
secara acak,dimana setiap elemen atau anggota
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
terpilih menjadi sampel(Margono,2017).
4. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi sampel dalam
penelitian ini adalah:
1) Siswa yang memiliki absensi(tidak
hadir)karena sakit kurang dari 1 minggu (7
hari) dalam 1 semester, untuk mengendalikan
faktor kesehatan.
2) Siswa yang bersedia menjadi responden.
3) Siswa yang kooperatif.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi sampel dalam
penelitian ini adalah:
1) Siswa yang mengalami penurunan kesehatan
saat penelitian berlangsung.
2) Siswa yang pada saat dilaksanakan
penelitian tidak hadir.
3)
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
hubungan antara status gizi dengan hasil belajar
pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Jawa Lima
Martaputa Kabupaten Banjar kelas 1 sampai kelas 6.
H0: tidak ada hubungan antara status gizi dengan
prestasi belajar siswa sekolah dasar di SD Negeri
Jawa Lima Martapura Kabupaten Banjar.
Ha: ada hubungan antara status gizi dengan prestasi
belajar siswa sekolah dasar di SD Negeri Jawa Lima
Martapura
F. Variable Penelitian
Menurut (Suharsimi, 2016). Variabel adalah
objek penelitia yang bervariasi. Dalam penelitian
ini ada dua Varabel yaitu variable bebas, dan
variable terikat yaitu:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status
gizi.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
prestasi belajar.
G. Definisi Oprasional
Tabel 3.1
No Variabel Definisi Parameter Skala Hasil
Ukur
1 Status Cakupan gizi 1.BB Ordinal 1.Gizi
Gizi seimbang pada 2.TB Gemuk:
anak >2SD
berdasarkan 2.Gizi
pengukuran Normal:
tinggi badan -2D
dan berat sampai
badan. +2SD
3.Gizi
Kurus:
<-2SD
4.Gizi
Sangat
kurus:
<-3SD
1. Data Primer
Data primer digunakan untuk mengumpulkan data
tentang berat badan siswa ketika dilakukan
penelitian.
Data tinggi badan siswa ketika dilakukan
penelitian.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari pihak
lain, badan instansi yang secara rutin
mengumpulkan data.
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu
dari rapot siswa, yaitu rata-rata nilai rapot
semester ganjil.
b. Coding
Coding adalah megklasifikasikan jawaban-
jawaban dari responden ke dalam bentuk
angka/bilangan.Tanda-tanda kode dapat
disesuaikan dengan pengertian yang lebih
menguntungkan peneliti, jadi tanda-tanda
tersebut bisa dibuat oleh peneliti
sendiri.Kegunaan dari coding adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat pada saat entry data.
c. Tabulating
Tabulating adalah memasukkan data ke dalam
table kemudian disajikan.Data yang diteliti
dibuat dalam bentuk tabek distribusi frekuensi
dan tabulasi silamg untuk melakukan analisis
data.
b. Bivariat
Bivariat adalah analisis yang dilakukan
terhadap dua variable yang diduga berhubungan
atau berkorelasi. Analisis bivariat dalam
penelitian ini diolah dengan menggunakan
program computer, dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara status gizi dengan hasil
belajar, dengan menggunakan uji statistic
sperman Rho. Uji ini digunakan untuk menguji
hipotesis asosiasi atau komparasi kelompk
sampel tidak berpasangan pada 2 kelompok
sampel atau lebih dengan skala pengukuran
variabek kategorik.
K. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti
mengajukan surat permohonanizin kepada Direktur
Akademi Keperawatan Intan Martapura yang diajukan ke
kepala dinas Kesehatan Kabupaten Banjar untuk
meminta persetujuan atau izin penelitian di SD
Negeri Jawa Lima Martapura Kabupaten Banjar dengan
menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan
dari awal bertemu responden yaitu menjelaskan
maksud,tujuan dan manfaat dari penelitian
tersebut, kemudian setelah responden bisa
memehami dan menerima positif hasil dari
penejelasan peneliti maka peneliti baru bisa
memeberikan lembar persetujuan kepada responden
dari penelitian yang dilakukanpeneliti. Informed
consent diberikan dengan tujuan agar subjek
mengerti maksud dan tujuan penelitian. Ini
dilakukan untuk menghindari salah paham
penelitian. Subjek penelitian berhak untuk
berpartisipasi atau menolak menjadi responden.
2. Anonimity ( Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah
yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,
baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannnya oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset (Hidayat, 2018).
BAB lV
2 Guru
Pembantu
3 Guru 1 4 5
Honor
4 GTT
5 PSD 1 2 3
Jumlah 1 4 20 24
4. Data SD Imbas
Tabel 4.2
Data SD Imbas
No Nama SD Imbas Jarak SD Imbas Nama Kepala
Dengan SD Inti Sekolah
1 SDN KERATON 4 700 m HJ. ZURAIDAH,
S.Pd
2 SDN SUNGAI PARING 2 1,5 KM HJ. ISNANIAH,
S.Pd
3 SDN CINDAI ALUS 1 3 KM H. SURIYANSYAH,
S.Pd
4 SDN CINDAI ALUS 2 4 KM AGUSTIARTI,S.Pd
5 SDN TUNGKARANG 4 Km ETNY YUNIARTI,
S.Pd
B. Gambaran Umum Responden
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas 1 sampai dengan kelas 6 di SD Negeri Jawa Lima
Martapura Kabupaten Banjar Tahun 2019 yang memenuhi
kriteria inklusi yang telah ditentukan. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang. Adapun
karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
No Umur Jumlah Presentase (%)
1 7 10 16,67%
2 8 10 16,67&
3 9 10 16,67&
4 10 10 16,67&
5 11 10 16,67&
6 12 10 16,67&
Jumlah 60 100,0%
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Status Gizi
No Status Gizi Jumlah Persentase(%)
1 Gizi gemuk 0 0%
2 Gizi normal 27 45%
3 Gizi kurus 33 55%
4 Gizi sangat 0 0%
kurus
Jumlah 60 100,0%
Jumlah 60 100,0%
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh data
mayoritas nilai hasil belajar responden adalah
kategori baik sebanyak 36 (60%)
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Status Gizi dengan
Prestasi Belajar di SD Negeri Jawa Lima
Martapura Kabupaten Banjar Tahun 2019
__________________________________________
Prestasi Belajar
Status Gizi r 0,697
P 0,000
n 60
___________________________________________________
C. Pembahasan
1. Mengidentifikasi Status Gizi Pada Siswa SD Negeri
Jawa Lima Martapura
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
data mayoritas status gizi kurus yaitu 33 orang
(55%). Hal ini sesuai dengan dengan teori yang
dikemukakan oleh Notoadmodjo bahwa kelompok anak
usia 7-12 tahun merupakan kelompok usia rentan
terhadap masalah terkait dengan kekurangan gizi
yang dicirikan oleh berat badan rendah dan
defisiensi zat besi(wati, 2016)
Gizi merupakan salah satu penentu dari
kualitas sumber daya manusia. Akibat kekurangan
gizi akan menyebabkan beberapa efek serius
seperti kegagalan dalam pertumbuhan fisik serta
tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan.
Akibat lain adalah terjadinnya penurunan
produktifitas , menurunnya daya tahan tubuh
terhadap penyakit yang akan meningkatkan resiko
kesakitan salah satunya pneumonia (Maribi, 2016).
Status gizi adalah keadaan keseimbangan
antara asupan zat gizi dan kebutuhan zat gizi
oleh tubuh untuk berbagai keperluan proses
biologis. Keseimbangan zat gizi mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan,
pemeliharaan kesehatan, aktovitas dan lain-lain
(Basuni, 2017). Makanan yang mengandung
asupan gizi yang cukup sangat membantu dalam
kebutuhan gizi anak dan dapat mempengaruhi status
gizi anak tersebut, namum status giz tidak hanya
dipengaruhi status gizi anak tersebut, namun
status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh asupan
makanan saja. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi status gizi seperti halnya
disebutkan oleh (Tivi D dkk, 2017) bahwa terdapat
dua faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu
faktor secara langsung yaitu meliputi konsumsi
makanan dan faktor tidak langsung seperti
kesediaan pangan ditingkat rumah tangga,
ketahanan pangan dikeluarga, dan tingkat
pengetahuan orang tua mengenai status gizi.
Pada anak yang mengalami kurang gizi pada
tingkat ringan atau sedang masih dapat
beraktifitas, tetapi bila diamati dengan seksama
badannya akan mulai kurus, stamina daya taha
tubuh menurun, sehingga mempermudah untuk
terjadinya penyakit infeksi, sebaliknya anak yang
menderita penyakit infeksi akan mengalami
gangguan nafsu makan menurun dan penyebaran zat-
zat gizi sehingga menyebabkan kurang gizi (
Andarini, 2017).
Penelitian lain yang menyatakan di
Puskesmas Palasari Kecamatan Ciater Kabupaten
Subang, diketahui dari 70 responden penelitian,
70,40% memiliki status gizi normal dan 29,60%
dengan status gizi abnormal (Setiawan, 2016).
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Hidayati, 2017) yang melaporkan
bahwa terdapat beberapa faktor yang sangat
berperan dalam kondisi status gizi anak usia
sekolah, di antarannya yaitu asupan makanan,
aktivitas fisik, dan kondisi sosial ekonomi.
Hasil penelitian (Muchlis dkk,2016)
menunjukkan sebagian besar siswa sekolah dasar
Negeri 063 Kecamatan Rumbai Pesisir memiliki
status gizi normal. Hasil penelitian lain yang
dilakukan (Sari, 2010) tentang status gizi siswa
sekolah dasar negri 032 Bukit Raya Kecamatan
Tenayan Raya Kota Pekanbaru juga didapatkan
sebagian besar siswa memiliki status gizi
normal.Penelitian serupa juga dilakukan (Legi,
2012) tentang status gizi pada siswa sekolah
dasar negeri Malalayang Kecamatan Malalayang juga
didapatkan bahwa sebagian besar siswa memiliki
status gizi normal.
2. Mengidentifikasi Pestasi Belajar Siswa SD Negeri
Jawa Lima Martapura
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
data mayoritas nilai hasil belajar responden
adalah kategori baik sebanyak 36 (60%).
Penelitian (Suryabrata, 2012) menyatakan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari
hasil latihan, pengalaman yang didukung oleh
kesadaran. Jadi prestasi belajar merupakan hasil
dari perubahan dalam proses belajar.
Anak usia sekolah pada masa perkembangan
sering mengalami masalah gizi. Masalah gizi
adalah gangguan kesehatan dan kesejahteraan
seseorang, kelompok orang, atau masyarakat akibat
adanya ketidakseimbangan antara asupan dengan
kebutuhan tubuh terhadap makanan dan pengaruh
interaksi penyakit. Masalah gizi utama di
Indonesia masih didominasi oleh maslah gizi
kurang energi protein (KEP), anemia defisiensi
besi, gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY),
dan kekurangan vitamin A (KVA). Disamping itu
faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu
konsumsi makanan dan tingkat kesehatan (Maleke,
Umboh, dan Pateda, 2015).
Salah satu faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar adalah tingkat kecerdasan,
kecerdasan sangat berhubungan dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak, dan
makanan berpengaruh terhadap perkembangan sel
otak. Apabila makanan tidak mengandung kecukupan
zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini
berlangsung lama maka akan menyebabkan perubahan
secara optimal, otak membutuhkan zat-zat gizi
yang cukup dan seimbang (Suryono, 2015).
Alasan lain didapatkan bahwa prestasi
belajar merupakan multifaktor, yaitu banyak
faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.
Bahwa secara umum prestasi belajar siswa dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang
bersumber dari dalam didir sendiri (faktor
internal) maupun dari luar diri sendiri (faktor
eksternal) (Syah, 2017).
A. Kesimpulan
1. Status Gizi diperoleh data mayoritas status gizi
kurus yaitu 33 orang (55%).
2. Prestasi Belajar diperoleh data mayoritas nilai
hasil belajar responden adalah kategori baik
sebanyak 36 (60%).
3. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar
diperoleh angka koefisiensi kolerasi sebesar
0,697 artinya tingkat kekuatan hubungan (
korelasi) antar variable status gizi dengan
prestasi belajar adalah kuat. Sedangkan nilai
signifikasi atau sig (2-tailed) sebesar 0,000
artinya ada hubungan yang signifikasi antara
variable status gizi dengan prestasi belajar
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disampaikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Siswa yang masih mempunyai status gizi yang
kurang, hendaknya berusaha meningkatkan status
gizinya dengan melaksanakan pola makan sehat dan
istirahat secara teratur agar tercipta kondisi
badan yang sehat dan tahan terhadap penyakit.
2. Guru SD Negeri Jawa Lima Martapura dapat
menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan
kajian untuk memberikan wawasan tentang ilmu gizi
mengingat masih banyak siswa-siswi yang berstatus
gizi tidak normal.
3. Para peneliti yang lain, dapat melakukan
penelitian lanjutan dengan menambah variabel yang
lain, sehingga variabel yang memengaruhi prestasi
belajar dapat teridentifikasi lebih banyak lagi.