You are on page 1of 9

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN TERHADAP

STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU AMANAH DESA SUNGAI


GEDANGWILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGKUT V
SAROLANGUN TAHUN 2018

Lia Lesti Lestari 1), Fauzi Ashra 2)


1)
Mahasiswa Program Studi S1 Kebidanan STIKES Prima Nusantara Bukittinggi,
Email : lialestilestari@gmail.com
2)
Dosen Pembimbing Studi S1 Kebidanan STIKES Prima Nusantara Bukittinggi,
Email : fauzi_asrha@yahoo.com

ABSTRACT
The population groups most vulnerable to health and nutritional disorders are children under five.
Nutritional status of children under five is an important thing that must be known by every parent. The
growth of malnourished children will have an effect and will experience a difficult period in growth if the
child will experience nutritional problems so that the child needs to be monitored for nutritional
conditions. Based on the report of the Sarolangun District Health Office in 2017, from 1984 toddlers aged
0-4 years only 30% received additional food from their mothers and 70% had not been given additional
food. The general objective of this study was to determine the relationship of supplementary feeding to the
nutritional status of children at the Amanah Posyandu in Sungai Gedang Village in the Singkut V
Sarolangun Community Health Center Work Area in 2018. The type of research used was quantitative
with a case control design to find out the relationship of supplementary feeding to nutritional status at the
Posyandu Amanah Sungai Gedang Village in the Singkut V Sarolangun Community Health Center
Working Area in 2018. The study was conducted from January to March 2019, the study sample was 30
people and data processing using Chi Square. From this study it was found that toddlers who received
supplementary feeding were as many as 17 people (56.7%). Toddlers who had good nutritional status and
poor nutritional status had the same number, each of which was 15 people (50%). After bivariate analysis
was obtained p-value 0.027 so that in this study the null hypothesis (ho) was rejected and the alternative
hypothesis (ha) was accepted which means there is a relationship between supplementary feeding on the
nutritional status of children at the Posyandu Amanah Village Gedang Village Singkut V Sarolangun
Health Center Year 2019. It is expected that this research can improve the quality of midwifery services to
apply independent actions through supplementary feeding to infants.

Keywords: Supplementary Food Giving, Nutritional Status

PENDAHULUAN hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan


MDGs 2015 mengarahkan bahwa rakyat (Husaini dan Mahdim, 2011).
program pembangunan manusia seutuhnya Pembangunan kesehatan merupakan
bertujuan dalam meningkatkan taraf hidup pembangunan manusia sehat seutuhnya .
orang banyak. Arah dan kebijaksanaan Pembangunan Indonesia di arahkan pada
pembangunan kesehatan, diantaranya pembanguan manusia seutuhnya yang mana
menyebutkan bahwa pembangunan meningkatkan kesehatan dan skesejahteraan
kesehatan diarahkan untuk mempertinggi yang dimiliki . Pembangunan sebenarnya
derajat kesehatan. Salah satu yang termasuk diarahkan pada upaya penurunan angka
didalamnya adalah meningkatkan kualitas kematian bayi. Salah satu penyebab utama

1
kematian bayi menurut Survey Kesehatan sehingga mempengaruhi kecerdasan anak
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2013 adalah (Marimbi, 2010).
kekurangan gizi atau marasmus yang disebut Pertumbuhan anak yang mengalami
juga malnutrisi sebesar 9,4% (Amiruddin, kekurangan gizi akan berpengaruh dan akan
2017). Menurut (Sutomo, 2015), penyebab mengalami masa sulit dalam pertumbuhan
Malnutrisi pada bayi dan balita disebabkan jika anak akan mengalami gangguan gizi
oleh tiga faktor yaitu faktor kurangnya sehingga anak perlu dipantau keadaan
kecukupan makanan pada bayi dan balita , gizinya dengan menggunakan status gizi
infeksi, malabsorbsi, dan makanan mereka dengan melihat kondisi anak yang
tambahan. Penyebab kurang gizi pada bayi mengalami masalah kekurangan gizi . Jika
balita cenderung disebabkan karena anak mengalami kekurangan gizi maka anak
pemberian makanan pendamping ASI pada akan terhambat dalam pertumbuhan akibat
bayi usia kurang dari 4 tahun.dimana akan status gizinya jelek.Berdasarkan hasil
membentuk pembangunan seutuhnya dalam penelitian UNICEF di Indonesia setelah
meningkakat kesehatan ibu dan anak/ KIA krisis ekonomi, dilaporkan bahwa hanya
(Supariasa, 2011) 14% balita yang pernah disusui dalam 24
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) bulan setelah kelahiran, dan juga mencatat
merupakan kesehatan yang menitik beratkan penurunan yang tajam dalam menyusui
pada kemmapuan keluarga dalam menitik berdasarkan tingkat umur dari
beratkan tanggung jawab bagi kelangsungan pengamatannya diketahui bahwa 63%
seorang ibu dan juga kelangsungan bagi disusui 24 bulan hanya pada bulan pertama,
anak mereka yang mengalami masalah 45% bulan kedua, 30% bulan ketiga, 19%
kekurangan gizi . kekurangan gizi sendiri bulan keempat, 12% bulan kelima dan hanya
bagi anak perlu diwaspapai karena 6% pada bulan keenam, bahkan lebih dari
kekurangan gizi merupakan kekurangan 200.000 balita atau 5% dari populasi balita
yang mengancam kehidupan seorang ibu dan di Indonesia itu tidak menyusui sama sekali
juga akan mengancam anak mereka jika (Kemenkes, 2017). Hal ini disebabkan
anak mereka terjadi gangguan kekurangan karena pemberian makanan tambahan
gizi . dengan demikian gizi yang kurang pendamping nutrisi yang dilakukan oleh
akan dapat mengancam pertumbuhan dan kebanyakan ibu kepada balita nya yang
perkembangan seseorang . terutama belum memasuki usia 5 tahun (Sutomo,
pertumbuhan anak mereka (Erikson dalam 2010).
farrer, 2011) Status gizi anak dapat diukur denga
Kelompok penduduk yang paling menggunakan Antropometri dan juga
rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi dengan menggunakan indikator status gizi
adalah anak balita. Status gizi anak balita anak dengan menggunakan tanda gejala
merupakan hal penting yang harus diketahui yang ada pada anak dengan melihat tanda
oleh setiap orangtua. Hal ini didasarkan kurang gizi dimana badan anak berkurang,
fakta bahwa kurang giziyang terjadi pada dan mata cekung, rambut rontok anak
masa emasbersifat irreversible (tidak dapat pendek dan juga anak terlihat sangat tidak
pulih). Rentang usia 1-2 tahun merupakan bersemangat dan sering terkena peyakit.
masa kritis bagi anak karena pada usia ini (gibney, 2011) Anak juga dapat diukur
terjadi pertumbuhan dan perkembangan pertumbuhannya dengan melihat berat badan
yang sangat cepat (Nurlinda, 2013). dan juga dengan melihat tinggi badan anak
Kekurangan gizi pada masa inidapat dimana anak mengalami kemunduran berat
berdampak padaperkembangan otak, badan ( Supariasa, 2010)

2
Gizi anak balita sangatlah penting memberikan makanan saja hingga berusia 4
karena gizi anak mengalami masa masa sulit tahun tanpa memberikan makanan tambahan
karena anak mengalami kemunduran dengan alasan balita bisa menangis karena
pertumbuhan jika anak mengalami kurang lapar dan akan berhenti menangis apabila
gizi sehinga anak dengan mengalami kurang telah diberikan makanan tambahan, jenis
gizi akan mengalami kemunduran yang biasanya diberikan adalah bubur,
pertumbuhan , diantara nya anak akan jagung, sop dan juga gorengan kentang . Hal
mengalami statnting (pendek) anak juga ini disebabkan karena keinginan ibu agar
akan mengakami sakir marasmus dan anak bayi Malnutrisi mendapatkan makanan
juga akan mudakh menerima penyakit yang tambahan yang tepat dan benar. Pola
di alami apabila anak akan mengalami pemberian makanan tambahan pada bayi mal
penyakit maka anak akan mudah terserang nutrisi dari 5 orang ibu yang diwawancarai
berbagai kuman penyakit . hal iniakan ternyata 3 diantara ibu yang tidak
dipengaruhi oleh berbagai faktor anak yang memberikan makanan tambhan akan
mengalamikurang gizi diantaranya . sosial kesembuhan penyakit balitanya. Selama
ekonomi keluarga. Keluarga yang memberikan Makanan tambahan 3 orang
mengalami sosial ekonomi yang rendah balita pernah mengalami diare dan dari
maka anak akan mengalami kekurangan gizi pengamatan langsung tidak ada balita yang
yang mengancam pada anak mereka, mengalami pertumbuhan yang baik.
Lingkungan keluarga jika keluarga Tujuan penelitian ini adalah Untuk
lingkungan yang tidak sehat maka anak akan mengetahui hubungan pemberian makanan
mengalami banyak berbagai penyakit yang tambahan terhadap status gizi balita di
dapat mendorong terjadinya kekurangan gizi Posyandu Amanah Desa Sungai Gedang
yang tidak sehat, kecukupan makanan , jika Wilayah Kerja Puskesmas Singkut V
keluarga mengalami kekurangan kmakanan Sarolangun Tahun 2019.
pada anak mereka maka akan terjadi
kekurangan gizi yang tidak adequat , maka TINJAUAN PUSTAKA
anak akan mengalami hal gizi tak seimbang Zat gizi adalah bahan dasar yang
maka akan terjadi kejadian gizi yang kurang menyusun bahan makanan. Zat gizi yang
(Alant Berg, 2010). dikenal ada lima, yaitu karbohidrat, protein,
Berdasarkan laporan Dinas lemak, vitamin dan mineral (Hartriyanti dan
Kesehatan Kabupaten Sarolangun Tahun Triyanti, 2007).
2017, dari 1984 balita usia 0-4 tahun hanya Keadaan gizi merupakan keadaan
30% yang mendapatkan makanan tambahan akibat dari keseimbangan antara konsumsi
dari ibunya dan 70 % sudah belum diberikan dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-
makanan makanan tambahan (Dinas zatgizi tersebut, atau keadaan
Kesehatan Sarolangun, 2017). Berdasarkan fisiologikakibat dari tersedianya zat gizi
data yang didapat dari Posyandu Desa dalam seluler tubuh. Sedangkan status gizi
Sungai Gedang Kabupaten Sarolangun tahun adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan
2017, yaitu dari 138 bayi usia kurang dari 4 dalam bentuk variabel tertentu, atau
tahun sudah diberikan makanan makanan perwujudan dari nutritur dalam bentuk
tambahan atau sekitar 63,7 % (Puskesmas variabel tertentu (Supariasa, Bakri, dan
Sungai Gedang, 2017). Fajar, 2012).
Hasil wawancara dengan 5 orang ibu Balita adalah saat anak menginjak
pada saat Posyandu paripurna di UPT umur 1-5 tahun. Anak balita adalah anak
Puskesmas Sungai Gedang, menyatakan yang telah menginjak usia di atas satu tahun
bahwa ibu kurang setuju jika hanya atau lebih popular dengan pengertian usia

3
anak di bawah lima tahun (Muaris. H, 2006). METODE PENELITIAN
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, Jenis penelitian ini adalah kuantitatif,
(2010), balita adalah istilah umum bagi anak yaitu penelitian ilmiah yang sistematis
usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
(3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih hubungan-hubungannya. Rancangan
tergantung penuh kepada orang tua untuk penelitian ini adalah analitik dengan
melakukan kegiatan penting, seperti mandi, pendekatan case control, Tempat penelitian ini
buang air dan makan. Perkembangan dilakukan di Posyandu Amanah Desa Sungai
berbicara dan berjalan sudah bertambah Gedang Wilayah Kerja Puskesmas Singkut
baik, namun kemampuan lain masih terbatas. V Sarolangun. Populasi dalam penelitian ini
Pemberian Makanan Tambahan adalah semua ibu yang memiliki balita anak
adalah program intervensi bagi balita yang di Desa Gedang sebanyak 118 orang dengan
menderita kurang gizi dimana tujuannya jumlah balita kurang gizi sebanyak 18 orang.
adalah untuk meningkatkan status gizi anak Sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang.
serta untuk mencukupi kebutuhan zat gizi Teknik pengambilan sampel dalam
anak agar tercapainya status gizi dan kondisi penelitian ini menggunakan simple random
gizi yang baik sesuai dengan umur anak sampling. Alat yang digunakan dalam
tersebut. penelitian ini menggunakan: angket.

.
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisa Univariat
a. Distribusi Frekuensi Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita di Posyandu
Amanah Desa Sungai Gedang Wilayah Kerja Puskesmas Singkut V Sarolangun
Tahun 2019
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita di Posyandu
Amanah Desa Sungai Gedang Wilayah Kerja Puskesmas Singkut V Sarolangun
Tahun 2019
n= 30
No Pemberian Makanan Tambahan Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 17 56,7%
2 Tidak 13 43,3%
Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebanyak 17 orang (56,7%) sedangkan balita
lebih dari separuh balita mendapatkan yang tidak mendapatkan makanan tambahan
makanan tambahan. Jumlah balita yang sebanyak 13 orang (43,3%)
mendapatkan makanan tambahan yaitu

4
b. Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Balita di Posyandu Amanah Desa Sungai
Gedang Wilayah Kerja Puskesmas Singkut V Sarolangun Tahun 2019

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Balita di Posyandu Amanah Desa Sungai
Gedang Wilayah Kerja Puskesmas Singkut V Sarolangun
Tahun 2019
n= 30
No Status Gizi Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 15 50%
2 Kurang Baik 15 50%
Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa orang (50%) sednangkan balita yang
separuh dari responden dalam kategori memiliki status gizi dalam kategori kurang
status gizi baik. Jumlah balita yang memiliki baik sebanyak 15 orang (50%).
status gizi dalam kategori baik sebanyak 15

2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Status Gizi Balita di
Posyandu Amanah Desa Sungai Gedang Wilayah Kerja Puskesmas Singkut V
Sarolangun Tahun 2019
Tabel 4.3
Hubungan Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Status Gizi Balita di
Posyandu Amanah Desa Sungai Gedang Wilayah Kerja Puskesmas Singkut V
Sarolangun Tahun 2019

Status Gizi
Total P-value OR
Pemberian Makanan Kurang Baik
Tambahan Baik
N % N % N %
Tidak 10 76,9 3 23,1 13 100 0,027 8,000
Ya 5 29,4 12 70,6 17 100
Total 15 50 15 50 30 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui sebanyak 5 orang (29,4%) memiliki status
bahwa dari 13 balita yang tidak mendapat gizi yang kurang baik sedangkan 12 orang
pemberian makanan tambahan sebanyak 10 (70,6%) memiliki status gizi yang baik.
orang (76,9%) memiliki status gizi yang Hasil analisa menggunakan chi-
kurang baik sedangkan 3 orang (23,1%) square, didapatkan P-value = 0,027,
memiliki status gizi yang baik. Selain itu sehingga P-value < α (0,027 < 0,05) maka
juga diketahui bahwa dari 17 balita yang Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan terdapat
mendapat pemberian makanan tambahan hubungan pemberian makanan tambahan
5
terhadap status gizi balita di Posyandu Kerja Puskesmas Singkut V Sarolangun
Amanah Desa Sungai Gedang Wilayah Tahun 2019.

PEMBAHASAN Salah satunya adalah kebersediaan orangtua


1. Pembahasan Univariat untuk mengikuti kegiatan posyandu secara
a. Distribusi Frekuensi Pemberian rutin.
Makanan Tambahan Pada Balita di
Posyandu Amanah Desa Sungai b. Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada
Gedang Wilayah Kerja Puskesmas Balita di Posyandu Amanah Desa
Singkut V Sarolangun Tahun 2019 Sungai Gedang Wilayah Kerja
Puskesmas Singkut V Sarolangun
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan
bahwa hasil analisis univariat variabel Tahun 2019
pemberian makanan tambahan diperoleh Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan
hasil bahwa jumlah balita yang mendapatkan bahwa hasil analisis univariat variabel status
makanan tambahan sebanyak 17 orang gizi diperoleh hasil bahwa jumlah balita
(56,7%) sedangkan balita yang tidak yang memiliki status gizi dalam kategori
mendapatkan makanan tambahan sebanyak baik sebanyak 15 orang (50%) sednangkan
13 orang (43,3%). balita yang memiliki status gizi dalam
Pemberian Makanan Tambahan kategori kurang baik sebanyak 15 orang
adalah program intervensi bagi balita yang (50%).
menderita kurang gizi dimana tujuannya Status gizi adalah konsumsi gizi
adalah untuk meningkatkan status gizi anak makanan pada seseorang yang menentukan
serta untuk mencukupi kebutuhan zat gizi tercapainya tingkat kesehatan. Apabila tubuh
anak agar tercapainya status gizi dan kondisi berada dalam tingkat kesehatan gizi
gizi yang baik sesuai dengan umur anak optimum,dimana jaringan jenuh oleh semua
tersebut. zat gizi, maka disebut status gizi yang
Anak balita merupakan kelompok optimum. Dalam kondisi demikian tubuh
yang menunjukkan pertumbuhan badan terbebas dari penyakit dan mempunyai daya
yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat tahan yang setinggi- tingginya. Apabila
gizi yang tinggi setiap kg berat badannya. konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak
Oleh karena itu makanan yang dimakan seimbang dengan kebutuhan tubuh maka
harus memenuhi syarat yaitu makanan harus akan terjadi kesalahan akibat gizi
mengandung energi dan semua zat gizi yang (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup gizi
dibutuhkan pada balita, susunan makanan lebih (overnutrition) dan kekurangan gizi
disesuaikan dengan pola menu seimbang, atau gizi kurang (undernutrition)
makanan harus bersih dan bebas dari kuman, (Notoatmodjo, 2011).
bentuk dan makanan disesuaikan dengan Keadaan gizi merupakan keadaan
selera serta daya terima balita (Soeditomo, akibat dari keseimbangan antara konsumsi
2000). dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-
Berdasarkan hasil penelitian zatgizi tersebut, atau keadaan
diketahui bahwa sebagian besar balita sudah fisiologikakibat dari tersedianya zat gizi
mendapatkan makanan tambahan akan tetapi dalam seluler tubuh. Sedangkan status gizi
masih ada balita yang tidak mendapatkan adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan
makanan tambahan. Menurut peneliti masih dalam bentuk variabel tertentu, atau
ada balita yang tidak mendapatkan makanan perwujudan dari nutritur dalam bentuk
tambahan disebabkan oleh beberapa faktor.
6
variabel tertentu (Supariasa, Bakri, dan Makanan tambahan adalah formula
Fajar, 2012). yang diberikan kepada anak mulai usia 6
Berdasarkan hasil penelitian bulan ke atas yang mempunyai sifat tidak
diperoleh bahwa balita yang memiliki status memberatkan fungsi pencernaan serta
gizi kurang dan balita yang memiliki status memiliki zat – zat gizi yang disesuaikan
gizi baik memiliki jumlah yang sama yaitu dengan kebutuhan anak untuk pertumbuhan
masing-masing sebanyak 15 orang (50%). dan kesehatan yang optimal. Asupan
Menurut peneliti status gizi balita makanan yang tidak sesuai akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah menyebabkan gangguan gizi, baik itu
satunya adalah ketersediaan bahan makanan kekurangan maupun kelebihan gizi.
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi balita. Makanan tambahan harus mengandung zat
Apabila makanan untuk balita tersedia maka gizi makro dan protein, lemak, vitamin dan
anak lebih mudah bagi orangtua dalam mineral untuk menunjang pertumbuhan da
memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya. Selain perkembangan secara fisik, kognitif maupun
itu faktor lain yang mempengaruhi status emosiaonal balita.
gizi balita adalah kurangnya kesadaran Pemberian makanan tambahan
orangtua dalam memenuhi kebutuhan nutrisi merupakan tambahan makanan untuk
balita. memenuhi kebutuhan gizi balita dan ibu
hamil sasaran. Makanan tambahan balita dan
2. Pembahasan Bivariat ibu hamil sasaran diutamakan berupa sumber
a. Hubungan Pemberian Makanan protein hewani maupun nabati (misalnya
Tambahan Terhadap Status Gizi ikan/telur/daging/ayam, kacang-kacangan
Balita di Posyandu Amanah Desa dan hasil olahannya seperti tempe dan tahu )
Sungai Gedang Wilayah Kerja serta sumber vitamin dan mineral yang
Puskesmas Singkut V Sarolangun terutama berasal dari sayur-sayuran dan
Tahun 2019 buah-buahan setempat.
Berdasarkan hasil analisa diperoleh Berdasarkan hasil penelitian
bahwa terdapat hubungan pemberian diketahui bahwa balita yang tidak
makanan tambahan terhadap status gizi mendapatkan makanan tambahan cenderung
balita di Posyandu Amanah Desa Sungai memiliki status gizi yang kurang baik.
Gedang Wilayah Kerja Puskesmas Singkut Sedangkan balita yang mendapatkan
V Sarolangun Tahun 2019 dengan nilai p- makanan tambahan cenderung memiliki
value = 0,027, sehingga P-value > α (0,027 status gizi yang baik. Menurut peneliti hal
˂ 0,05). ini disebabkan karena pada balita yang
Menurut Marimbi (2010) status gizi mendapatkan makanan tambahan kebutuhan
balita dipengaruhi oleh berapa faktor antara nutrisinya akan terpenuhi dengan baik.
lain konsumsi makanan, keadaan infeksi, Dengan banyaknya asupan makanan yang
budaya, sosial ekonomi, produksi pangan cukup dan jenis yang beragam maka
serta pelayanan kesehatan dan kebutuhan nutrisi balita untuk
pendidikan.Pengukuran konsumsi makanan pertumbuhannya akan terpenuhi, sebaliknya
sangat penting untuk mengetahui kenyataan balita yang tidak mendapatkan makanan
apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal tambahan hanya mendapatkan malanan yang
ini dapat berguna untuk mengukur status gizi berasal dari orangtua yang mungkin hanya
dan menemukan faktor diet yang dapat beberapa jenis dengan jumlah yang masih
menyebabkan malnutrisi. kurang sehingga kebutuhan zat gizinya
belum terpenuhi dengan maksimal.

7
SIMPULAN program untuk kesehatan balita
1. Sebagian besar balita mendapatkan seperti melakukan pemberian
pemberian makanan tambahan yaitu makanan tambahan secara merata
sebanyak 17 orang (56,7%) pada balita.
2. Balita yang memiliki status gizi baik c. Diharapkan petugas kesehatan aktif
dan status gizi kurang baik memiliki mengamati tumbuh kembang balita
jumlah yang sama yaitu masing-masing terutama status gizi balita agar dapat
sebanyak 15 orang (50%) menghindari terjadinya gizi buruk
3. Terdapat hubungan pemberian makanan pada balita.
tambahan terhadap status gizi balita di 2. Insitusi Pendidikan
Posyandu Amanah Desa Sungai Gedang Diharapkan institusi pendidikan
Wilayah Kerja Puskesmas Singkut V menyediakan data dasar atau referensi
Sarolangun Tahun 2019. yang dapat digunakan untuk penelitian
lebih lanjut, khususnya dalam program
SARAN pemberian makanan tambahan diatas
1. Tempat Penelitian usia 6 bulan, dan untuk mengetahui
a. Diharapkan kepada tempat penelitian faktor- faktor yang mempengaruhi
dan seluruh fasilitas kesehatan agar pemberian makanan tambahan.
sistem pelayanan kesehatan dapat 3. Peneliti Selanjutnya
melakukan penyuluhan bahwa Diharapkan untuk peneliti selanjutnya
pemberian makanan tambahan sangat untuk dapat melakukan penelitian
mempengaruhi statug gizi balita. dengan variabel yang berbeda atau
b. Diharapkan kepada tempat penelitian menambah variabel penelitian.
untuk dapat lebih meningkatkan
M.Keb., selaku Wakil Ketua III bidang
UCAPAN TERIMAKASIH kemahasiswaan STIKes Prima Nusantara,
Dengan mengucap puji dan syukur Ibu Ayu Nurdiyan, S.ST., M.Keb., selaku
kepada Allah SWT atas rahmat yang telah Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan
dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat STIKes Prima Nusantara, Bapak Ns., Fauzi
menyelesaikan skripsiini dengan judul Ashara, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku
“Hubungan pemberian makanan pembimbing yang selalu meluangkan
tambahan terhadap status gizi balita di waktunya untuk membimbing dalam
Posyandu Amanah Desa Sungai Gedang penyusunan proposal skripsi ini, Indah Putri
Wilayah Kerja Puskesmas Singkut V Ramadhanti, S.ST. M.Keb, selaku penguji 1
Sarolangun Tahun 2018”. Skripsi ini dapat yang meluangkan waktunya untuk
terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, memberikan masukan kepada peneliti,
maka dengan ini penulis mengucapkan Debby Kustanto., SKM selaku penguji 2
terima kasih kepada : yang meluangkan waktunya untuk
Bapak Ns. FauziAshara, S.Kep, M.Kep, memberikan masukan kepada peneliti,
selaku ketua STIKes Prima Nusantara, Ibu Puskesmas Singkut V Sarolangun yang telah
Rulfia Desi Maria, S.SiT., M.Keb., selaku menyediakan tempat dan membantu
Wakil Ketua I bidang akademik STIKes kelancaran jalannya penelitian, Semua pihak
Prima Nusantara, Bapak Yuhendri Putra, yang telah membantu dalam penyusunan
S.Si., M. Biomed., selaku Wakil Ketua II proposal skripsi ini baik secara langsung
bidang keuangan dana aministrasi STIKes maupun tidak langsung.
Prima Nusantara, Ibu Tuti Oktriani, S.SiT.,

8
Sutomo, L. & Ardini. 2015. Pengaruh
Probabilitas dan Rasio Nilai Pasar
DAFTAR PUSTAKA terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu
Amiruddin. (2017). Anemia Defisiensi Zat dan Riset Akuntansi, 6(10), 1-15.
Besi pada Ibu Hamil di Indonesia
(evidence based). Jurnal Kesehatan Sutomo, B., Anggraini, D.W. 2010 : Menu
Fakultas Kesehatan Masyarakat sehat alami untuk batita dan balita.
Universitas Hasanuddin Volume 2, Jakarta:
No 1, Juni 2009. http://publikasi
Supariasa, I. D. N., Bakhyar, B. & Ibnu F.
ilmiah. unhas. ac.
2012. Penilaian Status Gizi. Penerbit
id/bitstream/handle/123456789/2065/
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
6. pdf?seque nce=1. Diakses 12
Januari 2015, 14:04:09. Supariasa. 2011. Penilaian Status Gizi. EGC.
Jakarta.
Berg, Alan. 2010. Peranan Gizi dalam
Pembangunan Nasional. Rajawali. Usman, Husaini. 2011. Manajemen. Teori,
Jakarta. Praktik, dan Riset Pendidikan. Bumi
Aksara. Jakarta.
Dinas Kesehatan Sarolangun, 2017.
Puskesmas Sungai Gedang, 2017
Farrer, H. 2011. Perawatan Maternitas. Edisi
2. Jakarta.: Balai Pustaka.
Hartriyanti, Y., & Triyanti. 2007. Penilaian
Status Gizi, dalam Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Muaris, H. 2006. Lauk Bergizi Untuk Anak
Balita. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Nurlinda, A. 2013. Gizi dalam Siklus Daur
Kehidupan Seri Baduta (untuk anak
1- 2 tahun). Yogyakarta : Andi.

You might also like