Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Penataan ruang di Indonesia dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Undang-Undang ini telah membawa banyak perubahan dalam berbagai
aspek pembangunan nasional, terutama dalam hal koordinasi pembangunan, perencanaan,
dan penegakan hukum dalam upaya mewujudkan tujuan penyelenggaraan penataan ruang
nasional. Penyelenggaraan penataan ruang meliputi: (a) pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan penataan ruang; (b) pelaksanaan penataan ruang nasional; dan (c) koordinasi
penyelenggaraan penataan ruang lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku
kepentingan.
Penyusunan kebijakan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengawasan penataan ruang
melibatkan peran berbagai sektor terkait sehingga memerlukan keterpaduan dan keserasian
penanganan dalam satu wadah koordinasi nasional. Badan Koordinasi Penataan Ruang
Nasional (BKPRN) yang dibentuk melalui Keppres No. 4 Tahun 2009 merupakan lembaga
ad-hoc yang dibentuk sebagai respon terhadap kebutuhan koordinasi 14
Kementerian/Lembaga bidang penataan ruang. Dalam pelaksanaan tugasnya, BKPRN telah
berperan dalam berbagai penyelesaian peraturan perundang-undangan, Perpres RTR KSN,
Perpres RTR Pulau, Perda RTRW, penyelesaian konflik pemanfaatan ruang serta penguatan
kelembagaan tata ruang.
Menteri PPN/Kepala Bappenas merupakan Sekretaris BKPRN, yang bertugas membantu
pelaksanaan tugas BKPRN.Dalam pelaksanaan tugasnya, Menteri PPN/Kepala Bappenas
dibantu oleh Sekretariat BKPRN, yang dikoordinasikan oleh Deputi Pengembangan Regional
dan Otonomi Daerah sebagai Penanggungjawab Sekretariat BKPRN.Pada pelaksanaan tugas
harian Sekretariat BKPRN, Penanggungjawab Sekretariat BKPRN dibantu oleh Direktur
Tata Ruang dan Pertanahan selaku Ketua Sekretariat BKPRN.
Laporan ini merupakan gambaran pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dan/atau
dikoordinasikan oleh Sekretariat BKPRN dalam wadah Koordinasi Strategis Sekretariat
BKPRN selama tahun 2014. Kami berharap penyelenggaraankegiatan ini ke depan dapat
berkontribusi pada peningkatan kualitas penataan ruang, menjadi bahan masukan untuk
perbaikan koordinasi dan implementasi pelaksanaan di masa mendatang dan juga
penguatan peran BKPRN ke depan.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) merupakan lembaga ad hoc yang
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan berbagai instansi pemerintah dalam menyelesaikan
isu penataan ruang bagi kebutuhan pembangunan secara terkoordinasi. Menindaklanjuti
kebutuhan tersebut ditetapkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional. Berdasarkan amanat Keppres tersebut, BKPRN
memiliki tugas mengkoordinasikan, antara lain:
1) Penyiapan kebijakan penataan ruang nasional;
2) Penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang;
3) Pemaduserasian berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
penyelenggaraan penataan ruang;
4) Penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan
penataan ruang dan memberikan pengarahan serta saran pemecahannya;
5) Fasilitasi kerjasama penataan ruang antarprovinsi;
6) Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dalam penyelenggaraan penataan ruang; dan
7) Pelaksanaan RTRWN, pemantauan pelaksanaan RTRWN, dan pemanfaatan hasil
pemantauan tersebut untuk penyempurnaan Rencana Tata Ruang.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Menteri PPN/Kepala Bappenas) berkedudukan sebagai Sekretaris merangkap
Anggota BKPRN, dengan tugas memberikan dukungan kesekretariatan dalam pelaksanaan
tugas-tugas BKPRN (PERMENKO No. PER-02/M.EKON/10/2009 tentang Organisasi dan
Tata Kerja BKPRN Pasal 2 Ayat (4)).
Dalam pelaksanaan tugas sebagai sekretaris, Menteri PPN/Kepala Bappenas dibantu oleh
Sekretariat BKPRN melalui Tim Koordinasi Strategis BKPRN yang dikoordinasi oleh Deputi
Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah dibantu oleh Direktur Tata Ruang dan
Pertanahan. Berdasarkan Keputusan Menteri PPN Nomor KEP. 8/M.PPN/HK/02/2014
tentang Pembentukan Tim Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN, tugas Tim Koordinasi
Strategis BKPRN meliputi:
1) Penyusunan jadwal dan rencana kerja kegiatan Tim Koordinasi Strategis Sekretariat
BKPRN;
2) Penyusunan agenda dan menyiapkan bahan Sidang BKPRN;
3) Pengumpulan dan penyusunan bahan, data dan informasi yang dibutuhkan,
termasuk melakukan studi kepustakaan dan wawancara dengan semua pihak yang
terkait, dalam rangka koordinasi penataan ruang nasional;
4) Fasilitasi pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional;
5) Penyusunan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional;
6) Penyusunan laporan hasil kegiatan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN kepada
Menteri PPN/Kepala Bappenas; dan
7) Pelaksanaan kegiatan kehumasan, dokumentasi dan pengelolaan sistem informasi.
Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi tugas-tugas tersebut, Sekretariat BKPRN
menyusun Laporan Koordinasi Strategis yang merupakan penjelasan dari berbagai kegiatan
Sekretariat BKPRN sepanjang tahun 2014.
C. Lingkup Kegiatan
Berdasarkan tugas-tugas Tim Koordinasi Strategis Sekretariat BKPN sebelumnya, lingkup
kegiatan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN mencakup:
1) Penyusunan jadwal dan rencana kerja tahunan BKPRN berdasarkan hasil Rapat
Kerja Nasional BKPRN;
2) Penyusunan agenda dan bahan Sidang BKPRN baik secara periodik maupun
insidental;
3) Pengumpulan dan pengolahan bahan, data dan informasi untuk mendukung
pelaksanaan tugas-tugas BKPRN dan pengembangan e-BKPRN;
4) Fasilitasi pelaksanaan koordinasi dalam rapat-rapat Menteri, Eselon I, II, III
BKPRN;
5) Penyusunan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional untuk
disampaikan oleh Ketua BKPRN kepada Presiden setiap 6 bulan sekali;
6) Pendistribusian hasil Sidang BKPRN kepada seluruh anggota dan pihak terkait;
7) Penyusunan jadwal dan rencana kerja kegiatan Sekretariat BKPRN;
8) Penyusunan dan penyampaian laporan pelaksanaan tugas Sekretariat BKPRN;
9) Pelaksanaan kegiatan kehumasan melalui pengembangan website dan milis BKPRN,
pencetakan pamphlet, newsletter, undang-undang; dan
D. Keluaran
Keluaran yang diharapkan diperoleh melalui pelaksanaan kegiatan Koordinasi Strategis
Sekretariat BKPRN adalah:
1) Jadwal dan rencana kerja tahunan BKPRN;
2) Laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional oleh Ketua BKPRN kepada
Presiden (6 bulan sekali) termasuk didalamnya laporan rapat koordinasi Menteri dan
Eselon I);
3) Jadwal dan rencana kerja Sekretariat BKPRN;
4) Laporan pelaksanaan tugas Sekretariat BKPRN;
5) Media komunikasi dan publikasi, yaitu: e-BKPRN, website dan milis BKPRN,
pamphlet, newsletter, dan buku perundang-undangan.
E. Metodologi
Pelaksanaan kegiatan koordinasi penataan ruang nasional umumnya menggunakan dua
pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan top-down dan bottom-up. Pendekatan top-down
digunakan dalam penetapan prioritas pembangunan nasional. Sedangkan pendekatan
bottom-up digunakan saat menyusun rencana kerja BKPRN berdasarkan hasil rapat kerja
dan masukan dari kementerian/lembaga (K/L). Untuk mempertemukan dua pendekatan
tersebut dilakukan rapat koordinasi di tingkat Menteri, Eselon I dan Eselon II BKPRN.
F. Jangka Waktu
Kegiatan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan.
G. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan kegiatan koordinasi strategis Sekretariat BKPRN adalah:
1) Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang
Nasional;
2) Permenko No. PER-02/M.EKON/10/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Koordinasi Penataan Ruang Nasional; dan
3) Keputusan menteri PPN No. KEP. 8/M.PPN/HK/02/2014 tentang Pembentukan
Tim Koordinasi Strategis Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional.
H. Sistematika Laporan
Laporan ini disusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN menjelaskan latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup
pembahasan, keluaran, dan metodologi penyusunan laporan, jangka waktu
pelaksanaan kegiatan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN, dasar hukum yang
melandasi pelaksanaan kegiatan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN, serta
sistematika pelaporan yang digunakan.
II. JADWAL DAN RENCANA KERJA KEGIATAN TIM KOORDINASI STRATEGIS
SEKRETARIAT BKPRNmenjelaskan penyusunan jadwal dan rencana kerja BKPRN
yang disusun melalui Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BKPRN.
Selanjutnya, pada tanggal 6 Februari 2014 dilaksanakan Rapat Koordinasi Eselon III
BKPRN dalam rangka pendetailan Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 kedalam kegiatan-
kegiatan teknis tahunan beserta penentuan koordinator dan tahun pelaksanaan kegiatan.
Secara jelas, Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 ditunjukkan pada tabel berikut.
Tahun
No Agenda Kerja BKPRN Koordinator Pelaksanaan Tahun 2014
Pelaksanaan
Review dan evaluasi proses penyusunan dan 2014 Kemen PU Belum dilaksanakan pada tahun 2014
penetapan RTR KSN
1 Penyusunan roadmap penyelesaian RTR KSN 2014 Kemen PU Status penyelesaian RTR KSN disampaikan oleh
(Catatan: keseluruhan terdapat 76 KSN) Kementerian PU kepada Sekretariat BKPRN setiap 1
bulan
Pelaksanaan rapat lintas pokja untuk 2014 Sekretariat BKPRN Telah dilaksanakan rapat lintas pokja BKPRN pada
mengintegrasikan kegiatan percepatan Februari 2014
penetapan Perda RTRW
2 Penyusunan Pedoman Persetujuan 2014-2015 Kementerian Kalutan dan Ditetapkan melalui Peraturan Menteri KP No.
Substansi/pemberian tanggapan dan saran Perikanan bersama 34/PERMEN-KP/2014 tentang Perencanaan
dalam penetapan Perda RZWP-3-K Kementerian Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Negeri
Review Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 2014 Kemen PU Telah diselenggarakan Sarasehan Nasional Kilas
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Balik RTRWN pada Maret 2013
Wilayah Nasional (RTRWN) Telah dilakukan penjaringan masukan di daerah
Telah dilakukan rapat pleno Tim Peninjauan Kembali
3 RTRWN dan Rapat Koordinasi setiap Subtim
Penyusunan rekomendasi hasil peninjauan kembali
Review Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 2014 Kemen PU Peninjauan kembali merekomendasikan revisi
54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang Materi teknis revisi ditargetkan selesai akhir 2014
Kawasan Jabodetabekpunjur
Penyusunan Pedoman Pengawasan Penataan 2014 Kementerian PU Rancangan pedoman dalam tahap finalisasi dan
Ruang melalui Permen PU sesuai dengan ditargetkan ditetapkan pada tahun 2014
amanat UU Penataan Ruang pasal 59 ayat 3
4 Fasilitasi integrasi kawasan hutan dalam pola 2014-2015 Kementerian Kehutanan Telah dilakukan fasilitasi di Provinsi Kalimantan Barat
ruang RTRW Prov/Kab/Kota (Semester I/2014)
Peningkatan peran PPNS di daerah 2014-2015 Kementerian PU Telah dilakukan Diklat dengan pola 200 Jam Pelajaran
(JP) dan 400 Jam Pelajaran (JP) (Semester I/2014)
Tahun
No Agenda Kerja BKPRN Koordinator Pelaksanaan Tahun 2014
Pelaksanaan
Fasilitasi (konsultasi/asistensi) teknis 2014-2015 BIG Telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Nasional
pembuatan peta terhadap daerah Informasi Geospasial pada Juni 2014
5
Bimbingan Teknis (Bimtek) penyusunan 2014-2015 Kementerian PU 234 kab/kota telah mengajukan Rencana Rinci Tata
Rencana Rinci Tata Ruang Ruang (RRTR) dengan total 699 Raperda RRTR
Fasilitasi advokasi Lahan Pertanian Pangan 2014-2015 Kementerian Pertanian Telah dilakukan sosialisasi LP2B di Provinsi Maluku
Berkelanjutan ( LP2B) Utara, Gorontalo, dan Papua Barat
Dalam proses penyusunan draft Pedoman Teknis
Insentif Disinsentif LP2B & MOdul Penetapan LP2B
dalam RTRW
Fasilitasi advokasi lahan tambak (garam dan 2014-2015 Kementerian Kelautan Belum dilaksanakan pada tahun 2014
6 ikanberkelanjutan) dan Perikanan
Diseminasi Kajian Lingkungan Hidup 2014-2015 Kementerian Lingkungan Telah dilakukan sosialisasi pada forum BKPRN dan
Strategis (KLHS) Hidup beberapa daerah (Semester I/2014)
Telah dilakukan asistensi teknis penyusunan KLHS
di daerah
Diseminasi Rencana Zonasi Wilayah Pesisir 2014-2015 Kementerian Kelautan Telah dilakukan sosialisasi pada forum BKPRN pada
dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) dan Perikanan Maret 2014
Fasilitasi penyusunan raperda penetapan 2014-2015 Kementerian Dalam Belum dilaksanakan pada tahun 2014
7 Negeri dan BPN
batas tanah ulayat
Kajian Masyarakat Hukum Adat (MHA) di 2014-2015 Kementerian Kelautan Belum dilaksanakan pada tahun 2014
8 dan Perikanan
wilayah laut
Sumber: Berbagai Rapat Koordinasi Penyusunan AgendaKerja BKPRN 2014-2015
Tahun
No Agenda Kerja BKPRN Koordinator Pelaksanaan Tahun 2014
Pelaksanaan
Tengah dirumuskan Surat Edaran Menteri Dalam
Pemetaan ketersediaan dan kebutuhan SDM Kementerian Dalam
1 2014 Negeri, serta pelaksanaan pelatihan dan Bimtek oleh
bidang Penataan Ruang Negeri
K/L kepada Pemda
Kementerian Dalam Telah dilaksanakan Forum Penguatan Kapasitas
2 Peningkatan kapasitas BKPRD 2014-2015
Negeri Teknis Aparatur BKPRD pada Juni 2014
Evaluasi kinerja BKPRD dalam pengendalian Kementerian Dalam
2015 Proses penyusunan dilakukan mulai tahun 2014
pemanfaatan ruang Negeri
Penerapan e-BKPRN disosialisasikan dan di-ujicoba-
Pengembangan sistem informasi tata ruang
kan di 5 kementerian pada 2014 (Kemenko
3 nasional diantaranya melalui pengembangan 2014-2015 Bappenas
Perekonomian, Kemen PU, Kemen Dalam Negeri,
e-BKPRN dan e-BKPRD
Bappenas, dan Kemen Kelautan dan Perikanan)
Penyusunan Permendagri tentang Tata Cara Kementerian Dalam Pedoman penyusunan SOP BKPRD dalam proses
4 2014-2015
Penyusunan SOP BKPRD Negeri finalisasi
Telah dilaksanakan Raker Regional BKPRN Wilayah
Rapat Kerja Regional BKPRN wilayah Barat Kementerian Dalam
2014 Barat pada Juni 2014 dan Raker Regional BKPRN
dan Timur Negeri
5 Wilayah Timur pada September 2014
Kementerian Dalam Belum dilaksanakan pada tahun 2014
Rapat Kerja Nasional BKPRN 2015 2015
Negeri
Sumber: Berbagai Rapat Koordinasi Penyusunan AgendaKerja BKPRN 2014-2015
Tahun
No Agenda Kerja BKPRN Koordinator Pelaksanaan Tahun 2014
Pelaksanaan
Kajian pelaksanaan UU 41/1999 dan Belum dilaksanakan pada tahun 2014
implikasinya terhadap implementasi UU 2014-2015 Bappenas
26/2007
1 Kajian pelaksanaan UU 27/2007 dan Telah terlaksana dan direkomendasikan strategi
implikasinya terhadap implementasi UU 2014 Bappenas integrasi RTRW dengan RZWP-3-K
26/2007
Percepatan penyelesaian penetapan Perda Tersusunnya roadmap integrasi RTRW dengan
2014 Bappenas
RZWP3K RZWP-3-K
Penyusunan materi teknis peraturan integrasi Belum dilaksanakan pada tahun 2014
rencana tata ruang dengan rencana 2014-2015 Bappenas
pembangunan
Fasilitasi finalisasi dan penetapan SEB SEB telah ditetapkan pada Maret 2014
Percepatan Penyelesaian Penyusunan
2
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan 2014 Kemenko Perekonomian
Kabupaten/Kota melalui Penerapan Kawasan
yang Belum Ditetapkan Perubahan
Peruntukan Ruangnya (Holding Zone)
Sumber: Berbagai Rapat Koordinasi Penyusunan AgendaKerja BKPRN 2014-2015
Tahun
No Agenda Kerja BKPRN Koordinator Pelaksanaan Tahun 2014
Pelaksanaan
Penyusunan Pedoman Tata Kerja BKPRN Telah dilaksanakan FGD di Solo pada Juni 2014 dan
1 Dalam Penyelesaian Konflik Pemanfaatan 2014 Kemenko Perekonomian Medan pada September 2014 sebagai bahan
Ruang penyusunan pedoman.
Sidang BKPRN untuk penyelesaian konflik- Telah dilaksanakan pada tgl 13 Januari 2014
konflik pemanfaatan ruang, diantaranya:
Pembahasan terhadap perbedaan SK 2014 Kemenko Perekonomian
Menhut dengan hasil Timdu dan langkah-
2 langkah penyelesaiannya
Penyelesaian rencana reklamasi Teluk Benoa Telah dilaksanakan pada tgl 13 Januari 2014
2014-2015 Kemenko Perekonomian
dan Pulau Serangan
Pembahasan penetapa KP2B dan LP2B Belum dilaksanakan pada tahun 2014
2014-2015 Kemenko Perekonomian
kedalam RTRW dan RRTR
Isu lain yang dianggap strategis dan/atau Belum dilaksanakan pada tahun 2014
2014-2015 Kemenko Perekonomian
mendesak
Fasilitasi penyelesaian tata batas kawasan Sosialisasi penyelesaian tata batas kawasan hutan pada
2014-2015 Kemenhut
hutan forum BKPRN tgl 21 Mei 2014
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi Belum dilaksanakan pada tahun 2014
3 2014-2015 Kemenko Perekonomian
pelaksanaan mekanisme Holding Zone
Penyiapan dan penyampaian laporan Belum dilaksanakan pada tahun 2014
4 pelaksanaan mekanisme Holding Zone kepada 2014-2015 Kemenko Perekonomian
Presiden
Sumber: Berbagai Rapat Koordinasi Penyusunan AgendaKerja BKPRN 2014-2015
Sepanjang tahun 2014, Sekretariat BKPRN juga melaksanakan beberapa kegiatan yang tidak
tercantum dalam rencana kerja. Selain itu, Tim Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN juga
melaksanakan fasilitasi berbagai kegiatan Kementerian PPN/Bappenas selaku anggota Pokja
3 BKPRN.
lain sosialisasi Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera di
Kota Padang pada tanggal 16 April 2014; sosialisasi Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi di Kota Makassar pada tanggal 21 Mei 2014; serta
sosialisasi Rancangan Perpres RTR Kepulauan Maluku dan Pulau Papua di Bali pada tanggal
16 Juni 2014.
Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk
wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan kawasan strategis nasional
dilakukan berdasarkan kepentingan: (i) pertahanan dan keamanan; (ii) pertumbuhan
ekonomi; (iii) sosial dan budaya; (iv) pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi; (v) fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Peraturan Pemerintah (PP) No.26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN) mengamanatkan 76 (tujuh puluh enam) KSN harus disusun dan
ditetapkan dengan Peraturan Presiden (Perpres). Hingga Desember 2014 telah ditetapkan 8
(delapan) Perpres KSN, yaitu:
1) Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Rung Kawasan Jakart, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur);
2) Perpres No.45 Tahun 2011 jo Perpres No. 51 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Rung
Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita);
3) Perpres No.55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Makassar, Maros, Sangguminasa, dan Takalar (Mamminasata);
4) Perpres No. 62 Tahun 201 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan,
Binjai, Deli Serdang, dan Karo (Mebidangro);
5) Perpres No.8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan
Karimun (BBK);
6) Perpres No. 58 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur dan
Sekitarnya;
7) Perpres No. 70 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi; dan
8) Perpres No. 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan
Sekitarnya.
Dalam rangka implementasi peraturan perundangan rencana tata ruang Kawasan Strategis
Nasional (KSN), pada tahun 2014 telah dilakukan sosialisasi yang dilaksanakan, antara lain
Sosialisasi Perpres No. 48/2014 tentang KSN Borobudur dan Perpres No. 70/2014 tentang
Taman Nasional Gunung Merapi di D.I Yogyakarta pada tanggal 9-10 September 2014; serta
sosialisasi Perpres 81/2014 tentang RTR Kawasan Danau Toba dan sekitarnya di Kota
Medan pada tanggal 24 November 2014.
Sepanjang tahun 2014, beberapa rapat koordinasi yang dilakukan oleh Tim Koordinasi
Strategis Sekretariat BKPRN dalam rangka penyelesaian penetapan Perpres Kawasan
Strategis Nasional selama tahun 2014 antara lain konsultasi publik Perubahan Perpres No.
45 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan Sarbagita tanggal 14 April 2014; rapat
konfirmasi Raperpres RTR KSN Kawasan Danau Toba dan sekitarnya tanggal 28 April 2014;
rapat pengharmonisasian pembulatan dan pemantapan konsepsi Raperpres RTR KSN Selat
Sunda tanggal 15 Agustus 2014; rapat pembahasan RTR Rawa Pening dan Bregasmalang
tanggal 2 September 2014; serta FGD Revisi Perpres No. 54/2008 tentang Penataan Ruang
KSN Perkotaan Jabodetabekpunjur tanggal 20 November 2014.
4. Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang atau
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan rencana rinci tata ruang. Penataan ruang antara
lain diklasifikasikan berdasarkan wilayah administratif yaitu penataan ruang wilayah
nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota
yang disebutkan dalam Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR).
Rencana tata ruang wilayah Provinsi, Kabupaten/Kota ditetapkan dengan peraturan daerah
Provinsi, Kabupaten/kota. Penyelesaian rencana tata ruang wilayah dilakukan paling lambat
2 (dua) tahun untuk Provinsi dan 3 (tiga) tahun untuk Kabupaten/Kota terhitung dari tahun
penetapan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Status penetapan
RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota hingga Desember 2014 sebagai berikut ini:
25 dari 34 provinsi telah menetapkan Perda RTRW;
317 dari 398 kabupaten telah menetapkan Perda RTRW; dan
81 dari 93 kota telah menetapkan Perda RTRW.
Tabel 6 Status Penetapan RTRW Provinsi
No Provinsi Perda
1 Bali No. 16 Tahun 2009
2 Sulawesi Selatan No. 9 Tahun 2009
3 Lampung No. 1 Tahun 2010
4 Jawa Barat No. 22 Tahun 2010
5 Jawa tengah No. 6 Tahun 2010
6 D.I Yogyakarta No. 2 Tahun 2010
7 Nusa Tenggara Barat No. 3 Tahun 2010
8 Banten No. 2 Tahun 2011
9 Nusa Tenggara Timur No. 1 Tahun 2011
10 Gorontalo No. 4 Tahun 2011
11 Bengkulu No. 2 Tahun 2012
12 DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012
13 Jawa Timur No. 5 Tahun 2012
14 Sumatera Barat No. 13 Tahun 2012
15 Jambi No. 10 Tahun 2013
16 Maluku No. 16 Tahun 2013
17 Maluku Utara No. 2 Tahun 2013
18 Papua Barat No. 2 Tahun 2013
19 Sulawesi Tengah No. 8 Tahun 2013
20 Aceh No. 19 Tahun 2013
21 Papua No. 23 Tahun 2013
22 Sulawesi Barat No. 1 Tahun 2014
No Provinsi Perda
23 Kep. Bangka Belitung No. 2 Tahun 2014
24 Sulawesi Utara No. 1 Tahun 2014
25 Sulawesi Tenggara No. 2 Tahun 2014
Sumber: Sekretariat BKPRN, 2014
Dalam upaya percepatan penyelesaian RTRW Provinsi, pada tahun 2013 telah ditetapkan
Inpres No. 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sebagai bentuk operasionalisasinya, pada Maret
2014 telah diterbitkan Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum, dan Menteri Kehutanan tentang RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota
melalui penerapan perubahan ruangnya (Holding Zone).
Pada tataran kabupaten/kota, upaya percepatan penyelesaian RTRW dan Rencana Rinci
Tata Ruang (RRTR) dilakukan melalui penerbitan Surat Menteri Pekerjaan Umum No. TR.
02 03/Mn-225 perihal Percepatan Penetapan Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) kepada seluruh Kepala
Daerah pada April 2014.
Beberapa rapat koordinasi yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN
dalam rangka penyelesaian penetapan Perda RTRW selama tahun 2014 antara lain rapat
pembahasan Perda No. 1 Tahun 2014 tentang RTRWP Sulawesi Barat Tahun 2014-2034
tanggal 16 April 2014; rapat pembahasan Perda No. 23 Tahun 2013 tentang RTRWP Papua
Tahun 2013-2033 tanggal 28 April 2014; rapat klarifikasi Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Aceh Tahun 2013 – 2033 tanggal 11 Juli, 21
Oktober, dan 25 November 2014; rapat pembahasan Raperda RTRW Kabupaten Morowali
Utara, Mamuju Tengah, dan Banggai Laut tanggal 28 Oktober dan 11 Desember 2014; rapat
pembahasan Raperda RTRW Mahakam Ulu tanggal 20 November 2014; dan rapat evaluasi
Rancangan RTRWP Kalbar tanggal 17 Desember 2014.
Pada tahun 2014 juga telah dilakukan beberapa rapat koordinasi pembahasan penyusunan
RRTR antara lain rapat pembahasan RDTR Perbatasan Bengkulu Tengah dengan Kota
Bengkulu dan RDTR Perkotaan Sungailiat tanggal 3 Juli 2014; rapat pembahasan Raperda
RDTR dan Peraturan Zonasi (PZ) Kota Medan tanggal 14 Juli 2014; FGD RTBL Kawasan
Strategis Provinsi Pendidikan Jatinangor tanggal 14 Agustus 2014; serta rapat klarifikasi
Perda No. 1 Tahun 2014 tentang RDTR dan PZ Provinsi DKI Jakarta tanggal 15 Agustus
2014.
Selain itu, dilakukan beberapa rapat koordinasi terkait penataan ruang daerah dalam rangka
meningkatkan kualitas rencana tata ruang di daerah seperti berikut.
a. Focus Group Discussion (FGD) Upaya Percepatan Pemanfaatan Kawasan HPK yang
telah dicadangkan sebagai Lahan Tanaman Pangan di Kalimantan
Penyelenggaraan FD ini ditujukan sebagai pertemuan awal untuk membahas langkah apa
saja yang dapat dilakukan dalam rangka mempercepat pemanfaatan kawasan HPK yan telah
dicadangkan sebagai lahan tanaman pangan di Pulau Kalimantan. Saat ini sudah
dicadangkan lahan potensi pangan 65 ribu ha di Kalimantan Barat dan 59.000 ha dari HPK
tetapi keberadaannya tidak dimanfaatkan dengan optimal dimanfaatkan.
FGD diisi dengan kegiatan pemaparan dari 3 (tiga) narasumber dan dilanjutkan sesi diskusi,
yaitu alternatif Kebijakan yang Diperlukan untuk Pengamanan Lahan Pangan Berkelanjutan
Indonesia merupakan negara dengan tingkat resiko bencana yang sangat tinggi sehingga
aspek mitigasi bencana perlu terintegrasi kedalam rencana tata ruang dalam upaya
mewujudkan penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Oleh
karena itu, dilakukan upaya penyelarasan proses, muatan, serta kelembagaan agar rencana
tata ruang dapat menjadi instrumen mitigasi bencana yang efektif.
Pada 13 Agustus 2014, diselenggarakan workshop penyusunan Pedoman Informasi
Kebencanaan Geologi untuk Penyusunan Rencana Tata Ruang di Kota Bandung. Kegiatan
ini bertujuan untuk mengenalkan Pedoman Informasi Kebencanaan Geologi untuk
Penyusunan Rencana Tata Ruang yang telah disusun oleh Badan Geologi, dan sebagai tahap
awal untuk memperoleh masukan bagi perbaikan pedoman tersebut.
Pedoman Informasi Kebencanaan Geologi untuk Penyusunan Rencana Tata Ruang disusun
sehingga para perencana, terutama perencana tata ruang di daerah tetap dapat menyusun
rencana tata ruangnya yang telah mengintegrasikan kebencanaan geologi dan memasukan
upaya mitigasi bencana di dalamnya.
Kegiatan yang dilaksanakan di Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur pada 30 September
2014 ini bertujuan untuk memulai program revitalisasi dan pembangunan Kebun Raya di
Indonesia serta peluncuran dokumen “Roadmap Pembangunan Kebun Raya sebagai Ruang
Terbuka Hijau pada Kawasan Perkotaan di Indonesia Tahun 2015 – 2019” yang telah
disusun oleh Kementerian Pekerjaan Umum bersama dengan LIPI.
Pada acara tersebut, Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU, Dr. Ir. M. Basuki
Hadimuljono, M.Sc., menyampaikan Laporan Rencana Revitalisasi dan Pembangunan
Kebun Raya di Indonesia. Selain itu, turut hadir pula Kepala LIPI, Prof (R) Lukman Hakim,
M.Sc, Ph.D, Apt, dan Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto untuk memberikan
sambutan. Guest Lecture mengenai “Visi Pembangunan Kebun Raya di Indonesia”
disampaikan oleh Ketua Umum Yayasan Kebun Raya di Indonesia, Ibu Megawati
Soekarnoputri.
Kementerian PU bekerja sama LIPI, dan 12 pengelola kebun raya telah menyiapkan
Roadmap Pembangunan Kebun Raya Tahun 2015-2019 untuk lebih mengarahkan program
yang memuat prioritas, rencana, dan tahapan pembangunan kebun raya. Roadmap tersebut
merupakan tindak lanjut Kesepakatan Bersama (MoU) antara Kementerian PU dan LIPI
tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Bentuk Kebun
Raya yang telah ditandatangani pada tanggal 26 Agustus 2013.
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah bahwa penataan ruang memiliki
peran penting untuk penentuan lokasi dan pengendalian ruang yang disesuaikan dengan
RTRW yang telah disusun, dalam hal ini lokasi Kebun Raya harus disesuaikan
peruntukkannya dengan RTRW yang telah disusun untuk masing-masing daerah. Kebun
Raya sebagai RTH skala besar untuk mencapai target RTH sebesar 30% yang diamanatkan
oleh UU No. 26 Tahun 2007.
d. Workshop Kawasan Industri Ramah Lingkungan
Workshop yang diselenggarakan pada tanggal 14-15 Oktober 2014 di Kota Medan ini
bertujuan untuk menggali beberapa pemikiran tentang aspek-aspek apa yang menjadi
potensi maupun hambatan pengembangan kawasan industri di pusat maupun di daerah.
Pada acara yang dibuka oleh Direktur Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah 1,
Kementerian Perindustrian ditekankan bahwa perkembangan industri hingga saat ini masih
didominasi oleh Pulau Jawa sekitar 70 % dan 50 % nya berada di Jawa Barat dan Banten,
dimana seharusnya perkembangan Industri dapat merata di seluruh Indonesia melalui
penyiapan Kawasan Industri.
Beberapa kesimpulan yang didapat dari kegiatan ini antara lain i) Lokasi untuk
pengembangan kawasan industri secara umum telah dialokasikan melalui RTRW namun
masih diperlukan pengaturan sampai rencana detail tata ruang; ii) Perlunya pemberian
insentif maupun disinsentif untuk peningkatan pembentukan green job oleh pelaku industri;
dan iii) Perlunya kerjasama swasta dan pemerintah bagi penyediaan infrastruktur dasar
pengembagan kawasan industri.
5. Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (RZWP-3-K)
pengelolaan ruang laut dalam lingkup wilayah pesisir hingga sejauh 12 mil laut dari garis
pantai. Undang-Undang ini ditetapkan dengan tujuan melindungi, mengonservasi,
merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil
serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, perencanaan pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri atas Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (RSWP-3-K), Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K),
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3-K), dan Rencana Aksi
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAPWP-3-K), dimana keempat rencana
tersebut wajib disusun oleh Pemerintah Daerah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
sebagai acuan pengelolaan sumber daya.
Dari keempat rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut,
hanyapenetapan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) yang
ditetapkan melalui Peraturan Daerah. RZWP-3-K merupakan rencana yang berisi arahan
pemanfaatan sumber daya yang disertai penetapan struktur dan pola ruang di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil, dimana pengaturannya mencakup wilayah perencanaan
daratan dari kecamatan pesisir sampai wilayah perairan paling jauh 12 mil laut diukur dari
garis pantai kearah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan, dengan jangka waktu
berlaku hingga 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.
Hingga tahun 2014, penetapan RZWP-3-K baru dilakukan pada 5 provinsi, 8 kabupaten,
serta 4 kota. Mengingat Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 telah ditetapkan lebih dari
5 tahun lalu, laju penetapan Peraturan Daerah RZWP-3-K terbilang sangat lambat. Kondisi
tersebut ditengarai karena regulasi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
merupakan suatu hal baru pada tataran penataan ruang dan pengelolaan sumber daya ruang
laut sehingga tidak jarang menimbulkan kebingungan di daerah, terutama pada pemenuhan
data dan peta, proses legalisasi dan implementasi RZWP-3-K, serta ketersediaan & kapasitas
sumber daya manusia dalam penyusunan RZWP-3-K. Selain itu,terdapat cakupan wilayah
yang beririsan pada pengaturan rencana ruang wilayah pada RTRW dan RZWP-3-K, yaitu
wilayah administrasi kecamatan yang berada di wilayah pesisir.
Dalam rangka percepatan penyelesaian RZWP-3-K, peningkatan kapasitas kelembagaan dan
Sumber Daya Manusia (SDM) penyusun RZWP-3-K di daerah, pada tahun 2014 dilakukan
Bimbingan Teknis Penyusunan RZWP-3-K pada bulan September 2014 di Kota Yogyakarta
dan pada bulan Oktober di Kota Mataram.
2013 sekaligus sebagai bahan masukan penyusunan rancangan RPJMN 2015-2019 bidang
Tata Ruang. Pertemuan pertama mengenai penyusunan roadmap tersebut dilaksanakan
melalui Rapat Koordinasi Eselon II BKPRN pada tanggal 5 Februari 2014.
Pada tanggal 17 Februari 2014, Kementerian PPN/Bappenas bersama dengan Kementerian
Kelautan dan Perikanan menyelenggarakan Bilateral Meeting untuk membahas pendetilan
kegiatan Akselerasi Penyelesaian RZWP-3-K Tahun 2014. Adapun hasil pendetilan kegiatan
tersebut berupa kegiatan: i) Sosialisasi kepada internal BKPRN; ii) Penyelenggaraan serial
meeting BKPRN berupa FGD/rapat koordinasi/konsinyasi; iii) Pembahasan usulan revisi
terhadap 3 Permendagri; iv) Raker Regional PWP-3-K; v) Pemberian Bimtek/pelatihan
tentang NSPK RZWP-3-K; vi) Pembinaan Perda RZWP3-K serta Kelembagaannya; dan vii)
Sosialisasi terintegrasi BKPRN.
Sosialisasi kepada internal BKPRN diselenggarakan melalui Rapat Koordinasi BKPRN
Tingkat Eselon II pada tanggal 12 Maret 2014 dengan agenda sosialisasi: i) UU No. 27 Tahun
2007 jo UU No. 1 Tahun 2014; ii) Mekanisme pemberian Tanggapan dan/atau Saran
terhadap Dokumen Final RZWP-3-K; dan iii) Roadmap Akselerasi Penyusunan RZWP-3-K.
1) Akan disusun Surat Edaran Mendagri (melengkapi Permendagri No. 47 Tahun 2012)
dimana protokol Integrasi RZWP-3-K ke dalam RTRW akan menjadi lampiran SE
Mendagri tersebut.
2) Pengaturan pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil belum dapat ditentukan karena
belum adanya NSPK terkait.
3) Secara simultan, KKP akan melakukan finalisasi terhadap draft SE Mendagri dan
Protokol Integrasi sebelum disampaikan kepada Eselon II BKPRN terkait (Bappenas-
Kemen KP-Kemendagri).
September 2014. Adapun jawaban atas surat permohonan konfirmasi tersebut adalah
disampaikannya data RRTR Kota kepada Sekretariat BKPRN.
Mengingat belum didapatkannya konfirmasi terhadap exercise Perkiraan Tahun dan Lokasi
Penyusunan RRTR yang disusun Sekretariat BKPRN, maka diselenggarakan Rapat
Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon II pada 26 November 2014. Melalui rapat ini didapatkan
Rekapitulasi RRTR Provinsi, Kabupaten dan Kota dan identifikasi kebutuhan Peta Skala
Besar (1:5000) Tahun 2015-2019 dari Kementerian PU dan Perumahan Rakyat yang
disampaikan pada tanggal 27 November dan di-update kembali pada tanggal 4 Desember
2014.
Menindaklanjuti hal tersebut, Bappenas, melalui surat Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
menyampaikan data rekapitulasi RRTR Provinsi, Kabupaten, dan Kota dan Identifikasi
Kebutuhan Peta Skala Besar (1:5000) Tahun 2015-2019 kepada Badan Informasi Geospasial
(BIG) tertanggal 3 Desember 2014. Diharapkan dengan data ini BIG akan memiliki pedoman
dalam menentukan prioritas lokasi penyusunan peta skala besar dan perkiraan jumlah peta
yang diharapkan dapat disusun pada tahun 2015-2019. Selain itu, mengingat data
identifikasi kebutuhan peta ini masih dapat bertambah (tidak statis), perlu dibangun
komunikasi intensif antara Kementerian PU & Pera dan BIG terkait updating data jumlah
dan lokasi penyusun RRTR.
Tabel 7 Rekapitulasi Data RRTR Dan Indikasi Kebutuhan Peta
Nasional dan Peta Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan dengan skala 1:250.000 untuk
Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Peta tersebut dapat digunakan sebagai masukan dalam RTRWN namun masih harus
disempurnakan dengan peta dasar terbaru tahun 2013 dan dilakukan verifikasi terhadap
daerah yang telah menetapkan LP2B.
Maraknya alih fungsi lahan pertanian akibat tingginya permintaan lahan bagi kegiatan non
pertanian menjadi salah satu kendala penetapan LP2B di daerah sehingga perlu adanya
upaya pengendalian. Menindaklanjuti hal tersebut, pada tahun 2014 dilakukan pembahasan
dalam rangka penyusunan Pedoman Pemberian Insentif dan Disinsentif LP2B melalui rapat
teknis pada tanggal 10 Juli 2014; serta penyusunan Modul Penetapan LP2B dalam RTRW
pada tanggal 22 Oktober 2014.
kepentingan K/L lain dan juga komitmennya dalam pelaksanaan Agenda Kerja BKPRN
2014-2015 yang telah disepakati bersama.
Sebagai tindak lanjut, pada tahun 2015 akan dilakukan serangkain pertemuan dengan
agenda pembahasan untuk menyepakati usulan pemrakarsa beserta dengan pengalihan
pemrakarsa secara formal dari LAPAN. Selain itu perlu pula dilakukan pembahasan lebih
lanjur mengenai bentuk dan pembagian peran dalam kajian penyusunan regulasi PRUN jika
sudah diserahkan kepada Kementerian Agraria dan Tata Ruang, termasuk di dalamnya
pembahasan mengenai kebutuhan akan peraturan perundang-undangan turunan dari
regulasi PRUN jika disepakti bahwa regulasi ini akan berbentuk Undang-Undang.
Inisiasi penyusunan regulasi PRUN ini telah dimasukkan ke dalam RPJMN 2015-2019.
Diharapkan kajian penyusunan regulasi ini dapat berjalan pada tahun 2015 dengan
menghasilkan naskah akademis regulasi PRUN, untuk kemudian akan disusun ke dalam
draft regulasi pada tahun 2016 dan selanjutnya dapat dilegalkan secara hukum, sehingga
target penyusunan reguasi PRUN dalam RPJMN 2015-2019 dapat tercapai.
Pembahasan konflik pemanfaatan ruang Kota Dumai dilatarbelakangi oleh Surat Walikota
Dumai No. 503/BPTPM/06 tertanggal 15 Januari 2014 perihal permohonan kepada BKPRN
terkait rencana investasi pabrik kelapa sawit PT. Aekloba Sawita Jaya Mandiri pada kawasan
yang dalam Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Dumai termasuk
kedalam Kawasan Pengembangan Dumai Baru.
Dalam Pasal 89 huruf f Rancangan Perda RTRW Kota Dumai disebutkan bahwa
pengembangan yang diperbolehkan dalam Kawasan Pengembangan Dumai Baru adalah
permukiman terencana; perdagangan dan jasa; peternakan; serta perkantoran pemerintah
terpadu. Sedangkan pengembangan kegiatan industri sama sekali tidak diperbolehkan.
Hasil pembahasan forum BKPRN berkesimpulan bahwa pada prinsipnya, izin rencana
investasi pengembangan pabrik kelapa sawit PT Aekloba Sawita Jaya Mandiri dapat
diberikan, dengan mengacu pada Perda RTRW Kota Dumai No. 11 Tahun 2002 berdasarkan
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 188.34/1055/IV/Bangda tenggal 5 Februari 2013
tentang Percepatan Penetapan Rancangan Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang
Kabupaten/Kota.
Sebagai tindak lanjut, Kemenko Perekonomian akan mengeluarkan surat rekomendasi
usulan perubahan peruntukan kawasan industri di Kawasan Pengembangan Dumai Baru.
Disamping itu juga akan dilakukan kunjungan lapangan dan pembahasan pengembangan
industri agro di Kota Dumai.
dan Papua) dengan mengusung tema “Penyelarasan Kebijakan Penataan Ruang Nasional
dan Daerah Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Daerah”.
Raker Regional BKPRN Wilayah I Tahun 2014 diselenggarakan pada tanggal 22-24 Juni
2014 di Kota Bandung. Sementara itu, Raker Regional Wilayah II diselenggarakan pada
tanggal 3-5 Juni 2014 di Kota Surabaya.
Kesepakatan yang dihasilkan dalam Raker Regional BKPRN Tahun 2014 akan menjadi salah
satu landasan untuk upaya percepatan penyelesaian Rencana Detail Tata Ruang (RDTR),
dan RZWP-3-K baik di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota.
Prof. Dr. Maria S. W. Sumardjono, SH, MCL, MPA dan Dosen Universitas Gajah
Mada, Dr. Budi Prayitno.
4) Ringkas buku Politik Hukum Agraria yang ditulis oleh Prof. Dr. Achmad Sodiki, S.H.
pada Edisi I dan buku Mendengarkan Kota: Studi Perbandingan Kota dan
Komunitas Miskin antara Jakarta-Bangkok yang disusun oleh Tim Peneliti Institute
for Ecosoc Rights.
5) Profil tata ruang dan pertanahan provinsi/kabupaten/kota dalam “melihat dari
dekat”. Untuk Buletin Edisi I 2014 memuat profil Provinsi Sumatera Barat,
sedangkan pada Edisi II 2014 profil Kota Ternate
6) Dalam berita yang memuat hasil kliping berita kegiatan Direktorat TRP selama
tahun 2014 serta berita seputar tata ruang dan pertanahan lainnya yang termuat di
media massa.
Pulau/Kepulauan, 6 dari 76 Perpres RTR KSN, 25 dari 34 RTRW Provinsi, 302 dari 398
RTRW Kabupaten, dan 77 dari 93 RTRW Kota yang harus disusun. Selain itu, pada paruh
pertama tahun 2014 juga dilakukan fasilitasi penyusunan roadmap peninjauan kembali
Rencana Umum dan Rencana Rinci Tata Ruang dalam rangka integrasi substansi penataan
ruang seperti RZWP-3-K, KLHS, dan LP2B ke dalam RTRW.
Isu 2 - Penguatan Kelembagaan BKPRN memberikan gambaran pelaksanaan koordinasi
penataan ruang di tingkat nasional maupun daerah. Semester 1 tahun 2014 dilaksanakan
Sidang Menteri BKPRN dengan agenda pelaporan agenda kerja BKPRN Tahun 2014-2015
serta pembahasan dan penyepakatan percepatan penyelesaian Perda RTRW di beberapa
daerah yang belum ditetapkan. Selain itu, Rapat Kerja (Raker) Regional BKPRN Wilayah I
dilaksanakan pada 22-24 Juni 2014 di Kota Bandung, dimana hasil kesepakatan Raker
Regional ditindaklanjuti dengan berbagai kegiatan pada semester selanjutnya.
Isu 3 - Penyelesaian Konflik Pemanfaatan Ruang dikoordinasi oleh Pokja 4 BKPRN.Pada
awal tahun 2014, terdapat beberapa konflik pemanfaatan ruang yang telah dibahas dalam
Forum BKPRN diantaranya adalah rencana investasi pabrik kelapa sawit di Kota Dumai,
Kepulaua Riau; pembangunan pabrik baja di Kawasan Cagar Budaya Trowulan, Kabupaten
Mojokerto; serta pembangunan Bandara Karawang dan Pelabuhan Cilamaya, Kabupaten
Karawang.
sektor dan daerah melalui pembahasan forum BKPRN. Selama periode 2009-2014, BKPRN
telah membahas berbagai konflik pemanfaatan ruang di daerah dan beberapa diantaranya
telah menghasilkan rekomendasi penyelesaian kepada Pemerintah Daerah sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Sebagai media kerja elektronik, sosialisasi penggunaan e-BKPRN telah dilakukan oleh
Sekretaris BKPRN yaitu pada tanggal 19 Agustus 2014.Sosialisasi ini merupakan sosialisasi
kedua yang secara khusus ditujukan untuk Sekretaris Pokja BKPRN dan Kementerian
Kelautan dan Perikanan selaku Anggota Pokja 2. Selanjutnya pada tanggal 15 Desember
2014 dilakukan evaluasi terhadap penggunaan e-BKPRN dengan hasil pokok simpulan
sebagai berikut:
1) Sistem e-BKPRN hanya dimanfaatkan oleh Sekretariat Pokja 2 dan Sekretariat Pokja
3, oleh karena itu keaktifan focal point dan dukungan/concearn atasan sangat
penting untuk optimalisasi penggunaan e-BKPRN.
2) Struktur pokja dalam penggunaan e-BKPRN dipandang kurang efektif karena
kegiatan yang diselenggarakan tidak terbatas pada lingkup pokja.
3) Secara garis besar cukup user friendly. Namun ada menu yang perlu perbaikan yaitu
menu Manajemen Dokumen dan submenu Rencana Kerja Tahunan.
Selain simpulan tersebut, hasil pertemuan evaluasi juga memberikan beberapa rekomendasi
yaitu: usulan perubahan user e-BKPRN dari Sekretaris Pokja menjadi Perwakilan K/L sesuai
dengan K/L Anggota BKPRN; perlunya pengembangan sistem agar lebih interaktif dan
atraktif; guna mengisi informasi mengenai ketersediaan peta bidang penataan ruang
Sekretariat BKPRN akan menghimpun informasi peta yang dimiliki oleh K/L Anggota
BKPRN. Mendatang, Sekretariat BKPRN bersama dengan Subdit Infosos Direktorat TRP
perlu untuk mengembangkan e-BKPRN sehingga penggunaan sistem lebih optimal sebagai
media kerja antar organ BKPRN.Dalam rangka pengembangan tersebut, sementara ini
digunakan website pendukung dalam mempublikasikan dokumen, peraturan dan materi
paparan dalam www.scribd.com/Tata Ruang dan Pertanahan.
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bagian-bagian sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut untuk pelaksanaan kegiatan Sekretariat BKPRN pada Tahun 2014, antara
lain:
Penyusunan Jadwal serta Rencana Kerja Tahunan BKPRN dan Tim Koordinasi
Strategis Sekretariat BKPRN
Berdasarkan hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BKPRN tahun 2013 telah disusun
Agenda kerja BKPRN Tahun 2014-2015 yang ditetapkan melalui Sidang Menteri BKPRN
pada tanggal 13 Januari 2014 dan telah didetailkan berdasarkan tahun pelaksanaan dan
koordinator kegiatan. Berdasarkan Agenda kerja BKPRN tersebut, telah disusun pula
Rencana Kerja Sekretariat BKPRN Tahun 2014 dengan berbagai kegiatan fasilitasi yang
berjalan cukup baik.
Penyusunan Agenda dan Bahan Sidang BKPRN
Pelaksanaan Sidang Menteri BKPRN pada tahun 2014 hanya dilaksanakan 1 (satu) kali
dengan agenda: i) Pelaporan Agenda Kerja BKPRN Tahun 2014-2015; dan ii) Pembahasan
dan penyepakatan percepatan penyelesaian Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah,
terutama Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang RTR KSN Sarbagita terkait reklamasi di
Kawasan Teluk Benoa.
Fasilitasi Pelaksanaan Koordinasi Penataan Ruang Nasional
Fasilitasi pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional pada tahun 2014 telah dilakukan
melalui berbagai kegiatan rapat koordinasi di tingkat Eselon III, II, dan I dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugas-tugas BKPRN. Rapat koordinasi yang dilaksanakan meliputi
rapat koordinasi penyelesaian konflik pemanfaatan ruang, rapat koordinasi penyelesaian
berbagai peraturan perundangan bidang penataan ruang, rapat koordinasi peningkatan
kapasitas kelembagaan penataan ruang, serta rapat-rapat koordinasi lainnya terkait
penataan ruang di pusat dan daerah. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan fasilitasi
koordinasi penataan ruang nasional adalah terdapat beberapa kegiatan lintassektor pada
Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 yang pada pelaksanaannya kurang melibatkan Sekretariat
BKPRN sehingga perkembangan pelaksanaan tidak terinformasikan secara baik.
Pada tahun 2014, sebagian besar peraturan perundangan bidang penataan ruang yang
diamanatkan UU No. 26 Tahun 2007 telah ditetapkan sehingga diharapkan pada tahun
berikutnya fasilitasi pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional akan ditekankan pada
kegiatan sosialisasi dan implementasi peraturan perundangan bidang penataan ruang, serta
pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang untuk meminimalisir potensi konflik.
Penyusunan Laporan Pelaksanaan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Untuk
Disampaikan Oleh Ketua BKPRN Kepada Presiden Setiap 6 Bulan Sekali
Sesuai dengan tupoksi, Sekretariat BKPRN telah menyusun pelaporan kegiatan BKPRN,
yang disampaikan kepada Presiden atas nama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua BKPRN melalui penyusunan Laporan Kegiatan BKPRN Semester I Tahun 2014
serta Laporan Kegiatan BKPRN Tahun 2009-2014 yang tergabung bersama Laporan
Kegiatan BKPRN Semester II Tahun 2014.
B. Rekomendasi
Berdasarkan berbagai kesimpulan dari pelaksanaan tugas Sekretariat BKPRN diatas, maka
rekomendasi pelaksanaan kegiatan Sekretariat BKPRN kedepan adalah sebagai berikut:
1) Melakukan review kelembagaan penyelenggaraan penataan ruang terutama keberadaan
BKPRN sehubungan dengan dibentuknya Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR).
Kegiatan BKPRN di masa mendatang akan lebih fokus pada koordinasi peningkatan
kerjasama antarpropinsi dalam penataan ruang serta peningkatan dan pengembangan
wawasan penataan ruang.
2) Fokus kegiatan sekretariat BKPRN antara lain:
a) Peningkatan kerjasama penataan ruang antardaerah, meliputi:
Melakukan pemetaan tentang permasalahan/kebutuhan kerjasama penataan
ruang antardaerah untuk mewujudkan efisiensi dan pembangunan berkelanjutan.
Melakukan rangkaian pertemuan untuk memecahkan permalasahan dalam
implementasi kerjasama antardaerah dalam penataan ruang berbasis rencana tata
ruang.
Dalam rangka peningkatan koordinasi teknis, dapat dilakukan melalui pertemuan
bilateral dengan K/L yang berkaitan secara intensif.
b) Peningkatan dan pengembangan wawasan dan substansi penataan ruang, meliputi:
Melakukan identifikasi kebutuhan dan hambatan penataan ruang baik yang
berasal dari tingkat lokal, nasional. Maupun global.
Melanjutkan pembahasan beberapa materi yang telah dibahas dalam tahun 2014,
antara lain: i) Pengembangan geopark sebagai kawasan konservasi; ii)
Pengembangan smart planning untuk efisiensi penyusunan rencana tata ruang;
Penyusunan pola-pola pengembangan reklamasi pesisir dan pulau-pulau kecil;
serta iv) Integrasi rencana tata ruang dan penatagunaan tanah sebagai wujud
kesatuan rencana.
c) Pengembangan system data dan penyebaran informasi bagi peningkatan kapasitas
penataan ruang daerah, meliputi:
Pengembangan metadata penataan ruang.
Pengembangan system dan mekanisme penyebaran informasi penataan ruang.
LAMPIRAN
I. Agenda Kerja BKPRN 2014-2015
II. Status Penetapan RTRW per Desember 2014
III. Status Penetapan RZWP-3-K per Desember 2014
IV. Hasil Raker Regional BKPRN Tahun 2014
V. Hasil Rakornas BKPRD Tahun 2014
VI. Status Penetapan BKPRD Provinsi
POKJA 3
1 Fasilitasi penyusunan rekomendasi Kajian pelaksanaan UU 41/1999 dan implikasinya 2014-2015 Bappenas
untuk mensinergikan peraturan terhadap implementasi UU 26/2007
perundangan sektoral Kajian pelaksanaan UU 27/2007 dan implikasinya 2014 Bappenas
terhadap implementasi UU 26/2007
Percepatan penyelesaian penetapan Perda RZWP3K 2014 Bappenas
2 Integrasi rencana tata ruang Penyusunan materi teknis peraturan integrasi rencana 2014-2015 Bappenas
dengan rencana pembangunan tata ruang dengan rencana pembangunan
Fasilitasi finalisasi dan penetapan SEB Percepatan 2014 Kemenko Perekonomian
No Hasil Kesepakatan
G. Belum Optimalnya Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Perlunya legalitas peraturan perundang – undangan dan penguatan peran PPNS dalam
pengendalian pemanfaatan ruang di daerah
Pengusulan agar PPNS berada langsung (vertikal) dibawah Kementerian Dalam Negeri /
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian