Professional Documents
Culture Documents
PADA NY.. UMUR..TAHUN.. P.. A.. ... POST PARTUM DENGAN ABSES PAYUDARA
DI ...
2014
Disusun oleh :
ALIA FEBRIANA
NIM : 0610300415401120001
DI WONOSOBO
TAHUN 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasasarkan
pancasila. Oleh karena itu, pembangunan di bidang kesehatan harus dilaksanakan sebagai bagian
integral dari pembangunan nasional. Salah satu indikator untuk menentukan derajad kesehatan
suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi.
Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit seorang
perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan,dan nifas.
Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan
meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas ( Riswandi, 2005 ). AKI di
Indonesia masih tertinggi di Negara ASEAN. Sehingga target Millenium Development Goalds
(MDGs) AKI di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup (Barata,
2008).
Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu
dan bayi di Indonesia Pada masa ini terjadi beberapa perubahan, salah satunya perubahan pada
payudara untuk mempersiapkan masa laktasi atau menyusui. Menyusui bayi adalah salah satu
ekspresi cinta seorang ibu, tetapi banyak kesulitan yang dialami seorang ibu dalam
pelaksanaannya. Kesulitan yang terjadi antara lain puting datar atau terbenam, puting lecet,
payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan abses payudara. Abses payudara
merupakan lanjutan dari mastitis. Mastitis yaitu infeksi kelenjar mammae pada masa nifas dan
bermakna biasanya mendahului inflamasi. Payudara menjadi keras dan memerah, dan sang ibu
Masalah payudara yang sering terjadi pada masa nifas sebenarnya dapat dicegah dengan
dilakukannya asuhan pada ibu nifas secara dini salah satunya adalah dengan perawatan payudara
1.2 Tujuan
1. Wawancara
Suatu metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya
Suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan secara langsung
3. Studi Dokumentasi
Suatu teknik pengumpulan data dengan melihat data yang sudah ada dalam status
4. Studi Pustaka
Penulis menggabungkan teori yang berkaitan dengan kasus yang dibahas sebagai suatu
BAB 1 Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, tujuan, teknik pengumpulan data dan sitematika penulisan.
Terdiri dari konsep dasar masa nifas, konsep abses payudara, konsep manajemen asuhan
Terdiri dari pengkajian, interpretasi dasar, identifikasi diagnosa dan masalah potensial,
BAB 4 Pembahasan
BAB 5 Penutup
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Masa Nifas
2.1.1 Definisi
Masa nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin ( menandakan akhir
periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil.
Masa nifas adalah periode selama dan tepat setelah kelahiran dan 6 minggu berikutnya saat
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai saat kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung selama
Menurut Sitti Saleha (2009), tahapan yang terjadi pada masa nifas dibagi dalam 3 periode,
yaitu:
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.Pada masa ini sering terjadi banyak
masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah, dan suhu.
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,
lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapat makanan dan cairan, serta dapat
KB.
1. Uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada
kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari
kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun
masuk ke dalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar.
2. Lokia
Lokia adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selam puerperium.
Karena perubahan warnanya, nama diskriptif lokia berubah menjadi lokia rubra, serosa atau alba.
a. Lokia Rubra
Berwarna merah karena mengandung darah.Ini adalah lokia pertama yang mulai keluar segera
setelah kelahiran dan terus berlanjut selama dua hingga tiga hari pertama pasca partus lokia rubra
b. Lokia serosa
Mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari likia rubra, lokia ini berhenti sekitar 7 hingga
8 hari kemudian dengan warna merah muda, kuning, atau putih hingga transisi menjadi lokia
alba. Lokia serosa terutam mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit.
c. Lokia alba
Mulai terjadi sekitar hari ke sepuluh pasca partum dan hilang sekitar pariode dua minggu. Pada
beberapa wanita, lokia ini tetap ada pada saan pemeriksaan pasca partum. Warna lokia alba putih
Lokia mempunyai karakteristik bau, Seperti aliran menstruasi. Bau lokia ini paling kuat
pada lokia serosa. Bau tersebut lebih kuat lagi jika bercampur dengan keringat dan harus secara
cermat dibedakan dengan bau tidak sedap yang mengidentifikasi adanya infeksi (Helen Varney,
2003:960)
Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami bebrapa derajat
edema dan memar, dan celah pada introitus.Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum,
tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagian tidak lagi edema.Ukurannya
menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga pascapartum.Ruang vagina
selalu sedikit lebih besar daripada sebelum kelahiran pertama. Akan tetapi, latihan pengencangan
otot perineum akan mengembalikan tonusnya dan memungkinkan wanita secara perlahan
mengencangkan vaginanya. Pengencangan ini sempurna pada akhir puerperium dengan latihan
setiap hari.
4. Payudara (mamae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses
menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis yakni produksi ASI dan sekresi ASI (let down
reflec). Selama smbilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya
untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang
dihasilkan plasenta tidak lagi menghambat kerja kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin.
Sampai hari ketiga efek prolaktin bisa dirasakan.Pembulu darah payudara menjadi bengkak terisi
5. Sistem pencernaan
Mual dan muntah terjadi akibat produksi saliva meningkat pada kehamilan trimester I, gejala
ini terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung kurang lebih 10 minggu juga terjadi pada
ibu nifas. Pada ibu nifas terutama yang mengalami partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus
paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah
6. Sistem perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal
melahirkan menunjukan tidak hanya edema dan hiperemia dinding kandung kemih, tetapi sering
kali terdapat ekstravasasi darah pada submukosa.Diuresis yang norml dimulai segera setelah
persalinan sampai hari kelima.Jumlah urin yang keluar dapat melebihi 3000 ml per hari. Ureter
dan pelvis renalis yag mengalami distensi akan kembali normal pada 2-8 minggu setelah
persalinan.
7. Sistem muskulosketetal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan
mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang.Fasia jaringan penunjang alat genetalia yang
mengendur dapat diatasi dengan latihan tertentu.Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis
8. Sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin terutama
pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. Oksitosin berperan dalam pelepasan
bayi saat menyusu merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu
dalam proses involusi uterus. Menurunnya kadar estrogen merangsang kelenjar pituitari bagian
belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi ASI. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.
a. Suhu. Suhu tubuh wanita postpartum tidak lebih dari 37,2 0 C. Setelah partus dapat naik
kurang lebih 0,5 0 C dari keadaan normal. Setelah 2 jam pertama postpartum umumnya suhu
akan kembali normal. Jika suhu lebih dari 380 C kemungkinan terjadi infeksi.
b. Nadi dan pernapasan. Nadi berkisar 60-80 kali permenit setelah partus dan dapat terjadi
brakikardi. Bila terjadi takikardi dan suhu tidak panas kemungkinan terjadi perdarahan.
c. Tekanan darah. Pada beberapa kasus akan ditemukan keadaan hipertensi postpartum dan akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit penyerta dalam ½ bulan tanpa
pengobatan.
selama persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pascapersalinan.
Jumlah hemoglobion dan hematokrit serta eritrosit akan sangat bervariasi pada awal masa nifas
sebagai akibat dari volume darah, plasma, dan sel darah yang berubah. Jika hematokrit pada hari
pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau lebih tinggi dari pada saat persalinan awal,
maka klien dianggap kehilangan darah yang cukup banyak. 2 % tersebut sama dengan 500 ml
darah.
Menurut Sitti (2009), periode adaptasi psikologis masa nifas yang dikemukakan oleh Reva
1. Taking in period
Timbul pada hari 1 sampai 2 hari post partum ibu masih sangat pasif dan bergantung pada orang
lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman persalinan yang
Berlangsung 3-4 hari post partum. Ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam
menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap peraawatan bayi.Pada masa ini ibu menjadi
sangat sensitive sehingga membutuhkan bimbingan dan dukungann perawat untuk mengatasi
3. Letting go period
Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah.Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab
dan menadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.
2.1.5 Peran bidan, Program dan kebijakan teknis pada masa nifas
1. Peran bidan
a. Memberi dukungan yang terus-menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai dengan
kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.
b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis.
c. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa nyaman.
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali.Kunjungan ini bertujuan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi serta menangani
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan melakukan rujukan bila perdarahan
berlanjut.
3) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana
7) Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaaan ibu dan bayi dalam eadaan stabil.
1) Memastiakan involusi berjalan dengan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling kepada ibu tentang asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang dialami ibu maupun bayinya.
(Sitti, 2009)
Menurut Sitti (2009), ada beberapa kebutuhan dasar pada masa nifas antara lain nutrisi dan
cairan, ambulasi, eliminasi, personal higiene, istirahat dan tidur, aktivitas seksual, dan latihan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius karena nutrisi yang baik
dapat mempercepat penyembahan ibu dan mempengaruhi ASI. Ibu menyusui harus memenuhi
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayi melalui
ASI.
Ambulasi dini ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum
bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secara cepat untuk dapat berjalan dan secara
berangsur-angsur. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu dengan penyulit. Keuntungan
ambulasi dini ialah: Ibu merasa lebih kuat dan sehat, Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
Early ambulataion memungkinkan pelayan kesehatan mengajarkan ibu untuk merawat bayi
3. Eliminasi
Ibu diminta untuk BAB 6jam pasca persalinan. Jika dalam 8 jam ibu belum berkemih atau sekali
berkemih belum melebihi 100 cc, maka lakukan katerisasi. Tetapi apabila kandung kemih penuh,
tidak perlu menunggu hingga 8 jam untuk melakukan katerisasi. Penyebab retensio urin antara
lain berkurangnya tekanan intraabdominal, otot perut masih lemag, edema, dan dinding kandung
Ibu post partum diharapkan dapat berdefekasi setelah 2 hari pasca melahirkan. Jika ibi belum
BAB, berikan obat pencahar peroral atau perrektal.Jika setelah diberikan obat pencahar, tetapi
4. Personal higiene
Pada masa postpartum ibu mudah terinfeksi.Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting
untuk mencegah infeksi. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh terutama perineum,
mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun, anjurkan ibu mengganti
pembalut minimal 2 kali sehari, sarankan ibu mencuci tangan denga sabun dan air, sarankan ibu
Hal-hal yang dapat dilakukan ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur, antara lain
anjurkan ibu untuk istirahat secukupnya mencegah kelelahan, sarankan ibu tidur saat bayi tidur,
menjelaskan pada ibu akibat kurang istirahan misalnya mengurangi produksi ASI,
merawat bayi.
6. Aktivitas seksual
Aktivitas seksual ibu harus memenuhi syarat antara lain secara fisik aman untuk memulai
hubungan seks saat darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jari kedalam
Setelah persalinan terjadi involusi uterus pada hampir seluruh organ tubuh terutama organ
reproduksi.
Masa nifas merupakan masa rawan yang rawan bagi ibu. Menurut Sitti (2009) Patologi yang
Adalah infeksi pada traktus genetalia setelah persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi
plasenta.
b) Endometritis puerperalis
c) Sebab-sebab fungsional
d) Perdarahan luka
Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini dihubungkan dengan
hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam
yang terlalu sering, kontaminasi kuman dari perineum, atau kateterisasi yang sering.
4. Patologi menyusui
Masalah menyusui pada umumnya terjadi dalam dua minggu pertama masa nifas. Berikut adalah
b) Payudara bengkak
d) Mastitis
e) Abses payudara
2.2.1 Definisi
Harus dibedakan antara mastitis dan abses.Abses payudara merupakan kelanjutan atau
komplikasi dari mastitis.Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara
2.2.2 Etiologi
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit
normal (staphylococcus aureus).Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk
ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker
payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui
mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut :
3. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
2.2.3 Patofisiologi
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga
masuk kedalam payudara sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus
kemudian terjadi infeksi yang tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
2.2.4 Gejala
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau
syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
1. Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh, membengkak
2. Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu
benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit
diatasnya menipis.
4. Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
5. Gatal- gatal
6. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
Sedangkan menurut (Siti,2009) gejala yang dirasakan oleh ibu dengan abses payudara adalah
sebagai berikut:
3. benjolan lebih lunak karena berisi nanah, Sehinnga perlu insisi untuk mengeluarkan nanah
tersebut (Sitti,2009)
2.2.5 Penatalaksanaan
5. Senam laktasi
6. Rujuk
Jika Ibu akan dilakukan pembedahan maka dukunglah Ibu untuk tetap menyusui. Untuk
menjamin agar menyusui yang baik terus berlansung, penatalaksanannya sebaiknya harus
3. Saat ibu menjalani pembedahan, bila sekiranya ib tidak dapat menyusui selama lebih dari 3
4. Sebagai persiapan bagian dari persiapan bedah, ibu dapat memeras ASI-nya dari payudara
yang sehat, dan ASI tersebut diberikan pada bayi dengan cangkir saat ibu dalam pengobatan.
5. Segera setelah ibu sadar kembali ( bila ibu tersebut diberi anastesi umum ), atau segera setelah
pembedahan selesai ( bila digunakan anatesi lokal ), ibu dapat menyusui kembali pada payudar
yang sehat.
6. Segera setelah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapat kembali menyusui dari payudara
yang terkena. Hal ini biasanya mungkin dilakukan dalam beberapa jam, kecuali pembedahan
dekatpada puting susu. Ibu harus diberi analgesikyang diperlukan untuk mengontrol nyeri dan
7. Biasanya ibu membutuhkan bantuan terlatih untuk membantu bayi mengenyut payudara yang
terkena kembali, dan hal ini dapat membutuhkan beberapa usaha sebelum bayi dapat menghisap
dengan baik. dorongan ibu u ntuk tetap menyusui, dan bantu ibu untuk menjamin kenyutan yang
baik.
8. Bila payudara yang terken tetap memproduksi ASI, penting agar bayi dapat mengisap dan
mengeluarkan ASI dari payudar tersebut, untuk mencegah statis ASI dan terulangnya infeksi.
9. Bila pada mulanya bayi tidak mau mengenyut atau mengisap payudra yang terkena, penting
10. Bila produksi ASI pada payudara berhenti, pengisapan yang sering merupakan jalan yang efektif
11. Untuk sementara waktu bayi dapat terus menyusu pada payudara yang sehat. Biasanya bayi
dapat menyusu cukup hanya dari satu payudar, sehingga ia cukup mendapatakan makanan
2.2.6 Pencegahan
1. Jagalah agar payudara selalu bersih. Jika timbul retak-retak atau sakit putting, susui bayi
2. Oleskan sedikit minyak sayur atau minyak bayi (baby oil) pada putting setiap kali selesai
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama klien : Ny. “A”
Umur : 22 tahun
Agama : Katolik
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Penghasilan :-
Alamat : Kediri, Jawa Timur
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan melahirkan bayinya 10 januari lalu dan sekarang payudaranya terasa sangat sakit
dan nyeri, berwarna merah dan seperti berisi nanah.
3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit tertentu seperti penyakit menahun (darah tinggi, penyakit
gula darah, TBC, anemia), penyakit menurun (hipertensi, penyakit gula darah), dan penyakit
menular (TBC, penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS).
b. Penyakit sekarang
Ibu mengatakan saat ini payudaranya sedang sakit tapi tidak sedang menderita penyakit tertentu
seperti penyakit menahun (hipertensi, DM, TBC, anemia), penyakit menurun (hipertensi, DM,
gangguan pembekuan darah), dan penyakit menular (TBC, IMS termasuk HIV/AIDS).
c. Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit tertentu seperti penyakit
menahun (darah tinggi, penyakit gula darah, TBC, anemia), penyakit menurun (hipertensi,
penyakit gula darah), dan penyakit menular (TBC, penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS).
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Amenorhoe :- Dismenorhoe : tidak
Menarche : 13 tahun Fluor albus : tidak
Lama : 3-5 hari HPHT : 10/04/2012
Banyak : 2-3x ganti pembalut TP/HPL : 03/01/2013
Siklus : 28 hari/ teratur
b. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Persalinan
Tgl/Bln/Th Kehamilan Anak Usia
No Temp Jenis Penol. Penyulit Nifas
persalinan UK anak
JK BB PB
5. Riwayat KB
Ibu belum pernah menggunakan KB apapun, dan rencananya ibu akan menggunakan KB pil
6. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama : ± 1 th
Usia pertama menikah : 21 thn
7. Riwayat Psikososial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan masyarakat baik. Ibu senang dengan kelahiran
bayinya, tapi saat ini ibu sangat cemas dengan keadaanya.
8. Riwayat Budaya
Ibu mengatakan 7 hari kelahiran bayinya diadakan acara pasaran, ibu juga dilarang untuk
memakan makanan seperti ayam dan ikan asin.
9. Perilaku kesehatan
Jamu :ibu terkadang minum jamu
Merokok : ibu tidak merokok
Minum minuman keras :ibu tidak minum minuman keras/beralkohol
10. Pola kebiasaan sehari-hari
No Pola Kebiasaan
Selama Nifas
1 Nutrisi Makan : 3 kali/hari (porsi sedang, nasi, sayur, tempe, tahu dan
terkadang buah.
Minum : air putih 6-7 gelas/hari, terkadang minum teh dan susu
2 Eliminasi BAB : 1-2 kali/hari (konsistenti:lunak)
BAK : 3-4 kali/hari (konsistensi cair, warna khas)
3 Istirahat Ibu mengatakan sejak 2 hari yang lalu tidak dapat
bersitirahat dengan nyaman karena payudara tersa sakit dan
panas.
4 Personal Mandi 2x/hari, sekaligus sikat gigi
Higiene Ganti pakian dalam 1-2 kali x/hari
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmetis
Keadaan emosional : kooperatif
TTV : TD : 110 / 60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37,8 0 C
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Rambut : warna hitam, bersih, tidak ada ketombe
Wajah : simetris, tidak oedema, tidak ada chloasma ekspresi wajah meringis,
ibu tampak cemas dan tidak tenang.
Mata : simetris kanan/kiri, sclera putih, conjungtiva merah muda, tidak
ada strabismus.
Hidung : tidak ada polip dan sekret
Telinga : tidak ada serumen
Mulut : bibir kering, lidah bersih, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada
caries
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe maupun viva
jugularis
Dada : tidak ada tarikan intercosta, payudara tidak simetris, pada payudara
sebelah kanan, terdapat pembengkakan, berwarna merah mengkilat dan puting menonjol.
Abdomen : tampak linea nigra, striae livida, tidak ada luka bekas operasi
Genitalia : bersih, tidak ada varices maupun odema, bekas jahitan perineum
sudah kering .
Ekstremitas : simetris kiri/kanan, tidak ada oedema, tidak ada kekakuan sendi
b. Palpasi
Dada : Benjolan pada payudara sebelah kanan lebih lunak karena berisi
nanah
TFU : tidak terba
3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan.
Masalah 1: Nyeri
· Data subyektif: ibu mengatakan payudaranya terasa sangat sakit dan nyeri
· Data obyektif : -. ekspresi wajah meringis
-. Payudara bengkak dan terdapat benjolan berisi nanah
Masalah 2: Cemas
· Data subyektif : Ibu mengatakan sangat cemas dengan keadaanya
· Data obyektif : Ibu tampak cemas dan tidak tenang
V. INTERVENSI
Tanggal: 24 Januari 2013 Jam:09.10
Kriteria Hasil :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmetis
Keadaan emosional : stabil
TTV : TD : 100 / 70- <140/90 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
RR :16-24 x/menit
Suhu : 36,5-37,5 0 C
- Payudara simetris
- Putting menonjol
- Tidak adanya pembengkakan dan abses,
- Payudara lembek dan tidak tegang
- laktasi lancar.
- Involusi uterus berjalan normal
- Ibu tidak merasa panas dan atau menggigil
Intervensi :
1. Beri penjelasan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini
R : Ibu dan keluarga lebih mengerti kondisi ibu saat ini dan memudahkan bidan dalam
melakukan tindakan selanjutnya.
2. Lakukan kompres air hangat dan dingin
R : Kompres hangat dingin dapat menimbulkan vasokontriksi dan vasodilatasi pada pembulu
darah yang dapat mengurangi rasa nyeri pada payudara ibu
3. Beri penjelasan pada ibu untuk tetap menyusui bayi dari payudara yang sehat
R : Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan mencegah abses pada payudara yang sehat
4. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirujuk untuk mendapat penangan lebih lanjut
dari dokter
R : Abses yang terjadi pada payudara harus diinsisi untuk dikeluarkan dan itu harus dilakukan
oleh dokter.
Masalah1: Nyeri
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil :
- ekspresi wajah ibu tidak meringis
- payudara simetris, tidak ada nyeri tekan
- proses laktasi lancar.
Intervensi:
- lakukan kompres air hangat dan dingin
R: Kompres hangat dingin dapat menimbulkan vasokontriksi dan vasodilatasi pada pembulu
darah yang dapat mengurangi rasa nyeri pada payudara ibu
Masalah 2: Cemas
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria hasil :
- Ibu tampak tenang
Intervensi :
- Jelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini dan yakinkan ibu bahwa keadaanya akan
kembali pulih.
R: Dukungan psikologis yang diberikan oleh petugas kesehatan akan membuat ibu labih
memahami kondisinya sekarang.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal: 24 Januari 2013 Jam: 09.20 WIB
Masalah1: Nyeri
Implementasi :
Melakukan kompres air hangat dan dingin
Kompres hangat dan dingin dilakukan secara bergantian masing-masing 15-20 menit untuk
mengurangi nyeri
Masalah 2: Cemas
Implementasi:
Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini dan meyakinkan ibu bahwa keadaanya akan
kembali pulih.
VII. EVALUASI
Tanggal: 24 Januari 2013 Jam: 10.00 WIB
Masalah 1: Nyeri
S : Ibu mengatakan nyeri payudaranya sedikit berkurang
Masalah 2: cemas
S : Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan dari bidan dan yakin akan kembali
sembuh
O : Ekspresi wajah ibu tampak sedikit lebih tenang dibandingkan sebelumnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : berikan dukungan psikologis pada ibu dan keluarga
BAB 4
PEMBAHASAN
Dalam melakukan asuhan kebidanan pada NY. “A” P1001 post partum hari ke-14 dengan
abses payudara, pada pembahasan adalah membandingkan antara teori dan kasus yang ada.
Untuk pengkajian baik pada teori maupun kasus tidak terdapat kesenjangan karena pengkajian
dimulai dari data subjektif di mana data dan keterangan yang diperoleh didapat langsung dari
Pada interpretasi data dasar tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yaitu diagnosa dan
masalah yang ditetapkan pada kasus didasarkan pada data yang telah diperoleh dari hasil
pengkajian. Pada diagnose dan masalah potensial pun disesuaikan dengan teori yang ada.
Untuk identifikasi kebutuhan segera yaitu kompres dengan air hangat dan dingin yang bisa
membantu menurunkan nyeri pada pasien, sesuai yang ada pada teori. Pada intervensi serta
implementasi juga tidak ada kesenjangan yaitu baik pada teori maupun pada kasus semua yang
Pada evaluasi asuhan kebidanan yang diharapkan adalah adanya perubahan ke arah yang
lebih baik dengan adanya tindakan yang diberikan dan pada kasus didapatkan hasil bahwa
dengan dilakukannya kompres dan dukungan psikologis pada pasien, membantu pasien merasa
lebih baik, dan pasien dirujuk untuk mendapat penanganan lebih lanjut dari dokter.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masa nifas merupakan hal penting yang perlu diperhatikan karena pada masa ini terjadi
beberapa perubahan, salah satunya perubahan pada payudara untuk mempersiapkan masa laktasi
atau menyusui. Menyusui bayi adalah salah satu ekspresi cinta seorang ibu, tetapi banyak
kesulitan yang dialami seorang ibu dalam pelaksanaannya. Salah satu kesulitan yang dihadap ibu
adalah terjadinya abses payudara. Seperti kasus yang telah diuraikan pada bab 3, dalam
menghadapi pasien dengan abses payudara petugas kesehatan harus mampu memberikan asuhan
kebidanan secara komperhensif dan memberikan dukungan psikologis secara penuh pada pasien.
Akhir dari pelaksanaan asuhan kebidanan, yang diharapkan adalah adanya perubahan ke
arah yang lebih baik dengan adanya tindakan yang diberikan dan pada kasus didapatkan hasil
bahwa dengan dilakukannya kompres dan dukungan psikologis pada pasien, membantu pasien
merasa lebih baik, dan pasien dirujuk untuk mendapat penanganan lebih lanjut dari dokter.
5.2 Saran
1. Diharapkan petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya harus selalu sesuai dengan
2. Petugas kesehatan harus bisa memberikan solusi ataupun pengobatan pada pasien terutama
pada abses payudara, dan merujuk pasien sesegera mungkin untuk mendapatkan pengobatan
lanjut.
3. Memberikan penjelasan kepada ibu nifas tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dan cara
5.2.2 Mahasiswa
Mempelajari secara cermat pemberian asuhan kebidanan terutama pada pasien post partum
DAFTAR PUSTAKA
Bari, dkk. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Cuningham. 2004. Obstetri William, Edisi 21. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Soetjiningsih. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanaan pada Ibu Nifas. Jakarta: EGC.
Varney, Helen. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Werner,dkk. 2010. Where There is No Doctor. Yogyakarta: ANDI;YEM.
BAB I
PENDAHULUAN
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian abses mammae
2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab abses mammae
3. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien abses
mammae
4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan abses mammae
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Abses payudara adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian
sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-
sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam
rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah
yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah
didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung pada lokasi abses.
B. ETIOLOGI
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit
yang normal (Staphylococcus aureus).
Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui
sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu).
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam
waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.
Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama
setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan
menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh
sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah
mengalami infeksi.
Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat adanya infeksi payudara.
Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui, akibat masuknya bakteri ke jaringan payudara.
Peradangan atau infeksi payudara atau yang disebut mastitis dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting, dan dermatitis yang mengenai putting.
Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan
atau retakan dikulit (biasanya pada putting susu). Abses payudara bisa terjadi disekitar putting,
bisa juga diseluruh payudara.
C. GEJALA
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ
atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan adanya
nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu
benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit
diatasnya menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
D. PATOFISIOLOGI
Luka atau lesi pada putting terjadi peradangan masuk (organisme ini biasanya dari
mulut bayi) pengeluaran susu terhambat produksi susu normal penyumbatan duktus
terbentuk abses.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam
seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara.
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel
darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi bses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan
roentgen, USG atau CT scan.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses pecah dengan sendirinya san
mengeluarkan isinya. Kadang abses menghilang secara perlahan karena tubuh menghancurkan
infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi. Abses tidak pecah dan bisa meninggalkan
benjolan yang keras.
E. PENANGANAN
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :
Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke
pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya sia-sia.
Antibiotic bisa diberikan setelah suatu abses mongering dan hal ini dilakukan untuk mencegah
kekambuhan. Antibiotic juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.
Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
Sebaiknya dilakukan pemijatan dan p emompaan air susu pada payudara yang terkena untuk
mencegah pembengkakan payudara.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau
ibuprofen) karena kedua obat tersebut aman diberikan untuk ibu menyusui dan bayinya.
BAB III
KASUS
Jakarta - Kelahiran buah hati tentulah membawa berjuta-juta kebahagiaan. Tapi hati-hati! Ada
bahaya mengancam sang ibu. Yaitu terjadi abses mammae. Inilah yang diderita Ny.Maria Phasa
hingga ia tidak ingin selalu menyusui bayinya setiap kali ia melihat bayinya.setiap kali ia
menyusui banyinya ia merasa kesakitan pada payudaranya..Perempuan kelahiran 15 januari 1984
ini sebenarnya sangat ingin sekali menyusui bayinya,dan dia memeriksakan sakitnya ke RS
setempat,dan dokter mengatakan dia menderita abses mammae,dan dianjurkan untuk segera
diinsisi ..
BAB IV
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Dilakukan pada hari kamis tanggal 20 Desember 2010 di RS Budi, Jakarta jam 10.00 WIB.
I. DATA SUBYEKTIF
Biodata
Nama istri : Ny. M Nama suami : Tn. R
Umur : 26 th Umur : 31 thn
Agama : Katolik Agama : katolik
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Kawin : kawin Kawin : kawin
Umur kawin : 21 thun Umur kawin : 26 thun
Lama kawin : 5 tahun Lama kawin : 5 tahun
Alamat : Jakarta Barat Alamat : Jakarta Barat
v Keluhan Utama
Klien mengatakan payudaranya terasa sakit dan membengkak sehingga tidak bisa
menyusui bayinya.
v Riwayat Menstruasi
a. Menarche Umur : 14 Tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 7 Hari
d. Banyaknya :
- Hari ke 1 – 2 = 3 Kotek penuh per hari
- Hari ke 4 – 7 = 2 kotek penuh per hari
e. Konsistensi :
- Hari ke 1 – 2 = kental ada gumpalan
- Hari ke 4 – 7 = encer dan tidak ada gumpalan
f. Warna :
- Hari ke 1 – 2 = Merah Tua
- Hari ke 3 – 6 = merah segar
g. Bau : khas, tidak berbau busuk
menorhoe : Ada biasanya pada hari pertama tidak selalu terjadi, rasa nyeri pada perut yang masih normal
tidak sampai menyebabkan pingsan
i. Flour Albus : Sebelum dan sesudah menstruasi, tidak bau
j. HPHT : 15-3-2010
k. HPL : 22-12-2010
l. UK : 9 bulan
v Riwayat kesehatan
Ø Riwayat kesehatan yang lalu
1. Apakah pernah menderita penyakit menular?
Ä Tidak ada penyakit menular
seperti Hepatitis, Aids, PMS (penyakit menular seksual), Typoid.
2. Apakah pernah menderita penyakit menurun?
Ä Tidak ada penyakit menurun ( Herediter )
seperti Diabetes Melitus ( DM ), hipertensi
3. Apakah pernah menderita penyakit menahun?
Ä Tidak ada penyakit menahun (kronis)
seperti TBC, Asma.
4. Apakah pernah menderita infeksi virus?
Ä Tidajk pernah menderita infeksi virus lain
Seperti TORCH ( Toksoplasmosi Rubela Citomegalovirus )
5. Apakah klien pernah mempunyai alergi terhadap makanan/minuman,obat-obatan?
Ä Tidak ada riwayat alergi terhadap obat atau makanan tertentu.
6. Apakah pernah mengalami kecelakaan/operasi: IYA/TIDAK?
Ä Tidak pernah kecelakaan atau operasi
v Keadaan Psiko-Sosial-Budaya
Ø Psiko
Ä Klien mengatakan ini kehamilan pertama,kehamilan diharapkan tetapi klien merasa sedih karena
tidak bisa menyusui bayinya.
Ø Sosial
Ä Hubungan klien dengan suami, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar baik. Klien tinggal
bersama suami. Dalam mengambil keputuisan saling memberi masukan secara bijaksana
Ø Budaya
Ä Klien ada kebiasaan minum jamu atau pantangan makanan yang berbau amis.
Ø Pola eliminasi
a. Selama hamil
BAB : 1 kali / hari rutin
BAK : 5 Kali / hari
b. Selama nifas
BAB : 1 Kali / hari
BAK : 9 Kali / hari
Ø Pola aktivitas
a. Selama hamil
Klien melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri
Ä Nyapu
Ä Ngepel
Ä Mencuci piring
Ä Mencuci baju
b. Selama nifas
Klien melakukan kegiatan hanya memasak
Ø Pola istirahat
a. Selama hamil
Siang : Tidur siang 2 jam,mulai 11.30-13.30 WIB
Malam : Tidur malam 8 jam,mulai 21.00-05.00 WIB
b. Selama nifas
Siang : Tidur siang 3 jam,mulai 11.00 - 14.00 WIB
Malam : Tidur malam 10 jam , mulai 20.00 – 06.00 WIB
Ø Pola Personal Hygene
a. Selama Hamil
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 3 kali sehari, cuci rambut 1 kali / 2 hari, ganti pakaian dalam 2
kali sehari, ganti celana 2 x /hari.
b. Selama nifas
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari, cuci rambut 1 kali /2 hari, ganti pakaian dalam 2
kali sehari, ganti celana 3 x/hari.
Ø Pola Seksualitas
a. Selama hamil
Karena merasa tidak nyaman, takut terjadi keguguran, akan hal-hal yang dapat membahayakan
kandungannya seperti kecacatan.
b. Selama nifas
Belum pernah melakukan hubungan seksual.
v Ketergantungan
Ø Selama hamil
Klien tidak pernah ketergantungan dengan obat-obatan tertentu, tidak minum jamu-jamuan
Kesimpulan :
Ny . M, K/U lemah, P1001, Post partum hari ke 7 dengan abses mamae
9 pemberian diit
Rasional :
Untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
Evaluasi
Tgl 22-12-2010, jam 08.00 WIB
Dx : S : Klien mengatakan payudaranya masih sakit dan
P1001, post partum
bengkak
hari ke 8 dengan
abses mamae.
O : k/u cukup
ibu bisa diajak komunikasi dengan baik
A : P1001, post partum hari ke 10 dengan abses
mammae
P : Beri dukungan pada ibu
Yakinkan pada suami dan keluarga untuk selalu
memperhatikan ibu
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
terapi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi
rongga tersebut. Biasanya abses disebabkan melalui beberapa cara :
ü Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril.
ü Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
ü Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Sedangkan Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan adanya
nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu
benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit
diatasnya menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :
Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikelaurkan isinya dengan insisi.
Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya sia-sia.
Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
A. DEFINISI
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri
menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi
rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah
didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung pada lokasi abses.
Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan
oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang
sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan
menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.
Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan membentuk
sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul abses, yang
terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan kemerahan
panas dan edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan menjadi
berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti ini demam biasa
muncul ataupun tidak . pus dapat diaspirasi denagn spuit dan jarum berlubang besar. Diagnosis
banding abses payudara mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan karsinoma.
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit
normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri
masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker
payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui
mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi
ini sebenarnya terjadi pada perokok.
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga terjadi
peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara sehingga
pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang tidak
tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali sulit
ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak
sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara.
B. Etiologi
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit
normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri
masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker
payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui
mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara yaitu sebagai berikut :
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
3. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bias menyebabkan abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
3. Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.
C. PATOFISIOLOGI
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga terjadi
peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara sehingga
pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang tidak
tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
D. GAMBARAN KLINIS
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau
syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
a. Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh,
membengkak dan adanya nyeri tekan).
b. Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih
karena kulit diatasnya menipis.
c. Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise
d. Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
e. Gatal- gatal
f. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara
yang terkena.
Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:
a. Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi
b. Fisura putting susu
c. Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras
d. Warna kemerahan pada seluruh payudara atau local
e. Limfadenopati aksilaris yang nyeri
f. Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit
g. Suhu badan meningkat dan menggigil
h. Payudara membesar, keras da akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya cairan
nanah bercampur air susu serta darah.
E. PEMERIKSAAN
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah
putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi abses, bisa dilakukan pemeriksaan roentgen, USG
atau CT scan.
F. PENANGANAN
a. Teknik menyusui yang benar.
b. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
c. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
d. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
e. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan.
f. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
g. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
G. TERAPI
a. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke
pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
b. Pecahkan kantong PUS dengan tissu forceps atau jari tangan
c. Pasang tampan dan drain untuk mengeringkan nanah
d. Tampan dan drain diangkat setelah 24 jam
e. Karena penyebab utamanya Staphylococcus aureus, antibiotika jenis penisilin dengan dosis
tinggi, biasanya dengan dosis 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
f. Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
g. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
h. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena untuk
mencegah pembengkakan payudara.
i. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.
H. PENCEGAHAN
Menurut WHO, 2002. Abses payudara sangat mudah dicegah bila menyusui dilakukan dengan
baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI dan bila tanda dini
seperti bendungan ASI, sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan cepat.
a. Terapi bedah
Bila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan insisi dan penyaliran,
yang biasanya membutuhkan anastesi umum, tetapi dapat juga dikeluarkan melalui aspirasi,
dengan tuntunan ultrasuara. Ultrasuara berguna untuk sebagi alat diagnostik abses payudara
dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus dengan bimbingan ultrasuara dapat bersifat
kuratif. Hal ini kurang nyeri dan melukai dibandingkan insisi dan penyaliran, dan dapat
dilakukan dengan anastesi lokal, hal ini sering dilakukan pada pasien yang menjalani rawat
jalan.
b. Pengobatan sistemik dengan antibiotik sesuai dengan sensitivitas organisme biasanya
dibutuhkan sebagai tambahan. Namun antibiotik saja tanpa dilakukannya pengeluaran pus tidak
mempunyai arti. Sebab dinding abses membentuk halangan yang melindungi bakteri patogen
dari pertahanan tubuh dan membuat tidak mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang efektif
dalam jaringan terinfeksi
c. Dukungan untuk menyusui
Kita sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan Perawatan dengan abses payudara ia dapat
melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan membahayakan bayinya dapat menyusui
bayinya yang lain dikemidian hari. Disini kita sebagai petugas kesehatan memiliki peran yang
sangat penting dengan menjelaskan kepada klien untuk penanganan yang harus dilakukan
27780
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI DENGAN
INFEKSI PAYUDARA
Dosen Pengampu :
Barbara Cendy Sabatini, S.ST,M.Kes
KELOMPOK 2
1.YAYUK JANUARTI 11140047
2. TIKA PUSPITA SARI 11140066
3. ANA LESTARI 11140063
4. NITA ROSMALA 11140064
5. DEWI ANDRIANISARI 11140087
6. ISNA PRIANA 11140095
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berisi tentang “Asuhan Kebidanan pada
Ibu Nifas dengan Infeksi Payudara” dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan serta menambah
wawasan tentang masalah pada ibu nifas dengan infeksi payudara ,dimulai dari pengenalan
definisi,gejala,penyebab,factor resiko,contoh askeb dan penatalaksanaannya.Penulisan makalah
ini di dasarkan pada data sekunder dari beberapa informasi baik dari buku maupun internet yang
membahas tentang ibu hamil dan ibu bersalin.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dan dapat
manambah wawasan kita mengenai lebih dalam tentang nifas dengan infeksi payudara. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini..
Tim penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………...2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi……………………………………………………………………..3
2.2 Penyebab…………………………………………………………………...4
2.3 Klafikasi……………………………………………………………………4
2.4 Etiologi………………………………………………………………..........5
2.5 Gejala-Gejala……………………………………………………………….7
2.6 Diagnosa…………………………………………………………………....8
2.5 Penatalaksanaan…………………………………………………………….8
2.6 Pencegahan………………………………………………………………....9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………...10
3.2 Saran……………………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Untuk mengatahui pengertian infeksi payudara
b. Untuk mengetahui Apa saja penyebab infeksi payudara
c. Untuk mengetahui Apa saja gejala-gejala infeksi payudara
d. Untuk mengetahui Bagaimana cara mendiagnosisnya
e. Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksanaan infeksi payudara
f. Untuk mengetahui Cara pencegahan infeksi payudara
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan(Mastitis) pada mamma, terutama
pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi juga melalui peredarahan
darah. Penyakit yang menyerang payudara ternyata tidak hanya kanker payudara saja. Ada
penyakit lain yang tidak kalah berbahayanya. Yaitu mastitis atau biasa juga disebut dengan
radang payudara.
Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Radang ini
terjadi karena ibu tidak menyusui atau puting payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini
bisa terjadi pada satu atu kedua payudara sekaligus.
Mastitis merupakan peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi.
Penyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis
puerperalis.
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui.
Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara. Infeksi
terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Mastitis
ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam,
menggigil dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Terjadi beberapa minggu setelah
melahirkan. Infeksi ini biasanya terjadi kira-kira 2 minggu setelah melahirkan yang disebabkan
adanya bakteri yang hidup di pemukaan payudara. Kelelahan, stres, dan pakaian ketat dapat
menyebabkan penyumbatan saluran air susu dan payudara yang sedang nyeri, jika tidak segera
diobati bisa terjadi abses.
Mastitis dapat terjadi di beberapa bagian daerah payudara diantaranya: mastitis dibawah
areola mamae, mastitis ditengah-tengah mamae, mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari
kelenjar-kelenjar antara mamae dan otot-otot dibawahnya
2.2 Penyebab
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit
yang normal (Staphylococcus aureus).Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke
dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu).
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam
waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada
beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan
menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.Perubahan hormonal di dalam
tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran
yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi.
2.3 Klasifikasi Mastitis
a. Menurut Bentuknya
1. Mastitis catarralis adalah mastitis yang paling ringan. Disini ditemukan radang dan degenerasi
dan degenerasi pada parenchym (epitel) saluran-saluran air susu besar.
2. Mastitis parenchymatosa Adalah radang yang meluas hingga asinus pembentuk air susu, jadi
hingga parenchym yang mementuk air susu.
3. Mastistis interstitialis Radang terutama ditemukan di dalam interstisium (jar.ikat)
b. Menurut pembagian patologik anatomik mastitis
1. Mastitis catarrhalis yakni radang pada saluran susu yang halus.
2. Mastitis parenchymatosa radang parenchym pembentuk air susu.
3. Mastitis Phlegmonosa dimaa radang ini meluas dalam jaringan ikat. Oleh karena itu
dinamakan jg mastitis interstitialias. Terlihat pada perlukaan dan infesi ambing .
4. Mastitis purulenta (apestomatosa) , disertai pembentukkan abses-abses.
5. Mastitis necriticans memperlihatkan regresi luar biasa dengan nekrosa kering (necrosa
koagulasi)
6. Mastitis indurativa dimana kelenjar digantikan oleh jaringan ikat. Sekresi air susu berhenti .
ambingnya akan terasa keras, lingkarannya bertambah atau berkurang. Mastitis ini dapat terjadi
pada 3 kuartir.
7. Mastitis specifica disebabkan oleh tuberculosis dan aktimikosis.
2.4 Etiologi
Mastitis dapat disebabkan karena keradangan biasa atau oleh agen infeksi seperti bakteri
dan jamur. Bakteri yang dapat menimbulkan mastitis antara alain adalah :
1. Staphylococcus aureus.
Merupakan bakteri utama yang paling sering menyebabkan mastitis. Dapat menyebabkan
mastitis subklinis maupun klinis. Memiliki protein A pada membrannya sebagai faktor virulensi,
yang bersifat antifagositik dengan cara berikatan dengan bagian dari IgG untuk mengacaukan
opsonisasi. Selain itu, polisakarida yang ada di kapsulanya juga bersifat antifagositik.
Staphylococcus menghasilkan produk ekstraseluler seperti katalase, koagulase, staphylokinase,
lipase, dan hyaluronidase. Semuanya berperan untuk menembus membran mukosa, kecuali
katalase. Katalase digunakan untuk mengubah oksigen peroksida menjadi oksigen dan air. Selain
itu, lipase juga berfungsi untuk melindungi bakteri ini dari asam lemak bakterisisdal pada saluran
mammae. Bentukan akut dari Staphylococcus adalah beberapa kebengkakan dan sekresi purulent
dan fibrosis.
2. Puerperal Mastitis
Disebabkan karena adanya sumbatan pada ductus payudara oleh bakteri Staphilococcus
aureus yang masuk melalui puting payudara ataupun sobekan/ luka pada payudara. Puerparal
mastitis ini biasanya menyerang wanita pasca bersalin hingga 3 bulan selama masa menyusui
3. Non-Puerparal Mastitis
Dalam banyak kasus, Non-Puerperal Mastitis tidak disebabkan oleh inflamasi bakteri,
namun dapat disebabkan oleh Hyperprolactinemia, kasus hormon tiroid, merokok, adanya nanah
dalam payudara, diabetes dan pengaruh beberapa faktor pengobatan. Dalam keadaan ini,
terjadinya resiko perulangan penyakit, abses dan infeksi lanjutan lebih besar daripada puerperal
mastitis
Ø Faktor Predisposisi
a. Umur
Sebuah studi retrospektif menunjukan bahwa wanita berumur 21- 35 tahun lebih sering terkena
mastitis
b. Paritas.
Primipara mempunyai faktor resiko lebih besar.
c. Serangan sebelumnya.
Pada beberapa studi,terdapat bukti bahwa serangan mastitis cenderung berulang
d. Melahirkan. Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan resiko mastitis.
e. Gizi.
Antioksidan dari Vit.E,Vit A, dan selenium diketahui mengurangi resiko mastitis.
f. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
2.5 Gejala
Gejalanya berupa:
1. nyeri payudara
2. benjolan pada payudara
3. pembengkakan salah satu payudara
4. jaringan payudara membengkak, nyeri bila ditekan, kemerahan dan teraba hangat
5. gatal-gatal
6. pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena
7. demam.
2.6 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Jika tidak sedang menyusui, bisa dilakukan mammografi atau biopsi payudara.
2.7 Pengobatan
1. Payudara dikompres dengan air hangat.
2. Untuk mengurangi rasa sakit dan demam dapat diberikan pengobatan analgetika-
antipiretik. (asetaminofen, ibuprofen (Thylenol))
3. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.
4. Pompa pada payudara untuk mengosongkan payudara
5. Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan.
6. Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya.
7. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup.
8. Jika ibu demam tinggi (< 39oC), periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya
infeksi streptokokal.
9. Pada abses di tangani dengan pembedahan untuk mengeluarkan abses. Jika terjadi abses,
bawa penderita ke Rumah Sakit untuk mendapatkan antibiotik intravena, aspirasi atau
insisi. Setiap cairan aspirasi dilakukan pemeriksaan histologik untuk menyingkirkan
keganasan, dapat pula dilakukan drainase
Segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada bayi dihentikan dan diberikan
pengobatan sebagai berikut :
1. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
2. Sangga payudara
3. Kompres dingin
4. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
5. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Jika infeksi payudara sangat berat maka kemungkinan dapat terjadi abses. Jika telah
terjadi abses maka pengobatannya adalah dengan melakukan drainase yaitu pembersihan dan
pengaliran cairan dan nanah pada payudara yang mengalami abses
2.8 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
1. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
2. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara
memompanya
3. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada puting susu
4. Minum banyak cairan
5. Menjaga kebersihan puting susu
6. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mastitis adalah suatu peradangan pada jaringan payudara. Pada infeksi yang berat atau
tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara), yang
disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus
aureus). Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui
sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu). Dan biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3%
wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.Abses
payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani
dengan baik, sehingga memperberat infeksi. Dengan gejala sakit pada payudara ibu tampak lebih
parah, payudara lebih mengkilap dan berwarna merah, benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita harus tahu dan mampu mengatasi mastitis.Sehingga
presenstase wanita yang mempunyai resiko untuk menderita mastitis dapat ditangani dengan
semaksimal mungkin dan secepat mungkin .
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati.2008.Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta:Mitra Cendikia
Saleha.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni.2007.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta:Fitramaya
Mansjoer,arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius
Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
http://www.fadlie.web.id/?p=2355.DiUnduh,25Januari2013–08:20PM.html
http://www.detikhealth.com
ABSES PAYUDARA
1.Abses payudara
Merupakan penyakit yang sulit untuk sembuh sekaligus mudah untuk kambuh. peluang
kekambuhan bagi yang pernah mengalaminya berkisar di antara 40-50 persen.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satunya adalah Staphylococcus aureus.
Bakteri yang secara alami bisa ditemukan pada kulit manusia itu bisa masuk apabila ada luka
pada payudara terutama di sekitar puting susu Merupakan komplikasi akibat peradangan
payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua post partum (setelah melahirkan),
karena adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani
dengan baik, sehingga memperberat infeksi.
Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh
infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama
dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan
menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista
Diagnosis:
Penyebab
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan
pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui.
Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada
masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker
payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui
mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi
ini sebenarnya terjadi pada perokok.
Faktor risiko
Diabetes mellitus
Selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor risiko utama, beberapa faktor lain
ternyata dapat meningkatkan risiko abses payudara. Hal ini terungkap dalam sebuah
penelitian di University of Iowa, yang dipublikasikan dalam Journal of The American
College of Surgeons edisi Juli 2010.
Perokok berati
salah satu faktor yang dimaksud adalah rokok, yang dapat meningkatkan risiko abses
payudara 6 kali lipat dibanding pada wanita yang tidak merokok. Selain itu, rokok juga
membuat peluang kekambuhan melonjak hingga 15 kali lipat. Dari sejumlah pasien yang
mengalami kekambuhan, 60 persen di antaranya merupakan perokok berat. Oleh karena
itu, peneliti menyarankan para pendeita abses yang merokok untuk menghentikan
kebiasaanya agar risiko kambuh bisa dikurangi.
Dalam penelitian ini, para ahli melibatkan 68 wanita yang mengalami abses payudara, termasuk
43 wanita perokok dan 9 wanita yang memiliki tindik di putingnya. Seluruh partisipan tidak
memiliki riwayat kanker payudara dan tidak sedang menjalani penyinaran dengan radiasi
maupun operasi payudara dalam 12 bulan terakhir.
faktor berikutnya yang baru pertama kali diungkap adalah tindik di bagian puting susu.
Risiko untuk mengalami abses payudara pada wanita yang putingnya ditindik cenderung
meningkat pada kurun waktu hingga 7 tahun sejak tindik dibuat.
4. Pencegahan
Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hal yang
sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffman’s exercises dapat dimulai
sejak 38 minggu kehamilan. Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas
jari atau satu jari dan jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan
lembut ditarik dengan arah horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah
horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa kali
per hari, akan membantu mengeluarkan puting susu. Metode alternatif adalah penarikan
puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra pada saat kehamilan.
Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.
Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D
Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara
Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan
cara memompanya
Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada
puting susu.
Minum banyak cairan
Menjaga kebersihan puting susu
Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
2. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
5. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan.
Terapi : Evakuasi abses dengan cara dilakukan operasi (insisi abses) dalam anestesi umum.
Setelah diinsisi, diberikan drain untuk mengalirkan sisa abses yang ‘mungkin’ masih tertinggal
dalam payudara.
Abses / nanah kemudian diperiksa untuk kultur resistensi dan pemeriksaan PA.
Jika abses diperkirakan masih banyak tertinggal dalam payudara, selain dipasang drain juga
dilakukan bebat payudara dengan elastic bandage. Setelah 24 jam tindakan, pasien kontrol
kembali untuk mengganti kassa. Pasien diberikan obat antibiotika dan obat penghilang rasa sakit.
pengeluaran susu terhambat dilakukan untuk mastitis adalah pemanasan lokal, antipiretik dan
analgesik ringan, pengosongan payudara berkala dengan terus memberikan ASI atau memompa,
dan terapi antibiotika oral. Namun jika sudah terjadi abses, perlu diberikan antibiotik intravena,
aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase. Setiap cairan aspirasi perlu dilakukan pemeriksaan
histologik untuk menyingkirkan keganasan.
Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah, serta dianjurkan untuk
berhenti menyusui.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau
ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
DAFTAR PUSTAKA
Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan
membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul
abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan
kemerahan panas dan edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan
menjadi berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti ini
demam biasa muncul ataupun tidak . pus dapat diaspirasi denagn spuit dan jarum berlubang
besar. Diagnosis banding abses payudara mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan karsinoma.
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada
kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri
masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan
kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak
menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting
susu). Kondisi ini sebenarnya terjadi pada perokok.
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga
terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara
sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang
tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam
seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara.
II. Etiologi
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada
kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri
masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan
kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak
menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting
susu).
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara yaitu sebagai
berikut :
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
3. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bias menyebabkan abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
3. Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.
III. PATOFISIOLOGI
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga
terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara
sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang
tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya
tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat
benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal- gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena.
Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:
Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi
Fisura putting susu
Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras
Warna kemerahan pada seluruh payudara atau lokal
Limfadenopati aksilaris yang nyeri
Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit
Suhu badan meningkat dan menggigil
Payudara membesar, keras da akhirnya pecah dengan borok serta
keluarnya cairan nanah bercampur air susu serta darah.
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana ; 317)
V. PEMERIKSAAN
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel
darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi abses, bisa dilakukan pemeriksaan roentgen,
USG atau CT scan.
VI. PENANGANAN
a. Teknik menyusui yang benar.
b. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
e. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan.
VII. TERAPI
a. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke
pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
b. Pecahkan kantong PUS dengan tissu forceps atau jari tangan
c. Pasang tampan dan drain untuk mengeringkan nanah
d. Tampan dan drain diangkat setelah 24 jam
e. Karena penyebab utamanya Staphylococcus aureus, antibiotika jenis penisilin dengan dosis tinggi,
biasanya dengan dosis 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
f. Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
g. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
h. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena untuk
mencegah pembengkakan payudara.
i. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.
VIII. PENCEGAHAN
Menurut WHO, 2002. Abses payudara sangat mudah dicegah bila menyusui dilakukan
dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI dan bila tanda
dini seperti bendungan ASI, sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan
cepat.
Terapi bedah
Bila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan insisi dan
penyaliran, yang biasanya membutuhkan anastesi umum, tetapi dapat juga dikeluarkan melalui
aspirasi, dengan tuntunan ultrasuara. Ultrasuara berguna untuk sebagi alat diagnostik abses
payudara dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus dengan bimbingan ultrasuara dapat
bersifat kuratif. Hal ini kurang nyeri dan melukai dibandingkan insisi dan penyaliran, dan dapat
dilakukan dengan anastesi lokal, hal ini sering dilakukan pada pasien yang menjalani rawat
jalan.
c. Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH tidak boleh
terlalu sempit dan menekan payudara.
d. Segera mengobati puting susu yang lecet, bila perlu oleskan sedikit ASI pada puting
tersebut.Bila puting bernanah atau berdarah, konsultasikan dengan bidan di klinik atau dokter
yang merawat
e. Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan pada
payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada
dokter atau bidan.
f. Biasakan untuk menyusui secara rutin bergantian pada kedua payudara kanan dan kiri.
g. Bila menemui kesulitan seperti puting payudara tenggelam atau ASI tidak bisa lancar keluar
tetapi payudara tampak mengeras tanda berproduksi ASI maka konsultasikan dengan bidan cara
memerah ASI dengan benar agar tidak terjadi penumpukan produksi ASI
h. Biasakan untuk menyusui bayi hingga kedua payudara terasa kosong dan bila bayi tampak sudah
kenyang namun payudara masih terasa penuh atau ASI menetes deras, segera kosongkan dengan
cara memerah secara manual menggunakan jari - jari tangan menekan pada areola ( lingkaran
hitam sekitar puting ), simpan ASI di kulkas jangan di buang, bisa diberikan kembali dengan
cara menyuap ke mulut bayi menggunakan sendok atau biarkan bayi mencecap dengan cawan
kecil setelah ASI dihangatkan.
i. Seorang ibu harus menjaga tangan dan putting susunya bersih untuk menghindari kotoran dan
kuman masuk ke dalam mulut bayi. Dengan cara mencuci kedua tangannya dengan sabun dan
air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui Hal ini juga menghindari putting
susu sakit dan infeksi pada payudara.
j. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.Setelah menyusui,
puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D.
A. Definisi
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara. Pada infeksi yang
berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara).
Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara kronik.
Dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting, dan
dermatitis yang mengenai puting.
B. Penyebab
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang
normal (Staphylococcus aureus). Bakteri sering kali berasal dari mulut bayi dan masuk kedalam
saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit biasanya pada putting susu.
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu
1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun
dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh
sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah
mengalami infeksi.
C. Gejala
Gejalanya berupa:
- Nyeri payudara
- Benjolan pada payudara
- Pembengkakan pada salah satu payudara
- Jaringan payudara membengkak, nyeri bila ditekan, kemerahan dan teraba hangat
- Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
- Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena
Demam
- Infeksi payudara
D. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang
menyusui, bisa dilakukan mammografi atau biopsi payudara.
E. Pengobatan
1. Mastitis
Ø Berikan antibiotika :
- Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari
- atau Eritromisim 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
Ø Bantulah agar Ibu :
- Tetap meneteki
- Kompres dingin selama 15-20 menit, 4 kali/hari sebelum meneteki untuk mengurangi
bengkak dan nyeri
Ø Berikan paracetamol 500 mg per oral
Ø Evaluasi 3 hari
2. Abses payudara
Ø Berikan antibiotika :
- Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari
- ATAU Eritromisim 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
Ø Drain abses
- Anastesia umum di anjurkan
- Lakukan insisi radial dari batas putting ke lateral untuk menghindari cedera atau duktus
- Gunakan sarung tangan steril
- Tampon longgar dengan kassa
- Lepaskan tampon 24 jam, ganti dengan tampon kecil
Ø Jika masih banyak pus, tetap berikan tampon dalam lubang dan buka tepinya
Ø Yakinkan ibu untuk:
- Tetap meneteki meskipun masih keluar nanah
- Gunakan kutang
- Kompres dingin selama 15-20 menit, 4 kali/hari sebelum meneteki untuk mengurangi
bengkak dan nyeri
Ø Berikan paracetamol 500 mg bila perlu
Ø Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau
ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
Ø Evaluasi 3 hari
F. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
· Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
· Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara
memompanya
· Gunakan tehnik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan atau luka pada
putting susu
· Minum banyak cairan
· Menjaga kebersihan putting susu
· Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
saat disentuh